You are on page 1of 18

BAB I PEMBAHASAN

1.1 Bencana Bencana adalah sesuatu yang tidak kita harapkan, oleh karena itu pemahaman terhadap proses terjadinya gerakan tanah berikut faktor penyebabnya menjadi sangat penting bagi pemerintah maupun masyarakat. Alternatif penanggulangan bencana baik dari aspek pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi) maupun penanggulangan (rehabilitasi) perlu dikaji secara mendalam.

Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat dimana saja dan kapan saja, disamping menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan masyarakat. Gerakan tanah adalah salah satu bencana alam yang sering mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana lainnya yang membawa dampak sosial dan ekonomi.

1.2 Tanah Longsor Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

1.2.1 Tanah Longsor di Malaysia Musim hujan tahun ini menyebabkan banyak wilayah di Malaysia di landa banjir besar serta tanah longsor. Wilayah yang tahun lalu mengalami banjir besar Johor dan Kota Tinggi telah menjadi langganan banjir. 19.951 orang mengungsi. Sementara itu, Badan Meteorologi Malaysia hari ini mengeluarkan peringatan hujan lebat akan terjadi di Terengganu, Kelantan, Pahang, Johor danSarawak. Gelombang kedua banjir juga diramalkan berlaku di Pahang akibat fenomena air pasang bermula hari ini dan

menjadi besar antara 23 dan 26 Desember ini. Di Pahang jumlah mangsa banjir kembali meningkat yaitu 16.791 orang, sebelumnya berjumlah 16.637 orang. Di KELANTAN, jumlah mangsa 4,840 orang. Di JOHOR 1,606 orang. di KEDAH2,906 orang.

Gambar : Banjir

PEKAN MENTAKAB LUMPUH: HUJAN lebat beberapa hari lalu yang melanda negeri Pantai Timur dan Johor menyebabkan pekan Mentakab, Pahang ditenggelami banjir. Sehingga semalam, 22,143 daripada 5,496 keluarga masih berada di 204 pusat pemindahan di lapan daerah di negeri itu.

Gambar : Tanah Longsor Jalan Gua Musang-Jeli ditutup untuk semua kenderaan akibat tanah longsor di Kilometer 45 dekat Rancangan Kemajuan Tanah (RKT) Kesedar Meranto. Jalan tersebut merupakan laluan alternatif sejak seminggu lalu untuk perjalanan ke Kota

Bharu dan Gua Musang setelah jalan utama yaitu Jalan Kuala Krai-Gua Musang ditutup juga akibat tanah longsor yang berlaku di Kilometer 65. MANGSA BANJIR TERPERANGKAP DISELAMAT: SEORANG anggota

penyelamat membantu mangsa banjir, Nadia Illias keluar dari rumahnya di Kampung Laut, Skudai, Johor apabila air naik terlalu cepat, malam tadi. Banjir di Johor semakin buruk apabila kira-kira lebih 5,000 orang di tiga daerah iaitu Segamat, Mersing dan Batu Pahat ditempatkan di lebih 50 pusat pemindahan. Daerah yang paling teruk dilanda banjir sehingga lewat malam tadi ialah Segamat dengan beberapa jalan di daerah itu terpaksa ditutup iaitu Jalan Sermin-Bukit Tempurung, Jalan Tungku TigaKampung Tengah, Jalan Tumang-Simpang Loi, dan Jalan KampungJawa-Felda Medoi.

Gambar : Banjir

Sumber : Koran Bernama dan Utusan Malaysia 12 Des s/d 22 Des 07.

1.2.2 Tanah longsor di Indonesia (Cianjur) Bencana tanah longsor di Kecamatan Campaka terjadi pada Hari Rabu, tanggal 13 November 2008 jam 19.30 WIB, saat terjadi hujan sangat lebat.

Kejadian tanah longsor yang berupa torehan-torehan banyak terjadi di sepanjang tebing bukit dan tebing sungai didaerah bencana. Ada 3 permukiman yang terkena bencana mengalami rusak parah, yaitu di Kampung Nyalindung (Desa Girimukti), Kampung Marga Laksana (Desa Girimukti), Kampung Pameyanan Hilir (Desa Cokokon). Korban jiwa terjadi di Kampung Nyalindung, Desa

Girimukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Jumlah korban 13 orang meninggal, beberapa orang luka (khususnya di Kampung Nyalindung), puluhan rumah tertimbun dan terancan longsor susulan serta puluhan ha sawah dan perkebunan hancur.

Gambar : Tanah Longsor Analisis Faktor-faktor Penyebab Bencana Longsor : Curah hujan yang tinggi dan lama (jam 16.00-21.00 WIB / 9 jam)sebelum dan pada saat kejadian longsor Topografi terjal sampai sangat terjal Geologi (soil tanah pelapukan tebal, lunak, rapuh dan mudah lepas) dan adanya bidang gelincir pada kontak batuan dasar dengan soil Sistem drainase lereng yang tidak memadai. Kurangnya tanaman (vegetasi) yang berakar kuat dan dalam yang berfungsi sebagai pengikat tanah.

Gambar : Tanah Longsor

Mekanisme : Kondisi topografi yang terjal, vegetasi yang kurang mendukung, soil tebal dan adanya bidang gelincir dengan batuan induk, serta aktivitas manusia ditunjang dengan adanya curah hujan yang sangat tinggi daya ikat antar butir meningkat tanah labil mencari keseimbangan baru lewat bidang gelincir menyebabkan terjadinya longsor bersama debit air permukaan yang sangat besar debris flow. Rekomendasi : Masyarakat di lokasi bencana (terkena bencana dan terancam) relokasi (sudah disiapkan Pemda) Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi bencana yang juga berpotensi waspada Perbaikan drainase Pemotongan lereng agar memperhatikan kestabilan lereng Penyediaan penakar curah hujan yang lebih rapat EWS berbasis masyarakat Perlu dipikirkan aplikasi teknologi EWS tanah longsor (BPPT, LIPI, Ristek dan Universitas) Zonasi longsor detail dan risk analisis Perlu analisis bawah permukaan (geoscan, radar, dll) untuk mengetahui daerah potensi longsor lebih detail

Gambar : Tanah Longsor

1.3 Penyebab Tanah Longsor Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan

kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.

Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai

1.4 Faktor alami dan manusia: 1) Faktor alam a. Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain: Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung_api. b. Iklim: curah hujan yang tinggi. c. Keadaan topografi: lereng yang curam. d. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika. e. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.

2) Faktor manusia Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain: a. Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal. b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng. c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah. d. Penggundulan hutan. e. Budidaya kolam ikan diatas lereng. f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman. g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri. h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

1.5 Gejala Umum Terjadinya Bencana Alam Tanah Longsor Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Biasanya terjadi setelah hujan. Munculnya mata air baru secara tiba-tiba. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

1.6 Penatalaksanaan dari bencana 1.6.1 Pencegahan dan penatalaksanaan Terjadinya Bencana Alam Tanah Longsor di Malaysia Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman. Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun permukiman Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi Jangan menebang pohon di lereng (gb. kiri) Jangan membangun rumah di bawah tebing Hal Hal Yang di Lakukan Selama dan sesudah Terjadi Bencana 1. Tanggap Darurat Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan. 2. Rehabilitasi Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.

3. Rekonstruksi Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

1.6.1 Pencegahan dan penatalaksanaan Terjadinya Bencana Alam Tanah Longsor di Indonesia Usaha mitigasi bencana tanah longsor berarti segala usaha untuk meminimalkan akibat terjadinya tanah longsor. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menekan bahaya tanah longsor dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Tahap awal atau tahap preventif Tahap awal dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana tanah longsor adalah sebagai berikut. a. Mengidentifikasi daerah rawan dan melakukan pemetaan. b. Penyuluhan pencegahan dan penanggulangan bencana alam dengan memberikan informasi mengenai bagaimana dan mengapa tanah longsor. c. Pemantauan daerah rawan longsor. d. Perencanaan pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan bencana. e. Menghindari bermukim atau mendirikan bangunan di tepi lembah sungai terjal. f. Menghindari melakukan penggalian pada daerah bawah lereng terjal yang akan mengganggu kestabilan lereng sehingga mudah longsor. g. Menghindari membuat sawah baru dan kolam pada lereng yang terjang karena air yang digunakan akan memengaruhi sifat fisik lereng. Lereng menjadi lembek dan gembur sehingga tanah mudah bergerak. h. Menyebarluaskan informasi bencana gerakan tanah melalui berbagai media sehingga masyarakat mengetahui.

2) Tahap bencana Usaha yang perlu dilakukan ketika suatu daerah terkena bencana tanah longsor antara lain berikut ini. a. Menyelamatkan warga yang tertimpa musibah. b. Pembentukan pusat pengendalian atau crisis center. c. Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman. d. Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan, dan penyediaan air bersih. e. Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit. f. Evaluasi, konsultasi, dan penyuluhan. 3) Tahap pascabencana Setelah bencana tanah longsor terjadi, bukan berarti permasalahan selesai, tetapi masih ada tahapan yang perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah kerugian, yaitu: a. Mengupayakan mengembalikan fungsi hutan lindung seperti sediakala. b. Mengevaluasi dan memperketat studi Amdal pada kawasan vital yang berpotensi menyebabkan bencana. c. Penyediaan lahan relokasi penduduk yang bermukim di daerah bencana, dan di sepanjang bantaran sungai. d. Normalisasi area penyebab bencana. e. Rehabilitasi sarana dan prasarana pendukung kehidupan masyarakat yang terkena bencana alam secara permanen. f. Menyelenggarakan forum kerja sama antardaerah dalam penanggulangan bencana. Para ilmuwan mengkategorikan bencana tanah longsor sebagai salah satu bencana geologi yang paling bisa diperkirakan. Ada tiga tanda untuk memantau kemungkinan terjadinya tanah longsor yaitu: a) Keretakan pada tanah yang berbentuk konsentris (terpusat) seperti lingkaran atau paralel dan lebarnya beberapa sentimeter dengan panjang beberapa meter. Bentuk

retakan dan ukurannya yang semakin lebar merupakan parameter ukur umum semakin dekatnya waktu longsor. b) Penampakan runtuhnya bagian-bagian tanah dalam jumlah besar. c) Kejadian longsor di satu tempat menjadi pertanda kawasan tanah longsor lebih luas lagi.

1.7 Analisa perbedaan dengan negara Indonesia dalam penatalaksanaan bencana 1.7.1 Penatalaksanaan bencana tanah longsor di Malaysia Hal Hal Yang di Lakukan Selama dan sesudah Terjadi Bencana 1. Tanggap Darurat Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan. 2. Rehabilitasi Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan. 3. Rekonstruksi Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

1.7.2 Penatalaksanaan bencana tanah longsor di Indonesia 1.Tahap bencana Usaha yang perlu dilakukan ketika suatu daerah terkena bencana tanah longsor antara lain berikut ini.

a) Menyelamatkan warga yang tertimpa musibah. b) Pembentukan pusat pengendalian atau crisis center. c) Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman. d) Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan, dan penyediaan air bersih. e) Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit. f) Evaluasi, konsultasi, dan penyuluhan. 2. Tahap pascabencana Setelah bencana tanah longsor terjadi, bukan berarti permasalahan selesai, tetapi masih ada tahapan yang perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah kerugian, yaitu: a) Mengupayakan mengembalikan fungsi hutan lindung seperti sediakala. b) Mengevaluasi dan memperketat studi Amdal pada kawasan vital yang berpotensi menyebabkan bencana. c) Penyediaan lahan relokasi penduduk yang bermukim di daerah bencana, dan di sepanjang bantaran sungai. d) Normalisasi area penyebab bencana. e) Rehabilitasi sarana dan prasarana pendukung kehidupan masyarakat yang terkena bencana alam secara permanen. f) Menyelenggarakan forum kerja sama antardaerah dalam penanggulangan bencana. Kesimpulanya adalah penatalaksanaan bencana tanah longsor di Malaysia tidak mengunakan tahap-tahap sedangkan di Indonesia itu mengunakan tahap-tahap yaitu tahap bencana dan tahap pascabencana.

BAB II PERAN PERAWAT

2.1 Peran Perawat dalam Penanganan Bencana Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan memiliki tanggung jawab peran dalam membantu mengatasi ancaman bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan postimpact Peran perawat disini bisa dikatakan multiple : a. Sebagai bagian dari penyusun rencana b. Pendidik c. Pemberi asuhan keperawatan d. Bagian dari tim pengkajian kejadian bencana

Tujuan utama tujuan tindakan asuhan keperawatan komunitas pada bencana ini adalah untuk mencapai kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana tersebut

2.1.1 Peran dalam Pencegahan Primer Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain: a. Mengenali instruksi ancaman bahaya; b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obatobatan, pakaian dan selimut, serta tenda) c. Melatih penanganan pertama korban bencana. d. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan

penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat

Pendidikan kesehatan diarahkan kepada : a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut) b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar c. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans. d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai) e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana

2.1.2 Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase) a. Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil. b. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan. c. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. d. Ada saat dimana seleksi pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase )

TRIASE a. Merah --- paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II b. Kuning --- penting, prioritas kedua Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II

c. Hijau --- prioritas ketiga Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi d. Hitam --- meninggal Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal

2.1.3 Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot) h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain. i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi

2.1.4 Peran perawat dalam fase postimpact a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban. b. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal. c. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan Dari makalah yang kami buat yang berjudul Bencana Alam Tanah Longsor dapat menarik kesimpulan, diantaranya: Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng ( tanah longsor) juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai factor_alami_dan_manusia.

Terjadinya bencana alam tanah longsor ini dapat diminimalkan dengan memberdayakan masyarakat untuk mengenali tipologi lereng yang rawan longsor, gejala awal longsor, serta upaya antisipasi dini yang harus dilakukan, sehingga pengembangan dan penyempurnaan manajemen mitigasi gerakan tanah baik dalam skala nasional, regional maupun lokal secara berkelanjutan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan menggalang kebersamaan segenap lapisan masyarakat. Hal Hal Yang di Lakukan Selama dan sesudah Terjadi Bencana Tanggap Darurat Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Rehabilitasi Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.

Rekonstruksi Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

3.2 Saran a. Bagi orang-orang kesehatan 1. Penyuluhan pencegahan dan penanggulangan bencana alam dengan memberikan informasi mengenai bagaimana dan mengapa tanah longsor. 2. Pemantauan daerah rawan longsor. 3. Perencanaan pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan bencana. 4. Mengidentifikasi daerah rawan dan melakukan pemetaan. b. Bagi masyarakat 1. Menghindari bermukim atau mendirikan bangunan di tepi lembah sungai terjal. 2. Menghindari melakukan penggalian pada daerah bawah lereng terjal yang akan mengganggu kestabilan lereng sehingga mudah longsor. 3. Menghindari membuat sawah baru dan kolam pada lereng yang terjang karena air yang digunakan akan memengaruhi sifat fisik lereng. Lereng menjadi lembek dan gembur sehingga tanah mudah bergerak. 4. Menyebarluaskan informasi bencana gerakan tanah melalui berbagai media sehingga masyarakat mengetahui.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/92614866/Keperawatan-Komunitas-Pada-Bencana http://biroe88.cahbag.us/2009/06/makalah-tanah-longsor.html http://dwpkbrikl.multiply.com/journal/item/41/Banjir_dan_Tanah_Longsor_di_Malaysia?&show _interstitial=1&u=/journal/item http://sirrma.bppt.go.id/home/rapid-assessment/ulasan-informasi http://www.analisadaily.com/news/read/2012/03/18/41156/mencegah_dan_menanggulangi_benc ana_banjir_dan_tanah_longsor/ http://www.crayonpedia.org/mw/BAB.5_CARACARA_MENGHADAPAI_BENCANA_ALAM http://www.undp.or.id/pubs/docs/RAN%20PRB%20ID.pdf

You might also like