Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu mata kuliah di D3 Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini adalah Teori dan Praktek Perautan yang diharapakan dapat menunjang kemampuan mahasiswa dibidang produksi menggunakan proses pemesinan konvensional. Dalam perkembangannya sesuai dengan kemajuan teknologi, dalam pembuatan komponen logam menjadi produk dilakukan dengan beberapa proses (proses penuangan/casting dan proses pembentukan/forming), proses pemesinan sampai saat ini masih tetap merupakan proses yang paling banyak digunakan (60% sampai 80%) didalam membuat suatu mesin yang komplit. Beberapa komponen yang berbahan logam proses pengerjaannya dilakukan dengan proses pemesinan diantaranya traker bearing roda belakang mobil cherry yakni traker yang digunakan untuk membuka bearing roda belakang dan penguncinya pada mobil cherry. Beberapa orang menganggap traker ini tidak penting, tetapi traker ini bertujuan untuk mempercepat bongkar pasang dan menghindarkan kerusakan pada pengunci bearing. Untuk membuat traker bearing roda belakang mobil cherry dapat dilakukan dengan proses pemesinan antara lain menggunakan mesin bubut (lathe Machine) dan mesin gurdi (Drilling Machine) dengan beberapa proses yang dilakukan dengan kerja bangku serta mesin gergaji untuk pemotongan bahan yang akan diproses. Dari kegiatan diatas kita dapat memadukan antara teori yang didapat di kelas dengan hasil praktikum. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penyusunan laporan ini, terdapat beberapa rumusan masalah yang menjadi landasan permasalahan pada praktikum permesinan ini adalah sebagai berikut:
1.
Praktek Perautan
2.
Berapa lama waktu yang diperlukan dalam proses pengerjaan bagian Berapa lama waktu yang diperlukan dalam proses pengerjaan bagian
bagian traker bearing roda belakang mobil cherry pada mesin bubut?
3.
bagian traker bearing roda belakang mobil cherry pada mesin drill?
diinginkan.
Praktek Perautan
4. Freis (milling) 5. Gergaji (sawing) 6. Koter/Pelebaran Lubang ( Boring) 7. Parut (broaching) Mesin parut/mesin broc(broaching 8. machine) 9. Gerinda (grinding) Mesin gerinda (grinding machine) 10. Asah (honing) Mesin asah (honing mechine) 11. Asah Halus (Lapping) Mesin asah halus (lapping machine) 12. Asah Super Halus (Super Mesin asah super halus/mesin asah Finishing) kaca (super/mirror finishing) 13. Kilap (poloshing dan buffing) Mesin pengkilap (polisher & buffer) Tabel 2.1. Klasifikasi proses pemesinan menurut jenis mesin perkakas.
Praktek Perautan
Tabel 2.2. Klasifikasi proses pemesinan menurut gerakan relatif pahat terhadap benda kerja.
Praktek Perautan
5.
Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal) : Z (cm3/min) Elemen proses pemotongan tersebut dihitung berdasarkan dimensi benda kerja atau pahat serta besaran dari mesin perkakas. Oleh sebab itu rumus yang dipakai untuk menghitung setiap elemen proses pemesinan dapat berbeda. Pada setiap proses diperkenalkan dua sudut pahat yang penting yaitu sudut potong utama (principal cutting edge angle) dan sudut geram (rake angle). Kedua sudut tersebut berpengaruh antara lain pada penampang geram, gaya pemotongan serta umur pahat.
2.1.2 Pahat
Geometri
Baja perkakas yang biasanya untuk pahat bubut adalah jenis HSS. Bahan untuk pahat selain HSS adalah pahat sisipan (insert) yang biasa disebut carbida yang dibuat dengan cara proses metalurgi serbuk (powder metallograri). Dibanding pahat insert, pahat HSS lebih murah dan dapat diasah lagi.
Praktek Perautan
Gambar 2.1 Geometri Pahat Mesin Bubut Beberapa jenis pahat dapat dibedakan menjadi dua yaitu pahat kanan (right hand) dan pahat kiri (left hand). Perbedaan antara kedua jenis pahat tersebut terletak pada lokasi mata potong utama. Pahat kanan mempunyai mata potong utama yang sesuai dengan lokasi ibu jari tangan kanan bila tapak kanan ditelungkupkan diatas pahat yang dimaksud dengan sumbu pahat dan sumbu tapak tangan sejajr. Demikian pula halnya dengan pahat kiri dimana lokasi mata potong utamanya sesuai dengan lokasi ibu jari tangan kiri, seperti terlihat pada Gambar 2.1.yang diambil dari contoh suatu pahat pada mesin bubut.
2.1.3 Pendingin
Cairan
Cairan pendingin berfungsi untuk memperpanjang umur pahat, menurunkan gaya potong dan memperhalus permukaan produk hasil pemesinan. dari korosi. Cairan pendingin perlu dipilih dengan seksama sesuai dengan jenis pekerjaan. Cairan pedingin yang biasa dipakai dalam proses pemesinan dapat dikategorikan dalam empat jenis utama yaitu : 1. Cairan Sintetik Cairan yang jernih atau diwarnai yang merupakan larutan murni atau larutan permukaan aktif. Larutan murni ini tidak bersifat melumasi dan biasanya dipakai untuk sifat penyerapan panas yang tinggi dan melindungi terhadap korosi. 2. Cairan Emulsi Selain itu cairan pendingin berfungsi sebagai pembersih/pembawa geram, melindungi benda kerja dan komponen mesin
Praktek Perautan
m) unsur
pengemulsi ditambahkan pada minyak yang kemudian dilarutkan kedalam air. Penambahan jenis minyak jenuh atau unsur lain dapat menaikkan daya lumas. 3. Cairan Semi Sintetik Merupakan perpaduan antara jenis cairan emulsi dan sintetik yang mempunyai kandungan minyak lebih sedikit, kandungan pengemulsi lebih banyak. 4. Minyak (cutting oil) Minyak yang berasal dari salah satu atau kombinasi dari minyak bumi, minyak binatang, minyak ikan atau minyak nabati. Viskositasnya dapat bermacam-macam dari yang encer sampai dengan yang kental tergantung dari pemakaian. Cara yang biasa dipakai untuk mengefektifkan pemakaian cairan pendingin antara lain : 1. Manual Bila mesin pekakas tak dilengkapi dengan sistem cairan pendingin. Biasanya operator memakai kuas untuk memerciki pahat dengan minyak pendingin 2. Dikucurkan/dibanjirkan Sistem pendingin yang tediri atas pompa , saluran, nozel dan tangki, yang dimiliki hampir oleh semua mesin perkakas. Satu atau beberapa nozel dengan selang fleksibel diatur sehingga cairan pendingin disemprotkan pada bidang aktif pemotongan. 3. Ditekan lewat saluran pada pahat Cairan pendingin dialirkan dengan tekanan tinggi melewati saluran pada pahat. 4. Dikabutkan Cairan pendingin disemprotkan berupa kabut. Partikel cairan sintetik, semi sintetik atau emulsi disemprotkan melalui aspirator
Praktek Perautan
yang bekerja dengan prinsip seperti semprotan nyamuk.Cairan dalam tabung akan naik melalui pipa berdiameter kecil, karena daya vakum akibat aliran udara diujung atas pipa, dan menjadi kabut yang menyemprot keluar.
Gambar 2.2 masin bubut ( lathe ) Bagian utama mesin bubut (lathe machine) :
Praktek Perautan
Head Stock :
tempat mekanisme mesin bubut diantaranya mekanis kecepatan penggerak , pemilih kecepatan sumbu mesin , saklar motor , saklar power , sumbu utama mesin bubut , kopling ,dan pemilih tingkat hubungan kecepatan. Bagian yang meneruskan putaran mesin ke benda kerja, sehingga benda kerja dapat berputar, serta tempat melekatkannya benda kerja. Pada spindle terdapat chuck yang berfungsi sebagai pemegang benda kerja. Bagian belakang (ekor) mesin bubut untuk menunjang ujung benda kerja dengan perantara dead center yang dilekatkan pada tail stock spindle. Tail Stock Spindel adalah tempat melekatkannya dead center (Untuk menunjang ujung benda kerja, dead center ini tidak berputar bersama-sama benda kerja). Disamping itu dapat juga untuk meletakkan drill chuck untuk drilling menggunakan mesin bubut. Bagian yang menunjang head stock, carriage, tail stock dan komponen-komponen mesin lainnya. sedangkan bagian atas dari bed disebut ways. Bagian yang dapat bergeser dengan arah longitudinal. Apabila bagian yang melintang sumbu mesin bubut terletak diatas carriage untuk mengadakan gerakan pemakanan melintang (cross feed). Tempat melekatnya tool post. Tempat melekatnya pahat (cutting tool). Kotak gigi yang didalamnya terdapat susunan roda gigi untuk mengatur kecepatan putar benda dan mengatur kecepatan putaran poros poros pengantar. Poros yang digunakan ketika melakukan meraut rata benda kerja. Poros yang digunakan ketika membuat ulir dengan mesin bubut.
Spindel
Tail Stock
Bed
: :
: : :
: :
Praktek Perautan
Elemen dasar dari proses bubut dapat diketahui atau dihitung dengan menggunakan rumus yang dapat diturunkan dengan memperhatikan gambar 2.3 Kondisi pemotongan ditentukan sebagai berikut :
Benda Kerja :
Pahat :
0 = sudut geram ; ,
Mesin bubut ; a = kedalaman potong ; mm. A = ( d 0 d m ) / 2 ; mm f n berikut : 1. Kecepatan potong : v= = gerak makan ; mm/(r) = putaran poros utama(benda kerja) ; (r)/min
.d .n ; m/min 1000
dimana, d = diameter rata-rata , yaitu , d = (d 0 + d m )/2 - d 0 ; mm 2. Kecepatan makan : 3. waktu pemotongan : v f = f.n ; mm/min t c = t / v f ; min
4. Kecepatan pengahasilan geram : Z = A.V dimana penampang geram sebelum terpotong A = f.a : mm 2 maka z = f . a . v ; cm 3 / min
Praktek Perautan
Meja
Praktek Perautan
Landasan
Gamabar 2.4 Mesin Gurdi Putaran mesin dan gerak makan dapat dipilih dari beberapa tingkatan putaran dan gerak makan yang tersedia pada mesin. Untuk jenis mesin gurdi yang kecil (mesin gurdi bangku) gerak makan tersebut tidak dapat dipastikan karena tergantung pada kekuatan tangan untuk menekan lengan poros utama.
Gambar 2.5 Proses Gurdi Dari gambar 2.4 dapat diturunkan rumus untuk beberapa elemen pada proses gurdi : Benda Kerja : Pahat : w = panjang pemesinan ; mm, d = diameter gurdi ; mm,
k f = sudut potong utama ; , = sudut ujung (point angle), Mesin gurdi : n = putaran poros utama (benda kerja) ; (r)/min,
Praktek Perautan
v f = kecepatan makan ; mm/min, Elemen dasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus berikut : 1. Kecepatan potong : v=
.d .n ; m/min 1000
2. Gerak makan permata potong : f z = v f / ( n.z ) ; z = ?; mm/(r) 3. Kedalaman potong : 4. waktu pemotongan : a = d / 2 ; mm, t c = t / v f ; min n (d/2) / tan k f ; mm,
.d 2 v f ; cm3/min. 4 1000
Proses pembentukan geram dengan cara pemesinan berlangsung dengan cara pertemuan dua jenis material. Untuk menjamin kelangsungan proses ini maka jelas diperlukan material pahat yang lebih unggul daripada material benda kerja. Pada geometri pahat gurdi terdapat beberapa bagian pahat antara lain : Elemen Pahat 1. 2. Badan (body), adalah bagian pahat yang dibentuk untuk mata Pemegang/ gagang (Shank), adalah bagian pahat yang potong atau tempat untuk sisipan pahat. dipasangkan pada mesin perkakas. Bila bagian ini tidak ada, maka fungsinya diganti oleh lubang pahat. 3. Sumbu pahat (Tool Axis), adalah garis maya yang digunakan untuk mendefinisikan geometri pahat. Umumnya merupakan garis tengah dari pemegang. Bidang Pahat, merupakan permukaan aktif pahat. Setiap pahat mempunyai bidang aktif sesuai dengan jumlah mata potongnya (tunggal atau jamak). Tiga bidang aktif dari pahat adalah : 1. Bidang Geram (A , Face), adalah bidang tempat geram mengalir.
Praktek Perautan
2. 3.
Bidang utama/ Mayor (Aa , Principal Mayor Flank), adalah Bidang Bantu/ Minor (Aa' , Auxiliary Minor Falank), adalah
bidang yang menghadap permukaan transient dari benda kerja. bidang yang menghadap permukaan terpotong dari benda kerja. Mata potong, merupakan tepi dari bidang geram yang aktif 1. Mata Potong Utama/ Mayor (S, Principal Mayor Cutting memotong. Ada dua jenis mata potong, yaitu : Edge), adalah garis perpotongan antara bidang geram (A ) dengan bidang utama (Aa ). 2. Mata potong Bantu/ Minor (S' , Auxilliary Minor Cutting Edge), adalah garis perpotongan antara bidang geram (A ) dengan bidang bantu (Aa').
Praktek Perautan
Bahan atau material benda kerja Benda kerja / material yang digunakan adalah 1. 2 Besi yang berbentuk plat. Dengan dimensi 693 mm X 79 mm dengan tebal 8 mm. Yang selanjutnya disebut benda kerja 1
Gambar 3.1 Benda Kerja 1 2. Besi yang berbentuk plat. Dengan dimensi 211 mm X 60 mm dengan tebal 40 mm. Yang selanjutnya disebut benda kerja 2
Praktek Perautan
Gambar 3.2 Benda Kerja 2 3. Besi yang berbentuk silinder. Dengan diameter 20 mm dan panjang 300 mm. Yang selanjutnya disebut benda kerja 3
Gambar 3.3 Benda Kerja 3 4. Besi yang berbentuk silinder. Dengan diameter 30 mm dan panjang 250 mm. Yang selanjutnya disebut benda kerja 4
Gambar 3.4 Benda Kerja 4 5. 2 buah besi yang berbentuk silinder dengan diameter 30 dan panjang 50 mm. Yang selanjutnya disebut benda kerja 5
Praktek Perautan
Praktek Perautan
1.
Benda kerja 1 di bentuk sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin milling. L Tc = s' L= 673 S= 40 Jadi, L s' 673 = 40 = 16.82 menit Tc =
2.
Benda kerja kemudian dibor dengan diameter 20 mm dengan mesin drilling. L Tc = sn L= 8 mm S= 0.28 mm/rotation n=413 rpm Jadi,
Praktek Perautan
3.
Setelah diperoleh ukuran yang diinginkan kemudian benda kerja di gerinda untuk mendapatkan dimensi yang tepat. Tc=20 menit
Benda 2 NO 1. Gambar Proses Pengerjaan Keterangan Benda kerja 2 di bentuk sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin milling. L Tc = s' L= 42.4 S= 40 Jadi,
Praktek Perautan
2.
lalu di bentuk sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin milling. L Tc = s' L= 60 S= 50 Jadi, L s' 60 = 50 = 1.2 menit Tc = 1.2 menit x 2 x 4 Tc = 9.6 menit Lalu dilanjutkan dengan proses membuat 2 lubang dengan diameter 20mm sesuai dengan ukuran pada gambar disamping. L Tc = sn Tc = L= 30 mm S= 0.28 mm/rotation n=413 rpm Jadi,
3.
Praktek Perautan
4.
Lalu dilanjutkan dengan proses membuat lubang dengan diameter 30mm sesuai dengan ukuran pada gambar disamping dengan menggunakan mesin drilling. L Tc = sn L= 40 mm S= 0.34 mm/rotation n=340 rpm Jadi, L sn 40 = 0.34 340 = 0.346 menit Lalu dilanjutkan dengan proses membuat ulir pada lubang dengan diameter 30mm sesuai dengan ukuran pada gambar disamping dengan menggunakan mesin bubut. 4l w Tc = (n f ) Tc = L w = 40 mm f= 0.5 mm/rotation n=340 rpm Jadi,
Keterangan
Praktek Perautan
1.
Benda kerja 3 di lubangi sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin drilling. L Tc = sn L= 10 mm S= 0.15 mm/rotation n=318 rpm Jadi, L sn 10 = 0.15 318 = 0.2 menit Lalu dilanjutkan membuat ulir dengan diameter dengan ukuran disamping. 4lw Tc = (n f ) Tc =
Keterangan Benda kerja 4 di kurangi diameternya sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin
Praktek Perautan
= 1,02 menit Benda kerja 4 di kurangi diameternya sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin bubut. Dengan proses finishing. L Tc = f n L= 250 mm f= 0.5 mm/rotation n=270 rpm Jadi,
L f n 250 = 0.5 270 = 1.85 menit Benda kerja kemudian di raut hingga membentuk profil ulir dengan menggunakan mesin bubut
Tc = Tc =
4l w (n f )
Praktek Perautan
Benda 5 NO 1. Gambar Proses Pengerjaan Keterangan Benda kerja 5 di kurangi diameternya sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin bubut. Dilakukan proses finishing L Tc = f n L= 60 mm f= 1 mm/rotation n=270 rpm Jadi, L f n 60 = 1 270 = 0.2 menit Benda kerja 5 di kurangi diameternya sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin bubut. Dilakukan proses finishing L Tc = f n Tc =
Praktek Perautan
L= 60 mm f= 0.5 mm/rotation n=333rpm Jadi, L f n 60 = 0.5 333 = 0.09 menit Benda kerja kemudian di raut hingga membentuk profil ulir dengan menggunakan mesin bubut Tc = Tc = 4lw (n f )
NO 1. 2. 3. 4. 5.
Benda Kerja Benda Kerja 1 Benda Kerja 2 Benda Kerja 3 Benda Kerja 4 Benda Kerja 5 Total waktu pengerjaan keseluruhan
Praktek Perautan
Praktek Perautan
NO. 1. 2. 3. 4.
Requested 693 mm 40 mm R 10 79 mm
Actual
NO. 5. 6. 7. 8.
Requested R 10 20 mm 1X81
Actual
Praktek Perautan
NO. 1. 2. 3. 4.
Requested 693 mm 40 mm R 10 79 mm
Actual
NO. 5. 6. 7. 8.
Requested R 10 20 mm 1X81
Actual
Praktek Perautan
NO. 1. 2. 3. 4.
Requested 211 mm 40 mm R 15 60 mm
Actual
NO. 5. 6. 7. 8.
Requested 151mm 2 x 20 30 mm 20 mm
Actual
Praktek Perautan
: ST.45 : 20 X 300 mm
NO. 1. 2.
Requested 20 300 mm
Actual
NO. 3. 4.
Requested R5 10 mm
Actual
Praktek Perautan
: ST.45 : 30 X 250mm
NO. 1. 2.
Requested 30 240 mm
Actual
NO. 3. 4.
Requested 10 10 mm
Actual
Praktek Perautan
: ST.45 : 30 X 60mm
NO. 1. 2.
Requested 30 10 mm
Actual
NO. 3. 4.
Requested 20 20 mm
Actual
: ST.45 : 30 X 60mm
Praktek Perautan
NO. 1. 2. Requested 30 10 mm Actual
NO. 3. 4.
Requested 20 20 mm
Actual
BAB IV KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum
Dari hasil praktikum teknik perautan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan mesin perkakas, langkah penting yang harus kita perhatikanadalah : 1. Menentukan putaran mesin. Maksudnya putaran mesin nanti mempunyai hubungan yang kompeten dalam proses turning yaitu parameter pemotongan seperti kecepatan potong, kecepatan makan, hal tersebut mempunyai dampak pengaruh pada kehalusan hasil material yang diinginkan, waktu yang dipergunakan untuk produksi. 2. Menentukan kedalaman potong. Maksudnya kedalaman potong ini mempunyai pengaruh pada gaya yang diterima oleh pahat hal itu tentu akan menimbulkan dampak terhadap umur suatu pahat dan waktu pengerjaan suatu barang. 3. Menentukan gerak makan. Maksudnya dengan menentukan gerak makan nantinya dapat diatur waktu porses pengerjaan, kehalusan permukaan material. Dibawah ini adalah gambar hasil akhir benda kerja. 4. Menentukan posisi pahat pada benda kerja. Maksudnya dengan menentukan posisi pahat, baik itu ketinggian maupun jarak, akan mempengaruhi dari hasil pengerjaan benda kerja kita dan juga menentukan keselamatan kerja.
Praktek Perautan
Daftar pustaka
Rochim. T Husodo. N Husodo. N Gerling, H Teori dan Teknologi Proses Pemesinan Diktat Teknologi Mekanik I D3 Mesin FTI-ITS Diktat Teknologi Mekanik II D3 Mesin FTI-ITS All about Maching Tools
Praktek Perautan
Praktek Perautan