You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pekanbaru merupakan salah satu kota yang sedang mengalami
perkembangan yang cukup pesat dari segala aspek. Terutama dari aspek
pembangunan, antara lain pengembangan pusat pemerintahan dan pusat
pendidikan yang memacu perkembangan kota tersebut. Pertambahan penduduk
dan pembangunan kota pekanbaru menyebabkan masalah pada sistem drainase
yang sebelumnya kurang diperhatikan.
Seiring bertambahnya penduduk juga akan menimbulkan pembangunan
yang semakin banyak untuk memenuhi kebutuhan ruang kehidupannya. Hal ini
akan menyebabkan perubahan tata guna lahan yang semula lahan kosong menjadi
pemukiman penduduk.
Perubahan tata guna lahan tersebut menimbulkan dampak kurangnya
penyerapan atau infiltrasi pada tanah yang disebabkan curah hujan yang ada di
kota pekanbaru. Akibat curah hujan yang tinggi maka sistem drainase yang ada
tidak bisa menampung debit yang terjadi sehingga terjadilah banjir.
Banjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak
dapat lagi ditampung oleh jaringan drainase di suatu daerah sehingga
menimbulkan genangan yang merugikan. Kerugian yang diakibatkan banjir
seringkali sulit diatasi baik oleh masyarakat maupun instansi terkait. Banjir
disebabkan oleh berbagai macam faktor yaitu kondisi daerah tangkapan hujan,
durasi dan intesitas hujan, land cover, kondisi topografi, dan kapasitas jaringan
drainase.
Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air drainase, merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air
limbah dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan permukaan
perkerasan lainnya, serta berupa penyaluran kelebihan air pada umumnya, baik
berupa air hujan, air limbah maupun air kotor lainnya yang keluar dari kawasan
yang bersangkutan baik di atas maupun di bawah permukaan tanah ke badan air
atau ke bangunan resapan buatan.
Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras,
membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas
air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Banjir di daerah perkotaan memiliki karakteristik yang berbeda dengan banjir
pada lahan/alamiah. Pada kondisi di alam, air hujan yang turun ke tanah akan
mengalir sesuai kontur tanah yang ada ke arah yang lebih rendah. Untuk daerah
perkotaan pada umumnya air hujan yang turun akan dialirkan masuk ke dalam
saluran-saluran buatan yang mengalirkan air masuk ke sungai. Kontur lahan yang
terdapat di daerah perkotaan direncanakan agar air hujan yang turun mengalir ke
dalam saluran-saluran buatan tadi. Ada kalanya, kapasitas saluran tersebut tidak
mencukupi untuk menampung air hujan yang terjadi, sehingga mengakibatkan
terjadinya banjir.
Perkembangan dan pembangunan yang ada di Universitas Riau khususnya
fakultas teknik secara tidak langsung mengakibatkan perubahan tata guna lahan
akibat dari bertambahnya mahasiswa baru dan kebutuhan akan lahan parkir yang
memadai. Hal ini menyebabkan berkurangnya area penyerapan atau infiltrasi pada
tanah. Maka pada saat curah hujan yang tinggi menyebabkan limpasan permukaan
yang tinggi dan terjadi banjir.

1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, permasalahan utama yang perlu diketahui adalah
bagaimana intensitas curah hujan yang terjadi dan bagaimana mengetahui
distribusi kapasitas air yang dialirkan melalui masing-masing saluran drainase,
sehingga dari hasil simulasi dapat diperoleh rekomendasi tindakan melakukan
perencanaan ulang serta efisiensi kapasitas saluran dalam rangka mengurangi
terjadinya luapan atau banjir.

1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan tugas ini adalah untuk menyusun tahap-tahap mendesain saluran
drainase yang ada pada kawasan mall SKA hingga jalan S.M Amin, Pekanbaru.
Manfaat dari penelitian ini yaitu mengatasi banjir dan menentukan arah aliran air
saluran pada kawasan tersebut diatas dan menciptakan tata guna lahan yang
nyaman dan berwawasan lingkungan.





























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisa Curah Hujan Maksimum
Curah hujan maksimum harian rata-rata ini digunakan dalam rangkaian
proses penyiapan data untuk analisis frekwensi. Dalam praktek ditemui 5 (lima)
cara penyiapan data untuk mencari curah hujan maksimum rata-rata. Kelima cara
ini dapat dirangkum sebagai berikut:
Cara 1
Data hujan DAS diperoleh dengan menghitung hujan rata-rata (dengan cara
yang terbaik yang diketahui) setiap hari sepanjang data yang tersedia. Bila
tersedia data 20 tahun, berarti hitungan rata-rata diulang sebanyak 20 kali
365 yaitu 7300 kali
Cara 2
Dalam satu tahun tertentu, untuk setasiun I dicari hujan maksimum
tahunnannya. Selanjutnya, dicari hujan harian pada setasiun-setasiun lain
pada hari kejadian yang sama dalam tahun yang sama dan kemudian
dihitung hujan rata-rata DAS. Masih dalam tahun yang sama, dicari hujan
maksimum tahunan untuk setasiun II. Untuk hari kejadian yang sama, hujan
harian untuk setasiun-setasiun lain dicari dan dirata-ratakan. Demikian
selanjutnya sehingga dalam tahun itu akan didapat N buah data hujan rata-
rata DA. Untuk tahun berikutnya cara yang sama dilakukan sampai seluruh
data yang tersedia.
Cara 3
Cara ini dengan menggunakan data pada salah datu setasiun (data
maksimum) dan mengalikan data tersebut dengan koefisien reduksi.
Hitungan ini berarti juga harus dilakukan dan diulang seperti cara yang
sama.
Cara 4
Cara penyiapan data lain adalah dengan mencari hujan-hujan maksimum
harian setiap setasiun dalam satu tahun, kemudian dirata-ratakan untuk
mendapatkan hujan DAS.
Cara 5
Dengan cara menganalis frekuensi data hujan setiap setasiun sepanjang data
yang tersedia. Hasil analisa frekuensi tersebut selanjutnya dirata-ratakan,
sebagai hujan rata-rata DAS.

2.2 Analisa Curah Hujan Rencana
2.2.1 Pemilihan Analisa Frekuensi
Dalam menentukan rangkaian data hujan / debit yang akan digunakan
analisa frekuensi. Terdapat 3 cara penentuan rangkaian data hujan / debit, sbb :
Maksimum annual series
Dilakukan dgn mengambil hanya satu besaran maksimum setiap tahun.
Dengan demikian apabila tersedia data sepanjang n tahun, maka hanya akan
ada n data sampel.
Partial series
Dilakukan apabila ditentukan suatu batas bawah (threshold), sehingga data
yang melebihi besaran batas bawah diambil sebagai data sample.
Annual exceedance series
Seperti pada partial series tetapi batas bawah ditentukan sedemikian
sehingga jumlah data sama dengan jumlah tahun.

Parameter statistic
1. Rerata/mean ( x ):

=
i
X
n
x
1

2. Deviasi Standar (s) :
2
) (
1
1
x X
n
s
i

=


3. Koefisian varian :
x
s
C
v
=


4. Kemencengan (skewness) :
3
3
) (
) 2 )( 1 (



= x X
s n n
n
C
i s

5. Koefisien kurtosis :
4
4
2
) (
) 2 )( 1 (



= x X
s n n
n
C
i k


Langkah-langkah analisis frekuensi secara analitik
1. Penyiapan data series.
2. Menghitung parameter statistik data series.
3. Berdasarkan parameter statistik diperkirakan distribusi yang cocok dengan
sebaran data
Untuk masing-masing distribusi syarat dan cirinya sebagai berikut:
Distribusi normal (Cs ~ 0,0 dan Ck ~ 3,0)
Distribusi log normal (Cs ~ 3 Cv dan Cs >0)
Distribusi gumbel (Cs ~ 1,396 dan Ck ~ 5,4002)
Distribusi log pearson III (jika tidak menunjukan sifat dari ketiga distribusi
di atas, garis teoritik probabilitasnya berupa garis lengkung).
4. Hitung nilai teoritiknya berdasarkan distribusinya.
5. Urutkan data dari kecil ke besar atau sebaliknya dengan nilai probabilitasnya
Prob(Xix) =m/(n+1)
6. Uji chikuaadrat (antara data asli dengan data teoritik).
Uji sminov kolmogorov (antara data asli dengan data teoritik).

Ada beberapa bentuk fungsi distribusi kontinyu ( teoritis), yang sering
digunakan dalam analisa frekuensi untuk hidrologi, seperti distribusi normal,
distribusi log normal, distribusi gumbel, distribusi log pearson III sebagai berikut:
Distribusi Normal
Distribusi normal adalah simetris terhadap sumbu vertical dan berbentuk
lonceng yang juga disebut distribusi Gauss.
S K X X
T T
+ =
S
X X
X
T
T

=
Dimana :
X
T
= perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan
X = nilai rata-rata hitungan variat
S = deviasi standar nilai variat
K
T
= factor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode
ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang
digunakan untuk analisis peluang

Distribusi log normal
Distribusi log normal digunakan apabila nilai nilai dari variable random
tidak mengikuti distribusi normal, tetapi nilai logaritmanya memenuhi distribusi
normal.
S K Y Y
T T
+ =
S
Y Y
Y
T
T

=
Dimana :
Y
T
= perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan
Y = nilai rata-rata hitungan variat
S = deviasi standar nilai variat
K
T
= factor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode
ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan
untuk analisis peluang

Distribusi Gumbel
Distribusi gumbel banyak digunakan untuk analisa data maksimum seperti
untuk analisa data maksimum, seperti untuk analisa frekuensi banjir.
K S X X + =
X = harga rata-rata sampel
S = standar deviasi (simpangan baku) sampel
n
n Tr
T
S
Y Y
K

=
)
`


=
r
r
Tr
T
T
In In Y
1

Y
n
= reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data n
S
n
= reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel/data n
Y
Tr
= reduced variate

Distribusi Log Pearson III
S K Y Y
T T
+ =
Dimana ;
Y
T
= nilai logaritmik dari x dengan periode ulang T
Y = nilai rerata dari Y
i
S = deviasi standar dari Y
i

K
T
= factor frekuensi, merupakan fungsi dari probabilitas (atau periode
ulang) dan koefisien kemencangan C
s
.

2.2.2 Uji Statistik Kelayakan Analisa Frekuensi
Hal ini dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang
telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Ada
beberapa pengujian, antara lain:
Uji Chi-Kuadrat
Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter _
2
yang dapat
dihitung dengan rumus berikut.

dengan :
_
h
2
= parameter chi-kuadrat terhitung
G = jumlah sub kelompok
Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i

Prosedur perhitungan uji chi-kuadrat adalah sebagai berikut:
1. Urutkan data pengamatan dari kecil ke besar atau sebaliknya
2. Kelompokkan data menjadi G sub grup yang masing-masing beranggotakan
minimal 4 data pengamatan
3.Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap sub-grup
4. Jumlahkan data dari persamaan distribusi yang digunakan sebesar Ei
5. Pada tiap subgrup hitung nilai :

6. Jumlah seluruh G sub grup nilai
untuk menentukan nilai chi-kuadrat hitung
7. Tentukan derajad kebebasan dk = G - R - 1 (nilai R=2 untuk distribusi normal
dan binomial)
8. Hitung dan tentukan nilai chi-kuadrat kritik, bandingkan nilainya dengan nilai
chi-kuadrat hitung
9. Apabila nilai chi-kuadrat hitung lebih kecil daripada nilai chi-kuadrat kritik,
maka penentuan distribuasinya memenuhi syarat. apabila nilainya sebaliknya
maka harus ditentukan kembali jenis distribusinya.

Uji Smirnov-Kolmogorov
Prosedur perhitungan uji smirnov-kolmogorov adalah sebagai berikut:
1.Urutkan data dari kecil ke besar atau sebaliknya dan tentukan besarnya peluang
dari masing-masing data tersebut
X
1
= P (X
1
)
X
2
= P (X
2
)
2. Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data
(persamaan distribusinya)
X
1
= P' (X
1
)
X
2
= P' (X
2
)
3. Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesarnya antar peluang
pengamatan dengan peluang teoritis.
D = maksimum (P(X
n
)-P'(X
n
))
4. Berdasarkan tabel nilai kritis (smirnov-kolmogorov test) tentukan harga Do dari
table.
5. Nilai D dibandingkan dengan nilai Do, jika D<Do maka distribusi yang
diasumsikan bisa diterima.

2.3 Analisa Intensitas Hujan
Intensitas hujan didefinisikan sebagai tinggi atau kedalaman air hujan
persatuan waktu. Sifat umum Intensitas hujan ini adalah makin singkat hujan
berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode
ulangnya makin tinggi intensitasnya. Hubungan antara intensitas, durasi dan
frekuensi digambarkan dengan grafik/lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi
(Grafik IDF).

Prosedur perhitungan intensitas hujan:
- menentukan hujan dengan durasi 5 menit, 10 menit, 30, 60, 120,
180, 360, 720 menit, 1 hari, 2 hari pada data hujan otomatis tiap
tahun
- Dicari hujan menitan tiap tahun yang terbesar
- Dihitung intensitas hujan dengan rumusan
Intensitas hujan = tinggi hujan pada durasi 60 mnt/durasi hujan
- Perhitungan kala ulang dengan analisis frekuensi pada masing-
masing durasi.

Dari analisis point yang terakhir dapat diturunkan rumusan Intensitas hujan
berdasarkan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro.
Rumus Talbot

dengan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (menit)
a dan b = konstanta yang tergantung lamana hujan yang terjadi di DAS

Rumus Sherman


Rumus Ishiguro

Dari data hujan harian bisa diturunkan rumusan Intensitas hujan untuk
suatu daerah tertentu yang terdapat stasiun hujan harian. dengan menggunkan
rumus mononobe.
Prosedur:
- Dari data hujan dan data DAS dihitung curah hujan maksimum
harian rata-rata
- Dihitung hujan rancangan kala ulang tertentu dengan analisis
frekuensi
- Hujan rancangan dengan kala ulang tertentu tersebut dimasukan
dalam rumus mononobe sebagai berikut :

dengan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R
24
= Hujan harian kala ulang tertentu (mm)
t = lamanya hujan (jam)

2.4 Analisa Limpasan/ Debit Rencana
2.4.1 Perhitungan Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air
hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS
(titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi.
Dalam hal ini diasumsikan bahwa jika durasi hujan sama dengan waktu
konsentrasi, maka setiap bagian DAS secara serentak telah menyumbangkan
aliran terhadap titik kontrol.
Salah satu metode untuk memperkirakan waktu konsentrasi adalah rumus
yang dikembangkan oleh Kirpich (1940) yang ditulis sebagai berikut :
385 , 0
2
1000
87 , 0
|
|
.
|

\
|
=
S x
L x
t
c

Di mana
c
t adalah waktu konsentrasi dalam jam, L panjang saluran utama dari
hulu samapi penguras dalam km, dan S kemiringan rata-rata saluran utama dalam
m/m.
Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan membedakannya menjadi dua
komponen, yaitu (1) waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan
lahan sampai saluran terdekat
o
t dan (2) waktu perjalanan dari pertama masuk
saluran sampai titik keluaran
d
t sehingga :
d o c
t t t + =
Di mana
(

=
S
n
x L x x t
o
28 , 3
3
2
menit
Dan
V
L
t
s
d
60
= menit
Di mana
n = angka kekasaran manning
S = kemiringan lahan
L = panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m)
s
T = panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m)
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik)

2.4.2 Perhitungan Koefisien Limpasan Komposit
Faktor utama yang mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau
prosentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan
intensitas hujan.






Tabel 2.6 Koefisien limpasan untuk metode Rasional
Diskripsi lahan/karakter permukaan Koefisien aliran (C)
Business
Perkotaan
Pinggiran
Perumahan
Rumah tunggal
Multiunit, terpisah
Multiunit, tergabung
Perkampungan
Apartemen
Industri
Ringan
Berat
Perkerasan
Aspal dan beton
Batu bata, paving
Atap
Halaman, tanah berpasir
Datar 2%
Rata-rata 2-7%
Curam 7%
Halaman, tanah berat
Datar 2%
Rata-rata 2-7%
Curam 7%
Halaman kereta api
Taman tempat bermain
Taman, pekuburan
Hutan
Datar 0-5%
Bergelombang 5-10%
Berbukit 10-30%

0,70 - 0,95
0,50 - 0,70

0,30 - 0,50
0,40 - 0,60
0,60 - 0,75
0,25 - 0,40
0,50 - 0,70

0,50 - 0,80
0,60 - 0,90

0,70 - 0,95
0,50 - 0,70
0,75 - 0,95

0,05 - 0,10
0,10 - 0,15
0,15 - 0,20

0,13 - 0,17
0,18 - 0,22
0,25 - 0,35
0,10 - 0,35
0,20 - 0,35
0,10 - 0,25

0,10 - 0,40
0,25 - 0,50
0,30 - 0,60
Sumber : McGuen, 1989

2.4.3 Perhitungan Debit dengan Metode Rational
Metode ini untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak. Metode
ini sangat sederhana dan mudah penggunaannya namun hanya sesuai untuk DAS
dengan ukuran kecil dengan luas kurang dari 300 ha
Persamaan umum :


dengan :
Qp = Debit puncak (m
3
/dtk)
F = Koefisien satuan luas, jika luas lahan dalam ha maka F=0,00278, jika luas
lahan dalam acre maka F=1
C = Koefisien limpasan rata-rata (nilainya diantara 0-1)
I = Intensitas hujan rata-rata (mm/jam) untuk hujan deras yang durasinya sama
dengan waktu konsentrasi Tc
A
lahan
= Luas daerah/lahan yang dikeringkan (ha atau acre)

Sesuai dengan variabel pada rumus rasional yaitu koefisien limpasan,
intensitas hujan dan luas lahan yang akan didrain (dibuang airnya di saluran yang
dihitung debitnya), maka pemakaian rumus rasional tersebut dimulai dengan
menentukan besaran-besaran variabelnya. Penentuan variabel berdasarkan denah
lokasi yang akan didrain.
Di denah lokasi informasi yang didapat adalah luas lahan, jenis tata guna
lahan serta kemiringan lahan yang akan mempengaruhi waktu konsentrasi. Waktu
konsentrasi ini akan digunakan untuk menghitung intensitas hujan, dengan
memasukkan besaran waktu konsentrasi pada rumusan Intensitas hujan atau pada
grafik IDF.



Gambar 2.2 Urutan Pengerjaan Perhitungan Debit


2.5 Perhitungan Dimensi Saluran
2.5.1 Rumus Kecepatan
Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran di saluran terbuka (open
channel flow) maupun pada saluran tertutup (pipe flow). Aliran dalam saluran
tertutup tidak selalu bersifat seperti aliran dalam pipa. Apabila ada permukaan
bebas maka harus digolongkan sebagai aliran saluran terbuka.
Beberapa rumus kecepatan yang dapat digunakan yaitu manning, chezy,
dan strikler.
Pada umumnya yang sering digunakan adalah rumus kecepatan manning.
Rumus kecepatan manning adalah sebagai berikut :

dengan :
A = Luas penampang basah saluran (m
2
)
v = Kecepatan (m/detik)
n = Koefisien Manning
R= Radius hidraulik (m)
P = Keliling basah(m)
S = kemiringan garis energi

Kemiringan Saluran
umumnya kemiringan dasar saluran dipengaruhi kondisi topografi, tinggi
aliran yang diperlukan untuk adana pengaliran sesuai kecepatan a=ang
diinginkan. Kemiringan dasar saluran maksimum = 0,005-0,008 tergantung
bahan saluran.


Kecepatan minimum yang diijinkan
untuk menghindari sedimentasi, kecepatan minimum di saluran adalah 0,61-
0,91 m/detik dan untuk menghalangi tumbuhnya tanaman air, kecepatan
minimum yang diijinkan adalah = 0,76 m/detik

Kecepatan maksimum yang diijinkan
Kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran dari pasngan adalah 2,5-
3,5 m/detik dan untuk saluran dari tanah = 2,0 m/detik

Tinggi jagaan
adalah jarak vertikal dari puncak tanggul sampai permukaan air pada kondisi
perencanaan. Digunkan untuk mencegah peluapan air akibat gelombang
serta fluktuasi permukaan air. Jagaan direncanakan antara 0,15-0,60m paling
rendah ditentukan 10 cm diatas permukaan air rencana.

2.5.2 Perencanaan Dimensi Saluran
Untuk pengaliran air drainase, saluran berpenampang trapezium adalah
bentuk penampang aliran yang paling umum dan paling ekonomis digunakan.














Tabel 2.7 Bentuk-bentuk Geometris Penampang Saluran
No. Penampang
Luas
(A)
Keliling Basah
(P)
Jari-Jari
Hidrolis
(R)
1.



2.



3.



4.







1
m
w
M.A.N
h



b . h




(b+m.h)h



m.h
2




1/8 (-sin
)d
2

b + 2h



b+2h
2
m 1+



2h
2
m 1+



..d
2h b
h . b
+



2
m 1 2h b
h m) (b
+ +
+



2
m 1 2
h . m
+




(1- sin /
)d

Potongan melintang saluran ekonomis adalah saluran yang dapat
melewatkan debit maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran dan
kemiringan dasar tertentu.
Dasar perhitungan dalam mendesain saluran berpenampang ekonomis antara lain:
Berdasarkan persamaan kontinuitas, untuk luas penampang melintang tetap,
debit maksimum dicapai jika kecepatan aliran maksimum
Berdasarkan rumus mannings untuk kemiringan dan kekasaran tetap,
kecepatan maksimum dicapai jika jari-jari hidraulik (R) maksimum
untuk penampang tetap, jari-jari hidraulik R maksimum jika keliling basah P
minimum

BAB III
PEMBAHASAN DAN DOKUMENTASI

3.1 Pembahasan
Drainase melayani pembuangan kelebihan air pada suatu daeran/kawasan
dengan cara mengalirkannya melalui permukaan tanah atau melaluai bawah
permukaan tanah, untuk dibuang kesungai, laut atau danau. Kelebihan air tersebut
dapat berupa air hujan, air limbah domestic maupun limbah industry dan pusat
perbelanjaan.
Akar masalah dari banjir atau genangan yang terjadi dalam durasi yang
cukup lama pada daerah perkotaan berawal dari pertambahan jumlah penduduk
yang sangat cepat, akibat urbanisasi, pertambahan penduduk yang tidak diimbangi
oleh prasarana dan sarana perkotaan yang memadai menyebabkan pemanfaatan
lahan perkotaan menjadi semrawut dan tidak terkontrol. Pemanfaatan yang tidak
tertib inilah yang menyebabkan drainase pada kawasan mal ska menjadi
mengalami permasalan banjir yang sangat kompleks.
Tingkat kesadaran masyarakat kota pekanbaru yang masih rendah dan sikap
acuh tak acuh (tidak peduli) terhadap permasalahan yang dihadapi dikota
pekanbaru ini menyebabkan daerah pekanbaru khususnya kawasan mal ska ini
mengalami banjir. Sebagian besar masyarakat kota pekanbaru masih terfokus dan
hanya mementingkan kebutuhan primer yang konsumtif. Hal inilah yang
menyebabkan belum mengakarnya kesadaran masyarakat terhadap hokum,
perundangan yang berlaku dan akibat yang yang akan diterimanya. Kecendrungan
ini timbul karena proses pembangunan yang berlangsung selama ini tanpa
memperhatikan teknis dan lingkungan yang ada disekitarnya. Selain itu,
pembangunan yang terjadi di kawasan mal ska juga tidak menjalin koordinasi dan
sinkronisasi dengan pihak-pihak yang memahami dalam hal infrastruktur lainnya
mengakibatkan saluran drainase yang ada disekitar mal ska tidak berfungsi
optimal.



Berikut ini adalah gambar foto dokumentasi yang kami peroleh dari survey
dilapangan di kawasan mal ska pekanbaru:

1) Detail dan Keterangan gambar 1 pada sket


Gambar 1. Drainase pada simpang mal ska (disamping pos polisi)
Sumber : Dok. Survei







Gambar 2. Drainase pada tepi jalan Sukarno-Hatta
Survei : Dok. Survei






Gambar 3. Inlet Saluran darainase tepi jalan Soekarno-Hatta
Sumber: Dok. Survei



Gambar 4. Saluran tepi jalan Soekarno-Hatta (adanya penyumbatan)
Sumber: Dok. Survei




2) Detail dan Keterangan gambar 2 pada sket

Gambar 5. Drainase pada sisi kanan jalan Nangka (pada tepi jalan ini
sudah terdapat drainase yang dibeton hingga dibuang kesungai)
Sumber : Dok. Survei


Gambar 6. Drainasi sisi kanan jalan Nangka dilengkapi dengan box culvert
Sumber : Dok. Survei

3) Detail dan keterangan gambar 3 pada sket


Gambar 7. Sisi kiri jalan Soekarno-Hatta tidak ada Drainase
Sumber : Dok. Survei


Gambar 8. Sisi kiri jalan Soekarno-Hatta tidak terdapat drainase (hanya
ada semak-semak yang dapat menahan lajunya aliran)
Sumber : Dok. Survei

4) Detail dan keterangan gambar 4 pada sket

Gambar 9. Sungai tempat pembuangan air dari jalan Nangka
Sumber : Dok. Survei



Gambar 10. Sungai yang mengalirkan air buangan drainase jalan Nangka
Sumber : Dok. Survei

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pola aliran (drainase) pada kawasan mal ska, pekanbaru sering adanya banjir
dan genangan air yang terjadi dalam durasi yang cukup lama. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal baik dari aspek social budaya maupun aspek teknisnya. Ditinjau
dari aspek social banjir dan genangan air yang terjadi pada kawasan mal ska dan
sepanjang jalan nangka ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat
untuk menjaga dan memelihara kota pekanbaru. Selain itu, budaya konsumtif
masyarakat kota pekanbaru menyebabkan kurangnya perhatian terhadap
lingkungan disekitarnya.
Jika ditinjau dari aspek teknis, penyebab terjadinya banjir dan genangan air
ini adalah kurangnya sarana infrastruktur berupa drainase untuk kota. Selain itu,
pola aliran drainase yang kurang baik membuat air yang semestinya dibuang
kesungai mengubah rute aliran sehingga menuju ke jalan. Drainase yang sudah
adapun tidak terpelihara dengan baik, menyebabkan saluran drainase tersumbat
oleh sampah dan rumput.

4.2 Saran
Dari survei yang sudah kami lakukan, maka ada beberapa saran yang dapat
kami berikan agar kawasan mal ska-jalan Nangka tidak terjadi banjir dan
genangan air dalam durasi yang lama.
Pada tepi sebuah jalan (jalan Nangka) sebaiknya dibuat drainase pada sisi kiri
dan sisi kanannya.
Drainase yang sudah ada sebaiknya dilakukan pengontrolan secara rutin agar
dapat diketahui bahwa drainase tersebut berfungsi dengan baik.
Bangunan yang didirikan pada tepi jalan sebaiknya menggunakan sumur
resapan agar mengurangi limpasan air ke badan jalan.
Dalam pengembangan suatu wilayah/kawasan sebaiknya terjadi koordinasi
yang baik antara pihak-pihak yang berkompeten dan mengacu pada kaidah
yang berlaku.
Pola aliran suatu drainase harus memenuhi standar yang ditetapkan.
Buangan air saluran drainase sebaiknya dialirkan ke sungai agar tidak terjadi
limpasan hingga ke badan jalan. Maka sungai pun harus dijaga dan
diperhatikan dengan baik

You might also like