You are on page 1of 29

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Membahas persoalan aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum dan hal yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, apakah hal itu dilakukan oleh remaja yang terlibat pergaulan bebas ataupun para orang dewasa yang tidak mau dibebani tanggung jawab dan tidak menginginkan kelahiran sang bayi ke dunia ini. Kelahiran anak yang seharusnya dianggap sebagai suatu anugerah yang tidak terhingga dari Allah SWT sebagai Sang Pencipta justru dianggap sebagai suatu beban yang kehadirannya tidak diinginkan. Ironis sekali, karena di satu sisi sekian banyak pasangan suami isteri yang mendambakan kehadiran seorang anak selama bertahun-tahun masa perkawinan, namun di sisi lain ada pasangan yang membuang anaknya bahkan janin yang masih dalam kandungan tanpa pertimbangan nurani kemanusiaan. Dalam memandang bagaimana kedudukan hukum aborsi di Indonesia sangat perlu dilihat kembali apa yang menjadi tujuan dari perbuatan aborsi tersebut. Sejauh ini, persoalan aborsi pada umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana. Namun, dalam hukum positif di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan apabila merupakan abortus provokatus medicialis. Sedangkan aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana lebih dikenal sebagai abortus provokatus criminalis. Terlepas dari persoalan apakah pelaku aborsi melakukannya atas dasar pertimbangan kesehatan (abortus provokatus medicialis) atau memang melakukannya atas dasar

alasan lain yang kadang kala tidak dapat diterima oleh akal sehat, seperti kehamilan yang tidak dikehendaki (hamil diluar nikah) atau takut melahirkan ataupun karena takut tidak mampu membesarkan anak karena minimnya kondisi perekonomian keluarga, tetap saja angka kematian akibat aborsi begitu mencengangkan dan sangat memprihatinkan. Data WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa 15-50% kematian ibu disebabkan oleh pengguguran kandungan yang tidak aman. Dari 20 juta pengguguran kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan meninggal dunia. Dengan kata lain, 1 dari 8 ibu meninggal dunia akibat aborsi yang tidak aman 1.2 Rumusan masalah 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui pandangan agama Islam mengenai aborsi 1.3.2 Untuk mengetahui pandangan agama Kristen mengenai aborsi 1.3.3 Untuk mengetahui pandangan agama Hindu mengenai aborsi 1.3.4 Untuk mengetahui pandangan agama Budha mengenai aborsi 1.3.5 Untuk mengetahui pandangan agama Katholik mengenai aborsi Bagaimana pandangan agama Islam mengenai aborsi ? Bagaimana pandangan agama Kristen mengenai aborsi ? Bagaimana pandangan agama Hindu mengenai aborsi ? Bagaimana pandangan agama Budha mengenai aborsi ? Bagaimana pandangan agama Katholik mengenai aborsi ?

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Aborsi Pandangan Agama Islam Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah empat bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya. Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan. Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan sel telur maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa dan akan

lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai dibuang atau dibunuh menurut pendapat Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al Haditsah, Cholil Uman, Mahjuddin. Abdullah bin Masud berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, kemudian dalam bentuk alaqah selama itu pula, kemudian dalam bentuk mudghah selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi) Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syari berikut. Firman Allah SWT Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu. (TQS Al Anaam : 151) Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu. (TQS Al Isra` : 31 ) Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya) melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara). (TQS Al Isra` : 33) Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia dibunuh. (TQS At Takwir : 8-9). Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian

berarti aborsi itu adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam. Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah diuraikan di atas, para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi menurut pendapat Abdul Qadim Zallum dan Abdurrahman Al Baghdadi, hukum syara yang lebih kuat adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan setelah 40 hari, atau hari dari usia kehamilan dan pada saat

permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (jaiz) dan tidak apa-apa. (Abdul Qadim Zallum). Dalil syari yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam adalah hadits Nabi SAW berikut : Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah),Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan ? Maka Allah kemudian memberi keputusan (HR. Muslim dari Ibnu Masud RA) Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda : (jika nutfah telah lewat) empat puluh malam Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu

penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya (mashumud dam). Tindakan

penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya. Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter, diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari. Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah SAW bersabda : Rasulullah SAW memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah RA). Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (jaiz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah), belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri minimal sebagai manusia. Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum dapat disamakan dengan azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak menghendaki kehamilan perempuan yang digaulinya, sebab azl merupakan tindakan mengeluarkan sperma di luar vagina perempuan. Tindakan ini akan mengakibatkan kematian sel sperma, sebagaimana akan mengakibatkan matinya sel telur, sehingga akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel telur yang tentu tidak akan menimbulkan

kehamilan. Rasulullah SAW telah membolehkan azl kepada seorang laki-laki yang bertanya kepada beliau mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya, sementara dia tidak menginginkan budak perempuannya hamil. Rasulullah SAW bersabda kepadanya : Lakukanlah azl padanya jika kamu suka ! (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud) Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT : Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolaholah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (TQS Al Maidah : 32) Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan. Sedangkan Rasulullah SAW telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian ! (HR. Ahmad) Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan : Idza taaradha mafsadatani ruiya azhamuha dhararan birtikabi

akhaffihima

Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih yang lebih ringan madharatnya. (Abdul Hamid Hakim, Mabadi` Awaliyah). Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh janinnya. Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut (Abdurrahman Al Baghdadi, 1998). Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur dengan sel sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah pendapat yang tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula dalam sel telur, meski kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan menurut Ghanim Abduh dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah adalah sesuatu yang ada pada organisme hidup. Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita, membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma yang masih baik, sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma. Jadi, kehidupan sebenarnya terdapat dalam sel telur dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah pembuahan. Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, adalah pendapat yang lemah, sebab tidak didasarkan pada

pemahaman fakta yang tepat akan pengertian kehidupan. Pendapat tersebut secara implisit menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel telur dan sel sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel telur dan sel sperma. Padahal faktanya tidak demikian. Andaikata katakanlah pendapat itu diterima, niscaya segala sesuatu aktivitas yang menghilangkan kehidupan adalah haram, termasuk azl. Sebab dalam aktivitas azl terdapat upaya untuk mencegah terjadinya kehidupantau sebelum bertemunya sel serma dengan sel telur. Padahal azl telah dibolehkan oleh Rasulullah SAW. Dengan kata lain, pendapat yang menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, akan bertentangan dengan hadits-hadits yang membolehkan azl. 2.1.1 Macam-macam aborsi 2.1.1.1 Aborsi spontan atau secara alamiah (Abortus Spontaneus) berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan

disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. 2.1.1.2 Aborsi buatan (Abortus Provocatus Criminalis) adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). 2.1.1.3 Aborsi terapeutik ( Abortus Provocatus therapeuticum) adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit

jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa. 2.1.2 Cara Melakukan Aborsi Semakin muda usia kehamilan maka semakin mudah orang melakukan aborsi. Akan tetapi semakin tua usia kandungan semakin sulit dan semakin besar resikonya bagi si ibu, cara-cara yang dilakukan di kilnik-klinik aborsi itu bermacam-macam, biasanya tergantung dari besar kecilnya janinnya. 2.1.2.1 Abortus untuk kehamilan sampai 12 minggu biasanya dilakukan dengan MR/ Menstrual Regulation yaitu dengan penyedotan (semacam alat penghisap debu yang biasa, tetapi 2 kali lebih kuat). 2.1.2.2 Pada janin yang lebih besar (sampai 16 minggu) dengan cara Dilatasi & Curetage. 2.1.2.3 Sampai 24 minggu. Di sini bayi sudah besar sekali, sebab itu biasanya harus dibunuh lebih dahulu dengan meracuni dia. Misalnya dengan cairan garam yang pekat seperti saline. Dengan jarum khusus, obat itu langsung disuntikkan ke dalam rahim, ke dalam air ketuban, sehingga anaknya keracunan, terbakar, lalu mati. 2.1.2.4 Di atas 28 minggu biasanya dilakukan dengan suntikan prostaglandin sehingga terjadi proses kelahiran buatan dan anak itu dipaksakan untuk keluar dari tempat pemeliharaan dan perlindungannya. 2.1.2.5 Juga dipakai cara operasi Sesaria seperti pada kehamilan yang biasa. kulitnya

2.2 Aborsi Pandangan Agama Kristen Secara lugas kegiatan aborsi ini masih menjadi kontropersi, karena dari berbagai sisi ada yang mengijinkan dan ada pula yang mengecam perbuatan tersebut. Secara medis aborsi diijinkan untuk dilakukan pada kondisi kehamilan membahayakan kndisi sang ibu, ataupun kehamilan membuat sang ibu tidak mampu bertahan dan mempertahankan kehamilannya. Jika dilihat dari sisi agama, aborsi adalah suatu tindakan dosa yang cukup berat karena sudah memebunuh mahluk hidup. Menurut alkitab aborsi sangat ditentang dan dikata gorikan sebagai dosa yang sangat berat yang ebrdekatan dengan dosa pembunuhan. Tetapi jika aborsi itu harus dilakukan eriksa terlebih dahulu kesemua dokter, jika semua dokter menyarankan hal yang sama berdoalah kepada Tuhan dan mohon ampun dan ijin kepada Tuhan karena mau tidak mau harus melakukannya. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan menghargai semua kehidupan manusia dan bahwa Dia ingin semua orang berbalik dan bertaubat untuk mewarisi hidup yang kekal. Alkitab menjelaskan bahwa kehidupan seluruh manusia dari awal sampai akhir alam adalah suci, karena Tuhan menentukan sepanjang hari. Banyak orang Kristen percaya bahwa alkitab adalah diam dalam hal pandangan Tuhan tentang kehiduan sebelum kelahiran. Meskipum alkitab tidak secara khusus menentukan kapan kehidupan dimulai , itu memberikan informasi yang cukup untuk merumuskan posisi lakitab yang kokoh. Yesus menunjukan kasih Tuhan bagi anak-anak sering selama pelayananNya.dala satu bagian yesusu mengambil seorang anak keadanya dan duduk bersama dia. Dis berkata Lihat bahwa anda tidak menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil karena aku berkata kepadamu bahwa malaikat mereka disurga terus-menerus memandang wajah bapakku yang disurga (Matius 18:10).

Yesus mengajarkan kita untuk tidak saling menghina atau memandang rendah yag paling kuat dan signifikan (menurut standar manusia) manusia. Sungguh ironis bahwa kebanyakan manusia tidak berdaya adalah mereka didalkam rahim. Dari semua rasiko yang harus kita hadapi dalan hidup kita , tempat yang paling berbahaya, kita berada dalam kandungan, karena seperempat dari semua bayi manusia dibatalkan dinegara ini lebih dari satu juta setiap tahun. Lebih besar dari 90percen dari semua aborsi dilakukan untuk alas an non medis. Perjanjian lama memberikan sebagian besar informasi dari pandangan Tuhan tentang kehidupan sebelum lahir, karena memberikan kita hukum. Hukum ini secara khusus membahas isu kehidupan janin. Dalam kitab disebutkan. dan jika laki-laki bergumul dengan satu sama lain dan menyerang seorang wanita dengan anak sehingga dia mengalami keguguran akan tetap tidak ada cedera lebih lanjut ia pasti akan didenda sebagai suami wanita itu dapat menuntut dari dia, dan dia harus membayar sebagai hakim memutuskan tapi jika ada cedera lebih lanjut maka anda harus menunjuk kehidupan sebagai hukuman lebih lanjut (keluaran 21:22-23). Oleh karena itu hukum mengatakan bahwa seorang pria yang menginduksi aborsi atau keguguran adalah untuk dihukum. Tuhan menghargai kehiduan sebelum kelahiran. Sebuah ayat dari Hosea 3 mengatakan bahwa aborsi adalah hukum atas dosa menunjukan Tuhan memandangnya sebagai buruk. Demikian juga Tuhan menyatakan jijik-Nya bagi bani Amon yang merobek wanita hamil di Gilead. Kehiduan manusia dimulai dari dalam kandungan alkitab mengatakan Tuhan adalah yang terlibat dalam pencitaan kita dalam rahim. Bukankah dia yang membuat saya didalam rahim membuatnya, dan dengan cara yang sama kita dalam rahim ? (Ayub, 31-15)

Namun engkau ia yang bersangkalah membawa saya keluar dari rahim. Syibli membuat saya ercaya bahwa ada ayudara ibuku setelah engkau aku dilemarkan dari lahir engkau adalah Tuhan saya dari rahim ibuku (Mazmur, 22:09-10). Untuk engkau yang membentuk batin saya engkau menenun aku dalam kandungan ibuku aku bersyukur kepada-Mu karena kejadianku dahsyat dan ajaib. Indah adalah karya-Mu dan jiwa saya tau sangat baik. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu ketika aku dijadika di tempat rahasia dan terampil tempat di kedalaman bumi. Matamu sendirilah yang melihat selagi aku bakal anak. Dan dalam buku-Mu mereka semua ditulis hari-hari yang dihabiskan untuk saya ketika sebelum ada tidak salah satunya (Mazmur, 139:13-16). Beginilah firman Tuhan yang membuat anda dan membentuk engkau dari rahim yang akan membantu anda, jangan takut hai yakub hamba-Ku dan anda juhsurun (yesaha, 44-2). Tuhan pembuat segala sesuatu pegangan langit dengan aku dan menyebar bumi sendirian (yesaha, 44-22). Aborsi pada dasarnya merupakan tindakan putus asa. Yesus Kristus , Alpha dan Omega, dariNya kita bisa mengharapkan seluruh kebaikan, membukakan pintu harapan, yang menopang kita, menjauhkan ketakutan kita, untuk menyambut kehidupan baru ke dalam dunia. [ketiga poin diatas diberikan oleh National Pro-life Religious Council]. Banyak orang, termasuk umat Kristiani secara menyedihkan, mengira bahwa aborsi itu adalah suatu permasalahan yang sulit dan sangat kontroversi. Kenyataannya, tidak ada yang sulit atau kontroversi sama sekali asalkan kita mengijinkan Alkitab untuk mengajari kita, dan tidak menghakimi ide-ide yang di ajukan oleh orang-orang yang melakukan kesalahan atas sebenarnya.

Bayi yang belum lahir bukanlah segumpal tissue yang mudah hancur, seperti pernyataan banyak dari mereka yang pro-aborsi. Dan bayi-bayi tersebut adalah selalu manusia dimulai dari sejak pembuahan, karena semua yang dibutuhkan untuk pengkodean DNA untuk membangun masing-masing bentuk phisik individu tempatnya adalah pada saat kehamilan. Sama sekali salah jika dikatakan bahwa pembentukan manusia adalah melalui tahapan ikan atau reptil, meskipun beberapa pernyataan evolusi yang tidak benar diungkapkan dengan gamblang. 2.3 Aborsi Pandangan Agama Buddha Peristiwa Aborsi memang ada di sepanjang sejarah manusia.

Sesungguhnya di mana ada orang yang ingin hamil maka di tempat yang sama juga ada kehamilan yang tidak diinginkan. Banyaknya kasus aborsi di kalangan remaja saat ini yang berakibat merenggut nyawa menunjukkan pendidikan seks bagi remaja sudah saatnya dipikirkan. Mencermati kasus ini memang dibutuhkan pemikiran jernih. Sejauh ini masyarakat khususnya kalangan remaja intelektual tergesa-gesa dalam menyimpulkan kasus aborsi hanya dilakukan karena pergaulan bebas dan mengutuk perilaku sang pelaku tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain yang ada di dalamnya. Kenyataannya ada kesenjangan antara respons masyarakat yang kebanyakan bernada tunggal tersebut dengan realita yang terjadi. 2.3.1 Sikaf-sikaf yang melatar belakangi orang melakukan aborsi. 2.3.1.1 Masyarakat cenderung menyisihkan dan menyudutkan wanita yang hamil di luar nikah. Wanita selalu disalahkan, tidak ditolong atau dibesarkan jiwanya tetapi malah ditekan dan disudutkan sehingga dalam reaksinya wanita tersebut akan melalukan aborsi.

2.3.1.2 Keluarga yang tidak siap karena memiliki ekonomi pas-pasan sehingga cenderung bersikap menolak kelahiran anak. 2.3.1.3 Ada aturan Perusahaan yang tidak memperbolehkan karyawatinya hamil (meskipun punya suami) selama dalam kontrak dan kalau ketahuan hamil akan dihentikan dari pekerjaannya. 2.3.1.4 Pergaulan yang sangat bebas bagi remaja yang masih duduk di Bangku sekolah. 2.3.1.5 Dari segi medis diketahui umur reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Bila seorang wanita hamil di luar batasan umur itu akan masuk dalam kriteria risiko tinggi. Batasan ini sering menakutkan, sehingga perempuan yang mengalaminya lebih menjurus menolak kehamilanya dan ujung-ujungnya akan melakukan aborsi. 2.3.1.6 Pandangan sebagian orang bahwa tanda-tanda kehidupan janin antara lain adanya detak jantung yakni umur sekitar tiga bulan. Maka hal ini akan memicu seorang wanita yang mengalami suatu masalah akan melakukan aborsi dengan alasan usia bayi belum sampai 3 bulan. 2.3.1.7 Praktik aborsi adalah fenomena yang timbul karena perubahan nilai di masyarakat. Sama halnya dengan praktik pelacuran, praktik aborsi tidak dapat diantisipasi dengan hanya bentuk pelarangan semata.. 2.3.1.8 Selama ini indikasi medis yang dipakai sebagai dasar bolehnya aborsi hanya didasarkan pada kesehatan badan/keselamatan jiwa dan mengabaikan konsep definisi kesehatan secara keseluruhan (sehat fisik, psikis dan sehat sosial). Padahal sebagaimana tercantum dalam UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,

jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sementara itu dalam RUU Kesehatan tentang aborsi terdapat pada pasal 60 ayat 1 dan 2 yang menyebutkan pemerintah berkewajiban melindungi kaum perempuan dari praktik pengguguran kandungan yang tidak bermutu, tidak aman dan tidak bertanggungjawab melalui perundang-undangan. Dalam ayat 2 dijelaskan pengguguran kandungan yang tidak bermutu antara lain di lakukan tenaga kerja tidak profesional dan dilakukan tanpa mengikuti standar profesi yang berlaku. Dalam pasal itu terlihat bahwa pembatasan aborsi hanya pada upaya-upaya praktik aborsi oleh tenaga non medik seperti melalui dukun, obat-obat tradisional, sementara batasan-batasan mengenai syarat dan kondisi seseorang diperbolehkan melakukan aborsi sama sekali tidak dibahas. Dengan kata lain seseorang diperkenankan melakukan aborsi (dengan alasan kesehatan badan/keselamatan jiwa) asalkan dilakukan oleh dokter yang profesional dengan fasilitas yang memadai dan ditunjuk oleh pemerintah. Perlindungan terhadap kesehatan perempuan berkaitan dengan hakhak reproduksinya pada dasarnya telah diatur dalam UU No.7 tahun 1984. Selain hak untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanan kesehatan, konvensi ini jelas menjamin hak-hak reproduksi perempuan. Antara lain hak untuk memutuskan kapan dan akankah perempuan mempunyai anak. Dengan demikian konvensi ini memberi peluang bagi perempuan untuk malakukan aborsi sebagai pilihan bebas menyangkut hak-hak reproduksinya. Baik dalam keputusan-keputusan di pengadilan maupun dalam pembelaan menyangkut soal perempuan konvensi ini jarang digunakan sebagai bahan pertimbangan. Sebab sistem hukum yang ada sama sekali tidak sensitif gender dan cenderung mengabaikan kepentingan perempuan.

Dalam masalah aborsi pandangan medis maupun agama yang dikembangkan di masyarakat adalah satu, aborsi identik dengan pembunuhan. Inilah yang kemudian diadopsi di dalam substansi hukum sebagaimana yang diatur lewat KUHP. Dalam pandangan medis Abortus yang diperbolehkan adalah abortus berdasarkan indikasi medis (abortus artificialis therapicus) selebihnya aborsi yang dilakukan tanpa indikasi medis dikategorikan sebagai abortus kriminal (abortus provocatus criminalis). Dalam pandangan agama Buddha aborsi adalah suatu tindakan pengguguran kandungan atau membunuh makhluk hidup yang sudah ada dalam rahim seorang ibu. 2.3.2 Syarat yang harus dipenuhi terjadinya makhluk hidup : 2.3.2.1 Mata utuni hoti : masa subur seorang wanita. 2.3.2.2 Mata pitaro hoti : terjadinya pertemuan sel telur dan sperma. 2.3.2.3 Gandhabo paccuppatthito: adanya gandarwa, kesadaran penerusan dalam siklus kehidupan baru (pantisandhi-citta) kelanjutan dari kesadaran ajal (cuti citta), yang memiliki energi karma. Dari penjelasan diatas agama Buddha menentang dan tidak menyetujui adanya tindakan aborsi karena telah melanggar pancasila Buddhis, menyangkut sila pertama yaitu panatipata. 2.3.3 Fakto-faktor terjadinya aborsi 2.3.3.1 Ada makhluk hidup (pano) 2.3.3.2 Mengetahui atau menyadari ada makhluk hidup (pannasanita) 2.3.3.3 Ada kehendak (cetana) untuk membunuh (vadhabacittam) 2.3.3.4 Melakukan pembunuhan ( upakkamo) 2.3.3.5 Makhluk itu mati karena tindakan pembunuhan ( tena maranam)

Apabila terdapat kelima faktor dalam suatu tindakan pembunuhan, maka telah terjadi pelanggaran sila pertama. Oleh karena itu sila berhubungan erat dengan karma maka pembunuhan ini akan berakibat buruk yang berat atau ringannya tergantung pada kekuatan yang mendorongnya dan sasaran pembunuhan itu. Bukan hanya pelaku saja yang melakukan tindak pembunuhan, ibu sang bayi juga melakukan hal yang sama. Bagaimanapun mereka telah melakukan tindak kejahatan dan akan mendapatkan akibat di kemudian hari, baik dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Dalam Majjhima Nikaya 135 Buddha bersabda "Seorang pria dan wanita yang membunuh makhluk hidup, kejam dan gemar memukul serta membunuh tanpa belas kasihan kepada makhluk hidup, akibat perbuatan yang telah dilakukannya itu ia akan dilahirkan kembali sebagai manusia di mana saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya tidaklah akan panjang". Bagi mereka yang menyediakan jasa aborsi tidak resmi dan ketahuan tentu akan mendapat ganjaran menurut hukum negara, setelah melalui proses peradilan berdasarkan bukti-bukti yang ada. Ini juga sebagai akibat dari perbuatan (karma) buruk yang dilakukan saat ini. Hendaknya kasus aborsi yang sering terjadi menjadi pelajaran bagi semua pihak. Bagi para remaja tidak menyalahartikan cinta sehingga tidak melakukan perbuatan salah yang melanggar sila. Bagi pasangan yang sudah berumah tangga mengatur kelahiran dengan program yang ada dan bagi pihak-pihak lain yang terkait tidak mencari penghidupan dengan cara yang salah sehingga melanggar hukum, norma dan ajaran agama.

2.4 Aborsi Pandangan Agama Hinduisme Aborsi dalam Teologi Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut Himsa karma yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai menghilangkan nyawa mendasari falsafah atma atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Segera setelah terjadi pembuahan di sel telur maka atma sudah ada atas kuasa Hyang Widhi. Dalam Lontar Tutur Panus Karma penciptaan manusia yang utuh kemudian dilanjutkan oleh Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Kanda-Pat dan Nyama Bajang. Selanjutnya Lontar itu menuturkan bahwa Kanda-Pat yang artinya empat-teman adalah: I Karen, sebagai calon ari-ari; I Bra, sebagai calon lamas; I Angdian, sebagai calon getih; dan I Lembana, sebagai calon Yeh-nyom. Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-Pat berubah nama menjadi masing-masing: I Anta, I Preta, I Kala, dan I Dengen. Selanjutnya setelah berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai: Ari-ari, Lamas, Getih, dan Yeh-nyom. Nyama Bajang yang artinya saudara yang selalu membujang adalah kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang tidak berwujud. Jika Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara phisik, maka Nyama Bajang yang jumlahnya 108 bertugas mendudukkan serta menguatkan atma atau roh dalam tubuh bayi. Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa.

Kitab-kitab suci Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan: MA NO MAHANTAM UTA MA NO ARBHAKAM Yang artinya Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi (Atharvaveda X.1.29). ANAGOHATYA VAI BHIMA Yang artinya Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa (Atharvaveda X.1.29). MA NO GAM ASVAM PURUSAM VADHIH Yang artinya Jangan membunuh manusia dan binatang. Dalam ephos Bharatayuda Sri Krisna telah mengutuk Asvatama hidup 3000 tahun dalam penderitaan, karena Asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan istri-istri keturunan Pandawa, serta membuat istriistri itu mandul selamanya. Pembuahan sel telur dari hasil hubungan seks lebih jauh ditinjau dalam falsafah Hindu sebagai sesuatu yang harusnya disakralkan dan direncanakan. Baik dalam Manava Dharmasastra maupun dalam Kamasutra selalu dinyatakan bahwa perkawinan menurut Hindu adalah Dharmasampati artinya perkawinan adalah sakral dan suci karena bertujuan memperoleh putra yang tiada lain adalah re-inkarnasi dari roh-roh para leluhur yang harus lahir kembali menjalani kehidupan sebagai manusia karena belum cukup suci untuk bersatu dengan Tuhan atau dalam istilah Teologi Hindu disebut sebagai Amoring Acintya .

Oleh karena itu maka suatu rangkaian logika dalam keyakinan Veda dapat digambarkan sebagai berikut: Perkawinan (pawiwahan) adalah untuk sahnya suatu hubungan seks yang bertujuan memperoleh anak. Gambaran ini dapat ditelusuri lebih jauh sebagai tidak adanya keinginan melakukan hubungan seks hanya untuk kesenangan belaka. Perilaku manusia menurut Veda adalah yang penuh dengan pengendalian diri, termasuk pula pengendalian diri dalam bentuk pengekangan hawa nafsu. Pasangan suamiistri yang mempunyai banyak anak dapat dinilai sebagai kurang berhasilnya melakukan pengendalian nafsu seks, apalagi bila kemudian ternyata bahwa kelahiran anak-anak tidak dalam batas perencanaan yang baik. Sakralnya hubungan seks dalam Hindu banyak dijumpai dalam Kamasutra. Antara lain disebutkan bahwa hubungan seks hendaknya direncanakan dan dipersiapkan dengan baik, misalnya terlebih dahulu bersembahyang memuja dua Deva yang berpasangan, yaitu Deva Smara dan Devi Ratih, setelah mensucikan diri dengan mandi dan memercikkan tirta pensucian. Hubungan seks juga harus dilakukan dalam suasana yang tentram, damai, dan penuh kasih sayang. Hubungan seks yang dilakukan dalam keadaan sedang marah, sedih, mabuk, atau tidak sadar, akan mempengaruhi perilaku anak yang lahir kemudian. Oleh karena hubungan seks terjadi melalui upacara pawiwahan dan dilakukan semata-mata untuk memperoleh anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak dibenarkan. 2.5 Aborsi menurut pandangan agama Katolik Gereja Katolik pro- life karena Tuhan mengajarkan kepada kita untuk menghargai kehidupan, yang diperoleh manusia sejak masa konsepsi (pembuahan) antara sel sperma dan sel telur. Kehidupan manusia terbentuk pada saat konsepsi, karena bahkan dalam ilmu pengetahuan-pun diketahui, Sebuah zygote adalah sebuah keseluruhan manusia yang unik.Pada saat konsepsi inilah sebuah

kesatuan sel manusia yang baru terbentuk, yang lain jika dibandingkan dengan sel telur ibunya, ataupun sel sperma ayahnya. Pada saat konsepsi ini, terbentuk sel baru yang terdiri dari 46 kromosom (seperti halnya sel manusia dewasa) dengan kemampuan untuk mengganti bagi dirinya sendiri sel-sel yang mati. Analisa science menyimpulkan bahwa fertilisasi bukan suatu proses tetapi sebuah kejadian yang mengambil waktu kurang dari satu detik. Selanjutnya, dalam 24 jam pertama, persatuan sel telur dan sperma bertindak sebagai sebuah organisme manusia, dan bukan sebagai sel manusia semata-mata Masalahnya, orang-orang yang pro-choice tidak menganggap bahwa yang ada di dalam kandungan itu adalah manusia, atau setidaknya mereka menghindari kenyataan tersebut dengan berbagai alasan. Padahal science sangat jelas mengatakan terbentuknya sosok manusia adalah pada saat konsepsi (pembuahan sel telur oleh sel sperma). Pada saat itulah Tuhan menghembuskan jiwa kepada manusia baru ciptaan-Nya, yang kelak bertumbuh dalam rahim ibunya, dapat lahir dan berkembang sebagai manusia dewasa. Adalah suatu ironi untuk membayangkan bahwa kita manusia berasal dari fetus yang bukan manusia. Logika sendiri sesungguhnya mengatakan, bahwa apa yang akan bertumbuh menjadi manusia layak disebut sebagai manusia. Dasar Kitab Suci 1. Kitab suci juga mengajarkan bahwa manusia sudah terbentuk sebagai manusia sejak dalam kandungan ibu: Yes 44:2: Beginilah firman TUHAN yang menjadikan engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan dan yang menolong engkau Allah sendiri mengatakan telah membentuk kita sejak dari kandungan, artinya, sejak dalam kandungan kita sudah menjadi manusia yang telah dipilih-Nya. Ayb 31: 15: Bukankah Ia, yang membuat aku dalam kandungan, membuat orang itu juga? Bukankah satu juga yang membentuk kami dalam rahim? Ayub menyadari bahwa ia dan juga orang-orang lain telah diciptakan/ dibentuk oleh Allah sejak dalam kandungan.

Yes 49, 1,5: .TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku. Maka sekarang firman TUHAN, yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya Nabi Yesaya mengajarkan bahwa Allah telah memanggilnya sejak ia masih di dalam kandungan (sesuatu yang tidak mungkin jika ketika di dalam kandungan ia bukan manusia). 2. Kitab Suci mengajarkan bahwa setiap kehidupan di dalam rahim ibu adalah ciptaan yang unik, yang sudah dikenal oleh Tuhan: Yer 1:5: Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. Mazmur 139: 13, 15-16: Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya. Gal 1:15-16: Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia Luk 1:41-42: Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus lalu berseru, Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Di dalam kisah ini, Yohanes Pembaptis yang masih berada dalam kandungan Elisabet dapat melonjak gembira pada saat mendengar salam Maria. Lalu Elisabet-pun mengucapkan salam kepada Maria dan kepada Yesus yang ada dalam kandungan Bunda Maria sebagai buah rahim-nya. Tentulah ini

menunjukkan bahwa kehidupan janin di dalam kandungan sudah menunjukkan kehidupan seorang manusia, yang sudah dapat turut melonjak karena suka cita, dan layak untuk diberkati sebagai manusia. Janin di dalam kadungan bukan hanya sekedar sepotong daging/ fetus tanpa identitas. Sejak di dalam kandungan, Allah telah membentuk kita secara khusus, memperlengkapi kita dengan berbagai sifat dan karakter tertentu agar nantinya dapat melakukan tugas-tugas perutusan kita di dunia. 3. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk memperhatikan dan mengasihi saudarasaudari kita yang terkecil dan terlemah, sebab dengan demikian kita melakukannya untuk Kristus sendiri. Mat 25:45: sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Aborsi yang pada akhirnya membunuh janin, entah di dalam atau di luar kandungan, adalah tindakan pembunuhan yang bertentangan dengan perintah Yesus untuk memperhatikan dan mengasihi saudari-saudari kita yang terkecil dan terlemah. 4. Kitab Suci menuliskan bahwa kita tidak boleh membunuh, atau jika mau dikatakan dengan kalimat positif, kita harus mengasihi sesama kita. Kel 20: 13; Ul 5:17; Mat 5:21-22; 19:18: Jangan membunuh. Mat 22:36-40; Mrk 12:31; Luk 10:27; Rom 13:9, Gal 5:14: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri 1 Yoh 3:15 Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya. Jika di dunia ini mulai banyak kampanye untuk melindungi binatang-binatang, (terutama binatang langka), maka adalah suatu ironi, jika manusia malahan melakukan aborsi yang membunuh sesama manusia, yang derajatnya lebih tinggi dari binatang. Apalagi jika aborsi dilegalkan diperbolehkan secara hukum. Maka menjadi suatu ironi yang mengenaskan: ikan lumba-lumba dilindungi mati-matian, tetapi bayi-bayi manusia dimatikan dan tidak

dilindungi. Suatu permenungan: seandainya kita adalah janin itu, tentu kitapun tak ingin ditusuk dan dipotong-potong sampai mati. Maka, jika kita tidak ingin diperlakukan demikian, janganlah kita melakukannya terhadap bayi itu. Atau, kalau kita mengatakan bahwa kita mengimani Kristus Tuhan yang hadir di dalam mahluk ciptaan-Nya yang terkecil itu, maka sudah selayaknya kita tidak menyiksanya apalagi membunuhnya! Kita malah harus sedapat mungkin memeliharanya dan memperlakukannya dengan kasih. 5. Kitab Suci menuliskan, bahwa jika kita tidak peduli akan nasib saudara-saudari kita yang lemah ini, kita sama dengan Kain, yang pura-pura tidak tahu nasib saudaranya sendiri. Kel 4: 9 Firman Tuhan kepada Kain, Di mana Habel adikmu itu? Ia (Kain) menjawab, Aku tidak tahu. Padahal tidak mungkin ia tidak tahu sebab Kain sendirilah yang memukul Habel adiknya hingga ia mati (lih. Kel 4:8). Adalah suatu fakta yang memprihatinkan, yang menyangkut Presiden Barrack Obama yang terkenal oleh kebijakannya memperbolehkan aborsi. Pada suatu kesempatan dalam wawancara tanggal 16 Agustus 2008 (pada saat itu ia masih menjadi senator Illinois), ia ditanya oleh Pastor Rick Warren, Jadi kapan menurut anda seorang bayi memperoleh hak azasinya? Ini adalah pertanyaan yang menyangkut iman dan bagaimana iman itu bekerja dalam hati nurani dan kebijaksanaan sang (calon) Presiden. Namun sayangnya jawaban Obama adalah, Answering that question with specificity, you know, is above my pay grade. (Menjawab pertanyaan itu dengan detailnya, kamu tahu, itu melampaui batas gaji/ penghasilan saya). Suatu jawaban yang kelihatan sangat enteng untuk pertanyaan yang sangat serius. Ini sungguh mirip dengan jawaban Kain, Aku tidak tahu. Padahal, tentu bukannya tidak tahu, tetapi lebih tepatnya tidak mau tahu. Sebab fakta science dan bahkan akal sehat sesungguhnya telah begitu jelas menunjukkan kapan manusia terbentuk sebagai manusia. Alkitab menunjukkan dan bahkan ilmu pengetahuan membuktikan bahwa kehidupan manusia berawal dari masa konsepsi. Satu sel ini kemudian berkembang menjadi janin yang sungguh sudah berbentuk manusia, walaupun

masih di dalam kandungan. DNA dan keseluruhan 46 kromosom terbentuk saat konsepsi. Jantung janin telah berdetak di hari ke-18, keseluruhan struktur syaraf terbentuk di hari ke- 20. Di hari ke 42, semua tulang sudah lengkap, gerak refleks sudah ada. Otak dan semua sistem tubuh terbentuk di minggu ke-8. Semua sistem tubuh berfungsi dalam 12 minggu. Hanya orang yang menutup diri terhadap semua fakta ini dapat berkata, aku tidak tahu kapan kehidupan manusia dimulai, dan apakah janin itu seorang manusia atau bukan. Efek-efek negatif dari aborsi Tidak mengherankan, karena aborsi adalah perbuatan yang menentang hukum alam dan hukum Tuhan, maka tindakan ini membawa akibat- akibat negatif, terutama kepada ibu dan ayah bayi, maupun juga kepada para pelaku aborsi dan masyarakat umum, terutama generasi muda, yang tidak lagi melihat kesakralan makna perkawinan. Ibu yang mengandung bayi, terutama menanggung akibat negatif, baik bagi fisik maupun psikologis, yaitu kemungkinan komplikasi fisik, resiko infeksi, perdarahan, atau bahkan kematian. Selanjutnya, penelitian dalam Journal of the National Cancer Institute di Amerika juga menunjukkan wanita yang melakukan aborsi meningkatkan resiko 50% terkena kanker payudara. Sebab aborsi membuat terputusnya proses perkembangan natural payudara, sehingga jutaan selnya kemudian mempunyai resiko tinggi mengalami keganasan. Selanjutnyapun kehamilan berikutnya mempunyai peningkatan resiko gagal 45%, atau komplikasi lainnya seperti prematur, steril, kerusakan cervix. Selanjutnya tentang hal ini dapat anda lihat di link ini, silakan klik. Di atas semua itu adalah tekanan kejiwaan yang biasanya dialami oleh wanita- wanita yang mengalami aborsi. Tekanan kejiwaan ini membuat mereka depresi, mengalami kesedihan yang berkepanjangan, menjadi pemarah, dikejar perasaan bersalah, membenci diri sendiri, bahkan sampai mempunyai

kecenderungan bunuh diri. Menurut studi yang diadakan oleh David Reardon yang memimpin the Elliot Institute for Social Sciences Research di Springfield

Illinois (di negara Obama menjadi senator): 98% wanita yang melakukan aborsi menyesali tindakannya, 28% wanita sesudah melakukan aborsi mencoba bunuh diri, 20% wanita post-aborsi mengalami nervous breakdown, 10% dirawat oleh psikiatris. Ini belum menghitung adanya akibat negatif dalam masyarakat, terutama generasi muda. Legalisasi aborsi semakin memerosotkan moral generasi muda, yang dapat mempunyai kecenderungan untuk mengagungkan kesenangan seksual, ataupun memikirkan kepentingan diri sendiri, tanpa memperhitungkan tanggung jawab. Suatu mentalitas yang sangat bertentangan dengan ajaran Kristiani. Bagi yang telah melakukan aborsi Paus Yohanes Paulus II dengan kebapakan mengatakan bahwa Gereja menyadari bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan seorang wanita melakukan aborsi. Gereja mengajak para wanita yang telah melakukan aborsi untuk menghadapi segala yang telah terjadi dengan jujur. Perbuatan aborsi tetap merupakan perbuatan yang sangat salah dan dosa, namun juga janganlah berputus asa dan kehilangan harapan. Datanglah kepada Tuhan dalam pertobatan yang sungguh dalam Sakramen Pengakuan Dosa. Percayakanlah kepada Allah Bapa jiwa anak yang telah diaborsi, dan mulai sekarang junjunglah kehidupan, entah dengan komitmen mengasuh anak-anak yang lain, atau bahkan menjadi promotor bagi banyak orang agar mempunyai pandangan yang baru dalam melihat makna kehidupan manusia. Anjuran ini juga berlaku bagi para dokter, petugas medis atau siapapun yang pernah terlibat dalam tindakan aborsi, entah dengan

menganjurkannya ataupun dengan melakukan/ membantu proses aborsi itu sendiri. Semoga semakin banyak orang dapat melihat kejahatan aborsi, sehingga tidak lagi mau melakukannya.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan


Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat. Maka pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensiffundamental-radikal, yang intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada peradaban Barat dengan menghancurkan segala nilai dan institusi peradaban Barat yang bertentangan dengan Islam, untuk kemudian digantikan dengan peradaban Islam yang manusiawi dan adil. Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini memang masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat yang rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (jaiz) dan tidak apa-apa. Wallahu alam [ Ir. Muhammad Shiddiq Al Jawi ] 3.2 Saran Aborsi menurut pandangan semua agama itu di haramkan kecuali jika ada udjur (alasan) tertentu yang membolehkan aborsi itu dilakukan. Terutama kita sebagai umat islam harus bisa menjaga diri kita jangan sampai kita mengotori diri

kita dengan melakukan aborsi. Karena itu sangat dibenci oleh Allah SWT dan merupakan dosa besar.

You might also like