You are on page 1of 11

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY.

A DI DESA PEKALONGAN SELATAN

Disusun oleh :

DEPARTEMEN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG PRODI KEPERAWATAN PEKALONGAN 2009

KONSEP DASAR
A. Pengertian Asma adalah suatu penyakit dan sistem pernafasan yang meliputi peradangan dari jalan nafas dan gejala-gejala bronkospasme yang bersifat reversible (Antoni Crocket, 1997). Asma didefinisikan sebagai penurunan fungsi paru dan hiperres ponsivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsang (Lynda Jual Carpenito). Asma bronchiale adalah suatu penyakit saluran alergi sehingga menyebabkan gangguan pernafasan seperti sesak nafas, yang disertai dengan nafas berbunyi mengi (Whezing). B. Faktor Presipitasi Alergen utama debu debu rumah, spora, jamur dan tepung sari Iritan seperti asap, bau-bauan, polutan Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus Perubahan cuaca yang ekstrim Kegiatan jasmani yang berlebihan Lingkungan kerja Obat-obatan dan emosi rerumputan

C. Klasifikasi Secara etiologis asma bronchiale di bagi dalam 3 tipe : 1. Asma bronchiale tipe nonatopi (intrinsik) Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan dengan paparan terhadap alergen dan sifat-sifat adalah Serangan timbul setelah dewasa Pada keluarga tidak ada yang menderita asma Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan Perubahan cuaca / lingkungan yang nono spesifik merupakan keadaan

yang peka bagi penderita. 2. Asma bronkial hipe atopi (ekstrinsik) Pada golongan ini ada keluhan yang berhubungan dengan paparan terhadap alergen lingkungan yang spesifik, kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan

dengan uji kulit atau provokasi bronchial pada tipe-tipe yang mempunyai sifatsifat : Timbul sejak anak-anak Pada keluarga ada yang menderita asma Sering menderita rinitis

3. Asma Bronchiale campuran Pada keadaan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor ekstrensik dan intrinsit D. Patofisiologi Kelainan utama dari asma diduga disebabkan karena adanya hipersensitivitas dari cabng-cabang bronkus. Pada individu yang retan, lapisan dan cabang-cabang bronkial tersebut akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya. Kerentanandari individu kemungkinan diturunkan secara genetik, munculnya kerentanan disebabkan oleh adanya perubahan terhadap rangsangan yang berlebih-lebihan dengan faktor lingkungan tertentu, seperti penerapan bahan alergen / iritan. Apapun pencetusnya mekanisme yang terjadi adalah sama saja bronkokontriksi yang terjadi kemungkinan sebagai suatu reaksi perlindungan untuk membatasi instalasi alergen / iritasi yang lebih lanjut, bila hal ini berlangsung terus maka lapisan jalan akan tersentifisasi terutama pada bronkus berukuran sedang dan bronkiolus sehingga mengalami peradangan dan edematosus. Pada asma atopik keadaan ini disebabkan oleh alergen spesifik yang terkait dengan antibodi-antibodi spesifik sehingga menyebabkan pelepasan dari berbagai macam hormon lokal dan zat mediator. Pada semua kasus adanya peradangan dapat ditandai dengan edema dari selaput lendir bronkial dan peningkatan ekskresi. Hal ini dapat meningkatkan intabilitas dari obat-obat polos bronkial. E. Manifestasi klinis Tachikardi Tachipnea Batuk - Mengi / Whezing - Pernafasan pendek - Rasa sesak didada

Serangan biasanya menghilang dalam 30 60 menit Spuhim dalam bentuk kental dan jumlah banyak Kelelahan terjadi setelah serangan Diaphoresis

hari -

Kontraksi yan kaku dari bronkhiolus Penurunan kecepatan ekspirasi maksimal dan volume ekspirasi Kapasitas residu fungsional dan volume residu sangat tinggi selama Oto polos bronkhiolus megalami atrofi Skintest alergen Batuk yang paroksismal terutama pada malam hari berlangsung 10 14 Sianosis Tekanan darah meningkat

serangan asama.

F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan test kulit untuk menunjukkan adanya alergi dan adanya Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E serum untuk menyokong adanya Pemeriksaan analisa gas darah dilakukan dengan pasien asma berat Pemeriksaan eosinofil damal darah jumlah eosinofil total dalam darah Pemeriksaan sputum untuk menilai adanya misellium aspergius Radiologi dilakukan apabila dan kecurigaan terhadap proses patologik antibodi kadar Ig E yang spesifik dalam tubuh. penyakit atopi

sering meningkat fumigatus dipar G. Penatalaksanaan 1. Pegobatan Medika Mentosa Waktu serangan Bronkodilator antihistamin Diluar serangan disodium chomoglycate (DSCG) ketotijen - korkhosteroid - antibiotika - ekspektoransia

2. Pengobatan non Medika Mentosa Waktu serangan Pemberian O2 - Pastural drainase

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pemberian cairan Pendidikan

- Menghindari paparan alergen

Diluar serangan Immunoteraphy/desensitasi Pelayanan / kontrol emosi Menyembuhkan dan menendalikan gejala asma Mencegah kekambuhan Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta

Tujuan pelaksanaan terapi asma

mempertahankan Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal Menghindari efek samping obat asma Mencegah obstruksif jalan nafas yang irreversible O2 4-6 liter/menit Agonis B2 Amnofium bolus IV 5 6 mg Kortikosteroid hidrokortison 100

Terapi awal : 1. 2. 3. 4. 200 mg IV Terapi asmak kronik 1. Asma ringan : agnosis B2 inhalasi 2. Asma sedang : anti inflamsi / hr dan agonis B2 inhalasi bila perlu 3. asmaAberat : steroid inhalasi / hr B2 long acting, steroid sedang sehari/dosis tunggal harian dan agnosis B2 inhalasi sesuai kebutuhan Respon terapi awal baik didapatkan keadaan : 1. Respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan 2. Pemeriksaan fisik normal 3. Arus puncak ekspirasi > 70 %

Pathways
(Non alergik) Instrinsik Asma Enstrinsik (alergik) Reaksi hipersensitif terhadap alergen Stimulus B lymfosit Simpatis Sel mast Menstimulus sist Bronko kontriksi Adienegik ditronkus Bronko kontriksi Melepaskan histamin, bradikin, prostaglandin, anfilaksis Peningkatan kerja napas Takipenia Takikardi Mengi/Wheezing Nafas pendek Rasa sesak didada kelelahan Anorexia, minum Resiko/ganggua n kekurangan cairan Resiko/ganggua n nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Pe Kehil air Plamukosa tidak tampak sebagai Etelektasis penguapan ekshalasi & pemasukan oral Hipoksemia Menyerang sel mast & bospfil didinding bronkial Sel plasma memproduksi antibodi IG E

Stres aktivitas
Respon syaraf Parasimpatis Mengeluarkan etikain

Kontraksi otot polos bronkial permebilitas vaskuler

Edem mukosa Peradangan pada bronkus Batuk keluar keringat & sputum bentuk kental & banyak

Gangguan Pola aktivitas

Peradangan mempengaruhi Gangguan pemenuhan kebutuhan endogen & pirogen istirahat tidur

Hipotalamus

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Prostagladin tz Peningkatan kebutuhan O2 Suhu tinggi

ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian


1. Riwayat Keperawatan a. b. c. d. a. b. c. d. e. f. Masalah pernafasan yan pernah dialami Pernah mengalami perubahan pola pernafasa Pernah mengalami batuk dengan sputum Pernah mengalami myeri dada Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala diatas Riwayat penyakit pernafasan Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC Bagaimana frekuensi setiap kejadian ? Riwayat Kardiovaskuler Pernah mengalami penyakit jantung atau peredarah darah Gaya hidup Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok Mata Konjungtiva pucat (karena anemia) Konjugtiva sianosis (karena hipoksernia) Kunjungtiva Kulit Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer) Sianosis secara umum (hiposekmia) Penurunan turgor (dehidrasi) Jari dan Kuku - Clubbing finger Mulut dan Bibir Membran mukosa sianosis Bernafas dengan mengerutkan mulut Hidung Vena Leher - Edema - Edema periorbital terdapat pethechia (karena kembali lemak atau

2. Pemeriksaan Fisik

andokardhitis)

- Sianosis

- Pernafasan dengan cuping hidung - Adanya distensi / bendungan

g. h. a. b. c. d. e. -

Dada Retraksi oto bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan, Pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan dada kiri Taktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara / suara melewati Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial) Bunyi perkusi (resonan, hyperesonan, dullness) Pola Pernafasan Eupnea (pernafasan normal) Tacypnea (pernafasan cepat) Bradypnea (pernafasan lambat) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi, jantung EKG Exercise stress test Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah Echocardiography Katerisasi jantung Tes untuk mengukur ventilasi dan oksegenasi Tes fungsi paru-paru dengan spirometri Tes astrup Melihat struktur sistem pernafasan X-Ray thoraks Bronchoskopi Menentukan sel abnormal / injeksi sistem pernafasan Kultur apus tenggorok Sitologi Spesimen sputum (BTA) - CT Scan paru - Oksimetri - Pemeriksaan darah lengkap - Angiografi dispnea atau obstruksi jalan pernafasan)

saluran / rongga pernafasan)

3. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa timbul pada kasus asma bronchiale adalah sebagai berikut : 1. Tidak efektifnya pola pernafasan berhubungan dengan penyemopitan pada daerah bronchus ditandai dengan dispnea PR > 28 x/menit, pasien gelisah dan lelah, cynosis, ekluar keringat dingin, adanya ronchi, wheezing, crackles, takicardi, tekanan darah meningkat Rencana tujuan : Jalan nafas kembali normal dengan kriteria sesak nafas berkurang dengan frekuensi pernafasan 16 20 x/menit tak sianosis, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, tidak arakles. Rencana tindakan : Observasi tanda-tanda vital Atur posisi tidur semi fowler Ajarkan nafas dalam Awasi adanya penurunan tingkat kesadaran - Ajarkan batuk efektif - Kolaborasi dengan dokter

Monitor warna dan perubahan mukosa membran

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia dengan mual dan tidak ada nafsu makan, pasienh merasa lemah dan porsi makan tidak pernah habis. Rencana tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda. Kurang nutrisi, porsi makan yang disediakan habis, nafsu makan meningkat / panik. Rencana tindakan : Kaji tanda-tanda vital dan tanda-tanda kekurangan nutrisi Anjurkan makan sedikit tapi sering Sajikan makanan selagi hangat Monitor masukan cairan infus Libatkan keluarga dalam motivasi pemberian makanan Kolaborasi dengan dokter untk mendapatkan terapi

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknormalan status fisiologi (sesak nafas) ditandai dengan pasien sesak nafas, mata merah dan terlihat kehitamhitaman disekitar kelopak mata.

Rencan tujuan : Pola tidur dapat kembali normal dengan kreteria pasien dapat tidur siang 2 jam dan tidur malam 6 8 jam pasien segar dan tidak sesak nafas. Rencana tindakan : Kaji tentang pola tidur klien Atur posisi tidur senyaman mungkin Bersihkan dan rapikan tempat tidur pasien Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman Beri motivasi klien untuk dapat beristirahat

4. Resti Defisit volume cairan dengan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebih ditandai dengan : muntah-muntah, keluar keringat dingin, nadi cepat dan kecil. Rencana tujuan : Kekurangan cairan tidak terjadi dengan kriteria tanda-tanda dehidrasi tida kada, intke 2.000 3.000 cc/hari dan out put 1.500 cc/hari. Rencana tindakan : Kaji tanda-tanda dehidrasi Observasi tanda-tanda vital Anjurkan banyak minum Ukur intake dan output cairan Motivasi klien dalam pemenuhan kebutuhan cairan Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi

Daftar Pustaka
Antony Crocbett, Penanganan Asma Dalam Primer, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta 1997. Soeparman, Sarwono Wasdapaji, Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, balai penerbit FKUI, Jakarta 1998. M. Amin, Hood Alsagar, Ilmu Penyakit Paru, Penerbit Air Langga University Press 1993. Tarwota, Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Penerbit Salemba Medika.

You might also like