You are on page 1of 11

IV. PERAN SUHU UDARA, RH, DAN CAHAYA TERHADAP LAJU EVAPOTRANSPIRASI A. Pendahuluan 1.

Latar Belakang Sumber panas lapisan tempat kita tinggal (troposfer) adalah muka bumi. Panas laten kondensasi, radiasi dan konduksi panas dari muka bumi yang memantulkan suhu dari matahari adalah sumber suhu terbesar di troposfer. Akibatnya makin tinggi tempat makin dingin suhunya secara eksponensial, tapi itu cuman di atmosfer aja, soalnya nanti di atas troposfer (setelah tropopause) ada lapisan inversi yang justru suhunya naik terhadap ketinggian, tapi itupun karena adany konsentrasi O3 (ozon) di stratosfer yang menyerap radiasi UV matahari, kita kenal ada lapse rate susut suhu, ada yang kering ada yang basah. Laju penurunan tekanan berbanding lurus dengan laju penurunan suhu, sehingga ketika kita ke tempat yang tinggi tekanan udara semakin rendah sehingga suhu udara pun menurun. Itulah salah satu hal yang menyebabkan di pegunungan suhu udara lebih dingin dari suhu di dekat laut. Sebenarnya benar bahwa daerah di pegunungan menerima radiasi matahari yang lebih banyak tetapi radiasi matahari yang diterima lebih banyak digunakan untuk transfer energi/panas laten. Di pegunungan dan daerah yang bukan pegunungan, lebih banyak tanaman di pegunungan. Sebagian besar radiasi matahari lebih banyak diabsorpsi untuk pertumbuhan tanaman dan digunakan untuk proses transpirasi (pelepasan molekul air oleh tanaman ke atmosfer). Inilah juga yang menyebabkan suhu udara jadi lebih rendah karena transfer energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu lebih banyak digunakan untuk transpirasi dan evaporasi (penguapan air dari tanah dan badan-badan air: danau, sungai dsb). Tekanan udara dipermukaan bumi diakibatkan oleh lapisan udara yang berada pada atmosfer bumi. Semakin bertambah ketinggian suatu tempat, maka makin rendah tekanan udara. Faktor pendorong bergeraknya

51

52

massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. 2. Tujuan Praktikum Mengetahui pengaruh suhu, kelembaban relatif, dan cahaya terhadap laju evaporasi tanah, transpirasi, dan evapotranspirasi. 3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Agroklimatologi acara pengamatan peran suhu udara, RH, dan cahaya terhadap laju evapotranspirasi ini dilaksanakan pada tanggal 14 April - 4 Mei 2012 (menyesuaikan shift). Bertempat di Fakultas Pertanian UNS. B. Tinjauan Pustaka Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara karena beratnya kepada setiap bidang seluas 1 cm2 yang mendatar dari permukaan bumi. Hal ini dapat dipahami bahwa setiap lapisan udara yang dibawah mendapat tekanan udara dari yang diatasnya. Oleh karena itu lapisan yang dibawah keadaan tegang. Ketegangan itu sangat besar sehingga berat udara yang diatasnya bertahan dalam keadaan seimbang. Tinggi barometer ialah panjang kolom air raksa yang seimbang dengan tekanan udara pada waktu itu. Tekanan udara umumnya menurun sebesar 11 mb untuk setiap

bertambahnnya ketinggian tempat sebesar 100 meter. Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu, suhu udara didaerah tropis menunjukkan fluktasi musiman yang sangat kecil. Oleh sebab itu dapat dipahami jika tekanan udara dikawasan tropis relatif konstan (Kensaku, 2002). Kelembaban udara dibagi menjadi dua yaitu kelembaban relatif dan absolut. Kelembaban relatif atau nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Kelembaban absolut atau mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1 m3 (Ubaid, 2011) Suhu mencakup dua aspek, yaitu derajat dan insolasi. Insolasi menunjukkan energi panas dari matahari, mirip dengan pengertian intensitas pada radiasi. Salah satu yang mempengaruhi insolasi adalah Altitude (tinggi

53

tempat dari permukaan laut) semakin tinggi altitudeinsolasi semakin rendah, setiap naik 100 m suhu turun 0,6oC. Musim berpengaruh terhadap insolasi dalam kaitannya dengan kelembaban udara dan keadaan awan (Irham, 2010). Semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan suatu tempat, temperatur udara akan semakin tinggi. Perbedaan temperatur udara yang disebabkan adanya perbedaan tinggi rendah suatu daerah disebut amplitudo. Alat yang digunakan untuk mengatur tekanan udara dinamakan termometer. Garis khayal yang menghubungkan tempattempat yang mempunyai tekanan udara sama disebut garis isotherm (Syihamuddin, 2010). Penguapan adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk gas. Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi yaitu penguapan air secara langsung dari lautan, danau, sungai dan transpirasi merupakan penguapan air dari tumbuh-tumbuhan dan yang lainya. Gabungan antara evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi (Wuryatno, 2000).Evaporasi adalah perubahan air menjadi uap, yang merupakan suatu proses yang berlangsung hampir tanpa gangguan selama berjam-jam pada siang hari dan sering juga selama malam hari.Uap ini kemudian bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke udara. Evapotranspirasi merupakan ukuran total kehilangan air untuk suatu luasan lahan melalui evaporasi dari permukaan tanaman. Secara potensial evapotranspirasi ditentukan hanya oleh unsur unsur iklim, sedangkan secara aktual evapotranspirasi juga ditentukan oleh kondisi tanah dan sifat tanaman (Karmini, 2008). C. Prosedur Kerja 1. Memasang termometer dan hygrometer pada sangkar cuaca. Siapkan tiga buah sangkar cuaca, dan diletakkan pada 3 lokasi yang berbeda, yakni : a. Di dalam rumah kaca (posisi di tengah-tengah rumah kaca). b. Di bawah naungan screen atau paranet, 40 % c. Pada lingkungan terbuka tanpa naungan.

54

2. Memasang sangkar cuaca (kotak) yang berwarna putih tersebut pada ketinggian 120 cm di atas tanah. 3. Meletakkan tiga tanaman dalam pot pada masing-masing lokasi (dekat kotak), dengan ketentuan : a. Pot A berisi tanah saja ( tanpa tanaman) kondisi terbuka. b. Pot B berisi tanaman dengan kondisi pot dan tanah dibungkus plastik. c. Pot C kondisi biasa berisi tanaman. Tanaman pada pot A dan pot B diusahakan seragam. 4. Melakukan pengamatan berat pot A, B, dan C serta pengamatan cuaca suhu, RH yang ada di dalam sangkar. 5. Melakukan pengamatan intensitas cahaya dengan lux meter. Posisi sensor menghadap ke atas (jangan miring). Pengamatan dilakukan pada ketinggian 100 cm di atas tanah (lantai). Untuk pengamatan dengan lux alat disetel pada posisi tertinggi, dan bila belum terdeteksi posisi sakelar bisa diturunkan ke posisi yang lebih rentah. Alat lux meter digital biasanya ada 3 range (skala) pengukuran. 6. Mengulangi pengamatan suhu, rh, intensitas cahaya dan berat pot setiap 15 menit sekali. 7. Setelah dilakukan 4 kali pengamatan (ada 4 data) dilakukan perhitungan laju evaporasi, tarnspirasi dan evapotransiparasi pada masing-masing periode percobaan (satu periode = 15 menit). 8. Untuk menghitung evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi dibuat satuan gram per jam, sehingga data yang diperoleh perlu dikonversi.

55

D. HASIL PENGAMATAN Tabel 4.1 Data Rekapan di Naungan


ETh g/h 0 -4 -6 -6 -2 -6 -2 0 -2,8 0,8 0,61 1,02 0,57 0,67 ETh g/h -16 -12 -18 -10 -12 -10 -10 -10 -11 ET Suhu Kel Jam
0

RH % -

Chya fc 878 1313 1620 790 1350 820 1770 2530 1383

Ul. ang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 A

Berat Pot (g) B 973 973 972 970 970 969 969 969 969 970 C 1156 1156 1156 1153 1150 1148 1146 1145 1144 1150

Evp g/h 0 -2 -2 -6 0 -6 -2 0 -9

Trans g/h 0 -2 -4 0 -2 0 0 0 -0,8

g/h 0 0 -6 -6 -4 -4 -2 -2 -2,6

m/s 0

3 3 2 1 4 6 5 8 7

08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00

30,22 30,22 31,42 31,20 34,20 31,81 32,01 33,01 32,20 31,81

560 560 559 558 555 555 552 551 551 555

Rata-Rata

Sumber : Data Rekapan Tabel 4.2 Data Rekapan di Rumah Kaca


Suhu
0

Kel

Jam

RH % 61 56 44 38 35 36 32 34 28 40

Int. Chya fc 1990 3420 2560 1140 3610 2100 1050 7690 1410 2774

Ul. ang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 A

Berat Pot (g) B 1155 1147 1141 1135 1133 1129 1127 1124 1121 1135 C 619 618 607 604 600 597 594 591 588 602

Evp g/h 0 0 -6 -6 -4 -6 -4 -4 -3,3

Trans g/h -16 -12 -12 -4 -8 -4 -6 -6 -7,5

ET g/h -2 -22 -6 -8 -6 -6 -3 -6 -6,5

ang m/s 0 0,67 0,57 1,02 0,8 0,61

2 2 1 4 3 7 6 5 8

08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00

29 31 32 34 35 35 35 35 37 34

648 648 648 645 642 640 637 635 633 642

Rata-Rata

Sumber : Data Rekapan

ang

Int.

56

Tabel 4.3 Data Rekapan di Tempat Terbuka


Kel 4 4 3 2 1 5 8 7 6 Jam 08.00 08.30 09.00 09.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00 Suhu
0

RH % 60 55 46 46 42 40 40 40 35 45

Int. Chya fc 5000 5570 5570 5860 7160 6310 8840 9030 9620 6995

Ul. ang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 A

Berat Pot (g) B 797 797 799 798 796 793 793 792 790 889 C 1291 1291 1285 1281 1275 1269 1264 1256 1248 1273

Evp g/h -10 -2 -6 -6 -12 -4 -6 -8 -5

Tra ns g/h 0 -4 -2 -4 -6 0 -2 -4 -3,5

ET g/h 0 -12 -8 -12 -12 -10 -16 -12 -9,1

ETh g/h -10 -2 -8 -10 -18 -4 -8 -12 -8

ang m/s 0 0,67 0,57 1,02 0,8 0,61

29 30 31 31 32 32 33 33 34 32

559 554 553 550 549 541 539 536 532 546

Rata-Rata

Sumber : Data Rekapan E. Pembahasan Penguapan terjadi apabila adanya transfer energi panas. Energi panas ini dibutuhkan untuk mengubah wujud benda dari cair menjadi uap. Oleh karena panas ini hanya dipakai untuk mempengaruhi peralihan dari cair menjadi uap, dan tidak mempunyai efek terhadap suhu cairan maupun uapnya, maka dinamakan panas laten. Laju evaporasi bergantung masukan energi matahari yang diterima. Semakin besar jumlah energi matahari yang diterima, maka semakin banyak molekul air yang diuapkan. Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir. Nilai evaporasi merupakan selisih permukaan atau tinggi dari dua kali pengukuran setelah nilai curah hujan apabila terjadi hujan. Terdapat berbagai faktor yang menghambat dan mempercepat kecepatan dan jumlah penguapan diantaranya adalah: (1) Suhu, dengan kenaikan suhu air dan tekanan uap air, kemampuan titik-titik air untuk menguap ke udara mengalami kenaikan dengan cepat; (2) Kelembaban udara, dipengaruhi oleh jumlah uap air di udara. Penguapan akan lebih besar apabila kelembaban nisbi rendah; (3) Angin, angin sangat mempercepat terjadinya penguapan, karena angin mengganti udara basah dekat permukaan air dengan udara kering; (4) Susunan

57

air, penguapan lebih tinggi pada air tawar dari pada air asin; (5) luas permukaan, penguapan akan lebih besar pada daerah yang memiliki permukaan yang luas; (6) Tekanan Udara, pada umumnya jika tekanan udara lebih rendah di atas permukaan air, penguapannya lebih besar; (7) Panas laten penguapan. Mekanisme terjadinya transpirasi ditentukan oleh seberapa lebar celah di antara du sel penutup stoma, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi membuka-menutupnya stomata akan menentukan banyaknya transpirasi. Keluarnya uap air dari celah stoma merupakan proses difusi gas, karena tekanan uap di sebelah dalam celah lebih tinggi daripada tekanan uap di udara luar daun. Karena tekanan uap di ruang udara di dalam celah daun selalu berkurang oleh terjadinya difusi gas keluar, maka terjadinya penguapan air di dinding sel parenkim mesofil daun yang berbatasan dengan ruang udara. Selanjutnya proses ini akan menarik air dari sel sebelah dalam dan seterusnya. Pada praktikum kali ini lokasi dibawah naungan (paranet) suhu lebih rendah dibandingkan dengan lokasi di dalam rumah kaca. Rata-rata suhunya pun juga paling rendah yaitu 31,810C. Artinya suhu langsung dipantulkan ke lokasi tertutup. Meskipun panas yang diberikan tidak mencapai 100%. Jadi lokasi sangat mempengaruhi temperatur. Salah satu faktor yang

mempengaruhinya adalah lamanya penyinaran. Adanya paranet membuat cahaya matahari yang masuk dibatasi dan tidak langsung mengenai tanaman. Sehingga evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi menjadi lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan di rumah kaca dan terbuka. Rata-rata evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi dan ETh pada perlakuan naungan (paranet) paling tinggi diantara tiga perlakuan yaitu di rumah kaca dan di tempat terbuka yaitu -9 g/h; -0,8 g/h; -2,6 g/h dan -2,8 g/h. Dilihat dari hasil masing masing perlakuan diantaranya pada rumah kaca didapat ET langsung (rata-rata) sebesar -6,5 g/h sedangkan ET hitung (evaporasi+transpirasi) sebesar -11 g/h; pada lokasi di dalam naungan atau paranet didapat ET langsung (rata-rata) sebesar -2,6 g/h sedangkan ET hitung (evaporasi+transpirasi) sebesar -2,8 g/h; pada lokasi terbuka didapat ET

58

langsung sebesar (rata-rata) -9,1 g/h sedangkan ET hitung sebesar -8 g/h. Interpretasi yang kita dapatkan berdasarkan hasil diatas bahwa ET langsung lebih kecil dibandingkan ET hitung. Tingkat evapotranspirasi terbesar yaitu pada lokasi naungan (paranet) yang kaya akan cahaya matahari dan mudah kembali untuk mentranslokasikan cahaya ke udara. Perlakuan ditempat terbuka memiliki kelembaban paling tinggi dan suhunya pun paling rendah dibandingkan tempat naungan dan rumah kaca yaitu 450C dan 32%. Hal ini terlihat dari berat rata-rata tanaman yang memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan perlakuan yang lain. Namun pada perlakuan di tempat terbuka, tanaman mengalami evapotranspirasi yang lebih besar. Pada perlakuan ini tanaman langsung terkena sinar matahari sehingga membuat suhunya semakin meningkat dan kelembabannya semakin rendah walaupun masih tinggi bila dibandingkan dengan yang lain. Ini mempengaruhi evaporasi, transpirasi dan evaporasi pada tanaman. Rata-rata evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi dan Eth pada perlakuan terbuka paling tinggi diantara dua perlakuan di rumah kaca dan di naungan (paranet) yaitu -5g/h ; -3,5 g/; -9,1 g/h dan -8 g/h. Hubungan antara luas permukaan dengan kecepatanevaporasi, yaitu semakin luas permukaan suatu bahan maka akan semakin besar kecepatan evaporasinya sehingga pengurangan kadarair yang terjadi juga semakin besar. Karena dengan luas permukaanyang besar, proses konveksi atau proses pemanasan terhadap bahanakan dengan cepat menyebar sehingga panas yang bersentuhan denganbahan semakin menyebar dan akibatnya proses penguapan air akan semakin cepat terjadi. Pengamatan suhu di naungan suhu rata-rata lebih tinggi (31,81oC) di bandingkan pada perlakuan di tempat terbuka (31,66oC) dan di rumah kaca (33,66oC). Hal tersebut salah satunya di pengaruhi oleh intensitas radiasi matahari semakin tinggi intensitas cahaya maka suhu akan semakin tinggi. Terbukti rata-rata intensitas cahaya di naungan lebih rendah (1229,55lux) di bandingkan pada perlakuan di tempat terbuka (6995,55 lux) dan di rumah kaca (2774,44).Pengamatan kelembaban rata-rata di rumah kaca lebih rendah (40,44 %) di bandingkan pada perlakuan di tempat terbuka

59

(44,88%). Berdasarkan teori semakin rendah intensitas cahaya suhu akan semakin rendah dan kelembaban semakin tinggi. Karena kelembaban berbanding terbalik dengan suhu. Pada pengamatan kelembaban ini kurang sesuai dengan teori mungkin dikarenakan oleh human error yang berupa ketidak-telitian praktikan waktu pengukuran kelembaban. Semakin tinggi kelembaban suatu tempat maka laju evapotranspirasinya semakin rendah dan sebaliknya. Sedangkan intensitas cahaya dan suhu berbanding lurus dengan laju evapotranspirasi. Semakin rendah intensitas cahaya, suhu juga semakin rendah namun kelembaban semakin tinggi dan laju evapotranspirasi semakin rendah. Laju evapotranspirasi pada perlakuan di rumah kaca rata-ratanya sebesar 18 gram/jam. Laju evapotranspirasi pada perlakuan di naungan rata-rata sebesar 30 gr/jam. Sedangkan laju evapotranspirasi pada perlakuan di tempat terbuka sebesar 54 gr/jam. Hal ini dikarenakan pada tempat terbuka laju kehilangan airnya (transpirasi) dan evaporasinya lebih tinggi, dan

kelembabannya lebih rendah di banding perlakuan yang lain.Pada hasil pengamatan menunjukkan perubahan berat/pengurangan berat hal ini dikarenakan adanya uap air yang hilang melalui evaporasi maupun transpirasi. F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan praktikum pengamatan peran suhu udara, RH, dan cahaya terhadap laju evapotranspirasi, maka dapat disimpulkan bahwa; a. Semakin tinggi suhu udara maka laju evapotranspirasi akan semakin besar dan sebaliknya. b. Semakin tinggi kelembaban maka laju evaporasi, transpirasi dan laju evapotranspirasi semakin rendah dan sebaliknya. c. Semakin tinggi intensitas cahaya maka laju evapotranspirasi semakin tinggi dan sebaliknya. d. Semakin tinggi intensitas cahaya, suhu akan semakin meningkat sedangkan kelembaban akan semakin rendah.

60

e. Jadi suhu, kelembaban relative dan intensitas cahaya sangat berpengaruh terhadap laju evaporasi tanah, transpirasi dan

evapotranspirasi tanaman. f. Evapotranspirasi adalah penjumlahan dari evaporasi (penguapan air secara umum dari suatu permukaan benda) dan transpirasi (kehilangan air dalam bentuk uap yang melewati tubuh tuumbuhan). 2. Saran a. Praktikum kali ini melibatkan semua praktikan dalam pengamatan praktikum agar lebih mengerti dan mudah dipahami oleh praktikan. b. Praktikan dilibatkan dalam pengamatan yang dilakukan oleh Co.Ass sehingga praktikan mempunyai pengalaman tentang pengamatan altitide dengan tekanan udara, suhu udara dan RH.

61

DAFTAR PUSTAKA

Irham. 2010. Pengaruh Suhu Sebagai Faktor Luar Pada Produktifitas Tanaman. http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012. Karmini. 2008. Validasi Model Pendugaan Evapotranspirasi : Upaya Melengkapi Sistem Database Iklim Nasional. Jurnal Tanah dan Iklim No. 27, 2008. Syihamuddin. 2010. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Udara. http://www.syiham.co.cc. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012. Takeda, Kensaku. 2005. Hidrologi Pertanian. PT. Pratya Utama, Bogor. Ubaid. 2011. Makalah Tekanan Udara. http://www.ubaid.web.id. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012.

You might also like