You are on page 1of 13

1SKENARIO Gatal dan Bentol-bentol di Kulit

STEP 1 STEP 2 1. Fisiologi kulit Fungsi proteksi Kulit menjadi bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi. BAKTERI
KELENJAR KERINGAT

Ekskoriasi : lesi (hilangnya fungsi suatu jaringan) di kulit akibat garukan Prick test : salah satu jenis tes kulit, penusukan di daerah volar lengan bawah dengan menggunakan leargen mengetahui ada alergi terhadap sesuatu dan tingkatan alerginya Mengetahui Ig E yg aktif saat alergi, jika ditemukan Ig E meningkatkan permeabilitas di kulit. CTM ( chloropheniramin tri maleat) : obat anti histamin untuk menstabilkan imun dan memiliki efek sedatif ngantuk Kulit : lapisan terluar tubuh yang melapisi dan melindungi tubuh bagian dalam

SEBUM (asam laktat)

pH RENDAH

KULIT dengan ph
rendah

BAKTERI

Pertumbuhan Bakteri Terhambat

LISOZIM

Penghancuran dinding sel Bakteri Fungsi Absorbsi Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang menguap lebih mudah di serap, begitupun yang larut lemak.Permeabilitas kulit terhadap O2, Co2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit di pengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan, metabolisme dan jenis vehikulum. Fungsi Ekskresi Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.

Fungsi Persepsi Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin di perankan oleh badan krause yang terletak di dermis. Fungsi pembentukan pigmen Sel pembentuk pigmen(melanosit) akan membentuk warna pada permukaan kulit manusia, dan dengan melalui kulit kita dapat membedakan ras dari seseorang karena kandungan pigmen yang di milikinya. Fungsi keratinasi Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu. Keratinosit, sel langerhans, melanosit. Keratinosit di mulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spininosum, makain ke atas sel semakin menjadi gepeng dan bergranula dan menjadi sel granulosum. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduk. Sel tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya

Fungsi pembentukan vit. D Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi, kebutuhan tubuh akan vit. D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga vit. D secara sistemik masih tetap di perlukan. Patofisiologi : buku saku/ Elizabeth J Corwin; alih bahasa, Nike Budi Subekti; Editor edisi Bahasa Indonesia, Egi n komara Yudah...[et all.]-Ed 3-Jakarta : EGC, 2009.

2. Mekanisme terjadinya gatal !

MAKANAN PROTEIN

Respon Selektif

TUBUH

Reaksi Hiposensitasi DI CERNA PROTEIN JARINGAN Sel B Anti Gen IgE + Antigen Sel mast Degranulasi Mediator

Histamin Permeabilitas Vasodilatasi Gatal

Pori2 Kapiler membesar

Aliran darah Perivasculer Merah Suhu Naik

Protein plasma keluar kejaringan

Kalor Tumor

Menekan Saraf

Dolor

Baratawidjaja, K. 1993. Penyakit alergi. Yayasan Penerbit IDI. Jakarta.

ALERGI
Fisiologi Manusia : Dari sel ke sistem/ Laurale Sherwood

www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/.../Vol.18_no.3_5.pdf

3. Kenapa gatal sangat terasa di malam hari 4. Macam pemeriksaan alergi selain prick test dan kelebihannya ? Pemeriksaan Alergi Untuk mengetahui kemungkinan adanya reaksi alergi di dalam tubuh seseorang dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar IgE di dalam darah. Seseorang dengan kadar IgE yang berada pada ambang batas tinggi akan memiliki kecenderungan mudah mengalami reaksi alergi. Selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan alergi untuk menentukan alergen penyebab, dan berikut ini beberapa jenis pemeriksaan yang umumnya dilakukan :

1.

ANAMNESE (wawancara dengan pasien)

Dokter akan memberikan beberapa pertanyaan pada pasien terkait dengan dugaan alergi yang dialami, antara lain meliputi gejala/keluhan yang dirasakan, riwayat bagaimana keluhan itu bisa timbul (misalnya gatal-gatal muncul setelah makan udang), riwayat keluarga yang menderita alergi, dan pertanyaan lainnya yang mendukung untuk menegakkan diagnosa. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat gejala-gejala yang secara nyata terlihat. 2. TES TUSUK KULIT (Skin Prick/Puncture Testing)

Tes ini dilakukan dengan meletakkan setetes ekstrak (bahan-bahan alami) alergen di permukaan kulit lengan bawah sisi dalam atau punggung yang sudah ditandai sebelumnya. Kemudian, ekstrak alergen tersebut dimasukkan ke dalam kulit dengan menusukkan lancet steril pada kulit. Hasil positif ditunjukkan dengan munculnya benjolan merah dengan diameter tertentu yang disertai rasa gatal di area kulit tempat tusukan tadi dalam waktu 15-20 menit. Tes tusuk kulit sangat bermanfaat terutama untuk menentukan alergen inhalan, seperti debu, bulu hewan peliharaan, polen, dan sebagainya. Kelebihan Skin Prick Test dibanding Test Kulit yang lain : 2 a. karena zat pembawanya adalah gliserin maka lebih stabil jika dibandingkan dengan zat pembawa berupa air. b. Mudah dialaksanakan dan bisa diulang bila perlu. c. Tidak terlalu sakit dibandingkan suntik intra dermal d. Resiko terjadinya alergi sistemik sangat kecil, karena volume yang masuk ke kulit sangat kecil. e. Pada pasien yang memiliki alergi terhadap banyak alergen, tes ini mampu dilaksanakan kurang dari 1 jam. Mekanisme Reaksi pada Skin Test Dibawah permukaan kulit terdapat sel mast, pada sel mast didapatkan granula-granula yang berisi histamin. Sel mast ini juga memiliki reseptor yang berikatan dengan IgE. Ketika lengan IgE ini mengenali alergen (misalnya house dust mite) maka sel mast terpicu untuk melepaskan granul-granulnya ke jaringan setempat, maka timbulah reaksi alergi karena histamin berupa bentol (wheal) dan kemerahan (flare).5

eprints.undip.ac.id/24418/1/yUDHA.pdf

3.

TES KULIT (Intracutaneous Test)

Tes kulit dilakukan apabila ada dugaan alergi terhadap obat dengan menyuntikkan obat tersebut di kulit lengan bawah hingga dapat memasuki lapisan bawah kulit. Hasil dapat diperoleh dalam waktu 15 menit, dan bila postif akan timbul bentol merah disertai rasa gatal. Tes ini memiliki sensitifitas yang lebih baik dibandingkan dengan tes tusuk kulit, namun memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menimbulkan reaksi sistemik dan seringkali memberikan reaksi positif palsu. Meski demikian, tes ini diindikasikan ketika ekstrak alergen tidak cukup kuat untuk memberikan hasil reaksi positif pada tes tusuk kulit. 4. TES TEMPEL (Patch Test) Tes ini dilakukan bila ada dugaan reaksi alergi yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahan kimia, atau yang disebut dermatitis kontak alergi. Tes tempel dilakukan dengan meletakkan bahan-bahan kimia dalam suatu tempat khusus yaitu finn chamber (seperti plester), lalu menempelkannya pada kulit punggung. Hasil tes baru dapat diperoleh dalam waktu 48-72 jam, dan selama tes dianjurkan agar tidak melakukan aktivitas yang berat dan mengeluarkan keringat, tidak boleh mandi, posisi tidur tertelungkup, dan usahakan agar punggung tidak bergesekan dengan apa pun. Hasil postif ditunjukkan dengan munculnya bercak kemerahan (rash) pada kulit terebut. 5. RAST (Radioallergosorbent Test)

RAST merupakan pemeriksaan darah yang akurat untuk mengukur kadar IgE spesifik dalam darah. Umumnya, terjadinya alergi akan ditandai dengan adanya peningkatan kadar IgE yang spesifik, misalnya seseorang yang memiliki alergi terhadap putih telur, akan menunjukkan peningkatan kadar IgE terhadap putih telur tersebut (IgE spesifik putih telur). Pada RAST, alergen akan ditempatkan di suatu paper discs atau polyurethane caps (CAP-RAST) dan kemudian direaksikan dengan sampel serum yang diambil dari pembuluh darah vena pasien. Pengikatan IgE spesifik terhadap alergen tersebut terdeteksi melalui suatu enzyme linked-human IgE antibody pada reaksi kolorimetrik. Pemeriksaan RAST spesifik untuk menentukan alergen penyebab reaksi alergi, dan lebih reproducibleserta lebih aman dari pemeriksaan alergi lainnya. Meski demikian, hasil RAST perlu diinterpretasikan bersama dengan hasil pemeriksaan alergi lainnya seperti anamnese, IgE serum dan test tusuk kulit untuk memperoleh diagnosa yang lebih baik. http://prodia.meta-technology.net/populer_detail.php?id=98&pagenum=1&lang=inahttp://prodia.metatechnology.net/populer_detail.php?id=98&pagenum=1&lang=ina

5. Macam-macam alergi (tipe alergi nya) Hipersensitivitas 1. Hipersensitivitas adalah reksi imun yang patologik, terjadi akibat sistem imun yang berlebihan Etiologi sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh Definisi

1. reaksi yang tidak terkontrol terhadap antigen asing seperti mikroba dan antigen lingkungan noninfeksi

jenis

1. Reaksi Hipersensitivitas Tipe I

Reaksi tipe 1 yang disebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaktik atau reaksi alergi, timbul segera setelah tubuh terpajan dengan alergen. Pada reaksi tipe I alergen yang masuk ke dalam alergi, asma dan dermatitis atopi. Urutan kejadian reaksi tipe I adalah sebagai berikut: oleh reseptor spesifik (FC-R) pada permukaan sel mast atau basofil tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi IgE dan penyakit alergi seperti rinitids Fase sensitisasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi. mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik. Fase efektor yaitu waktu terjadi respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek

Sekitar 50-70% masyarakat membentuk IgE terhadap antigen yang masuk ke tubuh melalui

mukosa seperti selaput lendir hidung, paru, dan konjungtiva, tetapi hanya 10-20% masyarakat yang menderita rinitis alergi dan sekitar 3-10% yang menderita asma bronkial. IgE yang biasanya dibentuk dalam jumlah sedikit, segera diikat oleh sel mast/basofil. IgE yang sudah ada di permukaan sel mast akan menetap untuk beberapa minggu. Sensitisasi dapat pula terjadi normal.

secara pasif bila serum (darah) orang yang alergi dimasukkan ke dalam kulit/sirkulasi orang Reaksi yang terjadi dapat berupa eritem (kemerahan oleh karena dilatasi vaskular) dan bentol/edem (pembengkakan yang disebabkan oleh masuknya serum ke dalam jaringan). Puncak reaksi terjadi dalam 10-15 menit. Pada fase aktivasi terjadi perubahan dalam membran sel akibat metilasi fosfolipid yang diikuti oleh influks Ca2+ yang menimbulkan aktivasi fosfolipase. Dalam fase ini energi dilepas akibat glikolisis dan beberapa enzim diaktifkan dan

menggerakkan granul-granul ke permukaan sel. Kadar cAMP dan cGMP dalam sel berpengaruh pada degranulasi. Peningkatan cAMP akan mencegah, sedangkan peningkatan cGMP memacu degranulasi. Pelepasan granul ini adalah fisiologik dan tidak menimbulkan lisis C5a.

atau matinya sel. Degranulasi sel mast dapat pula terjadi atas pengaruh anafilatoksin, C3a dan

2. Reaksi Hipersensitivitas Tipe II

Reaksi tipe II yang disebut juga reaksi sitotoksik terjadi oleh karena sibentuk antibodi jenis IgG

atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. Ikatan anitbodi dan antigen yang merupakan bagian dari sel pejamu tersebut dapat mengaktifkan komplemen dan menimbulkan lisis. Lisis sel dapat pula terjadi melalui sensitisasi sel NK sabagai efektor

Antibody Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC). Contoh reaksi tipe II adalah destruksi sel daarah

merah akibat reaksi transfusi dan penyakit anemia hemolitik pada bayi yang baru dilahirkan dan dewasa. Sebagian kerusakan jaringan pada penyakit autoimun seperti miastenia gravis dan ditimbulkan oleh obat seperti penisilin, kinin, dan sulfonamid. 3. Reaksi Hipersensitivitas Tipe III tirotoksitosis juga ditimbulkan melalui mekanisme reaksi tipe II. Anemia hemolitik dapat

Reaksi tipe III yang disebut juga reaksi kompleks imun terjadi akibat endapan kompleks antigenantibodi dalam jaringan atau pembuluh darah. Antibosi di sini biasanya jenis IgG atau IgM. Kompleks tersebut mngaktifkan komplemen yang kemudian melepas berbagai mediator terutama jaringan sekitar tempat tersebut.antigen dapat berasal dari infeksi kuman patogen yang persisten (malaria), bahan yang terhirup (spora jamur yang menimbulkan alveolitis ekstrinsik alergi) atau yang berlebihan, tetapi tidak disertai dengan respon antibodi efektif.

macrophage chemotactic factor. Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut akan merusak

dari jaringan sendiri (penyakit autoimun). Infeksi tersebut disertai dengan antigen dalam jumlah Antigen (Ag) dan antibodi (Ab) bersatu membentuk kompleks imun. Selajutnya kompleks imun berbagai mediator antara lain histamin yang meningkatkan permeabelitas vaskular.

mengaktifkan C yang melepas C3a dan C5a dan merangsang basofil dan trombosit melepas Dalam keadaan normal kompleks imun dimusnahkan oleh sel fagosit mononuklear terutama dalam hati, limpa dan paru tanpa bantuan komplemen. Dalam proses tersebut, ukuran kompleks imun merupakan faktor penting. Pada umumnya kampleks yang besar, mudah dan cepat dimusnahkan dalam hati. Kompleks yang larut terjadi bila antigen ditemukan jauh lebih

banyak daripada antibodi yang sulit untuk dimusnahkan dan oleh karena itu dapat lebih laam ada dalam sirkulasi. Kompleks imun yang ada dalam sirkulasi meskipun untuk jangka waktu lama, biasanya tidak berbahaya. Permasalahan akan timbul bila kompleks imun menembus merupakan sebab mengapa kompleks imun sulit dimusnahkan. 4. Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV antigen. Dibagi 2 :

dinding pembuluh darah dan mengendap di jaringan. Gangguan fungsi fagosit diduga dapat

Disebut juga raksi hipersensitivitas lambat, timbul lebih dari 24 jam setelah tubuh terpajan oleh Delayed Type Hypersensitivity (DTH)

Pada DTH, sel CD4+Th1 yang mengaktifkan makrofag berperan sebagai sel efektor. CD4+Th1

melepas sitokin (IFN-gamma) yang mengaktifkan makrofag dan menginduksi inflamasi. Pada hidrolitik, oksigen reaktif intermediet, oksida nitrat dan sitokin proinflamasi. Sel efektor yang Imunologi Dasar Edisi keenam FKUI (Karnen Garna Baratamidjaja) berperan pada DTH adalah makrofag. Contoh-contoh reaksi DTH adalah sebagai berikut :

DTH, kerusakan jaringan disebabkan oleh produk makrofag yang diaktifkan seperti enzim

6. Faktor-faktor pencetus alergi Alergi makanan

Alergi debu Alergi kulit Alergi udara dingin Alergi obat

a. Alergi yg disebabkan oleh sel T teraktivasi: Alergi Reaksi lambat Dapat menyebabkan erupsi kulit sbg respon terhadap obat-obatan/ bahan kimia tertentu terutama bahan kosmetik atau bahan kimia Rumah tangga dimana kulit seseorang sering berkontak. Alergi Rx lambat disebabkan oleh sel T teraktivasi dan bukan oleh Ab. b. Alergi pada orang yang alergik dgn Ab IgE yg berlebihan Keadaan alerginya disebut alergi atopik karena disebabkan oleh respon sistem imun yg tak lazim. Diturunkan secara genetis dari orang tua ke anak-anaknya dan ditandai dengan adanya sejumlah besar Ab IgE. (Fisiologi Kedokteran, Guyton)

7. Kandungan dalam ikan laut yang mengakibatkan alergi! Pada alergi terhadap makanan, penyebab alergi adalah GLIKOPROTEIN yg terkandung dalam makanan. Reaksi alergi atau hipersensitivitas timbul apabila individu terpapar oleh suatu alergen. ( alergen adalah antigen atau benda asing atau suatu substansi yg tak dikenal oleh sistem imun spesifik yg dapat menimbulkan respon imun alergi. Hal ini dapat terjadi apabila individu tersebut secara genetik mempunyai kemampuan untuk memproduksi antibodi dari kelas Ig E dalam jumlah yang cukup setelah terpapar oleh alergen dalam jumlah yang sedikit. ( Sumber : Stites, 1997, Roiitt, 1998 )

8. Apa hubungan alergi dengan gatal yang dirasakan dan bentol-bentol dan apa respon selalu gatal! (Telah terjawab dalam skema) 1. GAMBARAN KLINIS ALERGI: a. Pembengkakan lokal, gatal, dan merah pada kulit, pada pajanan alergen ke kulit. b. Reaksi tipe IV sering di tandai oleh lepuhan dan pengerasan pada area yang terkena. c. Diare dan kram abdomen, pada pajanan alergen saluran cerna. d. Rinitis alergi, yang di tandai oleh mata gatal dan pilek encer, pada pajanan alergen saluran nafas. Dapta di timbul kesulitan bernafas akibat konstriksi otot bronkiolus pada jalan nafas yang di induksi oleh Histamin. KOMPLIKASI : Reaksi alergi yang hebat dapat menyebabkan anafilaksis. Hal ini di tandai oleh penurunan tekanan darah dan penutupan jalan nafas.Tanpa intervensi, reaksi yang sangat hebat dapat menyebabkan syok kardiovaskular, hipoksia, dan kematian. Dermatitis kontak alergi,(reaksi terhadap poison Ivy) dapat menyebabkan irisan sekunder akibat garukan berlebihan.

Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi : buku saku/ Elizabeth J Corwin; alih bahasa, Nike Budi Subekti; Editor edisi Bahasa Indonesia, Egi komara Yudah...[et all.]-Ed 3-Jakarta : EGC, 2009.

9. Apakah penyakit alergi merupakan penyakit herediter atau keturunan Menurut definisi American Academy of Pediatrics atau AAP, bayi dengan risiko tinggi alergi adalah bayi dengan riwayat alergi yang kuat dalam keluarga, yaitu 5-15% berisiko terkena alergi, bila kedua orangtua tidak memiliki riwayat alergi. 20-40% berisiko terkena alergi, bila salah satu orangtua memiliki riwayat alergi. Dan 40-60% berisiko terkena alergi, bila kedua orangtua menderita alergi. Aberg N et al. Prevalence of allergic diseases in school children in relation to family history, upper respiratory infections and residential characteristics. Allergy 1996 Apr; 51(4): 232-7 2. Makalah presentasi Dr. Zakiudin Munasir, SpA(K). Divisi Alergi-Imunologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta. Apakah alergi diturunkan? 2008 Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. http://www.brighthub.com/health/allergies-asthma/articles/20843.aspx

10. Macam sistem imun dan patofisiologinya

( Imunologi Dasar, Karen Garna B, Iris Rengganis. FKUI ) 11. Peran sistem imun dalam alergi

Sebagai sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus dalam tubuh Alergi merujuk pada reaksi berlebihan oleh sistem imun kita sebagai tanggapan pada kontak badan dengan bahanbahan asing tertentu. Berlebihan karena bahan-bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai sesuatu yang tidak membahayakan dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang yang tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi disebut allergens. Contoh-contoh dari allergens termasuk serbuk sari, tungau, jamurjamur, dan makanan-makanan. Untuk mengerti bahasa alergi adalah sangat penting untuk mengingat bahwa allergens adalah bahan-bahan yang asing terhadap tubuh dan dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang-orang tertentu. Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1941063-sistem-imun/#ixzz1r6ejeew4

12.

Efek samping CTM selain mengantuk

Efek Samping: Kadang-kadang menyebabkan rasa ngantuk. Sedasi, gangguan saluran cerna,, hipotensi, kelemahan otot,tinitus, euphoria, nyeri kepala, stimulasi SSP, reaksi alergi dan kelainan darah.
http://dewadysca.student.umm.ac.id/2011/05/25/ctm-sebagai-antihistamin/

13. Mengapa efek dari CTM hanya sementara dan Dosis CTM untuk dewasa dan anak-anak

Karena pada obat antihistamin ini memiliki cara kerja 4-6 jam sehingga ketika farmakokinetik obat tersebut telah habis maka kemungkinan penyakit yang diderita akan kambuh lagi. Sumber: Farmakologi dan Terapi edisi 5. FKUI. 2007
Indikasi: Pengobatan pada gejala-gejala alergis, seperti: bersin, rinorrhea, urticaria, pruritis, dll. Komposisi: Tiap tablet mengandung: Chlorpheniramini maleas 4 mg Efek Samping: Kadang-kadang menyebabkan rasa ngantuk. Sedasi, gangguan saluran cerna, efek anti muskarinik, hipotensi, kelemahan otot,tinitus, euphoria, nyeri kepala, stimulasi SSP, reaksi alergi dan kelainan darah. Takaran Pemakaian: Dewasa: 3 - 4 kali sehari 0.5 - 1 tablet. Anak-anak 6 - 12 tahun: 0.5 dosis dewasa. Anak-anak 1 - 6 tahun: 0.25 dosis dewasa.
http://dewadysca.student.umm.ac.id/2011/05/25/ctm-sebagai-antihistamin/

14. Terapi untuk alergi selain CTM ! PENATA LAKSANAAN : Antihistamin dan obat-obat yang menghambat degranulasi sel mast dapat mengurangi gejala alergi. Kortikosteroid yang di hirup atau sistemik bekerja sebagai obat anti peradangan dan dapat mengurangi gejala suatu alergi. Orang yang mengidap alergi dapat menggunakan ini dalam waktu cukup lama sebelum obat menjadi efektif. Stabilezer sel mast inhalan mengurangi degranulasi sel mast dan dapat menurunkan gejala aleri tipe I. Terapi disensitasi, berupa penyuntikan berulang alergen, dalam jumlah yang kecil dapat mendorong pasien tersebut membentuk IgG terhadap alergen. Antibodi ini dapat bekerja sebagai antibodi penghambat(blocking antibodies). Sewaktu pasien kembali terpajan terhadap alergen, antibodi penghambat dapat berikatan dengan alergen berhubungan dengan kemampuan alergen untuk berikatan dengan molekul IgE ganda secara kovalen bersama. Karena pengikatan IgG tidak menyebabkan degranulasi sel mast yang berlebihan, maka gejala alergi dapat berkurang. Anti bodi IgG dihasilkan setiap kali berikatan dengan alergen dan terkadang dapat menghentikan respon alergi.

Patofisiologi : buku saku/ Elizabeth J Corwin; alih bahasa, Nike Budi Subekti; Editor edisi Bahasa Indonesia, Egi komara Yudah...[et all.]-Ed 3-Jakarta : EGC, 2009.

STEP 3 1. Fisiologi kulit o Proteksi pertahanan tubuh o Eksresi keringat dan pengatur panas tubuh o Absorbsi o Pembentukan warna kulit 2. Mekanisme terjadinya gatal o Alergen masuk antibodi bereaksi Ig E sel mast granula histamin keluar permeabilitas kulit meningkat plasma keluar kering timbul rasa gatal LI : yang mengaktifkan Ig E Setelah alergen masuk terjadi apa?? 3. Kenapa gatal sangat terasa di malam hari Pengaruh suhu ( lebih dingin) terhadap antigen Reaksi alergi lambat, ada rentang waktu saat alergen masuk dan gejala yang dirasakan pertama kali pas ditengah malam . 4. Macam pemeriksaan alergi selain prick test dan kelebihan masing-masing o Intradermal : alergi terhadap obat atau serangga o Patch test : tesuntuk dermatitis kontak (reaksi langsung saat terkena alergen) Cara dan waktu muncul gajala

5. Macam-macam alergi (tipe alergi nya) o Alergi udara dingin o Makanan : protein o Debu : reaksinya langsung bersin-bersin o Alergi obat o Alergi Tipe reaksi hipersensitivitas Tipe 1 : reaksi cepat langsung saat terpajar alergen contohnya: anemia hemolitik Tipe 2 : pengaktifkan Ig G dan Ig M contohnya: anemia hemolitik Tipe 3(kompleks imun) : antigen dan antibodi ditemukan di dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen contohnya: autoimun Tipe 4 : yang berperan dalam imun adalah Limfosit T 6. o o o o Faktor-faktor pencetus alergi Makanan Suhu dan kelembapan Bahan iritan (kimia) Debu

7. Kandungan dalam ikan laut yang mengakibatkan alergi o Protein yang di kandung di dalam makanan itu sendiri, dan zatnya tisak sesuai dengan tubuh sehingga terjadi reaksi penolakan o Bahan kimia di laut yang masuk ke dalam makanan laut atau saat proses pemasakan makanan bahan iritan masuk o Dalam ikan terkandung glikoprotein yang dianggap sebagai antigen sehingga terjadi reaksi penolakan 8. Apa hubungan alergi dengan gatal yang dirasakan dan bentol-bentol dan apa respon selalu gatal o Reaksi lain : sesak nafas, batuk, bersin o Alergen masuk, Ig E mengeluarkan histamin Vasodilatasi kapiler aliran darah meningkat eritema suhu meningkat (kalor)terjadi peningkatan permeabilitas eksudasi plasma pembengkakan (tumor) massa menekan syaraf gangguan fungsional (dolor) 9. Apakah penyakit alergi merupakan penyakit herediter atau keturunan Penurunan sifat dari antibodi Contoh : alergi debu pada orang tua anak asma Mekanisme terjadinya asma yang berhubungan dengan alergi 10. Macam sistem imun dan patofisiologinya o Non spesifik (bawaan) Fisik kulit, selaput lendir, silia (bulu hidung), batuk dan bersin Biokimia : lisozim contoh berada pada air ludah dan keringat, asam lambung Humoral : sitokinin, komplemen Selular : fagosit, sel NK, sel mast, basofil o spesifik : mampu membedakan self dan non self, mampu membentuk memori, difersitas, spesialisasi dan membatasi diri Sel B dan sel T 11. Peran sistem imun dalam alergi 12. Efek samping CTM selain mengantuk 13. Mengapa efek dari CTM hanya sementara dan Dosis CTM untuk dewasa dan anak-anak 14. Terapi untuk alergi selain CTM

SEMUA JADI LI Kirim ke email dr_dirga@yahoo.com

You might also like