You are on page 1of 37

MAKALAH

PENGOLAHAN SAMPAH MANDIRI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester I Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh : 1. Airin Nurhidayah 2. Argareza Sandy Fagusta 3. Endah Sumiyaningsih 4. Hajar Khoirinnisak 5. Selvi Sulistyaningrum NIM : PO7133110041 NIM : PO7133110043 NIM : PO7133110057 NIM : PO7133110061 NIM : PO7133110088

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2011

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................... B. Dasar Hukum.......................................................... C. Tujuan .................................................................... D. Manfaat .................................................................. E. Ruang Lingkup ....................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mengenal Sampah ................................................. B. Sumber Masalah Sampah ...................................... C. Memproses sampah ............................................... D. Hasil Olahan Sampah............................................. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................. B. Saran ...................................................................... DAFTAR PUSTAKA

i ii iv

1 1 2 2 2

3 7 9 17

38 39

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sebagian besar sampah dihasilkan dari aktivitas manusia. Adanya perubahan gaya hidup dalam mengkonsumsi makanan mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah dan jenis sampah. Pengolahan sampah menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya menjadi tanggung jawab petugas kebersihan. Pola pikir dan pandangan bahwa sampah adalah barang yang tidak berguna dan harus dibuang, perlu diubah dan diluruskan. Setiap individu harus diberikan landasan pemahaman dan penyadaran tentang pengelolaan sampah, sehingga akan terbentuk karakter pola hidup bersih dan sehat. Apabila dikelola dengan baik dan benar, sampah memiliki potensi yang dapat didayagunakan. Perubahan jenis sampah ( kemasan atau bungkus dari daun menjadi plastik, Styrofoam dll.). Saat ini, belum diikuti dengan cara penanganan sampah yang ramah lingkungan. Penanganan sampah di perkotaan umumnya menganut pola : kumpul, angkut-buang, sementara di pedesaan semua jenis sampah, dibakar atau ditimbun. Untuk menangani permasalahan sampah, perlu dikelola secara mandiri dengan menerapkan prinsip 3R Reduce, Reuse, Recycle .

B. Dasar Hukum 1. Undang undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Ligkungan Hidup. 2. Undang undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

C. Tujuan 1. Untuk mengenal sampah. 2. Untuk mengetahui permasalahan sampah. 3. Untuk mengetahui cara memproses sampah. 4. Untuk mengetahui aneka hasil olahan sampah. 5. Agar pembaca mampu ikut berperan aktif mengelola lingkungan. 6. Terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman.

D. Manfaat 1. Dapat menambah wawasan baru mengenai pengolahan sampah yang tepat sehingga dapat ikut berperan aktif dalam mengelola sampah untuk terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman. 2. Dapat membedakan berbagai jenis sampah. 3. Dapat mengetahui permasalahan sampah sehingga bisa mengurangi masalah yang diakibatkan sampah.

E. Ruang Lingkup Kajian Ilmu Kesehatan Lingkungan khususnya Mata Kuliah Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Mengenal Sampah 1. Pengertian Sampah Sampah memiliki banyak pengertian dalam batasan ilmu pengetahuan. Namun pada prinsipnya, sampah adalah suatau bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi yaitu padat, cair, dan gas. Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan sifatnya. Sampah dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik atau sampah basah ialah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. Sampah jenis ini sangat mudah terurai secara alami ( degradable ). Sementara itu, sampah anorganik atau sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terurai dapat dibagi sebagai berikut : a. Human erecta Human erecta merupakan istilah bagi bahan buangan yang dikeluarkan oleh tubuh manusia sebagai hasil ( undegradable ). Sampah

pencernaan.Tinja ( faeces ) dan air seni ( urine ) adalah hasilnya. kesehatan Sampah karena manusia bias ini dapat vektor berbahaya penyakit bagi yang

menjadi

disebabkan oleh bakteri dan virus. b. Sewage Air limbah buangan rumah tangga maupun pabrik termasuk dalam sewage. Limbah cair rumah tangga umumnya dialirkan ke got tanpa proses penyaringan, seperti sisa air mandi, bekas cucian, dan limbah dapur. Sementara itu, limbah pabrik perlu

diolah secara khusus sebelum dilepas kea lam bebas agar lebih aman. Namun, tidak jarang limbah berbahaya ini disalurkan ke sungai atau laut tanpa penyaringan. c. Refuse Refuse diartikan sebagai bahan sisa proses industri atau hasil sampingan kegiatan rumah tangga. Refuse inilah yang popular disebut sampah dalam pengertian masyarakat sehari hari. Sampah ini dibagi menjadi garbage ( sampah lapuk ) dan rubbish ( sampah tidak lapuk dan tidak mudah lapuk ). Sampah lapuk ialah sampah sisa- sisa pengolahan rumah tangga atau hasil sampingan kegiatan pasar bahan makanan, seperti sayuran. Sementara itu, sampah tidak lapuk merupakan jenis sampah yang tidak bias lapuk sama sekali, seperti mika, kaca, dan plastik. Sampah tidak mudah lapuk merupakan sampah yang sangat sulit terurai, tetapi bisa hancur secara alami dalam jangka waktu lama. Sampah jenis ini ada yang dapat terbakar ( kertas dan kayu ) dan tidak terbakar ( kaleng dan kawat ). d. Industrial waste Industrial waste ini umumnya dihasilkan dalam skala besar dan merupakan bahan bahan buangan dari sisa sisa proses industri. 2. Jenis - Jenis Sampah Pengelolaan sampah yang benar mensyaratkan adanya keterpaduan dari berbagai aspek mulai dari hulu sampai hilir. Aspek hulu meliputi kegiatan pengolahan sampah pada tingkat penghasil sampah tahap pertama, diantaranya rumah tangga, hotel maupun rumah makan. Langkah yang bisa diambil pada aspek hulu adalah pemilahan sampah berdasarkan jenisnya sampah dipilah menjadi tiga, yaitu sampah organik, non-organik, dan B3. Masing masing golongan sampah ini mempunyai tempat

sendiri sendiri. Jika proses klasifikasi ini diterapkan, diharapkan akan memudahkan proses pengolahan sampah pada tahap selanjutnya. a. Sampah organik Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah basah dan sampah kering. b. Sampah anorganik Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa berasal dari bahan yang bisa diperbarui dan bahan yang berbahaya serta beracun. c. Sampah B3 ( Bahan Beracun dan Berbahaya ) Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah jenis ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi. Namun, tidak menutup kemungkinan sampah yang mengandung jenis racun lain yang berbahaya. 3. Komposisi Sampah Dalam kehidupan manusia, sebagian besar jumlah sampah berasal dari aktivitas industri, seperti konsumsi, pertambangan, dan manufaktur. Seiring waktu berjalan, hampir semua produk industri akan menjadi sampah. Jenis sampah yang banyak dijumpai dalam jumlah besar pun beragam. Sampah berupa kemasan makanan atau minuman yang terbuat dari kertas, alimunium, ataupun plastik berlapis semakin mendominasi. Demikian pula sampah elektronik, termasuk sampah jenis baru, semakin marak di tempat pembuangan sampah. Volume tumpukan sampah memiliki nilai sebanding dengan tingkat konsumsi masyarakat terhadap material yang digunakan dalam kehidupan sehari hari. Output jenis sampah sendiri

sangat tergantung pada jenis material yang dikonsumsi. Secara

umum dapat ditarik benang merah bahwa peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap volume sampah serta komposisinya. Di Indonesia, sekitar 60-70 % dari total volume sampah yang dihasilkan merupakan sampah basah dengan kadar air antara 65 75 %. Sumber sampah terbanyak berasal dari pasar tradisional dan pemukiman. Sampah pasar tradisional, seperti pasar lauk pauk dan sayur- mayur membuang hampir 95 % sampah organik. Jika ditinjau dari pengolahannya, sampah di daerah pemukiman jah lebih beragam. Namun, minimal 75 % dari total sampah tersebut temasuk sampah organik dan sisanya termasuk sampah anorganik. Sampah organik mampu terurai secara alami dialam dengan bantuan mikroba. Selain itu, sampah jenis ini telah lama diolah secara sederhana oleh masyarakat sebagai pakan ternak atau bahan pupuk. Selain sampah organik, beberapa bahan anorganik dapat pula terurai secara alami walaupun dalam kurun waktu cukup lama. Proses ini disebabkan oleh tingkat penguraian (degradibilitas) tiap bahan berbeda. berikut urutan tingkat kemudahan sampah dalam penguraiannya.

Tabel 1.Tingkat Degrabilitas Komponen Bahan Sampah No. 1. 2. Komponen Sampah Selulosa dari kertas karton Hemiselulosa Karbohidrat 1. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Selulosa dari kertas bungkus Bambu Lemak Protein Ranting Lignin Degradibilitas (%) 90 70 70 50 50 50 50 5 0 0

10. Plasik

Sumber : Sudrajad dkk., 1987 dalam Sudrajat, R., 2006 B. Sumber Masalah Sampah Sampah selalu timbul menjadi persoalan rumit dalam masyarakat yang kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Ketidakdisipinan mengenai kebersihan dapat menciptakan suasana semrawut akibat timbunan sampah. Begitu banyak kondisi tidak menyenangkan akan muncul. Bau tidak sedap, lalat berterbangan, dan gangguan berbagai penyakit siap menghadang di depan mata. Tidak cuma itu, peluang pencemaran lingkungan disertai penurunaan kualitas estetika pun akan menjadi santapan sehari-hari bagi masyarakat. Pada musim hujan, sampah terlantar ini menjadi momok paling menakutkan. Tumpukan sampah yang tidak tertangani dengan baik bisa menyumbat saluran drainase. Pembuangan sampah di

sembarang tempat, terutama sungai, akan menghambat laju air hujan dipermukaan sehingga aliran hanya terfokus pada satu titik saja. Ketika curah hujan tinggi, kondisi semacam ini bisa mengakibatkan banjir. Bahkan, Jakarta sebagai ibukota negara pun tidak pernah

lepas dari kondisi tersebut. Hampir setiap tahun kota impian para pendatang ini dikunjungi banjir. Ketakutan hadir tidak hanya kala banjir melanda, tetapi juga ketika iringan situasi pasca banjir tiba. Kelaparan, penyakit, pengangguran, dan masalah sosial lainnya menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Walaupun telah berpengalaman menghadapi situasi sama setiap tahun, tampaknya inti masalah akibat sampah ini belum pula memperoleh penyelesaian terbaik. Sampah memang bukan perkara mudah. Tidak hanya di perkotaan padat penduduk, pedesaan, atau lokasi lain pun tidak terlepas dari persoalan ini. Sumber permasalahan sampah selalu hadir, baik di tempat pembuangan sementara(TPS), tempat pembuangan air(TPA), maupun saat pendistribusiaannya.Berikut beberapa faktor penyebab penumpukan sampah: 1. Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tamping TPA sehingga melebihi kapasitasnya. 2. Lahan TPA semakin menyempit akibat tergusur oleh lain. 3. Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk menganggut sampah kurang efektif. 4. Fasilitas pengakutan sampah terbatas dan tidak mampu pengunaan

menganggut seluruh sampah. 5. Teknologi pengolaan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk. 6. Sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak segera dikelurkan dari tempat penampugan sehingga semakin mengulung. 7. Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Masyarakat sering membuang sampah disembarang tempat sebagai jalan pintas.

8. Kurangnya

sosialisai

dan

dukungan

pemeritah

mengenai

pengelolaan dan pengolalahan sampah serta produknya. 9. Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara tepat. 10. Manajemen sampah tidak efektif. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman terutama bagi masyarakat sekitar.

C. Memproses Sampah 1. Penampungan Sampah Penampungan sampah di tingkat rumah tangga memegang posisi terdepan. Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) tahun 2004, di daerah perkotaan, baru sekitar 41,28 % sampah yang terangkut petugas; 35,59 % dibakar; 7,97% ditimbun; 1,15% diolah menjadi kompos; dan sisanya dibuang sembarangan. Akan jauh lebih baik jika sejak awal pengelolaan, sampah telah dipilah berdasarkan jenisnya, sampah organik atau anorganik. Selain itu, sampah yang hendak dibuang dikemas rapi dalam kantong khusus (bioplastic) atau kanting plastik biasa. Dibeberapa taman lingkungan dan lokasi publis strategis, pemisahan sampah dapat dilakukan dengan menyediakan dua tempat sampah kering dan basah sekaligus. Namun sayang, di Indonesia hal ini belum bisa diterapkan secara merata di setiap wilayah. Kurangnya partisipasi pihak terkait, rendahnya tingkat ekonomi, dan ketidakpedulian masyarakat menjadi faktor

penghambat utama. Berbeda dengan negara maju, seperti Jepang, yang telah mengelola sampah dengan baik, bahkan memilahnya hingga beberapa jenis. Sebelum diangkut oleh petugas kebersihan, sampah ditampung sementara dalam wadah. Tahap ini disebut tahap penampungan sampah. Di masyarakat, model tempat sampah sebagai tempat

penampungan sementara atau yang dibuat secara permanen atau fleksibel. Tempat sampah permanen, berbaha batu bata atau semen membutuhkan biaya dan tempat cukup besar. Untuk membuat satu tempat sampah permanen, minimal dibutuhkan area seluas 1 m2. Agar lebih efisien dan efektif, tempat sampah dapat pula dibuat dengan pemanfaatan barang bekas, seperti karung plastik, drum, kotak kayu, ember, dan wadah tidak terpakai lainnya. Wadah yang digunakan untuk menampung sampah haruslah memiliki empat kriteria utama, yaitu : a. Mudah dibersihkan. Dengan demikian petugas pengumpul sampah tidak akan kesulitan mengeruk kumpulan sampah dari dalam tempat sampah. b. Tidak mudah rusak. Tempat sampah yang rapuh akan menyebabkan sampah mudah sekali berhamburan kemanamana, terutama jika ada binatang yang mengais ngaisnya. c. Bisa ditutup rapat. Persyaratan ini harus diperhatikan agar lalat dan kecoa tidah mudah hilir - mudik menghinggapi kumpulan sampah. d. Ditempatkan diluar rumah. Tujuannya, selain agar petugas pengumpul sampah mudah mengangkutnya, juga demi menjaga kebersihan di dalam rumah. Kalau tempat sampah diletakkan di luar rumah maka hawa tidak sedap tidak akan memenuhi ruangan. Keempat hal tersebut harus terpenuhi secara baik. Ketepatan posisi tempat penampungan sampah dalam skala rumah tangga akan turut menjaga kebersihan lingkungan dan higienitas berkerumun dan

penghuninya.

2. Pengumpulan dan Pembuangan Sampah Sampah yang telah dibuang pada tingakat rumah tangga sudah mulai diserbu oleh pemulung. Pada tahap pengumpulan oleh para pemulung atau pengepul, sampah biasanya dipilah secara sederhana menjadi tiga jenis, yaitu : sampah layak kompos ( compostable ) dengan jumlah terbesar 50 %, sampah layak jual sebanyak 16 %, dan sampah layak buang sebesar 34 %. Sampah layak kompos terdiri atas berbagai sampah organik yang mudah mengurai oleh mikroba ( biodegradable ) dan membusuk ( putrescuble ) sehingga dapat dimanfaatkan menjadi kompos. Sampah layak jual termasuk jenis sampah yang dapat diolah kembali menjadi produk lain sehingga bertambah nilai ekonominya, seperti plastik, botol kaca, logam, kertas, dan kaleng. Sementara itu, sampah layak buang ialah sampah yang tidak dapat dimanfaatkan atau diolah kembali sehingga layak buang. Sampah jenis terakhir ini didominasi oleh sampah organik yang tidak dapat djadikan kompos atau sampah kering yang tidak mngkin didaur ulang atau ditangkap energi. Terkadang sampahpun dipilah berdasarkan bisa atau tidaknya dibakar. Pemilahan ini umumnya dilakukan pada tingkat rumah tangga.

Tabel 2.Kandungan Energi Berbagai Jenis Sampah Jenis Sampah Plastik Karet Kayu Kain Kertas Sisa Tanaman Sisa Makanan Kaleng Kaca 170 30 2 2 98 98 1.100 70 5 Kandungan Energi (kkl/kg) 7.780 5.560 4.450 4.170 4000 1.560 Kadar Air (% berat basah) 2 2 20 10 6 60 Kadar Abu (%berat kering) 10 10 2 2 6 4

Sumber : Anonim,2007 Sampah yang ada akan dikumpulkan oleh petugas

kebersihan tingkat RW/RT ataupun kotamadya tiap selang waktu tertentu. Umumnya tahap pengumpulan sampah di daerah padat penduduk dilakukan instansi terkait sekitar 2-3 hari sekali. Sementara itu, jadwal pengambilan sampah di lokasi rumah yang terpencar pencar dilaksanakan sekitar satu kali seminggu sampai sampah terkumpul agak banyak. Sampah diangkut menggunakan truk sampah atau gerobak tarik menuju lokasi yang telah disepakati. Cakupan layanan pengumpulan sampah rata-rata di Indonesia masih berada pada kisaran 41%, masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs), yaitu 70% ditahun 2015 (BPS,2004). Pengambilan sampah oleh petugas dilokasi terpencil sering kali mendapat hambatan. Jarak tempuh terlalu jauh mengakibatkan biaya transportasi tidak berimbang dengan biaya retribusi yang dibebankan. Permasalahan ini bisa diatasi dengan

swadaya masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri. Selain itu, andil pemda setempat dalam memberikan dana subsidi pengelolaan sampahpun sangat diperlukan. 3. Pengolahan Sampah Dalam pola pengelolaan sampah terpadu, ada lima tahap proses yang diterapkan. Pola ini mengupayakan agar sampah tidak sampai terbentuk dengan menerapkan upaya 3R, yaitu cegah (reduce) dan upaya pakai ulang (reuse). Jika terlanjur, hierarki pengelolaan daur ulang (recycle) menjadi solusi. Proses daur ulang sampah sangat sederhana.setelah dicacah dan dilelehkan, materi tersebut dicetak menjadi bibit-bibit materi siap pakai. Bibit untuk materi kertas disebut bubur pulp, sedangkan untuk materi plastik disebut pelet. Kemurnian materi yang digunakan menjadi pertimbangan utama pada upaya ini. Ada tiga faktor sukses dalam upaya recycle, yaitu sebagai berikut : a. Kemudahan dalam memperoleh sampah daur ulang dengan kuantitas dan kualitas memadai. b. Ketersediaan teknologi dari mulai pemilahan, pemisahan materi/sasaran, dan pembuatan produk. c. Kesadaran bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan. Bagi sebagian yang sulit di- reduce, reuse, recycle (3R), sampah harus dibuang (dispostal) sesuai tempat dan tahapannya. Banyak faktor yang menjadi pertimbangan berhasilnya produk daur ulang, diantaranya tingginya permintaan pasar akan produk, kemudahan memperoleh sampah daur ulang dengan jumlah dan kualitas yang memadai, adanya teknologi yang terjangkau, seperti teknologi pemilahan ataupun pembuatan produk, serta adanya kesadaran dan keinginan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Upaya pengolahan yang saat ini sedang tenar dan menjadi isu hangat ialah upaya tangkap energi (energy recovery). Upaya

tangkap energi bisa dilakukan sebelum dan setelah sampah dibuang dengan mengolahnya menjadi sumber energi alternatif. Hal paling rumit dalam proses pengelolaan sampah ialah saat pemusnahannya. Sampah yang terkelola dengan baik akan selalu berputar dan tidak dibiarkan menggunung pada satu lokasi saja. Cara pemusnahan sampah sangat beragam, tergantung pihak yang menanganinya. Pemerintah, lembaga swasta, atau masyarakat memiliki teknik penanganan berbeda-beda. Adanya perbedaan ini biasanya di pengaruhi oleh manajemen dan ketersediaan dana. Pada tahap ini , pengolahaan sampah terpadu mempunyai peranan sangat penting. Pengeloloan sampah secara bijak akan mampu meminimalisir kerusakan lingkungan dan meningkatkan taraf ekonomi hal layak beragam pengolahan sampah diujicobakan guna diperoleh hasil terbaik dan aman. Berikut beberapa usaha pemusnahan sampah konvensional yang banyak diterapkan di Indonesia. Pengelolaan Sampah Terpadu Tahapan Pengelolaan Sampah Terpadu 1. Cegah Keterangan Diterapkan dengan meminimalisir jumlah barang yang digunakan. Pengurangan dilakukan tidak hanya berupa jumlah saja, tetapi juga mencegah penggunaan barang-barang yang mengandung kimia berbahaya dan tidak mudah dekomposisi. Memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung. Sampah diusahakan dipakai berulang-ulang.

2. Pakai ulang (reuse)

3. Daur ulang (recycle)

4. Tangkap energy (energy recorvery)

5. Buang (dispostal)

Mengolah barang yang tidak terpakai menjadi barang baru. Upaya ini memerlukan campur tangan produsen dan praktiknya. Namun, beberapa sampah dapat didaur ualang secara langsung oleh masyarakat. Pengomposan, pembuatan batako, dan briket merupakan contoh produk hasilnya. Banyak diterapkan pada sampah yang memiliki nilai kalor bakar tinggi. Sampah organic pun dapat diaplikasikan pada upaya ini melalui gas metana yang dihasilkan saat proses pembususkan. Upaya tangkap energi bisa diterapkan sebelum atau sesudah upaya buang sampah berlangsung. Merupakan alternatif terakhir jika semua cara diatas telah dioptimalkan. Pembuangan sampah pun harus dilakukan secara aman pada lokasi yang telah disepakati.

a. Urugan dan tumpuk Pengolahan sampah secara konvensional dilakukan dengan model urugan dan tumpuk. Kedua metode ini sangat popular karena mudah diaplikasikan. Pada model urugan, sampah dibuang dilembah atau cekungan tanpa diberi perlakuan apa pun. Biasanya cara ini di terapkan pada lokasi dengan kontribusi volume sampah tidak terlalu tinggi. Ada beberapa catatan penting dalam perlakuan model urugan, yaitu sampah tidak dibuang pada daerah padat penduduk, tidak menimbulkan

beragam polusi (tahan, udara, dan air), serta tidak mengganggu estetika lingkungan. Pada model tumpukan, sampah yang dibuang perlu dilengkapi beberapa sarana pendukung sebagai prasyarat kesehatan. Sarana yang dimaksud ialah saluran air buangan, pengolahan air buangan (leachate), dan pembakaran gas metana (flare). Penerapan pengolahan sampah secara

tumpukan di Indonesia sendiri terkadang tidak sesuai standar yang berlaku sehingga sering timbul masalah. Namun,

bagaimana pun prosesnya, dalam jangka panjang kedua model tersebut harus dibatasi dan dicarikan alternaif lainnya karena keterbatasan lahan. b. Penghancuran (pulverisation) Biasanya penhancuran dilakukan ketika pengangkutan dengan menggunakan truk sampah khusus plus alat pencacah atau penghancur. Sampah yang berasal dari bak-bak

penampung langsung dihancurkan hingga menjadi potongan berukuran kecil. Jenis sampah yang dihancurkan dapat dipilah menjadi rubbish, garbage, atau keduanya. Selanjutnya,

potongan sampah dimanfaatkan sebagai timbunan pada tanah datar atau dibuang kelaut. Sampah yang dibuang ini pun harus diperhatikan dan diseleksi agar tidak mencemari lingkungan. c. Pembakaran sampah (incineration) Cara lain dalam pengolahan sampah adalah pembakaran sampah. Pada skala rumah tangga, pembakaran sampah secara manual memang praktis. Untuk sampah bervolume besar, sebaiknya mengunakan incinerator. Akan tetapi,

pembakaran dengan menggunakan incinerator kurang efektif diterapkan di bumi pertiwi. Hal ini disebabkan kadar air sampah sangat tinggi sehingga biaya operasional untuk pembakaran sangat besar. Polusi debu, asap, serta partikulat yang

dikeluarkan menggangu kesehatan dan aktifitas masyarakat sekitar sehingga diperlukan solusi lain dalam penangananya.

D. Hasil Olahan Sampah Kompos, pupuk cair, media tanam, pakan ternak, batako, briket, dan biogas merupakan beberapa produk daur ulang hasil pengolahan sampah yang dapat dibanggakan dan mudah diaplikasikan. Produk tersebut cukup mendapat tempat di masyarakat dan telah diperjualkan secara komersil. Dari sisi finansial, keuntungan yang diperoleh cukup menggiurkan dan mampu menningkatkan kesejahteraan pengolahnya. Peluang usaha produk berbahan baku sampah sangat terbuka lebar dengaan berbagai harapan menjanjikan di masa depan. Dampak negatif sampah mungkin tidak bisa dihilangkan secara tuntas sampai ke akarnya. Namun, usaha pengelolaan dan

pengolahan sampah yang telah dilakukan berbagai pihak turut memberikan kontribusi guna menanggulangi problematika sampah. Kerja keras pemerintah tentu tidak akan berbjalan mulus tanpa partisipasi dan respon langsung masyarakat, salah satu peran nyata masyarakat bisa tersalurkan melalui penggunaan produk berbahan baku sampah maupun hasil daur ulangnya di kehidupan sehari hari. Berikut rangkuman sederhana mengenai pengolahan beberapa produk sampah, terutama sampah organik, dari barang tidak bermanfaat menjadi barang bernilai ekonomi cukup tinggi.

1. Kompos Di masa mendatang, penggunaaan kompos sebagai sumber nutrisi tanaman akan sangat berarti dan memiliki prospek bisnis yang cerah. Kompos tidak hanya mengandung unsur hara makro ( N, P, dan K ), unsur hara mikro ( Fe, B, S, dan Ca ) pun terkandung lengkap di dalamnya walaupun diakui kandungan haranya lebih sedikit dibanding pupuk kimia. Namun, bahan baku penyusun

kompos melimpah ruah dan cara pembuatannya cukup sederhana. Sayangnya, penggunaan kompos sebagai pupuk alami tidak selalu berjalan mulus. Banyak kendala yang harus dihadapi terutama dari segi pemasaran. Selain kualitas kompos tidak merata, persaingan dagang dengan pupuk kimia menjadi halangan utama. Selain lebih praktis, respon pupuk kimia dalam menunjukkan hasil nyata lebih cepat dibanding kompos. Murahnya harga jual pupuk kimia dan diperlukan sertifikat sah dari Lembaga Sertifikasi

Nasional/Internasional dalam menjual produk pertanian organik turut menambah lemahnya penjualan kompos. a. Prinsip dasar membuat kompos Secara gamblang, kompos bisa diartikan sebagai pupuk alami yang terbuat dari bahan - bahan hijau dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan. Pengolahan sampah menjadi kompos merupakan proses mikrobiologi dan berjalan secara aerobik dan anaerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu sesuai hasil rekayasa. Saat pengomposan terjadi perombakan bahan organik menjadi komponen lebih sederhana dan stabil dalam larutan berbentuk ionik dan mudah diserap oleh tumbuhan. Proses pengomposan ini secara garis besar disebut dekomposisi dan terbentuk dalam kurun waktu 30 90 hari. Tidak semua jenis sampah bisa dijadikan bahan dalam pembuatan kompos. Jenis yang dipakai ialah sampah organik yang mudah sekali busuk atau garbage. Pemilahan dan

penyeleksian sampah pun menjadi tahap penting dalam pengolahan sampah menjadi kompos. Penyeleksian bahan kompos dilakukan dua tahap, yaitu pemilahan sampah organik dan anorganik. Selanjutnya, pemilahan sampah organik yang

dapat didaur ulang anaerobik.

melalui pengomposan aerobik atau

Dengan bahan organik

pilihan, proses serta produk

hasil pengomposan akan optimal. Penyeleksian pun dilakukan untuk meminimalisir terjadinya risiko dalam pengomposan, yaitu sebagai berikut: 1) Jangka waktu proses pengomposan lama. 2) Kemungkinan kompos terkontaminasi oleh zat beracun atau zat kimia dan penyakit tanaman sehingga mikroorganisme kompos dan tanaman mati. 3) Timbulnya bau busuk, kerumunan serangga, daan masalah lingkungan lain di tempat pengomposan. Sebelum dimasukkan dalam wadah atau bak pengomposan, sebaiknya bahan bahan terpilah dirajang terlebih secara manual atau menggunakan mesin perajang hingga mencapai ukuran 1 7, 5 cm. perajang ini bertujuan untuk mempercepat proses pengomposan dan menghasilkan produk kompos yang halus. b. Membuat kompos Proses membuat kompos sangat mudah dan dapat

dilakukan beragam cara. Setiap proses pengomposan cukup mudah diaplikasikan dan dapat diterapkan oleh siapapun. Berikut beberapa alternatif pengolahan sampah menjadi

kompos melalui proses aerobik. Salah satu jenis kompos adalah kompos siap pakai. Pembuatan kompos ini dinilai paling mudah, murah, sederhana, dan tidak memerlukan proses panjang pengomposan lagi. Sampah yang dibutuhkan pun telah mengalami proses

pembusukan, penghancuran, dan pengomposan alami di alam terbuka dalam jangka waktu lama.

Bahan dan alat : 50 100 g belerang per 1 kg tanah Ayakan pasir Sekop atau cangkul Cara membuat : 1) Pilihlah tumpukan sampah yang didominasi sampah organik dan telah mengalami penimbunan lebih dari setahun. Timbunan sampah yang telah jadi ini akan membentuk tanah di bagian bawah permukaannya. Tanah tersebut berwarna agak kehitaman ( membentuk humus alami ). 2) Gali dan pisahkan tanah tersebut dari sampah sampah lain yang tidak lapuk, seperti gelas, plastik, mika, atau kaca. 3) Jemur tanah hingga kering selama beberapa hari, lalu ayak hingga membentuk tanah remah. 4) Tambahkan 50 100 gr belerang setiap satu kilogram tanah. 5) Aduk merata bahan kompos dan belerang. 6) Pupuk kompos siap dipakai ataau dikemas sesuai kebutuhan. Kompos yang telah jadi dapat digunakan sebagai pupuk berbagai tanaman hias atau tanaman komoditas pertanian, seperti jagung, cengkih, dan padi. Bahkan, proses pembuatan kompos seperti ini telah diaplikasikan secara komersial oleh sebuah pabrik pupuk kompos di Medan, Sumatera Utara. 2. Pupuk Cair Selain kompos, sampah terutam limbah got bisa dibuat pupuk cair. Pupuk jenis ini memiliki banyak kelebihan dibanding kompos padat. Selain mengandung konsentrasi unsur hara lebih

tinggi, pupuk cair mudah diaplikasikan, cukup disemprot atau disiram pada media tanam. Pupuk cair dibuat dengan mencampurkan air dengan cairan ekstrak bahan organik yang dibusukkan dalam kondisi anaerobik. Dibandingkan dengan kompos, pembuatan pupuk cair

membutuhkan waktu yang lebih singkat dan harga jualnya lebih tinggi. Dalam pemprosesannya, pupuk cair dibuat dari air got yang telah diendapkan materinya. Bahan dan alat : 1.000 liter air got yang telah diendapkan materinya 5 liter mollase atau tetes tebu atau larutan gula merah 10 liter bioaktivator semai cair 2 buah tangki berkapasitas 500 liter Ember Pengaduk Cara membuat : a. Masukkan bahan bahn ke dalam tangki, lalu aduk hinggga merata. b. Tutup rapat tangki selama 3 hari. c. Aduk rata semua bahan dalam tangki setiap hari sekali mulai hari ke- 4 hingga hari ke- 7. d. Tutup rapat tangki pada hari ke- 8 lalu diamkan hingga hari ke14. e. Campuran telah menjadi pupuk cair yang siap dikemas dan dipasarkan. Dalam pengaplikasiannya, 1 liter konsentrat pupuk dicairkan dengan 1.000 liter air, lalu disemprotkan pada permukaan media tanam. Interval pemberiannya ialah 1 2 minggu sekali terhadap semua jenis tanaman. Hasil olahan pupuk cair yang berasal dari cairan limbah got akan berwarnaa cokelat kehitaman, aromanya

cenderung keasaman, berbentuk cair, dan sedikit kental pekat. Namun, pupuk ini ramah lingkungan. 3. Briket Kini, harga bahan bakar minyak bumi yang telah menjadi tombak hidup masyarakat semakin tidak terjangkau. Kenaikan harga ini sebagian besar merupakan dampak naiknya harga minyak dunia. Kebijaksanaan pemerintah dengan mensubsidi bahan bakar minyak (BBM) tampaknya sudah menjadi senjata terakhir. Salah satu upaya mengatasi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak ialah melalui bahan bakar alternatif, seperti briket. Briket adalah padatan yang umumnya berasal dari limbah pertanian. Sifat fisik briket tidak kompak, tidak padat, seperti serbuk gergaji dan sekam tanpa melewati proses pembakaran (pengarangan). Dalam aplikasi produk beragam jenis briket, yaitu briket

arang selasah, briket, briket serbuk gergaji dan serkam, dan briket kotoran sapi. Setiap jenis briket memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Berikut beberapa cara pengolahan limbah menjadi briket. a. Briket Arang Selasah bahan dan alat : Sarasah daunan kering (termasuk jerami dan daun bambu), ranting, atau pecahan kecil dahan. Air dan lem kanji secukupnya. Alat cetak dari potongan bambu atau pipa PVC berdiameter sekitar 5 cm dan tinggi 5-8 cm Bilah kayu bulat berukuran sama dengan garis tengah bambu atau pipa PVC dengan panjang 15-18 cm Tong kecil atau wadah lain

Cara kerja : 1) Kelompokan bahan berdasarkan jenisnya 2) Bakar masing-masing bahan hingga menjadi arang ( jangan sampai menjadi abu) 3) Setelah semua bahan habis, siram dengan air. 4) Campurkan semua bahan, lalu hancurkan arang dengan cara dipukul-pukul. 5) Tambahkan lem kanji agar masing-masing bahan dapat digumpalkan. 6) Masukan bahan gumpalan ke dalam batang kayu, lalu tekan keras-keras hingga padat. 7) Dorong bahan keluar dari cetakan. 8) Jemur bahan dibawah sinar matahari sampai kering. 9) Briket siap digunakan seperti arang biasa atau dikemas dan siap dipasarkan. Pada pembuatan briket arang, lem kanji bisa juga digantikan dengan perekat daun (daun tanaman yang masih basah) yang telah dilumatkan atau tanpa menggunakan perekat sama sekali. b. Briket Serbuk gergaji Bahan dan alat : Serkam atau sebuk gergaji kering Lem kanji cair secukupnya Serasah dedaunan kering (termasuk jerami, daun bambu, serta daun dedaunan lainnya) sebagai bahan tambahan Alat cetak dari potongan bambu atau pipa PVC berdimeter sekitar 5 cm dan tinggi 5-8 cm Bilah kayu bulat berukuran sama dengan garis tengah bambu atau pipa PVC dengan panjang sekitar 15-18 cm

Cara membuat : 1) Hancurkan bahhan tambahan (serasah dengan) dengan

cara dipukul-pukul. 2) Campurkan serasah hancur dan sekam atau sebuk gergaji dengan perbandingan 4:6. 3) Tambahkan lem kanji pada campuran mudah digumpalkan. 4) Masukan gumpalan ke dalam cetakan sampai penuh, kemudian tekan keras-keras sepadat mungkin dengan batang kayu. 5) Dorong adonan yang telah jadi keluar dari cetakan. 6) Jemur adoanan dibawah sanar matahari sampai kering. 7) Briket siap digunakan sampai arang biasa.

c. Briket Kotoran Sapi Bahan dan alat : Kotoran sapi yang sehat Air secukupnya Kayu pengaduk Alas plastik tebal atau lantai jemuran Cara membuat : 1) Masukan kotoran kedalam wadah, lalu tambahkan air. 2) Aduk-aduk sampai konsistensinya halus dan lembut. 3) Ambil sedikit demi sedikit sebesar telapak tangan dan letakan pada alas penjemur. 4) Jemur adonan dibawah sinar matahari sampai karing. 5) Briket siap dipasarkan atau langsung dimanfaatkan.

Jenis briket Briket arang salasah

kelebihan Mudah dibuat, murah, praktis, dan mudah digunakan, ringan,

kekurangan Berasap sehingga lebih baik digunakan

mudah diangkut, serta diruangan terbuka, relatif aman. tidak dapat dimatikan dengan cepat, pijar api tidak mudah terlihat. Briket sebuk gergaji atau sekam Mudah dibuat, murah, mudah penggunaannya, praktis, dan relatif aman digunakan. Berasap sehingga lebih baik digunakan diruangan terbuka, tidak dimatikan dengan cepat, pijar api tidak mudah terlihat. Briket kotoran sapi Nyala apinya bagus,mudah dibuat, praktis, mudah Adanya kendala budaya dan pandangan negatif

digunakan, aman, dan pada kotoran sapi ringan sehingga memudahkan dalam transportasi di beberapa daerah.

4. Biogas Sampah yang membusuk akan mengeluarkan biogas. Biogas merupakan hasil samping pembuatan kompos secara anaerob atau kotoran ternak. Sebagian besar biogas terdiri dari

campuran gas metana sebnyak 50-60% dengan gas-gas lain,CO

dan H2S. Ditilik dari jumlah sampah yang ada, potensi produksi biogas sangatlah besar. Karena sumber energi, biogas dapat dimanfaatakan

sebagai bahan bakar untuk menggerakkan pembangkit listrik (skala besar). Bahan bakar terbaik membuat biogas ialah kotoran ternak (sapi dan kerbau). Kotoran ternak banyak berbentuk selulosa sehingga akan mudah dicerna bakteri. Bakteri anerob bekerja optimal pada kisaran pH 6,8 - 8 sehingga derajat kesamaan difermentasikan harus netral. Sebelum dilakukan pemrosesan biogas, dibutuhkan

perangkat alat pemroses biogas, perangkat ini terdiri atas pipa pemasukan bahan, pipa pengeluaran bahan, tangki pencerna, tangki penyekat, tangki pengumpul, dan pipa saluran gas. Bahan dan alat : 2 buah drum berkapasitas 200 liter dan 1 buah berkapasitas 120 liter 2 batang pipa baja 2 inci sepanjang 50 cm 1 batang pipa baja 0,5 inci sepanjang 50 cm Pelat seng ukuran 50 cm x 30 cm Kertas pola ukuran 50 cm x 30 cm 1 buah kran 1 buah selang sepanjang kebutuhan Kawat elektroda Gergaji besi Gunting seng Martil Pahat Tang pembuat uliran Peralatan las

Alat pengaduk Ember Cara membuat :

a. Pipa pemasukan bahan 1) Lipat kertas pola menjadi dua bagian 2) Tempelkan pola pada pelat sang, lalu gunting mengikuti pola. 3) Kedua sisinya hingga menyerupai corong, kemudian las. 4) Potong kedua ujung pipa berdiameter 2 inci dengan kemiringan 45 derajat 5) Tempelkan ujung corong pada salah satu ujung pipa. b. Pipa pengeluaran bahan Potong kedua ujung pada pipa berdiameter 2 inci dengan kemiringan 45 derajat c. Pembuatan pipa gas 1) Potong pipa berdiameter 0,5 inci menjadi 3 bagian (25 cm). 2) Bentuk uliran pada salah satu ujung pipa pada 2 buah pipa. 3) Rangkaian bagian pipa berulir dengan mata keran. 4) Eratkan sambungan dengan isolasi untuk menghindari kebocoran gas. 5) Ulangi tahapan perangkaian keran untuk tangki pengumpul. d. Pembuatan tangki pencerna 1) Siapkan drum berkapasitas 200 liter 2) Buat lubang yang diberi jarak 5 cm dari pinggir drum di bagian alas dan tutupnya. 3) Lubangi bagian tengah drum untuk tempat pipa gas 0,5 inci. 4) Pasang pipa masuk dan keluar pada alas dan tutup drum, lalu las. 5) Sambungkan pipa gas berkeran pada bagian tengah drum, kemudian las.

6) Pasangkan besi penyangga sebagai penyambung untuk kekuatan pipa. e. Pembuatan tangki penyekat Proses pembuatannya sangat mudah, yaitu dengan membuang tutup drum. f. Pembuatan tangki pengumpul 1) Buat 2 lubang pada alas drum berkapasitas 120 liter. Jarak lubang 10 cm dari pinggir drum. 2) Masukan pipa gas (berkeran) dan pipa 0,5 sepanjang 50 cm pada tiap lubang, lalu las. g. Pembuatan Biogas Bahan dan alat : 50 kg kotoran sapi atau kerbau 50 liter air bersih Perangkat alat pemroses biogas Ember Alat pengaduk

Cara kerja : 1) Campurkan kotoran ternak dengan air secara bertahap, lalu aduk merata. 2) Bersihkan adoanan dari campuran padatan yang terkandung di dalamnya. 3) Masukam adonan jadi kedalam tangki pencerna. 4) Isi tangki penyekat dengan air hingga setinggi 85 cm. Air berfungsi sebagai parameter udara dalam tangki. 5) Tempatkan tangki pengumpul dalam tangki penyekat. 6) Rangkai komponen alat dengan menggunakan selang sebagai penghubung. Rekatkan ujung selang maupun ujung pipa dengan kawat untuk mencegah kebocoran. 7) Pipa keluaran gas dapat dihubungkan dengan kompor biogas dengan selang dan langsung digunakan.

5. Batako Di antara materi yang dihasilkan pada limbah got adalah pasir. Kualitas batako berbahan limbah got memiliki kualitas tidak kalah baik dengan batako yang beredar di pasaran. Karakteristik batako yang dibuat dari limbah got adalah bentuknya padat dan keras, tidak berbau, dan bentuk fisiknya tidak berbeda dengan produk yang ada. Selain itu, pori-pori batako tampak lebih padat, tidak mudah rapuh atau pecah, tidak berbahaya bagi lingkungan, serta dapat digunakan untuk bangunan rumah, kantor, dan jenis bangunan lainnya. Bahan dan alat : 2.500 kg pasir dari limbah got 6 sak semen 3 botol @ 1.000 ml cairan pengeras 3 botol @ 1.000 ml bioaktivator semai cair Cangkul, sekop, sendok semen, alat tumbuk/pres, alat cetak batako/paving blok, saringan limbah got, dan selang plastik Lahan untuk area pembuatan batako minimal 40m 2 Cara membuat : a. Ampurkan semua bahan secara manual hingga membentuk adonan. b. Cetak adonan dengan menggunakan alat cetak, penekanan adonan di lakukan tidak terlalu keras. c. Keringkan batako yang telah dicetak di bawah sinar matahari. d. Siram batako yang sudah jadi dengan air keseluruh

permukaannya agar tidak retak. e. Batako siap dipasarkan dan digunakan sesuai kebutuhan.

6. Daur Ulang Kertas Bahan : Kertas bekas Lem kayu/kertas Pewarna kertas (dari bahan alami,jika perlu) Air Alat : Sceen sablon (ukuran sesuai keinginan ) Gunting Blender Papan kayu/tripleks Proses pembuatan bubur kertas a. Kertas bekas dipotong-potong kecil. b. Potongan direndam kurang lebih 3 jam dalam air, agar mudah dilembutkan. c. Adonan kertas diblender hingga menjadi bubur kertas, lalu tambahkan lem. d. Siapkan bak rendam dan isi dengan air. e. Masukan campuran bubur kertas didalamnya dan aduk adonan bubur tersebut hingga merata, dan siap diacak. f. Siapkan sceen sablon, masukan kedalam bak rendam yang berisi bubur kertas. g. Angkat secara perlahan-lahan hingga bubur kertas menempel. h. Tiriskan sebentar. i. Setelah tiris, letakan dengan hati-hati di atas tripleks, kemudian angkat sceen. j. Kemudian dijemur hingga kering.

7. Peralatan Bungkus Kemasan Minuman, Makanan Kecil, Minyak Goreng, dan Deterjen Peralatan : Gunting Kain lap Jarum pentul Mesin jahit Bahan : Bungkus kemasan minuman, makanan kecil, minyak goreng, detergen, dll. Kain pelapis (kantong gandum/blaco) Handle Benang Bisban Proses pembuatan : a. Kumpulkan bungkus kemasan makanan, minuman, minyak goreng, deterjen yang menarik, kuat, tebal dan berwarna-warni. b. Pilih, rapikan dan bersihkan. Rangkai bungkus kemasan satu per satu dengan bantuan jarum pentul hingga menjadi lembaran siap jahit. c. Jahit lembaran-lembaran dengan mesin jahit pakaian sesuai desain. Lapisi bagian dalam dengan kain blaco dan bisban bagian tepinya. d. Bungkus kemasan dapat dibuat aneka kerajinan seperti : dompet, tas, topi, tempat hp, tas sekolah, tas punggung,dll.

8. Pemanfaatan dan Daur Ulang Gabus Styrofoam Cara membuat : a. Siapkan styrofoam bekas dan potong kecil-kecil. b. Haluskan gabus styrofoam dengan mesin/parut menjadi butiran kecil.

c. Butiran styrofoam ditambung didalam air hingga basah. d. Campur 1 semen : 3 pasir : 3 styrofoam dan air secukupnya serta aduk hingga merata. e. Campuran semen, pasir dan butiran styrofoam dapat dicetak menjadi batako/bata. f. Campuran semen, pasir dan styrofoam dapat dicetak menjadi pot bunga, genteng,dll.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 1. Sampah adalah barang sisa dari kegiatan sehari hari dalam bentuk padat yang terbuang atau dibuang dan belum memiliki nilai ekonomis. Bentuk sampah dapat berada dalam fase materi, yaitu padat, cair, dan gas. Secara sederhana sampah dibagi menjadi sifatnya, yaitu sampah organik dan anorganik. 2. Permasalah sampah dikarenakan tidak dikelolanya sampah secara baik, padahal potensi total sampah terbuang sangat tinggi per harinya. Hal ini menyebabkan timbulnya berbagai masalah sosial, lingkungan, dan estetika. Permasalahan sampah perlu partisipasi semua pihak. Tujuannya agar masalah sampah tidak berlangsung secara berkepanjangan. 3. Pemilahan sampah adalah kegiatan pemisahan sampah untuk dikelola lebih lanjut sesuai dengan jenis dan kebutuhannya. 4. Pengumpulan sampah adalah kegiatan pengambilan sampah ke tempat penyimpanan sementara. 5. Pengolahan sampah adalah kegiatan memperlakukan sampah sejak dihasilkan hingga penyelesaiannya dengan penerapan prinsip 3R. 6. Pengolahan sampah secara konvensional dapat dilakukan dengan model urugan dan tumpukan, penghancuran

(pulverisation), dan pembakaran (incineration). B. Saran Dewasa ini, pengetahuan tantang pengolahan sampah masih kurang. Bisa dilihat dari sedikitnya jumlah masyarakat yang melakukan kegiatan pengolahan sampah secara tepat dengan menjadikan sampah menjadi barang kaya manfaat. Alangkah baiknya jika pengetahuan

mengenai pengolahan sampah ini dapat diberikan kepada masyarakat luas, sehingga selain dapat ikut menjaga kelestarian lingkungan juga dapat menjadi peluang usaha karena hasil olahan sampah dapat bernilai jual tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Apriadji, Wied Harry.2005. Memproses Sampah.Jakarta : Penebar Swadaya Departemen Pekerjaan Umum. 1993. Pengolahan Sampah. Bandung : Departemen Pekerjaan Umum Dewi, Trias Qurnia.2008.Penanganan dan Pengolahan Sampah.Jakarta : Penebar Swadaya Sarudji, Didik.1985.Pengelolaan Sampah. Surabaya : APK Surabaya Sudarso.1985.Pembuangan Sampah.Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan,Departemen Kesehatan Republik Indonesia

You might also like