You are on page 1of 4

Analisis Berita carut marut kasus PT Newmont Minahasa

Koran Tempo, edisi 30 September 2004 1. 2. 3.

Apa yang terjadi? Latar belakang terjadinya carut marut? Solusi kecarut-marutan?

1. Perusahaan tambang Amerika Newmont Indonesia Ltd yang menguasai


80% saham pertambangan dan sisanya 20% dimiliki PT Tanjung Serapung ini, berlokasi di Minahasa, Sulawesi Utara itu. Perusahaan ini dikenal memiliki reputasi buruk dengan munculnya kasus Buyat. Saat ini diperkirakan ada 5 juta ton tailing di Teluk Buyat sejak Newmont mengakhiri tambangnya tahun 2003. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1947278-dosapt-newmont-minahasa-raya/#ixzz26rbL9UlW Pada pertengahan tahun 2004, kelompok nelayan setempat memohonkan penyelidikan independen kepada Pemerintah Indonesia atas kadar limbah tambang Newmont di Teluk Buyat. Nelayan setempat melihat jumlah ikan yang mati mendadak amat tinggi disertai dengan pembengkakan yang tak biasa, hilangnya ikan bandeng muda dan spesies lain di wilayah teluk. Mereka juga mengeluhkan masalah kesehatan yang tak biasa seperti penyakit kulit yang tak dapat dijelaskan, tremor, sakit kepala, dan pembengkakan aneh di leher, betis, pergelangan tangan, bokong, dan kepala. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Teluk_Buyat Pada bulan November 2004, WALHI (LSM lingkungan) bersama dengan beberapa organisasi nirlaba (Indonesian Mining Advocacy Network, Earth Indonesia, dan Indonesian Center for Environmental Law) mengumpulkan laporan yang lebih menyeluruh atas keadaan Teluk Buyat, menyimpulkan teluk itu dicemari oleh arsen dan merkuri dalam kadar yang berbahaya, sehingga berisiko tinggi bagi masyarakat. [1] Sampel endapan dasar Teluk Buyat menunjukkan kadar arsen setinggi 666 mg/kg (ratusan kali lebih besar daripada Kriteria Kualitas Perairan Laut ASEAN yang hanya 50 mg/kg) dan kadar merkuri rata-rata 1000 g/kg (standar yang sama menetapkan 400 g/kg). Dibandingkan dengan sampel kontrol alami dari tempat yang tak dipengaruhi

penimbunan limbah pertambangan, studi itu juga menyimpulkan bahwa kadar arsen dan merkuri itu tidak alami dan satu-satunya sumber yang mungkin adalah dari penimbunan limbah pertambangan Newmont. Merkuri dan arsen tertumpuk di berbagai organisme hidup di Teluk Buyat termasuk ikan yang dimakan setiap hari oleh penduduk setempat. Kesehatan manusia berada dalam bahaya dan laporan itu merekomendasikan konsumsi ikan harus dikurangi secara signifikan dan mungkin relokasi penduduk ke daerah lain. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Teluk_Buyat

2. Pada tahun 1994, AMDAL Newmont menegaskan adanya lapisan


termoklin pada kedalaman 5070 meter sebagai penghalang bagi tailing untuk bercampur dan menyebar di Teluk Buyat. Walaupun demikian, WALHI tak menemukan lapisan yang dimaksud. Pada bulan Agustus 2004, Menteri Negara Lingkungan Hidup Nabiel Makarim mengajukan tuntutan perkara sebesar US$ 117,680,000 terhadap Newmont, mengklaim bahwa tailing dari pertambangan NMR telah mencemari Teluk Buyat di Sulawesi Utara, menyebabkan penduduk desa di sekitarnya sakit parah dan kontaminasi ikan setempat. Newmont menyangkal dugaan tersebut dengan menyatakan bahwa penyakit itu terkait pada higiene yang buruk dan kemiskinan. Pada tanggal 15 November 2005, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menggugurkan gugatan tersebut karena alasan teknis, mengatakan pemerintah melanggar masa kontraknya dengan Newmont pada saat mengambil tindakan hukum sebelum mencari arbitrasi. Pada tanggal 24 April 2007, Ness (direktur PT Newmont) dibebaskan dari segala dakwaan terkait dugaan pencemaran di Teluk Buyat. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Teluk_Buyat Kasus Newmont sejatinya tak perlu melebar ke mana-mana seandainya sejak semula ada satu hal yang diluruskan terlebih dulu, yakni soal standar yang dipakai untuk menentukan terjadinya pencemaran. Soalnya, hingga saat ini ada beberapa versi, punya polisi, Kementerian Lingkungan, Newmont, dan LSM.

Sumber : http://pawonide.wordpress.com/2004/12/02/carut-marutkasus-newmont/

3. Jika dilihat dari poin-poin penting yang telah terkumpul di nomor 1 dan
2, maka logika bodoh-bodohan pun akan berkesimpulan bahwa PT Newmont itu tidak ada untungnya buat Negara ini, malah semakin merugikan dan merusak lingkungan sekitar perusahaan tersebut. Faakta-fakta penderitaan yang dialami oleh masyarakat sekitar seperti yang telah dituliskan pada poin pertama, paragraf kedua, menurut saya hubungan sebab akibat antara pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tailing PT Newmont dan penderitaan tersebut adalah hubungan sebab akibat yang obyektif. Karena dari perjalanan waktu dimana sebelum PT Newmont dibangun pada tahun 1996, belum ada kasus yang terjadi di sekitarnya. Kasus tersebut baru terjadi setelah PT Newmont tersebut ditutup pada tahun 2003. Yakni terjadi pada tahun 2004. Kemudian yang menjadi titik penasaran saya adalah mengapa si Ness menutupnya pada tahun 2003? Kecurigaan saya adalah Ness sengaja menutup pada tahun 2003 karena dia sudah tau, akan lebih membahayakan dirinya lagi apabila dia mengundur waktu penutupan. Membahaykan dirinya yang saya maksud adalah jika dia menyampah lebih dari ini, maka yang akan terjadi adalah pemerintah Indonesia dengan gamblang dan dengan mudahnya mengajukan gugatan atas dia. Sehingga dia menghentikan PT Newmont nya agar meninggalkan ke-abuabuan. Dengan demikian maka Ness akan bisa berkelit dari jeratan gugatan pemerintah Indonesia. Walhasil, rencana Ness berhasil. Tidak adanya standar yang jelas terhadap pencemaran dan ada beberapa versi yang berbeda standar yakni Kementerian Lingkungan, Newmont, dan LSM. Mungkin ketidak jelasan standar inilah yang menyebabkan terjadinya kesalahan teknik di pengadilan Jakarta Selatan sehingga tahun 2007 Ness dibebaskan dari segala dakwaan. . Persidangan ini dimulai pada tanggal 5 Agustus 2005, dengan dibacakannya dakwaaan oleh JPU dan berakhir pada tanggal 24 April 2007 dengan dibacakannya putusan perkara oleh majelis hakim yang membebaskan semua terdakwa. Sumber : http://kataloghukum.blogspot.com/2007_12_01_archive.html

Karena berdasarkan sumber di atas keputusan telah final sejak tahun 2007, maka menurut saya yang saat ini bisa dilakukan adalah memikirkan nasib penduduk sekitar dan melakukan pencegahan terhadap terjadinya masalah yang serupa. Solusi untuk permasalahan ini adalah dengan memindahkan semua orang yang ada di sekitar lahan yang tercemar ke pemukiman yang dibiayai dengan baik dan layak bagi mereka. Penetapan standar yang jelas, antara LSM,kementrian,Polri, ataupun tim independent perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah yang serupa. Peningkatan kualitas penelitian yang bisa dilakukan dengan merekrut mahasiswa-mahasiswa sehingga didapat hasil penelitian valid dari suatu metode penelitian yang benar-benar ilmiah. Sehingga setelah standar yang jelas dan kualitas penelitian ditingkatkan, pemerintah dapat meningkatkan ketegasan peraturan kepada perusahaan asing.

Oleh : Imadudin Ala (36817)

You might also like