You are on page 1of 31

BAB VIII LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DAN PERIJINAN

8.1 Lingkungan Dalam pekerjaan tambang baik secara langsung maupun tidak langsung sangat membahayakan sehingga dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif salah satunya kerusakan terhadap lingkungan karena telah merubah Rona Lingkungan Awal, apabila hal tersebut tidak diantisipasi maka akan mengakibatkan gangguan terhadap keseimbangan dari ekosistem yang ada di daerah penambangan tersebut. Namun di lain sisi tidak hanya dampak negatif saja yang ditimbulkan, kegiatan penambangan juga memiliki dampak positif yang lebih banyak. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Nomor 17 tahun 2001tentang AMDAL Pasal 3, tentang jenis usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Kepmen ESDM No.1457K/28/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan diBidang Pertambangan dan Energi Pasal 4, dan 5. Maka kegiatan penambangan PT. BAYAT JAYA MANDIRI. hanya berkewajiban untuk menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL dan UPL). Hal ini dikarenakan WIUP pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI. hanya 50 Ha dan direncanakan produksi penambangan pada tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan UKL dan UPL. Oleh karena itu maka perlu dilakukan suatu studi dalam rangka untuk memperoleh informasi dampak kegiatan penambangan yang disusun dalam pertama sekitar 120.000 ton/tahun. Dalam penyusunan laporandisesuai dengan Kepmen LH No. 86 Tahun

Perencanaan Tambang II-81

dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
UU RI NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DANPENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Pasal 6

PP RI NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (Pasal 3)

KEPMEN ESDM NO: 1457 K/28/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI BIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI (Pasal 4, 5)

PERMEN LH NO: 11 TAHUN 2006 TENTANG JENIS USAHA DAN ATAU KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI DENGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP LAMPIRAN I

KEGIATAN WAJIB AMDAL?

YA SUSUN DOKUMEN AMDAL

YA

KEGIATAN WAJIB AMDAL?

Tidak

KEPMEN LH NO: 86 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UKL & UPL

Tidak

PENYUSUNAN UKL DAN UPL

Gambar 8.1 Bagan Alur Permohonan AMDAL Dan UKL/UPL

Perencanaan Tambang II-82

Debu

Potensi Sumber daya deposit diorit Cadangan Geologi lokal

Data Komponen Lingkungan Iklim Mikro Flora Fauna Tanah Kualitas air Aspek Lingkungan

Aspek Teknis

Dampak Yang Terjadi

Lapisan Penutup

Bentang alam Sifat fisik & kimia Tanah erosi & sediMentasi & vegetasi Bentang alam Debu Erosi & sedimentasi Getaran Kebisingan Debu Vegetasi & Kebisingan Debu

Penambangan Deposit Diorit Pengangkutan Dari Tambang Menuju Pengolahan Pengolahan Deposit Diorit Penimbunan & Pemuatan Produk Gambar 8.2

Bagan alir kegiatan penambangan deposit diorit dan Dampak yang mungkin terjadi Pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan bertujuan untuk mengelola dan memantau dampak, terutama dampak negatif yang mungkin akan

Perencanaan Tambang II-83

timbul serta mengelola dan memantau kegiatan-kegiatan yang merupakan sumber dampak. Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan perlu dilaksanakan agar dampak negatif yang mungkin akan timbul oleh kegiatan dapat dihindari atau minimal dapat dikurangi.Rencana kegiatan penambangan deposit diorit akan berlangsungdiDesa Gunung Gajah. Deposit diorithasil penambangan diangkut melalui jalan tambang ke tempat pengolahan yang letaknya tidak jauh dari lokasi penambangan masih dalam satu wilayah IUP Setiap tahap kegiatan pertambangan deposit diorit menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi dan budaya. Sebagaimana diketahui bahwa di bumi terdapat bermacam-macam tumbuhan, hewan, dan manusia serta mahkluk hidup lainnya yang hidup secara berdampingan dengan benda-benda yang tidak hidup seperti udara, air, dan tanah. Kesemuanya itu terdapat dalam satu lingkungan yang disebut lingkungan hidup. Untuk menjaga dan mengurangi hal-hal yang menimbulkan dampak negatif terutama pada pengupasan tanah penutup sebaiknya dipisahkan. Tujuannya supaya pada akhir penambangan (pasca penambangan) tanah tersebut dapat ditimbun kembali pada lokasi yang telah digali.Hal ini bertujuan untuk mempertahankan tata guna lahan, agar lebih effisien, maka lapisan tanah penutup ditimbun pada daerah sekitar lokasi penambangan yang letaknya masih dalam WIUP agar tidak mengganggu jalannya operasi penambangan itu sendiri atau dilakukan penimbunan ke bawah dengan menggunakan bidang luncur. 8.1.1 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan 8.1.1.1Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di penambangan Diorit di Desa Gunung GajahKecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengahseluas 31Ha. Penggunaan lahan yang terluas adalah untuk operasi penambangan, jalan dan penggunaan lainnya seperti perkantoran dan gudang tempat genset. 8.1.1.2Teknik dan Metode Pengelolaan Lingkungan a. Pengelolaan Air Limpasan
Perencanaan Tambang II-84

Teknik pengelolaan untuk mengontrol kualitas air limpasan dari areal tambang dioritPT Bayat Jaya Mandiri dan tempat penimbunan adalah hanya dengan mengalirkan semua air limpasanke paritan yang dibuat agar tidak mengganggu penambangan. Air limpasan tidak dikelola lebih lanjut karena air tersebut hanya dalam jumlah kecil dan tidak mengandung partikel-partikel berbahaya. Pengolahan batudiorit juga dilakukan dengan cara kering sehingga tidak menimbulkan adanya air limbah pengolahan. b. Pengendalian Kualitas Udara Pengendalian debu dilakukan secara berkala dengan melakukan penyiraman pada tempat-tempat yang berpotensi menghasilkan debu, baik dari hasil proses penambangan, pengolahan, pemuatan maupun proses pengangkutan diorit. Pada lokasi tambang, penyiraman dilakukan dengan menggunakan mobil tangki dengan kapasitas 20.000 liter. Adapun perencanaan pengendalian penanganan debu pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI. adalah sebagai berikut : 1) 2) 3) Penyiraman jalan tambang secara kontinyu Pembantasan kecepatan kendaraan Penyiraman air disekitar pengolahan

Selain peningkatan kadar debu, kadar gas-gas juga akan meningkat seperti CO, O3, SO2, NO2, debu atau partikel akibat adanya gas buang dan debu jalan. kadar kadar debu maksimum 1028 g/Nm3, CO 1147,5 g/Nm3; SO2 0,023 g / Nm3, O3 4,10 g/Nm3dan NO2 15,28 g/Nm3. Dampak kegiatan tersebut di atas ke pemukiman penduduk kurang nyata, karena letak pemukiman jauh dari aktivitas tersebut ( 100 meter). Sedangkan pada kegiatan mobilisasi peralatan dampak debu hanya berlangsung dalam waktu yang tidak terlalu lama, sehingga kadar debu akan normal kembali dan berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan c. Perlindungan Flora dan Fauna Upaya pengelolaan lingkungan untuk mengurangi kerusakan vegetasi dan satwa liar meliputi :

Perencanaan Tambang II-85

1) Penghijauan pada sebagian lahan terbuka dengan menggunakan jenis-jenis tanaman cepat tumbuh dan dapat berfungsi sebagai pelindung tanah terhadap erosi. 2) Memasang papan larangan berburu fauna yang ada di sekitar lokasi tambang, jalan angkutan dan pelabuhan sesuai dengan UU RI No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. d. Pengelolaan Limbah

a). Tempat Penampungan penimbunan b). Tempat penumpukan / Oli sebelum diantar ke pabrik pengolah limbah. di Sekitar Tambang

Gambar 8.6 Pengelolaan Limbah Tambang Pengelolaan Limbah adalah merupakan upaya untuk melakukan minimalisasi limbah, sesuai dengan Kebijakan Lingkungan PT. Bayat Jaya Mandiriyang menyatakan bahwa kita harus melakukan minimalisasi limbah. Hal ini dimaksudkan bahwa kita harus menangani, menyimpan dan membuang limbahnya dengan cara cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara lingkungan. 1) Pengelolaan Bahan Kimia, tujuannya adalah untuk mengawasi dan mengurangi jumlah keseluruhan bahan kimia yang digunakan di lokasi. 2) Program pengumpulan dan pembuangan limbah, bertujuan untuk mengidentifikasi, menghitung dan mengakumulasikan limbah yang dihasilkan dan bagaimana permasalahan pembuangan limbah dapat terdata dengan baik, seperti Oli bekas,Limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya seperti :gemuk (grease), aki (accu) bekas, air aki (accu), dan bahan kimia lain ),Limbah tidak
Perencanaan Tambang II-86

berbahaya dan tidak beracun (seperti : Ban bekas, kertas bekas fotocopy, besi tua dan Sampah Organik dan Anorganik. 3) Program Kemasyarakatan Pengembangan perusahaan saat ini harus berpijak dan dilandaskan terhadap pemahaman yang berdasarkan konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainabledevelopment) dengan tiga sendi utama yang mengokohkan terdiri dari pertumbuhan ekonomi, kinerja lingkungandan tanggungjawab sosial. Secara garis besar program tersebut meliputi bidang-bidang: (a) Bidang Infrastruktur, antara lain meliputi: (1) (2) Pembangunan jalan desa, jembatan, parit, Pembangunan/renovasi kantor desa, masjid, mushola,dan sekolah

(b) Bidang Ekonomi, antara lain meliputi: (1) Dana bergulir (revolving fund) (c) Bidang sosial, antara lain meliputi: (1) Posyandu dan penyuluhan kesehatan, beasiswa (2) Bantuan kepada masyarakat dalam penyelenggaraan peringatan keagamaan 8.1.2Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan 8.1.2.1Pemantauan Kualitas Air Permukaan Pemantauan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektifitas strategi pengelolaan air dalam mencegah terjadinya pencemaran air permukaan dan daya guna program pengelolaan lingkungan, di dalam upaya meminimalisasi perubahan kualitas air yang berdampak terhadap lingkungan dan kualitas air permukaan sehingga langkah-langkah perbaikan dan pencegahan dapat diambil jika diperlukan. Pengukuran kualitas air dilakukan secara langsung (insitu) dengan parameter seperti temperatur, pH, konduktivitas, turbiditi, Disolved Oxygent (DO) dan Salinitas. Untuk parameter lainnya seperti Total Suspended Solid (TSS), Total Disolved Solid (TDS), Biological Oxygent Demand (BOD), Chemical Oxygent Demand (COD), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Nitrit (NO 2), Nitrat (NO3),
Perencanaan Tambang II-87

Sulfat (SO4) dan minyak diambil sampelnya dan selanjutnya dianalisis di laboratorium. Metode dan peralatannya mengacu pada UPL yang disetujui dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Lokasi pemantauan kualitas air dilakukan pada outlet kolam pengendap. Hasil pengukuran kualitas air permukaan disebandingkan dengan baku mutu Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 dan Kepmen LH No.3 tahun 1998 dapat dilihat pada Tabel 8.2. Tabel 8.2 Baku mutu limbah cair bagi kawasan industri
Parmeter BOD COD TSS PH Kadar Maksimum (mg/l) 50 100 200 Beban Pencemaran Maksimum (kg/hari.Ha) 4.3 8.6 17.2

6.0 9.0 Debit Limbah Cair Maksimum 1 L per detik per HA lahan kawasan yang terpakai

Sumber :Menteri Lembaga Lingkungn Hidup no :03/MNLH/1998

PemantauanKualitas air pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI ada pada tiga titik pemantuan yaitu SP1 terletak disekitar pengolahan, SP2 terletak pada areal penambangan Diorit dan SP3 terletak disekitar penimbunan Stockpile. Pemantauan dilakukan setiap 6 bulan sekali namun dalam pengontrolannya dilakukan berkala perbulan. 8.1.2.2Pemantauan Debu Pemantauan debu pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI.dilakukan setiap dua minggu sekali di sekitar tambang, jalan akses ke lokasi dan persimpangan jalan. Baku mutu kualitas terdapat pada tabel 8.3. Adapun hasil pemantauan yang dilakukan PT. BAYAT JAYA MANDIRI.pada tiga titik utama adalah sebagai berikut QU-1 lokasi yang diamati pada sekitar areal penambangan, QU-2 pada areal pengolahan dan QU-3 pada lokasi persimpangan jalan yang berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk yang terlihat pada table 8.4.

Perencanaan Tambang II-88

Tabel 8.3. Baku Mutu Kualitas Udara


No. Parameter Waktu Pengukuran 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam Baku Mutu gr/m3 235 900 400 30,000 230

Analisa 1 O3 2 SO2 3 NO2 4 CO2 5 Debu


SK Gub. Propinsi DIY no. 153 th 2002

Tabel 8.4. Hasil Pemantauan Kualitas Udara


TermiNo. Parameter Kecepatan Angin Arah Angin Suhu Kelembaban Cuaca Debu SO2 NO2 CO2 Satuan nologi Waktu 1 2 3 4 5 1 2 3 4 m/det 0

Stasiun Pengamatan QU-1 0.02-1.5 T-B 22.033.7 64-96 Cerah 104,48 61,05 44,20 Ttd QU-2 0.03-4.3 T-B 22.333.1 62-95 Cerah 528,55 71,53 14,62 35,27 QU-3 0.02-2.9 B-T 22.332.4 76-97 Cerah 3151,34 96,15 14,61 35,09

Baku Mutu 230 900 400 30,000

1 jam 1 jam 1 jam 1 jam

% gr/m3 gr/m3 gr/m3 gr/m3

Hasil Analisa

8.1.2.3Pemantauan Kebisingan Pengukuran tingkat kebisingan secara langsung harus menggunakan Sound Level Meteryang memenuhi persyaratan standard nasioanl (SNI). Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/II/1996. Dengan mengikuti petunjuk pengukuran seperti yang dianjurkan pada Baku Mutu yang digunakan, diperoleh hasil pemantauan tingkat kebisingan pada kawasan industri seperti pada Tabel 8.5.Pengamatan dilakukan pada areal sekitar penambangan (QB-1), Jalan akses ke areal penambangan (QB-3) dan pada pabrik
Perencanaan Tambang II-89

pengolahan diorit (QB-3). Dari hasil pengukuran dan perbandingan dengan Baku Mutu, dapat diketahui bahwa tingkat kebisingan pada daerah penambangan diorit dan jalan akses ke tambang telah melebihi baku mutu yang disyaratkan (pada tabel 8.6). Hal ini disebabkan adanya kegiatan operasi alat-alat berat (excavator, dump truck, dan peralatan pengolahan) pada daerah tersebut. Tabel 8.5. Standar Nasional Baku Mutu Tingkat Kebisingan
No 1. 2 3 4 5 6 7 8 Peruntukan Kawasan Perumahan dan pemukiman Perdagangan dan jasa Perkantoran dan perdagangan Ruang terbuka hijau Industri Pemrintahan dan Fasilitas Umum Rekreasi Khusus : Bandara Udara * Stasiun Kereta Api* Pelabuhan laut Cagar Budaya Baku Mutu (dBA) 55 70 65 50 70 60 70

70 60

*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan

Perencanaan Tambang II-90

Tabel 8.6. Hasil Pemantauan Kebisingan di Lingkungan Tambang


Kode QB-1 QB-2 QB-3 Lokasi Sekitar Tambang Jalan Akses ke Tambang Pengolahan Tingkat Kebisingan (dBA) 77,32 73,01 79,13 Baku Mutu 70 70 70

Upaya yang dilakukan untuk mengurangi tingkat kebisingan berupa peningkatan daerah jalur hijau dan perbaikan alat/unit yang berpotensial menimbulkan kebisingan,serta pnggunaan alat yang telah lolos uji kelayakan,sehingga kondisinya benar-benar prima. 8.1.2.4Pemantauan Flora dan Fauna Darat Pemantauan flora dan fauna bertujuan untuk mengetahui rona awal lingkungan flora dan fauna serta perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya kegiatan usaha penambangan.Lokasi pengamatan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu di daerah tambang dan daerah di luar tambang. Hasil pengamatan flora dan fauna yang teramati di lokasi quarry. Tabel 8.7 Jenis Fauna yang Teramati di Lingkungan Tambang
No. 1 Nama Indonesia Aves Pipit Perkutut Tinjau Mamalia Tupai/Bajing Reptilia Kadal Ular Serangga Belalang Nama Latin Lonchura leucogasta

geophilia stiata
Copsychus saularis Glypholes simus Mabouya fasciculate Xenopeltis unicolor Agriacris tricristata

2 3

Tabel 8.8 Jenis Flora Yang Teramati di Lingkungan Tambang


Perencanaan Tambang II-91

No. 1. 2 3 4 5 6 7 9

Nama Indonesia Nama Latin Jati Tectona grandis Akasia Acacia villosa Kelapa Cocos nucifera Artocarpus Nangka heterophyllus Singkong Manihot esculenta Jambu monyet Anacardium occidentale Pisang Musa acuminata Mahoni Swietenia mahogany

8.1.2.5Pemantauan Limbah Workshop Pengelolaan lingkungan bengkel adalah upaya untuk mengelola lingkungan bengkel agar limbah tidak mencemari lingkungan. Pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI. menetapkan bahwa : a. b. c. d. e. petunjuk f. g. h. tumpahan i. Oil dan grease dan sejenisnya dari perbaikan alat berat dan ringan harus ditampung.
Perencanaan Tambang II-92

Semua workshop dan tempat pencucian kendaraan harus mempunyai Sekeliling bengkel harus dilengkapi dengan saluran pembuangan Semua lokasi penampungan dalam jumlah besar dan penampungan Semua pipa yang menyalurkan bahan hidrokarbon harus dilengkapi tempat penyimpanan bahan hidrokarbon harus aman dari kerusakan yang jelas mengenai keselamatan kerja, kapasitas tempat

tempat pemisahan air dan minyak (Oil Trap). yang mengalirkan air ketempat pemisahan air dan minyak (Oil Trap). bahan hidrokarbon harus mempunyai tanggul penampung yang sesui. dengan tempat penampungan jika terjadi kebocoran. yang disebabkan oleh alat berat dan kendaraan kecil serta adanya petunjuk penyimpanan dan jenis bahan hidrokarbonnya. Semua lokasi pengisian pengisian bahan bakar harus dilengkapi Semua bengkel harus dilengkapi dengan bahan penghisap tumpahan Semua bengkel harus dilengkapi dengan bahan penanggulangan dengan tempat penampungan jika ada yang tercecer atau tertumpah atau roller

Pemantauan pada limbah Workshop didasarkan pada kesigapan dan kesiagaan terhadap ceceran, maka para karyawan dan petugas pemantau : 1) 2) 3) Kenali bahan ceceran yang terjadi dan hubungi bagian environmental. Hentikan sumber ceceran bila mugkin diakukan dan hubungi Identifikasi ceceran tampung dan bersihkan serta buat investigasi penanggung jawab area (superveysor) insiden atu laporan ketidaksesuaian terlihat pada Lampiran Sistem Manajemen K3LH Adapun peralatan dan bahan untuk penanganan ceceran adalah sebagai berikut : (a) (b) Absorban adalah untuk menyerap ceceran atau tumpahan berupa oil Serbuk gergaji dan pasir untuk penanganan ceceran di tanah Tabel 8.9 Ringkasan UKL & UPL kegiatan penambangan deposit diorit pada tahap persiapan Tahap Kegiatan Pembebasan Lahan Dampak Konflik Sosial rugi. Membentuk Tim dalam pembebasan lahan. Mengumum kan hasil inventarisasi. Memberika
Perencanaan Tambang II-93

biasanya digunakan pada ceceran yang terjadi di air pada sungai biasanya pada lingkungan workshop.

UKL Musyawara h mengenai ganti -

UPL Melakukan pengamatan langsung di lapangan.

n uang kompensasi. Pemasangan patok lokasi yang telah dibebaskan.

Tahap Kegiatan

Dampak -

UKL Mempriorita skan penerimaan -

UPL

Melakukan pencatatan dan pengecekan secara langsung pada saat penerimaan karyawan.

nya

Terbuka Kesempatan Kerja. -

tenaga kerja local Memberika n gaji sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan serta jabatannya. Memberika n pengumuman bahwa akan ada penerimaan tenaga kerja. -

Penerimaan Tenaga Kerja

atan

Peningk Pendapatan Masyarakat.

Pengamatan langsung dilapangan dan wawancara mengenai standarisasi gaji karyawan.

Kecemb uruan Sosial.

Perencanaan Tambang II-94

Mengumum kan hasil penerimaan tenaga kerja secara transparan. Melakukan wawancara kepada masyarakat terhadap sistem penerimaan tenaga kerja.

Menerima tenaga kerja pendatang hanya untuk posisi tertentu.

Tahap Kegiatan

Dampak
-

UKL
Pemeliharaan dan parawatan alat-alat berat Melakukan penghijauan Mengatur kecepatan kendaraan pengangkut Melakukan pengerasan jalan -

UPL

Pengambilan sampling kualitas udara (pengukuran debu) Analisis data pengukuran debu dan hasilnya dibandingkan dengan angka baku mutu lingkungan

Mobilisasi Peralatan

Terjadiny a penurunan kualitas udara

Perencanaan Tambang II-95

Memberika n kesempatan kepada lembagalembaga usaha dan perekonomian masyarakat yang telah ada untuk berpartisipasi Melakukan pengamatan langsung dilapangan terhadap kegiatan pembersihan lahan yang dilakukan. Melakukan pencatatan dan pengecekan tentang jenis-jenis usaha apa yang berkembang dimasyarakat

Pembangunan Sarana & Prasarana nya

Terbuka Kesempatan Kerja.

Pembersihan Lahan dan

Degrada si Vegetasi Bekurangnya Populasi Satwa

Melakukan pembatasan dalam pelaksanaan pembukaan lahan.

Tahap Kegiatan

Dampak

UKL

UPL

1 Pengupasan Tanah Pucuk

2 Penurunan Kualitas Air -

3 M elakukan kegiatan pengupasan tanah pucuk pada musim kemarau. M elakukan kegiatan pengupasan tanah pucuk se-

4 Membandingka n hasil analisa dari kualitas air permukaan dengan baku mutu air yang telah ditetapkan.

Perencanaan Tambang II-96

suai dengan arah kemajuan penambangan. Se gera melaku-kan Peningkatan Erosi revegetasi lahan dengan ta-naman penutup dan tanaman yang cepat tum-buh Pemindahan Tanah Penutup Penurunan kualitas air tanah embuat parit disekeliling lokasi penimbunan tanah pucuk untuk menyalurkan larian air permukaan. Peningkatan Erosi M elakukan kegiatan pengupasan dan penimbunan tanah pucuk sesuai dengan arah kemajuan penambangan. Pengamatan langsung di la-pangan dan penggunaan tongkat penduga. M Melakukan pengambilan sampling air lim-bah dari buang-an / outlet kolam pengendapan dan dianalisis di laboratorium. Pengamatan langsung di lapangan.

Perencanaan Tambang II-97

Penambangan Deposit diorit Penurunan kualitas udara. elakukan pengerasan jalan dengan agregat khusus. M

Melakukan pengambilan sampling kualitas udara (pengukur-an debu) lang-sung di lapangan dengan alat High Volume Sampler Method yang melibatkan pihak ketiga yang telah terakreditas da-lam kegiatan pengambilan sampling.
Perencanaan Tambang II-98

Membandingka n hasil pengukuran tingkat kebisingan dengan baku mutu lingkungan yang telah

Peningkatan kebisingan.

elakukan pemeliharaan

ditetapkan oleh Surat Keputusan Menaker No Kep. 51/MEN/1999 sebesar 85 dB(A) untuk lingkungan kerja dengan nilai toleransi + 3 dB(A).

dan perawatan (servis) alat-alat secara teratur dan berkala. 8.1.3 Rehabilitasi Lahan

Rencana reklamasi dimaksudkan untuk mengembalikan tanah tanah dari status wilayah yang telah mengalami kerusakan untuk dikembalikan fungsinya. Reklamasi merupakan pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan tata lingkungan hidup agar lebih berdaya guna dan berhasil guna. Usaha ini harus dilakukan oleh setiap perusahan (pengusaha pertambangan) sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Dalam pelaksanaannya ada beberapa kesulitan untuk reklamasi daerah bekas tambang apabila tanpa perencanaan dengan baik, kesulitan itu antara lain : a. Tidak dilakukannya pengamatan terhadap tanah humus sehingga pelaksanaan pengambilan tanah lapisan atas tanpa tanah humus. b. Dilakukan dengan tuntas sehingga terdapat bekas ssdaerah tambang dibiarkan terbuka untuk beberapa lama karena ada sebagian tanah galian masih tersisa. c. Kesulitan penentuan lokasi penimbunan tanah penutup.

Perencanaan Tambang II-99

Setelah keluarnya Undang undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup serta pedoman kerjanya berupa surat keputusan Direktorat Jendral Pertambangan Umum Tentang pencegahan dan penanggulangan terhadap gangguan dan pecemaran sebagai akibat usaha pertambangan, yaitu dengan jalan memasukan dalam rencana kerja pertambangan yang bersangkutan. Beberapa faktor penting yang sangat mempengaruhi dari kegiatan pertambangan antara lain penerapan teknologi pertambangan. Ketiga faktor ini saling mempengaruhi, bukan hanya diluar pertambangan dan akan mengalami hambatan daerah dalam kelancaran operasionalnya.Rekalamasi dilakukan penanaman di daerah bekas untuk penambangan dilakukan dengan cara pengambilan kembali tanah penutup ke bekas penambangan, kemudian tumbuhan mengembalikan kestabilan tanah dan kesuburannya, sehingga dapat ditanami tanaman produktif bagi penduduk setempat. Daerah penimbunan tanah penutup merupakan daerah yang rawan terhadap pengaruh air hujan. Karena daerah tersebut terbuka, dimana kemungkinan pengikisan oleh air tinggi dan ketidak mantapan lereng akan terjadi, oleh karena itu untuk menanggulangi dampak tersebut segera dilakukan reklamasi dan rehabilitasi sampai tuntas terhadap daerah bekas tambang, kegiatan tersebut antara lain : 1) Tahap persiapan Persiapan lahan dilakukan pada daerah penimbunan tanah penutup yang hendak dilakukan reboisasi lahan sebagai usaha pemulihan daerah tambang. Pekerjaan persiapan lahan meliputi penyusunan struktur tanah dan perataan lahan dengan mengoperasikan bulldozer. Persiapan lahan dijadwalkan setelah pekerjaan dengan backhoe yang telah digunakan untuk pengupasan tanah penutup. Pekerjaan ini merupakan tahap lanjut dari pengupasan tanah penutup dan penimbunannya. Perataan lahan disesuaikan dengan sistem reboisasi lahan. 2) Tahap penanaman kembali Lahan yang telah dipersiapkan ditanami dengan tanaman pohon sengon dan pada musim hujan lahan tersebut dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai ladang maupun sawah.
Perencanaan Tambang II-100

Pertimbangan penanaman jenis pohon sengon adalah : a) b) c) Tanaman mempunyai daya tahan beradaptasi yang tinggi dengan Tanaman ini pertumbuhannya cepat, tinggi dan rindang sehingga Harga tanaman ini relatif rendah dibandingkan dengan jati. baik serta cocok dengan tanah lokasi. dapat melindungi permukaan tanah dari air hujan. Adapun tanaman yang lain, yang akan ditanam pada jenjang akhir penambangan adalah runput gajah. Jenis tanaman ini dipilih karena tingkat pertumbuhannya relatif cepat dan tanaman jenis ini mampu menahan terhadap runtuhan depositan yang mungkin terjadi. 8.2 Kesehatan dan keselamatan kerja Hal yang patut untuk diutamakan dalam setiap pekerjaan khususnya dalam pertambangan adalah keselamatan dan kesehatan kerja mengingat bahwa kegiatan penambangan ini memiliki resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya keselamatan dan kesehatan kerja antara lain : a. b. c. Prosedur kerja Pengecekan kestabilan lereng Peralatan pendukung keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :

helm pengaman, sepatu lapangan, kaca mata pengaman, penutup telinga, masker dan peralatan lain yang penting. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan daya upaya yang terencana untuk mencegah terjadinya musibah kecelakaan atau penyakit akibat kerja dalam usaha pertambangan. Sebab kecelakaan merupakan landasan dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, karena usaha keselamatan dan kesehatan kerja diarahkan untuk mengendalikan sebab terjadinya kecelakaan. Untuk dapat memahami dengan baik tentang konsep kecelakaan kerja maka manajemen dituntut memahami sumber penyebab terjadinya kecelakaan. Dalam kaitannya dengan keselamatan dan kesehatan kerja, sebab kecelakaan dapat bersumber dari empat kelompok besar yaitu 1) Faktor lingkungan Faktor ini berkaitan dengan kondisi fisik di tempat kerja yang meliputi :
Perencanaan Tambang II-101

a) Keadaan lingkungan kerja b) Kondisi proses produksi 2) Faktor alat kerja Dimana bahaya dapat bersumber dari peralatan dan bangunan tempat kerja yang salah rancang atau salah pada saat pembuatan serta terjadi kerusakan yang diakibatkan oleh salah rancang. Kecelakaan bisa disebabkan oleh bahan baku produksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, kesalahan dalam penyimpanan, pengangkutan dan penggunaan. 3) Faktor manusia Faktor ini berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia di dalam malakukan pekerjaan, meliputi : a) Kurang pengetuhuan dan keterampilan dalam bidang kerjanya maupun dalam bidang keselamatan kerja b) Kurang mampu secara fisik (cacat atau kondisi yang lemah) atau mental c) Kurang motivasi kerja dan kurang kesadaran akan keselamatan kerja d) Tidak memahami dan menaati prosedur kerja secara aman, bahaya yang ada bersumber dari faktor manusianya sendiri yang sebagian besar disebabkan tidak menaaati prosedur kerja. 4) Kelemahan sisitem manajemen Faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan dari pucuk pimpinan untuk menyadari peran pentingnya masalah keselamatan dan kesehatan kerja, meliputi : a)Sikap manajemen yang tidak memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja b) Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas c) Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan yang kurang baik d) Tidak adanya standar atau kode keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat diandalkan e)Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab dan pelimpahan wewenang bidang keselamatan dan kesehatan kerja secara jelas
Perencanaan Tambang II-102

f) Tidak adanya monitoring terhadap sistem produksi Kelemahan sistem manajemen ini memiliki peranan yang sangat besar sebagai penyebab kecelakaan, karena sistem yang mengatur ketiga unsur produksi (manusia, peralatan, tempat kerja). Ketimpangan yang terjadi pada sistem manajemen akan menimbulkan ketimpangan pada ketiga unsur sistem produksi yang lain. Sehingga sering dikatankan bahwa kecelakaan merupakan manifestasi dari adaanya kesalahan manajemen dalam sistem manajemen yang menjadi penyebab timbulnya masalah dalam proses produksi. Pencegahan kecelakaan dalam kaitannya dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus mengacu dan bertitik tolak pada konsep penyebab akibat kecelakaan, yaitu dengan mengendalikan penyebab, dan mengurangi akibat kecelakaan. Upaya ini dilandasi dengan kenyataan bahwa suatu kecelakaan terjadi bila adanya bahaya tidak dapat terkendali dan penanganan bahaya akan lebih mudah bila dilakukan sejak tahap awal. Demikian pula terhadap akibat yang terjadi dapat ditekan seminimal mungkin. 8.2.1 Organisasi
External & Internal Audit Penanganan K-3 marupakan
Komite K3 tanggung jawab Divisi Keselamatan Kerja yang

langsung akan bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang atau Manajer Tambang lihat pada struktur organisasi. Tambang Kepala Teknik

Program K3

Perencanaan Tambang II-103

Pengawas Teknis

Gambar 8.9 Organisasi Manajemen Keselamatan Kerja 8.2.2 Program Kesehatan, Keselamatan Kerja Program keselamatan, kesehatan kerja yang direncanakan pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI.disesuai dengan Permennakertrans No. Per. 03/Men/1982 (pelayanan kesehatan kerja). Dimana penyelenggaraan pelayanaan kesehatan kerja langsung dilaksanakan oleh perusahaan dengan membangun sarana dan prasarana kesehatan berupa Poliklinik selain itu juga perusahaan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bekerjasama dengan Jamsostek. Adapun pelayanan yang didapat oleh tenaga kerja adalah : 1) Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja 2) Pembinaan dan pengawasan Penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja 3) Pembinaan dan pengawasan Lingkungan Kerja 4) Pembinaan dan pengawasan sanitasi air 5) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja 6) Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum 7) P3K dan Latihan Petugas P3K 8) Perencanaan tempat kerja , APD, gizi, dan penyelenggaraan makanan di tempat kerja. 9) Rehabilitasi akibat Kecelakaan
Perencanaan Tambang II-104

10)

Laporan berkala. PT. BAYAT JAYA MANDIRI. juga mewajibkan bagi semua karyawanya

untuk memeriksakan dirinya setiap 1 bulan sekali, dan hasilnya akan dilaporkan pada manajemen perusahaan. Selain program kesehatan kerja, manajemen PT. BAYAT JAYA MANDIRI. juga merencanakan program Keselamatan Kerjayaitu Seluruh anggota manajemen perusahaan dan staf pada tingkat Supervisor bertanggung jawab dalam menjamin adanya keamanan dalam kegiatan perusahaan dan adanya perlakuan dan perawatan yang memadai kepada semua pemilik perusahaan yang berada dalam areal tanggung jawab mereka dan mengetahui serta mengenal secara mendalam prosedur pengawasan kecelakaan. Adapun peraturan yang direncanakan untuk karyawan sebagai berikut : 1) Dengan segera melaporkan kepada supervisor jika : a)Segala jenis barang/benda maupun situasi yang mempunyai resiko atau potensi tinggi sebagai penyebab kecelakaan kerja b) Ada yang terluka baik ringan maupun berat agar dapat dengan segera diberi pertolongan pertama c)Rekan kerja Sakit d) Tidak yakin apakah suatu pekerjaan yang anda lakukan termasuk aman atau tidak, anda diharapkan agar berkonsultasi dengan Supervisor. 2) Setiap Karyawan diharuskan : a) b) c) d) Mengenakanpakaian kerja dan peralatan kerja yang disediakan perusahaan untuk melindungi keselamatan pribadi. Mematuhi segala jenis rambu-rambu peringatan Bahan-bahan kimiawi yang bebahaya haruslah ditangani oleh karyawan yang telah ditunjuk perusahaan Bila beban yang anda angkat terlihat agak berat, segeralah minta bantuan orang lain atau gunakan alat bantu angkat. Sebelum mengangkat beban apapun, bacalah terlebih dahulu prosedur Penanganan Secara Manual. 3) Setiap karyawan harus menjaga kebersihan : a) Daerah kerja dan tempat penyimpanan milik pribadi (locker).

Perencanaan Tambang II-105

b) Tempat-tempat yang berminyak/basah maupun benda-benda yang terkena tumpahan minyak. c) Tempat yang menjadi tempat jalan utama agar setiap saat senantiasa dijaga kebersihannya. d) Setiap peralatan yang telah selesai dipergunakan agar segera dibersihkan dan dikembalikan ke tempatnya semula. 4) Hal-hal tentang larangan : a) c) Tidak boleh bercanda selama bekerja Dilarang mengoperasikan semua jenis mesin, peralatan, kendaraan bila tidak dilengkapi dengan ijin (SIMPER), pengamanan, Alat Pelindung Diri yang benar atau bila peralatan tersebut tidak dapat bekerja secara efektif. d) Cairan yang mengandung bahan kimiawi, ataupun obat-obatan yang bukan berasal dari resep seorang petugas medis e) Dilarang membuat api di tempat terbuka. f)Dilarang meninggalkan peralatan kerja dalam kondisi membahayakan. g) Dilarang meninggalkan pekerjaan sebelum selesai tanpa seijin Supervisor atau Manajernya. Untuk membantu perusahaan dalam memenuhi komitmennya terhadap kesehatan dan keselamatan bagi karyawannya, Safety Koordinatorsangat diperlukan keberadaannya.Dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Pasal 24 dan 29, seorang petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus mendapatkan pelatihan dan memiliki pengetahuan serta pengalaman dalam menerapkan persyaratan yang berlaku untuk memiliki pengetahuan mengenai kondisi-kondisi di tempat kerja dan kelompok tempat kerja di mana dia akan ditugaskan. Dalam pelaksanaan tugasnya, seorang Safety Koordinator atau Representative tersebut mempunyai tugas-tugas dan kewenangan yang meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) Membantu dan melayani karyawan dalam hal kebutuhan akan keselamatan dan kesehatan kerja. b) Semua peraturan tentang dilarang merokok haruslah dipatuhi

Perencanaan Tambang II-106

(2)

Merekomendasikan setiap tindakan yang berhubungan erat dengan masalahmasalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi karyawan yang berada dalam area kerjanya.

(3) (4) (5) (6) (7) (8)

Berpartisipasi dalam segala konsultasi tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja baik dengan manajemen maupun dengan pimpinan. Menjalankan fungsinya sebagai seorang koordinator dan menerima training. Kekuatan dan kekuasaan seorang safety koordinator hanya dalam batas area yang telah ditentukan sebagai daerah yang menjadi tanggungjawabnya. Melakukan inspeksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di lingkungan kerja. Melaksanakan penyelidikan terhadap para karyawan tentang permasalahan yang berhubungan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Menghadiri setiap rapat komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja di mana ia menjadi salah satu anggotanya, atau rapat lain yang membahas masalah yang berhubungan dengan keselamatan kesehatan sesuai permintaan dan kebijakan dari manajemen.

8.2.3Peralatan Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang akan disediakan diberbagai lokasi kegiatan penambangan, pemuatan, pengangkutan dan penumpukan diorit adalah seperti terlihat pada tabel 8.10.

Tabel 8.10 Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


No 1 Lokasi Tambang Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja a) Helm pengaman b) c) 2 Instalasi pemotongan ukuran deposit diorit d) a) b) c) Sepatu pengaman Sarung tangan Alat pemadam api Helm pengaman Sepatu pengaman Sarung tangan kulit

Perencanaan Tambang II-107

d) e) f) g) h) a) b) c) d) e)

Masker debu earplug Kacamata pelindung Alat pemadan

kebakaran 3 Gudang suku cadang Perlengkapan P3K Helm pengaman Sepatu pengaman Sarung tangan kuli Perlengkapan P3K Alat pemadam

kebakaran

8.2.4

Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan yang harus ditempuh untuk melaksanakan K-3

Langkah-langkah

pertambangan adalah seperti terlihat pada tabel 8.11. Tabel 8.11 Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan
No Kegiatan 1 Patroli keamanan a. Implementasi Uraian peninjauan/pengecekan untuk

mengantisipasi kekurangan dan kondisi yang tidak aman b. Melakukan tindakan pencegahan dengan pemberhentian dan peringatan jika terdapat hal-hal yang bertentangan dengan peraturan K-3

c. Melaporkan secara lisan/tertulis ke supervisor dari pelanggar peraturan d. Batas kecepatan truk bermuatan 40 km/jamdan 2 Inspeksi keamanan kendaraan personil 60 km/jam a. Cek kondisi dari alat pemadam api, buat inventaris b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel

Perencanaan Tambang II-108

d. Cek kondisi dan penataan dari gedung


e. Cek kondisi dan penataan dari camp utama dan lokasi 3 Diskusi masalah keselamatan 4 Kampanye keselamata n 5 Pelindung keamanan kerja a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam kerja b. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu dan memonitor realisasi dari diskusi pagi a. Implementasi pengutamaan keselamatan kerja pada setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan dengan sistem pendekatan pribadi, pemberian pelajaran dan slogan yang diedarkan b. Evaluasi kontes keselamatan a. Inventarisasi alat pencegahan sendiri b. Melengkapi kekurangan c. Memonitor pemakaian d. Cek ddan lengkapi pelindungan keselamatan pada alatalat e. Cek dan lengkapi rambu-rambu 6 7 Pemilihan operator Laporan keselamata n kerja Cek jenis peralatan a. Laporan kecelakaan b. Laporan bulanan c. Laporan pelatihan

8.3 Perizinan Pertambangan Berdasarkan Undang-undang RI No.32 tahun 2009 bab 6 pasal 34,ayat 1 bahan galian dibagi menjadi 2 golongan yaitu : a. b. Pertambangan Mineral Pertambangan Batubara Berdasarkan Undang-undang RI No.32 tahun 2009 bab 6 pasal 34,ayat 2 pertambangan mineral sebagai mana dimaksud pada ayat 1,terdiri atas a. b. c. d. Pertambangan mineral Radioaktif Pertambangan mineral Logam Pertambangan mineral bukan Logam ; dan Pertambangan batuan

Perencanaan Tambang II-109

Pada perencanaan penambangan dioritdi Desa Gunung Gajah, Kec.Bayat, Kab.Klaten, Propinsi Jawa Tengah . Untuk dapat melakukan tahaptahap dalam pertambangan, sebelumnya harus mendapatkan beberapa perijinan menurut ketentuan yang berlaku di daerah tersebut. Penambangan diorit yang dilakukan PT. BAYAT JAYA MANDIRI.memerlukan izin yang diajukan kepada Bupati sesuai UU RI no 32 Tahun 2009 pasal 36 yang berupaIjin Usaha Penambangn (IUP). IUP diajukan sebagai persyaratan untuk melaksanakan usaha pertambangan `di daerah desaGunung Gajah. Masing masing IUP harus diurus dengan persyaratan yang agak berbeda, namun pada dasarnya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut : a. b. IUP diajukan kepadaBupati Kabupaten Klaten Membuat sketsa daerah penambangan Pembuatan sketsa ini dimaksudkan untuk mengetahui batas-batas tanah yang ada disekitar lokasi penambangan dan untuk mengetahui kepemilikan dari tanah tersebut. c. Pengumpulan data yang berhubungan dengan daerah penambangan Mencari data-data umum maupun pendukung di balai kecamatan Bayat maupun di kepala desaGunung Gajah. Data-data yang dimaksudkan meliputi data monografi penduduk kelompok penambangan, data morfologi daerah penambangan, data yang berhubungan dengan produksi seperti contohnya data jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah produksi per hari dan peralatan apa saja yang digunakan dalam kegiatan penambangan tersebut. d. Pengisian formulir pengajuan IUP Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap di atas karena data-data yang diambil tersebut dimaksudkan untuk mengisi blangko formulir ini. e. Pengajuan surat permohonan IUP Setelah syarat-syarat dan pengisian formulir sudah dilengkapi maka surat dapatdiajukan kepada Bupati Kabupaten Klaten.Setelah tahap tersebut dilaksanakan dan semuasyarat- syarat IUP diatur dengan PP no. 23 tahun 2010, tentang pelaksanaan UU No 4 tahun 2009 tentang ketentuan- ketentuan Pokok

Perencanaan Tambang II-110

Pertambangan.Juga mendasarkan padaKep.Gub JTG No. 188.3/01/1996 ttg JUKLAT PERDA 4/1994Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara : 1. Peta lampiran 2. Tanda bukti penyetoran jaminan kesungguhan dari bank 3. Surat Izin Mendirikan Perusahaan dan Akte Pendirian Perusahaan yang salah satu dari maksud dan tujuannya menyebutkan berusaha di bidang pertambangan 4. Surat pernyataan kesanggupanUKL-UPL Dengan adanya IUP maupun surat-surat pendukung lainnya, maka PT. BAYAT JAYA MANDIRI.telah sesuai prosedur secara administratif untuk menjalankan kegiatan pertambangandi Desa Gunung Gajah, Kec.Bayat, Kab.Klaten, Propinsi Jawa Tengah.

Perencanaan Tambang II-111

You might also like