You are on page 1of 15

BAB II PEMBAHASAN

1. Perawatan Ortodontik Preventif Perawatan Ortodontik Preventif antara lain: I. II. III. IV. V. VI. VII. Kontrol karies Konsultasi orang tua Space maintainer Eksfoliasi gigi desidui Perlekatan frenulum yang abnormal Perawatan gigi molar pertama yang terkunci Abnormalitas otot wajah dan kebiasaan terkait

I. Kontrol karies Karies dapat terjadi pada gigi desidui terutama karies proksimal yang merupakan penyebab utama perkembangan maloklusi. Telah ada peningkatan rampan karies meliputi gigi desidui dan pada fase geligi bercampur yang menyebabkan permintaan mendadak terhadap ortodontik preventif dan interseptif. Pentingnya menjaga dan merawat fase geligi desidui sebaiknya dikonsultasikan pada orang tua dan dokter spesialis anak. Kebanyakan orang tua akan mencari pendapat dokter spesialis anak mengenai gigi karies anak mereka. Pada kasus karies proksimal, gigi tetangga akan miring ke arah proksimal gigi yang berlubang menyebabkan hilangnya panjang lengkung rahang sehingga megurangi ruang untuk

gigi permanen pengganti yang akan tumbuh pada tempat dan posisi yang tepat. Oleh karena itu, karies proksimal harus direstorasi secara akurat sedini mungkin sehingga masalah mengenai berkurangnya panjang lengkung rahang tidak bertambah banyak. Pada kasus pulpa gigi yang terlibat karies, pulpektomi atau pulpotomi dilakukan dengan pemberian mahkota stainless steel. Karies awal dapat dicegah dengan konsultasi karies, aplikasi topikal fluorida, fit dan fissure sealant dan edukasi orang tua (konsultasi prenatal dan postnatal).

II.

Konsultasi orang tua Konsultasi orang tua seringkali diabaikan, merupakan cara paling efektif

untuk praktek ortodontik preventif. Konsultasi orang tua terbagi menjadi: 1. Konsultasi prenatal.
2. Konsultasi postnatal - yang berhubungan dengan pemeriksaan klinis anak

pada usia :
a. Enam bulan hingga 1 tahun. b. Dua tahun. c. Tiga tahun. a. Lima sampai enam tahun.

1.

Konsultasi prenatal Hal ini merupakan waktu efektif untuk memberikan konsultasi pada orang tua. Mereka terbuka terhadap berbagai iden dan menerima saran agar anak mereka dapat tumbuh dengan baik. Akan menguntungkan ginekologis bila pasien mereka berkonsultasi pada dokter gigi. Konsultasi prenatal meliputi: i. ii. Pentingnya perawatan oral hygiene oleh si Ibu Pengetahuan mengenai bahwa makan tidak teratur dan rasa lapar pada si ibu akan menyebabkan karies pada si ibu terutama pada trimester ketiga kehamilan. iii. Penelitian terbaru mengindikasikan bahwa terdapat hubungan OH ibu yang buruk dengan kelahiran prematur. iv. Ibu dengan diabetes melitus akan sulit dirawat terutama bila kebersihan mulutnya buruk. v. Meningkatnya resiko ibu dengan OH buruk dapat mentransmisikan bakteri karies pada bayi ketika menggunakan sendok makan yang sama atau mencoba makanan yang sama. vi. Mengkonsumsi makanan alami yang mengandung kalsium dan fosfor seperti susu, produk susu, telur, dan lain-lain terutama apda trimester ketiga sehingga memungkinkan terbentuknya mahkota gigi desidui yang adekuat.

2.

Konsultasi Postnatal

Konsultasi posnatal dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan pada anak yang terbagi menjadi: a. Enam bulan hingga satu tahun Merupakan periode konseling yang paling penting. Orang tua harus waspada terhadap: Gigi geligi dan iritasi yang berhubungan, gerakan longgar ringan mungkin terjadi pada kondisi febril yang meningkat. Kebanyakan orang tua panik ketika melihat gigi desidui yang tumbuh pada posisi rotasi. Pengetahuan mengenai bagaiman gigi desidui dapat tumbuh pada posisi tersebut dan dapat tumbuh tegak bila erupsi sepenuhnya. Jangan berikan tambahan gula pada susu botol, ASI merupakan pilihan utama dan sangat baik untuk perkembangan TMJ dan mencegah kebiasaan menjulurkan lidah.
-

Sikat gigi dengan bantungan sikat gigi jari selama mandi sebaiknya mulai diperkenalkan. Membersihkan gigi susu dengan kain lembut dan bersih yang direndam pada larutan saline hangat juga direkomendasikan untuk mencegah inisiasi karies rampan.

Anak mulai diajari untuk minum dari gelas sejak usia 1 tahun.

b.

Usia dua tahun

Jangan berikan susu botol pada saat tidur. Susu botol dihentikan pada usia 18 hingga 24 tahun. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya rampan karies.

Biasakan anak menyikat gigi sesudah sarapan dan sesudah makan malam.

Lakukan pemeriksaan klinis untuk mengetahui gigi berlubang dan status erupsi gigi.

c.
-

Usia tiga tahun Pemeriksaan klinis umumnya untuk mengetahui status gigi desidui yang erupsi sempurna hingga usia tersebut. Mengetahui oklusi, relasi molar dan kaninus dan jika terdapat diskrepansi dari normal seperti unilateral cross bite, gigi supernumerari, gigi tanggal, gigi fusi, dan lain-lain. Anak sebaiknya terbiasa makan tiga kali sehari. Kebiasaan oral seperti mengisap jempol, menggigit bibir, bernapas lewat mulut dan lain-lain serta efeknya terhadap perkembangan oklusi perlu diperhatikan. Orang tua harus diberitahu mengenai hal tersebut. Pertimbangkan kegunaan alat latihan otot.
-

Mengetahui erupsi tidak sempurna dari gigi molar dua desidui/flap perikoronal dapat menyebabkan gigi berlubang.

Anak dipacu untuk mulai menggosok gigi sendiri minimal sehari sekali sesudah sarapan.

d.

Usia lima hingga enam tahun

Orang tua diberitahu mengenai awal dari eksfoliasi gigi desidui dan bertambah hingga usia 12 hingga 13 tahun.

Pemeriksaan klinis Perlu dilakukan review dan recall secara regular. Pada kasus ekstraksi gigi desidui karena karies maka perlu dijelaskan mengenai perlunya penggunaan dan keuntungan dari space maintainer.

III.Space Maintainer Space maintainer dengan berbagai bentuk diperlukan untuk menjaga ruang pada kasus gigi tanggal prematur.

IV.

Eksfoliasi gigi desidui Umumnya, gigi desidui akan eksfoliasi dalam waktu 3 bulan eksfoliatif dari

lengkung kontralateral. Apabila tidak terjadi eksfoliasi maka dapat dicurigai:


1. Akar gigi persisten. 2. Gingiva fibrous. 3. Gigi desidui ankilosis. 4. Restorasi yang overhanging. 5. Adanya gigi supernumerari.

V.

Perlekatan frenulum yang abnormal

Perlekatan frenulum yang abnormal dapat menyebabkan diastema dan ruang berlebih antar gigi dan mengganggu erupsi gigi sempurna. Koreksi dilakukan dengan cara operasi. Lidah juga perlu diperiksa untuk melihat adanya ankiloglosia. Gigi molar pertama permanen yang terkunci bagian distalnya oleh gigi molar kedua desidui. Distal stripping sedikit dilakukan dapat memungkinkan erupsi dari gigi molar pertama permanen.

VI.

Otot Abnormal Otot abnormal dapat dicegah:

1. Tongue thrusting diakibatkan oleh menyusu ASI maupun susu botol yang

lama. Penghentian pemberian susu ASI maupun botol dihentikan pada usia 18-24 jam. 2. Aktivitas mentalis yang berlebihan pada inklinasi lingual mandibula menghasilkan panjang lengkung berkurang dan meningkatkan perkembangan gigi anterior berdesakan. Kebiasaan oral seperti: a. Mengisap jempol/jari/bibir dapat dicegah dengan mengalihkan kebiasaan anak tersebut.
b. Bernafas lewat mulut berhubungan dengan terjadinya infeksi saluran

napas atas yang rekuren. Oral screens dan alat miofungsional seperti trainer praortodontik dapat melatih anak untuk bernafas melalui hidung sehingga memungkinkan perkembangan saluran nasal dan regresi massa adenoid dan perkembangan palatum yang luas (Singh, 2007).

10

2. Penyebab Tonsil Membesar Pembesaran tonsil dapat disebabkan oleh infeksi lokal maupun sistemik pada saluran pernafasan bagian atas sehingga menyebabkan tonsil berwarna merah dan mengalami pembengkakan. Juga dapat dikarenakan terlalu seringnya benda asing yang melewati tonsil. Infeksi berulang juga menyebabkan pertumbuhan massa limfoid yang berlebih (Suminy, 2007; Singh, 2007; Proffit, 2007). Pada anak-anak masa pertumbuhan, growth hormon yang meningkat dapat menjadikan tonsil membesar. Hanya saja, pada kasus peningkatan hormon pertumbuhan pasien tidak memiliki keluhan (Suminy, 2007; Singh, 2007; Proffit, 2007).

3. Akibat Tonsil Membesar Akibat yang ditimbulkan dari pembesaran tonsil dengan skema berikut: (Suminy, 2007; Ramadhan, 2010)

11

Radang

Dorsum lidah menekan tonsil untuk menghindari tekanan Lidah dan mandibula diturunkan secara refleks menyebabkan Geligi tidak berkontak

Terdapat ruangan yang luas bagi lidah

Lidah terdorong ke depan saat menelan Jika lidah terdorong ke anterior

Mengganggu fungsi penelanan

Selain itu, tonsil yang membesar akan mengakibatkan si penderita mendengkur pada saat tidur (Suminy, 2007; Ramadhan, 2010).

4. Penyebab Bernafas Lewat Mulut

12

Beberapa hal yang menyebabkan seseorang untuk bernafas lewat adalah sebagai berikut: (Rahardjo, 2008; Suminy, 2007)
Pada saat seseorang sedang berolahraga dimana kebutuhan udara

meningkat.
Respiratory obstruction syndrome. Adanya hambatan pada bagian saluran pernafasan atas. Faktor kebiasaan. Pada anak-anak, tonsil dan adenoid normalnya berukuran

besar dan obstruksi parsial yang disebabkan oleh hal tersebut berkonstribusi terhadap kebiasaan anak untuk bernafas lewat mulut. Seringkali meskipun faktor penyebab telah dihilangkan, bernapas lewat mulut akan menjadi kebiasaan (Proffit, 2007).
Pengaruh anatomi. Hubungan antara kelainan faktor pernafasan dgn

perkembangan wajah dimana bibir atas tidak dapat menutup secara sempurna (Phulari, 2010).
Obstruksi nasal. Dikarenakan oleh hipertrofi turbinate yang dapat

disebabkan oleh alergi, infeksi kronis pada mukosa nasal, atrophic rhinitis, kondisi iklim yang panas dan kering, atau polusi udara. Ataupun pembesaran pada jaringan tonsil (adenoid) dimana pembesaran jaringan limfoid pada masa anak-anak terjadi secara fisiologis. Adenoid akan dapat mengecil seiring dengan bertambahnya usia dari anak-anak tersebut (Phulari, 2010).
Pembesaran concha nasi.

13

Defek intranasal. Dapat disebabkan oleh seviasi dari septum nasal, polip

nasal, dan septum yang tebal (Phulari, 2010).


Tipe wajah. Hal ini merupakan predisposisi genetic yang mana pada anak-

anak ektomorfik dengan wajah dan saluran nasofaringeal yang panjang dan sempit. Dengan tipe wajah seperti ini, seseorang akan cenderung mengalami obstruksi nasal daripada seseorang dengan tipe wajah yang lain (Phulari, 2010).

5. Akibat Bernafas Lewat Mulut Apabila bernafas lewat mulut menjadi suatu kebiasaan bagi penderita, maka lidah dan mandibula akan turun secara otomatis dan akan mendapatkan pertambahan tinggi wajah serta supraerupsi dari gigi posterior. Hal tersebut akan menjadikan gigitan terbuka pada anterior-nya dan menambah jarak gigit. Tekanan dari pipi yang menegang akan menjadikan lengkung gigi geligi atas sempit. Jika lengkung gigi maksila menyempit maka akan terjadi gigitan silang posterior dan palatum yang dalam (Rahardjo, 2008; Suminy, 2007). Selain itu, bernafas lewat mulut membuat hubungan anteroposterior gigi geligi memperlihatkan overjet yang cukup besar sehingga terlihat seperti maloklusi kelas dua divisi satu dan akan menyebabkan penderita mengalami xerostomia (Rahardjo, 2008; Suminy, 2007). Udara yang dihirup melalui mulut oleh penderita yang tidak bernafas lewat hidung tidak bersih karena tidak ada penyaring, panas dan lembab, serta sekresi

14

mukus berhenti secara berangsur-angsur. Iritan yang terakumulasi mengakibatkan rasa tidak nyaman akibat inflamasi lokal dan nyeri (Rahardjo, 2008; Suminy, 2007). Pada penderita anak-anak yang bernafas lewat mulut cenderung merasa gelisah, mengalami batuk dan pilek yang berulang, demam, serta kehilangan daya tahan tubuh terhadap penyakit-penyakit lain (Rahardjo, 2008; Suminy, 2007). Akibat-akibat yang lain yang ditimbulkan dari kebiasaan bernafas lewat mulut adalah sebagai berikut:

Proklinasi gigi anterior. Relasi distal mandibula dan maksila. Insisif rahang bawah ekstrusi dan menyentuh bagian palatal. Hypertrophic Mouth Gingivitis. Non Hypertrophic Mouth Gingivitis.

6. Manifestasi Klinis & Gejala Bernafas Lewat Mulut Tampakan yang terlihat dari seseorang dengan kebiasaan bernafas lewat mulut adalah wajah terlihat lebih panjang (Sindrom wajah adenoid) dan bibir tidak kompeten. Didalam mulut pasien akan terlijat lengkung gigi geligi yang lebih sempit (Singh, 2007). Penderita mengalami xerostomia yang mana terjadi hiposalivasi dalam

rongga mulut pasien sehingga self cleansing dari rongga mulut akan berkurang dan memungkinkan adanya karies pada geligi penderita. Pada saat tidur, penderita yang memiliki kebiasaan bernafas lewat mulut akan mendengkur (Rahardjo, 2008).

15

Jika kebiasaan ini berlanjut, dapat mempelihatkan tampakan gigi posterior ekstrusi, open bite anterior, dan menyempitnya lengkung maksila karena tekanan otot pipi (Suminy, 2007).

7. Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan klinis yang dilakukan meliputi; anamnesa, pemeriksaan intraoral, dan ekstraoral. Pada anamnesa, klinisi mengumpulkan informasi mengenai pasien, mulai dari nama, umur, alamat, dan riwayat kesehatannya (Dofka, 1996). Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan pengecekan gigi geligi dan perabaan pada tonsil. Sedangkan pada pemeriksaan intraoral dilakukan perabaan pada kelenjar limfe pasien dan keasimetrisan wajah (Rahardjo, 2008). Pemeriksaan Klinis Bernafas lewat mulut

a. Mirror Test Pemeriksan ini dengan menggunakan 2 buah kaca mulut, satu kaca mulut diletakkan di depan hidung dan satunya lagi diletakkan di depan mulut. Jika kaca mulut yang diletakkan di depan hidung berembun, maka pasien bernafas

16

melalui hidung. Sedangkan jika kaca mulut yang diletakkan di depan mulut berembun, maka pasien melakukan pernapasan melewati mulut (Phulari, 2011).
b. Cotton Test/Masslers butterfly test

Pemeriksaan ini dilakukan dengan membentuk kapas seperti kupu-kupu diletakkan di atas bibir atas, di bawah hidung. Jika kapas jatuh, maka pasien melakukan pernapasan dari hidung. Tes ini juga dapat menentukan penyumbatan hidung unilateral (Phulari, 2011). c. Water Test Pada pemeriksan ini, pasien diminta untuk mengisi mulutnya dengan air dan mempertahankannya dalam beberapa saat. Orang yang bernapas lewat mulut sulit melakukan hal ini (Phulari, 2011).

8. Penatalaksanaan Dalam kasus ini, penatalaksanaan yang dilakukan dengan menumpat gigigeligi pasien yang mengalami karies. Gigi yang hilang diberikan space maintainer dan gigi 46 diberikan topical fluoride. Untuk tonsil yang membesar diberikan obatobatan antibiotik dan antivirus. Jika pembesaran ukuran tonsil disebabkan oleh faktor pertumbuhan maka tidak perlu diberikan terapi karena ukuran tonsil akan mengecil dengan sendirinya secara spontan. Dan apabila infeksi tonsil berlanjut dan mengganggu si penderita maka dapat dilakukan tonsilektomi (Rahardjo, 2008; Suminy, 2007).

17

Sedangkan untuk menghilangkan kebiasaan bernafas lewat mulut, penderita dapat di terapi dengan aplikasi sebagai berikut: (Rahardjo, 2008; Suminy, 2007)
oral screen. Pada penderita bernafas lewat mulut dengan etiologi anatomi

fasial.
Peranti myofungsional. Rafid maxillary Expansion.

Untuk penatalaksaan bernafas lewat mulut dengan etiologi obstruksi nasofaringeal dapat dirujuk ke spesialis THT (Rahardjo, 2008; Suminy, 2007).

9. Jika Tidak Diberikan Space Maintainer Jika pada kasus ini, pasien tidak diberikan space maintainer, maka ada kecenderungan gigi 85 akan bergerak ke arah mesial, gigi 83 akan bergerak ke arah distal dan gigi antagonis dari gigi yang tanggal akan mengalami supraerupsi (Rahardjo, 2008).

10. Prognosis Prognosis dari kasus ini adalah baik apabila kebiasaan buruk dari pasien dihilangkan (Rahardjo, 2008).

You might also like