You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulka pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju yang ditandai dengan sifat terbuka, rasional, kritis obyektif, berorientasi ke depan, dinamis dan mau mengikuti zaman, tanpa meninggalkan prinsip atau ajaran dasar yang bersifat asasi- dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran Filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yakni berpegang teguh kepada doktrin ajaran al-Quran dan al-Hadist secara tekstual, cenderung kurang mau menerima filsafat, bahkan menolaknya karena takut dapat melemahkan iman. Berbagai analisis tentang penyebab kurang di terimanya filsafaat dikalangan masyarakat islam indonesia pada umumnya adalah karna pengaruh pemikiran al-ghazali yang di anggapnya sebagai pembunuh pemikiran filsafat. Anggapan ini juga selanjutnya telah pula di bantah oleh pendapat lain yang mengatakn bahwa penyebabnya bukanlah al-ghozali, melainkan sebab sebab yang lain yang belum jelas. Barangkali kita sepakat bahwa dengan mengkaji metodologi penelitian filsafat yang dilakukan para ahli, kita ingin meraih kembali kejayaan Islam di Bidang Ilmu pengetahuan sebagaimana yang pernah dialami di Zaman klasik. Hal ini terasa lebih diperlukan pada saat bangsa Indonesia menghadapi tantangan zaman pada era blobalisasi yang demikian berat. Untuk itu, pada bab ini kita akan mengkaji berbagai metode dan pendekatan yang digunakan para ahli dalam meneliti filsafat, dengan terlebih dahulu mengemukakan pengertian filsafat.

BAB II ISI

2.1 Pengertian Filsafat Islam Filsafat Islam adalah hasil pemikiran filsuf tentang ajaran ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis. Sedangkan menurut Ahmad Fuad al-Ahwani filsafat Islam ialah pembahasan tentang alam dan manusia yang disanari ajaran Islam. Sejarah singkat timbulnya Filsafat Islam. Cara pemikiran Filsafat secara teknis muncul pada masa permulaan jayanya Dinasti Abbasiyah. Di bawah pemerintahan Harun al rasyid, dimulailah penterjemahan buku-buku bahasa Yunani kedalam bahasa Arab. Orang-orang banyak dikirim ke kerajaan Romawi di Eropa untuk membeli manuskrip. Awalnya yang dipentingkan adalah pengetahuan tentang kedokteran, tetapi kemudian juga pengetahuan-pengatahuan lain termasuk filsafat. Penterjemahan ini sebagian besar dari karangan Aristoteles, Plato, serta karangan mengenai Neoplatonisme, karangan Galen, serta karangan mengenai ilmu kedokteran lainya, yang juga mengenai ilmu pengetahuan Yunani lainnya yang dapat dibaca alim ulama Islam. Tak lama kemudian timbulah para filosof-filofof dan ahli ilmu pengetahuan terutama kedokteran di kalam umat Islam. Pendapat para ahli mengenai pengertian filsafat islam diantaranya: 1. Louis O. Kattsof Dari segi bahasa, filsafat Islam terdiri dari gabungan kata filsafat dan Islam. Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang berarti ilmu atau hikmah. (Louis O. Kattsof, 1989:1). 2. Omar Mohamad Attaumi Filsafat berarti cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian pada nya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Filsafat berarti mencari hakekat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman pengalaman manusia. (Omar Muhammad al-Thoumi al-syaibani, 1979:25). 3. Amin Abdullah Dalam hubungan ini ia mengatakan: meskipun saya tidak setuju untuk mengatakan bahwa filsafat Islam tidak lain dan tidak bukan adalah rumusan pemikiran Muslim yang ditempeli

begitu saja dengan konsep filsafat Yunani, namun sejarah mencatat bahwa mata rantai yang menghubungkan gerakan pemikiran filsafat Islam era kerajaan Abbasiyah dan dunia luar di wilayah Islam, tidak lain adalah proses panjang asimilasi dan akulturasi kebudayaan Islam dan kebudayaan Yunani lewat karya karya filosof Muslim, seperti Alkindi ( 185 H/801 M. 260 H/ 873 M), Al-Farabi ( 258 H/ 870 M 339 H/ 950 M), Ibn Miskawaih ( 320 H./ 923 M 421 H./ 1030 M.) Ibn Sina ( 370 H/ 980 M. 428 H/ 1037 M), Al-Ghazali (450 H/1058 M. -505 H/ 1111 M) dan Ibnu Rusyd ( 520H/ 1126 M- 595 H/1198 M). Filsafat profetik ( Kenabian), sebagai contoh, tidak dapat kita peroleh dari karya-karya Yunani. Filsafat kenabian adalah trade mark filsafat Islam. Juga karya-karya Ibn Bajjah ( wafat 553 H/ 1138 M), Ibn Tufail ( wafat 581 H. / 1185 M) adalah spesifik dan orisinal karya filosof Muslim. (Amin abdullah, 1992:32-33). 4. Damardjati Supadjar Terdapat dua kemungkinan pemahaman konotatif: Filsafat islam dalam arti filsafat tentang Islam yang dalam bahasa inggris kita kenal sebagai Philosophy of Islam. Dalam hal ini islam menjadi bahan telaah, objek material suatu studi dengan sudut pandang atau objek formalnya, yaitu filsafat. Jadi disini Islam menjadi genetivus objectivus. Filsafat Islam dalam arti Islamic Philosophy, yaitu suatu filsafat yang islami. Di sini Islam menajdi genetivus subjektivus, artinya kebenaran Islam terbabar pada datarran kefilsafatan. (Darmadjati Supadjar, 52-53). 5. Ahmad Fuad Al-Ahwani Filsafat Islam ialah pembahasan meliputi berbagai soal alam semesta dan bermacam-macam masalah manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang turun bersama lahirnya agama Islam. (Ahmad Fuad Al-ahwani, 1985:5). 2.2 Filsafat Menurut Para Filosof 2.2.1 Filsafat Al IV Kindi Al Kindi berusaha memadukan anatara filsafat dan agama. Filsafat berdasarkan akal pikiran adalah pengetahuan yang benar (knowledge of truth), al Quran yang membawa argumen-argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan filsafat. Karena itu mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang, bahkan berteologi adalah bagian dari filsafat, sedangkan Islam mewajibkan mempelajari Teologi. Bertemunya filsafat dan agama dalam kebenaran deamn kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari keduanya. Agama disamping wahyu mempergunakan akal dan filsafat juga mempergunakan akal. Yang benar pertama (the first Truth) bagi Al kindi ialah Tuhan.
3

Keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga hal yaitu : 1. Ilmu agama merupakan bagaian dari filsafat 2. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan filsafat, saling berkesuaian 3. Menuntut ilmu, secara logika diperintahkan dalam agama

Filsafat Metafisika Tuhan dalam filsafat al kindi tidak mempunyai hakiakat dalam arti aniah atau mahaniah. Tidak aniah karena kerena Tuhan tidak termasuk dealam benda-benda yang ada dalam alam, bahkan Ia adalah pencipta alam. Ia tidak tersususn dari materi dan bentuk, juga tidak mempunya hakiakat dalam bentuk mahaniah, karena Tuhan bukan merupakan gensus dan species. Tuhan hanya satu, tidak ada yang serupa dengan-Nya. Tuhan adalah unik, Ia semata-mata satu. Hanya Ia lah yang satu dari pada-Nya mengandung arti banyak Filsafat Jiwa Menurut Al Kindi, roh itu tidak tersususn, mempunyai arti penting, sempurna dan mulia. Substansi roh berasal dari substansi Tuhan. Hubungan roh dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Selain itu jiwa bersifat spiritual, Ilahiah, terpisah sdan berbeda dari tubuh. Roh adalah lain dari badan dan mempunyai wujud sendiri. Keadaan badan (jasmanni) mempunyai hawa nafsu dan sifat pemarah (passion). Roh menentang keinginan hawa nafsu dan passion. 2.2.2 Filsafat Al-Farabi Al Farabi berusaha memadukan beberapa aliran filsafat fal safah al taufiqhiyah atau wahdah ala falsafah yang bebrkembang sebelumnya, terutama pemikiran Plato, Aristoteles, dan Plotinus, juga antara agama dan filsafat. Talfiq Dalam ilmu logika dan fisika Ia dipengaruhi oleh Aristoteles, dalam masal;ah akhlak dan politik ia dipengaruhi oleh Plato, sedangkan dalam persoalan metafisika ia di pengaruhi oleh Plotinus. Al farabi berpandapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu adalah satu kesatuan, oleh karena itu para filosof besar harus menyatujui bahwa satu-satunya tujuan adalah mencari kebenaran. Metafisika Wajib al wujud a dalah tidak boleh tidak ada, ada dengan sendirinya, esensi dan wujudnya adalah sama dan satu. Ia adalah wujud yang sempurna selamanya dan tidak didahului

oleh tiada.jika wujud ini tidak ada, maka timbul kemustahilan, karena wujud lain untuk adanya tergantung kepadanya. Inilah yang disebut dengan Tuhan. Sedangkan mumkin al wujud adalah sesuatu yang sama antara berwujud dan tidaknya. Mumkin al wujud tidak akan berubah menjadi actual tanpa adanya wuijud yang menguatkan, dan dan yang menguatkan itu bukan dirinya tetapi wajib al wujud.

Jiwa Pendapat al Farabi tentang jiwa dip[engaruhi oleh filsafat Plato, Aristoteles, dan Plotinus. Jiwa bersifat rohani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan jiwa, tidak berpindahpindah dari sutau badan ke badan yang lainnya. Jiwa manusia disebut al nafs al nathiqoh, yang bersal dari alam ilahi, sedangkan jasad berasal dari alam khalaq, berbentuk, berupa, berkadar, dan bergerak. Jiwa dicuiptakan tatkala jasad siap menerimanya. Politik Pemikiran al Farabi tentang politik yang amat penting ialah tentang politik yang dia tuangkan kedalam dua karyanya, al siyasah al madaniyyah (pemerintahan politik) dan ara ala madinah al fadhilah (pendapaf-pendapat tentang Negara utama). Menurut al Farabi yang terpenting dalam Negara adalah pimpanan atau penguasanya, bersama sama bawahannya sebagaimana halnya jantung dan organ tubuh yahng lebih rendah secara berturut-turut. Moral Al Farabi menekankan empat jenis sifat utama yang harus menjadi perhatian untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi bangsa-bangsa dan setiap warga Negara. Yakni : 1. Keutamaan teoritis yaitu prinsip-prinsip pengetahuna yang diperoleh sejak awal tanpa diketahui cara dan asalnya, juga yang diperoleh dengan cara kontemplasi, penelitian,dan melalui belajar dan mengajar. 2. Keutamaan pemikiran yaitu yang memungkinkan orang mengetahui hal-hal yang bermanfaat dalam tujuan. 3. Keutamaan akhlak , bertujuan mencari kebaikan 4. Keutamaan amaliyah, diperoleh dengan dua cara, yaitu pernyataan-pernyataan yang memuaskan dan merangsang. Teori Kenabian
5

Teori kenabian yang di ajukan al Farabidi motifisir pemikiran filosof pada masanya yang mengingkari kesistensi kenabian oleh Ahmad ibn Ishaq al Ruwandi yang berkebangsaan yahudidab Abu baker Muhammad ibn Zakariya al Razi. Menurut mereka para sufi berkemampuan untruk mengadakan komunikasi dengan aql Faal. 2.2.3 Filsafat Ibn Sina Tentang Wujud Dari Tuhanlah kemajuan yang mesti, mengalir intelegensi pertama sendirian karena hanya dari yang tunggal. Yang mutlak, sesuatu yang dapat mewujud. Tetapi sifat ontelegensi pertama tidak selamanya mutlak satu, karena ia bukan ada dengan sendirinya, ia hanya mungkin dan kemungkinannnya itu diwujudkan oleh Tuhan. Berkat kedua sifat itu, yang sejak saat itu melingkupi seluruh ciptaan di dunia, intelgensi pertama memunculkan dua kewujudan yaitu : 1. Intelegensi kedua melalui kebaikan ego tertinggi dari adanya aktualitas. 2. Lingkungan pertama dan tertingi berdasarkan segi terendah adanya, kemungkinan alamiyah. Dua proses pamancaran inii berjalan terus sampai kita mencapai intelegensi kesepuluh yang mengatur dunia ini, yang oleh kebanyakan filosuf muslim disebut sebagai malaikat Jibril. Al Tawfiq (rekonsiliasi) antara Agama dan Filsafat Sebagaimana Al Farabi, Ibn Sina juga mengusahakan pemanduan antara agama dan filsafat. Menurutnya nabi dan filsof menerima kebenaran dari sumber yang sama, yakni malaikat Jibril yang disebut juga sebagai akal kesepuluh atau akal aktif. Perbedaannya hanya terletak pada cara memperolehnya. Bagi nabi, tejadinya hubungan dengan malaikat Jibril melalui akal materiil, yang disebut hads (kekuatan suci, qudsiyyat), sedangkan filosof melalui akal mustafad. Emanasi Emanasi Ibn Sina menghasilkan sepuluh akal dan sembilan planet, sembilan akal mengurusi sembilan planet dan akal kesepuluh mengurusi bumi. Berbeda dengan pendahulunya Al Farabi, masing-masing jiwa berfungsi sebagai penggerak satu planet, karena akal (immateri) tidak bisa langsung menggerakan planet yang bersifat materi. Akal pertama adalah malaikat tertinggi dan akal ke sepuluh adalah malaikat Jibril yang bertugas mengatur bumi beserta isinya. Jiwa Secara garis besar pembahasan Ibn Sina tentang jiwa terbagi sebagai berikut : 1. Jiwa tumbuh-tumbuhan, mempunya tiga daya : makan, tumbuh , dan berkembang biak. 2. Jiwa binatang, mempunyai dua daya : gerak (al-mutaharrikat) dan menangkap (al-

mudriakt). 3. Jiwa manusia, mempunyai dua daya : praktis (yang berhubungan dengan badan), teoritis (yang hubungannya dengan hal-hal abstrak) Kenabian Sejalan dengan teori kenabian dan kemukjizatan, Ibn Sina membagi manusia dalam empat kelompok : mereka yang kecakapan teoritisnya sudah mencapai tingkatan penyempurnaan yang sedemikian rupa sehingga tidak membutuhkan lagi guru sebangsa manusia, sedangkan kecakapan praktisnya telah mencapai suatu puncak yang sedemikian rupa sehingga berkat kecakapan imajinatif mereka yang tajam, mereka mengambil bagian secara langsung pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa masa kini dan akan datang dan kemampun menimbulkan gejala-gejala aneh di dunia. Kemudian ia mempunyai daya kekuatan intuitif, tetapi tidak mempunyai daya imajinatif. Lalu orang yang mengungguli sesamanya hanya dengan ketajaman daya praktis mereka. Tasawuf Ibnu Sina memulai tasawufnya dengan akal yang dibantu oleh hati. Dengan kebersihan hati dan pancaran akal, lalu akal akan menerima marifat dari akal afal. Dalam pemahaman Ibn Sina jiwa-jiwa manusia tidak beda dengan lapangan marifahnya dan ukuran persiapannya untuk berhubungan dengan akal afal. Mengenai Tuhan dengan manusia, bertempatnya Tuhan dihati manusia tidak diterima oleh Ibn Sina, karena manusia tidak bisa langsung kepada Tuhannya, tetapi melalui perantara untuk menjaga kesucian perhubungan antara manusia dengan Tuhan saja. Karena manusia mendapat sebagian pencaran dari hubungan tersebut. Pancaran dan sinar ini tidak langsung kaluar dari Allah, tetapi melalui akal afal. 2.2.4 Filsafat Al-Ghazali Epistimologi Pada mulanya ia berangggapan bahwa pengetahuan itu adalah hal-hal yang dapat ditangkap oleh panca indra. Tetapi kemudian ternyata bahwa baginya panca indra juga berdusta. Karena tidak percaya pada panca indra, al Ghazali kemudian meletakan kepercayaannya kepada akal. Alasan lain yang membuat al Ghazali terhadap akal goncang, karena ia melihat bahwa aliran-aliran yang mengunakan akal sebagai sumber pengetahuan, ternyata menghasilkan pandangan-pandangan yang bertentangan, yang sulit diselesaikan dengan akal. Lalu al Ghazali mancari ilm al yaqini yang tidak mengandung pertentangan pada dirinya. Tiga bulan kemudian Allah memberikan nur yang disebut juga oleh Al Ghazali sebagai kunci marifat ke dalam hatinya. Dengan demikian bagi Al Ghazali intuisi lebih tinggi dan lebih
7

dipercaya daripada akal untuk menangkap pengetahuan yang betul-betul diyakini. Metafisika Lain halnya dengan lapangan metafisika (ketuhanan) al Ghazali memberikan reaksi keras terhadap neo platonisme Islam, menurutnya banyak sekali terdapat kesalahan filsuf, karena mereka tidak teliti seperti halnya dalam lapangan logika dan matematika. Menurut al Ghazali, para pemikir bebas tersebut ingin menanggalkan keyakinan-keyakinan Islam dan mengabaikan dasar-dasar pemuajan ritual dengan menganggapnya sebagai tidak berguna bagi pencapaian intelektual mereka. Menurut Al Ghazali ilmu Tuhan adalah suatu tambahan atau pertalian dengan zat, artinya lain dari zat, kalau terjadi tambahan atau pertalian dengan zat, zat Tuhan tetap dalam keadaannya. Al Ghazali membagi manusia kepada tiga golongan, yaitu : 1. Kaum awam, yang cara berfikirnya sederhana sekali. 2. Kaum pilihan, yang akalnya tajam dan berfikirnya secara mendalam. 3. Kaum penengkar. Moral Ada tiga teori penting mengenai tujuan mempelajari ahklak, yaitu 1. Mempelajari akhlak sebagai studi murni teoritis. 2. Mempelajari akhlak sehingga akan meningkatkan sikap dan prilaku sehari-hari. Karena akhlak merupakan subjek teoritis yang berkenaan dengan usaha menemukan kebenaran tentang hal-hal moral. Kebahagiaan di surga ada dua tingkat, yang rendah dan yang tinggi. Yang rendah terdiri dari kesengan indrawi seperti makan dan minum, sedangkan yang tertingi ialah berada dekat dengan Allah dan menatap wajah-Nya yang Agung senantiasa. Jiwa Jiwa berada di alam spiritual, sedangkan jasad di alam materi. Setelah kematian jasad musnah tapi jiwa tetap hidup dan tidak terpengaruh dengan kematian tersebut, kecuali kehilangan wadahnya. Adapun hubungan jiwa dan jasad dari segi pandangan moral adala setiap jiwa diberi jasad, sehingga dengan bentuannya jiwa bisa mendapatkan bekal hidup kekalnya. Jiwa merupakan inti hakiki manusia dan jasad hanyalah alat baginya untuk utnuk mencari bekal dan kesempurnaan, karena jasad sangat diperlukan oleh jiwa maka ia haus dirawat baik-baik. Menurut al Ghazali setiap perbuatan akal menimbulkan pengaruh pada jiwa, yakni membentuk

kualiatas jiwa, asalkan perbuatan itu dilakukan dengan sadar. 2.2.5 Filsafat Ibnu Thufail Filsafat dan Agama Menurutnya filsafat dan agama adalah selaras, bukan merupakan gambaran dari hakikat yang satu. Yang dimaksud agama disini adalah batin dan syariat. Ia juga menyadari adanya perbedaan tingkat pemahaman pada manusia. Ia menganggap tidak semua orang dapat mencapai kepada wajib al wujud dengan jalan berfilsafat seperti yang ditempuh oleh hayy. Masyarakat awam tidak mungkin mengetahui al haqq, karena keterbatasan akalnya. Metafisika Bagi Ibn Thufail, dalil adanya Allah adalah gerak alam. Sesuatu yang bergerak tidak mungkin terjadi sendiri tanpa ada yang penggerak di luar alam, dan berbeda dengan yang digerakkan. Penggerak itu adalah Allah. Ibn Thufail membagi sifat Allah kepada dua macam : 1. Sifat yang menetapkam wujud zat Allah, seperti ilmu, qudrat dan sifat-sifat ini adalah zat-Nya sendiri. 2. Sifat yang menfikan hal kebendaan dari zat Allah, sehingga Allah maha suci dari ikatan hal kebendaan. Epistimologi Ibn Thufail menunjukkan jalan untuk sampai kepada objek pengetahuan yang maha tingi atau Tuhan. Jalan pertama melalui wahyu, dan jalan kedua adalah melalui filsafat. Marifat melalui akal ditempuh dengan jalam keterbukaan, mengamati, meneliti, mancari, mencoba, membandingkan, klasifikasi, generalisasi dan menyimpulkan. Jadi marifah adalah sesuatu yang dilatih mulai dari yang kongkrit berlanjut kepada yang abstrak. Dan khusus menuju global. Seterusnya dilanjutkan dengan perenungan yang terus menerus. Marifah melalui agama terjadi lewat pemahaman wahyu dan memahami segi batinnya dzauq. Hasilnya hanya bisa dirasakan, sulit untuk dikatakan. Tidak heran kalau muncul syatahat dari mulut seorang sufi. Jadi proses yang dilalui marifat semacam ini tidak mengikuti deduksi atau induksi, tetapi bersifat intuitif lewat cahaya suci. Jiwa Ada tiga kategori jiwa, yaitu : 1. Jiwa fadhilah, yakni kekal dalam kebahagiaan karena menganal Tuhan dan terus mengerahkan perhatian dan renungan kepadanya. kelak jiwa ini akan di tempakan di
9

sorga. 2. Jiwa fasiqah, yakni jiwa yang kekal dalam kesengsaraan dan tempatnya dineraka. Karena pada mulanya jiwa ini telah menganal Allah, tetapi kemudian melupakannya dengan melakukan berbagai maksiat. 3. Jiwa jahiliyyah, yakkni jiwa yang musnah karena tidak pernah menganal Allah sama sekali, jiwa ini sama halnya dengan hewan melata. Ibn Thufail menawarkan tiga jenis amaliyah yang harus diterapkan dalam hidup : 1. Amaliyah yang menyerupai hewan (amaliyah yang dibutuhkan dan juga dapat menjadi penghalang untuk meningkatkan amaliyah berikutnya yang lebih tinggi). 2. Amaliyah yang menyerupai benda angkasa, yakni melakukan hubungan baik dengan dibawahnya, dengan dirinya, dengan Tuhannya. 3. Amaliyah yang menyerupai al wajib al wujud, amaliyah ini akan mampu mengantar kepada kebahagiaan abadi sebagai sarana akhir dari prinsip moral.

2.2.6 Filsafat Ibn Rusyd Aliran filsafat Ibn Rusyd adalah rasional. Ia menjunjung tinggi akal fikiran dan menghargai peranan akal, karena dengan akal fikiran itulah manusia dapat menafsirkan alam maujud. Akal fikiran bekerja atas dasar pengertian umum (maani kulliyah) yang didalamnya tercakup semua hal ihwal yang bersifat partial (juziyah). Ia menjelaskan bahwa kuliyyat adalah gambaran akal, tidak berwujud kenyataan diluar akal. Metode-metode yang dapat dilakukan manusia untuk membuktikan kebenaran ada tiga macam : 1. Metode Demonstrasi (al burhaniah) 2. Metode Dialektik (al Jadaliyyah) 3. Metode Retorika (al khatabiyyah) Metafisika Dalam masalah ketuhanan ia berpendapat bahwa Allah adalah penggerak pertama (muharik al awal). Sifat positif kepada Allah adalad akal dan maqul. Wujud Allah aialah esaNya. Wujud dan keesaannya tidak berbeda dari zat-Nya. Sebagai orang berfikir rasional, ibn Rusyd menafsirkan agama pun dengan penafsiran rasional. Namun ia tetap berpegang kepada sumber agama, yakni al Quran. Dalam mengenal sang pencipta tidak mungkin berhasil kecuali

dengan melakukan pengamatan terhadap wujud yang diciptakan Allah. Kenabian Ibn Rusyd tdak mengatakan bahwa nabi Muhammad saw tidak mengaku dirinya adalah nabi dengan mengemukakan hal-hal yang menyimpang dari hukum alam (mukjizt) sebagai tantang terhadap lawan-lawannya. Maka Al Quran merupakan mukjizat terbesar, karena syariat yang dimuatnya berupa kepercayaan dan amalan yang tidak mungkin bisa dicari dan pelajari kecuali dengan wahyu. Ibn Rusyd mengadakan pemisahan anatara dua macam mukjizat. Pertama, mukjizat Iuaran (al barrani), yaitu yang tidak sesuai dengan sifat yang karenannya seorang nabi . kedua, mukjizat yang sesuai dengan (al-munasib) sifat kenabian tersebut, yaitu syariat yang yang dibawanya untuk kebahagiaan umat. Tingkat Kemampuan Manusia Pembenaran atau pembuktian sesuatu memang dipengaruhi oleh kapasitas individual. Diantaranya ada yang melakukan pembuktian (kebenaran) dengan cara burhan (demontrasi), ada juga lewat dialektik (jadali) seteguh ahli burhan melakukan demontrasi karena memang kemampuannya memang hanya sampai disitu, dam ada lagi melalui dalil retorik (khatabi) seteguh ahli burhan melakukan pembuktian dengan dalil-dalil demonstratif. Alam semesta antara qadim dan hadits Kondisi benda-benda wujud yang tertangkap indra, seperti air, udara, hewan, bumi, dan tumbuh-tumbuhan terbagi beberapa kondisi yaitu : wujud yang tercipta dari sesuatu di luar dirinya sendiri, tetapi berasal dari sesuatu yang berbeda, yaitu penyebab gerak (sebab fail, Officent cause), tercipta dari bahan (materi) tertentu, dan bahwa wujud ini keberadaannya didahului oleh zaman. Tingkat wujud semacam ini telah disepakati oleh semua pihak, baik pengikut Asyari maupun para filsuf klasik, untuk menyebutnya sebagai (muhdatsah) tercipta setelah tidak ada. 2.2.7 Filsafat Suhrowardi Al Maktul Pandangan Suhrowardi terhadap metafisika dan cahaya pada dasarnya tetap bersifat immaterial. Entitas yang pertama yang diciptakan Tuhan adalah akal pertama, kemudian melalui proses emanasi timbul akal kedua dan seterusnya. Epistimologi Ia mengembangkan teori iluminasi dengan cara menggabungkan akal dan intuisi. Tujuan akhir pengetahuan iluminasi dan marifat yang merupakan puncak pengetahuan. Derajat tauhid
11

1. Tak ada Tuhan kecuali Allah (tauhid orang awam). 2. Tak ada Dia kecuali Dia. 3. Tak ada Engkau kecuali Engkau. 4. Tak Aku kecuali Aku. 5. Tak wujud kecuali wujudNya. Kosmologi Alam semesta adalah manisfestasi cahaya pertama (Tuhan). 4 tingkatan alam : 1. Alam akal (alam al uqlu) 2. Alam jiwa (alam an nufus) 3. Alam materi (alam al ajsam) 4. Alam mitsal (alam al mitsal) Psikologi Disamping ada jiwa dan akal ada sumber lain pengetahuan yairtu persepsi batin. 5 tahap perkembangan spiritual : 1. Aku. 2. Engkau tak ada 3. Aku tidak ada. 4. Hanya engkau yang ada. 2.2.8 Filsafat Ibn Arabi Filsafat Ibn Arabi tentang wujud (realitas) Tuhan, alam semesta, dan manusia. Pengertian Wahdat Al Wujud Wahdat al Wujud terdiri dari dua kata, yaitu : wahdat (sendiri, tunggal,kesatuan) sedangkan wujud (ada). Dengan demikian Wahdat al wujud berarti kesatuan wujud. Kata al wahdah digunakan pula oleh para ahli filsafat dan sufistik sebagai suatu kesatuan antara materi dan roh, substansi (hakikat) dan format (bentuk), antara yang nampak (lahir) dan yang batin, antara alam dan Allah, karena alam dari segi hakikatnya qadim dan berasal dari Tuhan.

Tuhan 1. Tuhan yang sebenarnya adalah Allah yaitu yang Esa, mutlak, tak terbatas, dan wujud Nya meliputi segala sesuatu. 2. Antara mahluk (manusia) dan al haqq (Tuhan) sebenarnya satu kesatuan dari wujud Tuhan, dan yang sebenarnya adalah wujud Tuhan itu. 3. Pada benda-benda yang ada di alam ini Tuhan dapat melihat diri Nya. 4. Pada benda-denda alam ini terdapat sifat-sifat Tuhan. 5. Allah - Yang tak terbatas 6. Tuhan - Cahaya 7. Pencipta - Wujud 8. Yang mutlak Ada 9. Yang sebenarnya Alam Semesta Alam semesta terbagi atas tiga : 1. Tajalli (Penampakan Tuhan). 2. Ciptaan Allah. 3. Tanda kekuasaan Nya Manusia Manusia adalah mahluk ruhani yang menggunakan jasmaninya sebagai kendaraan dan alat untuk mencapai tujuannya yaitu kembali kepada Allah. Manusia adakah mahluk jasmani (wujud manusia hanyalah photocopy dari wujud Tuhan). 2.2.9 Filsafat Mulla Shadra Epistimologi Tuhan bisa di capai pengetahuan. Perjalanan akal menuju Tuhan melalui 4 tahap : 1. Dari mahkluk (halq) menuju hakikat kebenaran atau pencipta (haqq). 2. Dari hakiakat ke hakiakat dengan hakikat (min al haqq ila al haqq bi al haqq). 3. Dari hakikat kepada mahluk dengan hakikat (min al haqq ila al khalq bi al haqq).
13

4. Dari mahluk ke mahluk ke mahluk dengan hakikat (min al khalq ila al khalq bi al haqq) Metafisika Metafisika Mulla Shadra dibangun atas tiga pilar : 1. Wahdah (unity). 2. Ashalah (wujud primer) 3. Tasykik (gradation/wujud) Semuanya adalah realitas tunggal (wujud itu satu). Wujud (realitas) itu satu tetapi berbeda intensitasnya. Wujud Allah berdiri sendiri (qiyamuhu binafsihi) Jiwa 1. Jiwa adalah entelechy badan jasmaniah yang bekerja melalui fakultas-fakultas yang disebut organ. 2. Jiwa manggunakan badan untuk berpindah dari alam materi kealam spiritual. 3. Jiwa manusia edan jiwa hewan sama-sam mamiliki kemampuan melepaskan dirinya dengan imaginasi akltual (khayal bi al fil), sedangkan manusia dengan akal actual (aql bi al fil) Moral 1. Untuk memperoleh kebahagiaan tertinggi manusia harus mengetahui petunnjuk Allah (Islam) 2. Manusia sangat tergantung kepada kesempurnaan jiwa dalam proses inteleksi (taaqqul). 3. Pengetahuan dapat mengalih bentuk orang yang tahu dalam proses trans-substansi (harka jauharia) nya menuju kesempurnaan. 4. 2.2.10 Filsafat Muhammad Iqbal Agama dan Filsafat Agama ialah suatu konsep dari suatu pengalaman yang kompleks, sebagian bersifat rasional, etik, dan sebagian lagi bersifat spiritual. Agama bukan semata-semata hanya pikiran atau cuma perasaan juga bukan sekedar tindakan tetapi merupakan ekspresi manusia secara keseluruhan, karenanya agama tak bertentangan dengan filsafat, bahkan merupakan suatu segi yang penting dari pengalama total, tentang realitas yang harus dirumuskan oleh filsafat.

Alam dan Manusia Alam yang konkret dalam (al-quran) merupakan satu realitas ciptaan, dimana yang katual dan yang ideal bergabung dan memperlihatkan adanya suatu pola rasional yang jelas. Manusia sebagai kekuatan yang sangat dinamis didalamnya (alam semesta) merupakan agen utama atau pekerja bersama Tuhan di dalam proses perealisasian potensi-potensi realitas yang tak terbatas. Tuhan Ia mendapatkan beberapa kesejajaran dengan konsep dinamis tentang Tuhan sebagai kehendak atau energi yang kreatif yang terdapat dalan teori atomistic teologis al Asyary. Tuhan sebagai ego yang tak terbatas yang immanen dalam akal, dan ditunjuk oleh Al Quran sebagai yang awal dan yang akhir, yang lahir dan yang batin. Iradah yang abadi (eternal will) dan kaindahan digolongkan menjadi salah satu sifat darinya, sikap yang meilingkupi nilai seni dan susila. 2.3 Model Model Penelitian Filsafat Islam Berikut merupakan model-model penelitian yang dilakukan oleh para ahli dengan tujuan untuk di jadikan bahan perbandingan bagi pengembangan perbandingan filsafat islam selanjutnya: 1. Model M Amin Abdullah. Menggunakan metode penelitian kepustakaan yang bercorak deskriptif, yaitu penelitian yang mengambil bahan-bahan kajiannya dari bebagai sumber baik yang di tulis oleh tokoh yang di teliti (sumber primer) maupun sumber yang di tulis oleh orang lain mengenai tokoh yang di telitinya itu (sumber sekunder). Bahan tersebut selanjutnya di teliti ke ontetikannya secara seksama, di klasifikasika menurut variabel yang ingin di telitinya, dalam hal ini masalah etik; di bandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lainnya; lalu di deskripsikan (di uraikan menurut logika berfikir tertentu) di analisis dan kemudian di simpulkan. 2. Model Otto Horrassowitz, Majid Fakri dan Harun Nasution Menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumbernya kajian pustaka. Metodenya deskriptis analitis, sedangkan pendekatannya historis dan tokoh. Yaitu bahwa apa yang disajikan berdasarkan data-data yang ditulis ulama terdahulu, sedangkan titik kajiannya adalah tokoh. Penelitian serupa itu juga dilakukan oleh Majid Fakhry. Dalam bukunya berjudul A History of Islamic Philosophy dan diterjemahkan oleh Mulyadi Kartanegara menjadi Sejarah Filsafat Islam, majid Fakhri selain menyajikan hasil penelitiannya tentang ilmu kalam,
15

Mistisisme daqn kecenderungan-kecenderungan modern dan kontemporer juga berbicara tentang filsafat. Penelitiannya tersebut nampaknya menggunakan campuran. Yaitu selain menggunakan pendekatan historis juga menggunakan pendekatan kawasan, bahkan pendekatan substansi. Melalui pendekatan histories, ia mencoba meneliti latar belakang munculnya berbagai pemikiran filsafat dalam islam. Sedangkan dengan pendekatan kawawsan, ia mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat yang dihasilkan dari berbagai tokoh tersebut. Dalam pada itu Harun Nasution, juga melakukan penelitian filsafat deangan menggunkan pendekatan tokoh dan pendekatan histories. Bentuk penelitiannya deskriptif dengan menggunakan bahan-bahan bacaan baik yang ditulis oleh tokoh yang bersangkutan maupun penulis lain yang berbicara mengenai tokoh tersebut. Dengan demikian penelitiannya bersifat kualitatif. 3. Model Ahmad Fuad Al-Ahwani Ahmad Fuad Al-Ahwani ntermasuk pemikir modern dari Mesir yang banyak mengkaji dan meneliti bidang filsafat Islam. Adapun metode penelitian yang ditempuh Ahmad Fuad AlAhwani adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan kepustakaan. Sifat dan coraknya adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan pendekatannya bersifat campuran, yaitu pendekatan histories, pendekatan kawasan dan tokoh. Melalui pendekatan histories, ia mencoba menjelaskan latar belakang timbulnya pemikiran filsafat dalam Islam. Sedangkan dengan pendekatan kawasan ia mencoba membagi tokoh-tokoh filosof menurut tempat tinggal mereka, dan dengan pendekatan tokoh, ia mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat sesuai dengan tokoh yang mengemukakannya. 2.4 Pengaruh Filsafat Islam terhadap Studi Keislaman 2.4.1 Filsafat Islam dengan Ilmu Tasawuf Tasawuf sebagai suatu ilmu yang mempelajari cara dan bagaimana seorang muslim berada dekat, sedekat mungkin dengan Allah. Tasawuf terbagi dua, yaitu Tasawuf Amali dan Tasawuf Falsafi. Dari pengelompokan tersebut tergambar adanya unsur-unsur kefilsafatan dalam ajaran tasawuf, seperti penggunaan logika dalam menjelaskan maqamat (al-fana, al-baqa, ittihad, hulul, wahdat al- wujud). 2.4.2 Filsafat Islam dengan Ilmu Kalam (Teologi) Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran anatara filsafat dengan ilmu kalam, sehingga ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan dituangkan dalam berbagai bukti dengan mana Ilmu Tauhid. Yaitu pembmahasan problema ilmu kalam dengan menekankan penggunanaan semantic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang

ditempuh para filosof. Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya penggunaan dalil naqli yang tampak pada perbincangan mutakalimin. Atas dasar itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu Kalam dalam lingkup Filsafat Islam. 2.4.3 Filsafat Islam dengan Ilmu Fiqh Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan hokum diperlukan ijtihad, yaitu suatu usaha dengan mempergunakan akal dan prinsip kelogisan untuk mengeluarkan ketentuan-ketentuan hukum dari sumbernya. Syaikh Mustafa Abdurrazaq dalam bukunya yang berjudul Tauhid Li Tarikhul Falsafatil Islamiyah (pengantar sejarah Islam) menyatakan, bahwa Ilmu Ushul Fiqh sepenuhnya diciptakan dan diletakkan dasar-dasar oleh Asy-Syafiie, tentu akan melihat dengan jelas adanya berbagai gejala pemikiran filsafat. 2.5 Filsafat sebagai Pendukung Agama Filsafat dapat dijadikan sebagai mitra atau pendukung bagi agama. Dalam keadaan di mana agama mendapat serangan yang gencar dari sains dan filsafat modern, filsafat Islam bisa bertindak sebagai pembela atau tameng bagi agama, dengan cara menjawab serangan sains dan filsafat modern terhadap agama secara filosofis dan rasional. Karena menurut hemat saya tantangan ilmiah-filosofis harus dijawab juga secara ilmiah-filosofis dan bukan semata-mata secara dogmatis. Dengan keyakinan bahwa Islam adalah agama yang menempatkan akal pada posisi yang terhormat, saya yakin bahwa Islam, pada dasarnya bisa dijelaskan secara rasional dan logis. Selama ini filsafat dicurigai sebagai disiplin ilmu yang dapat mengancam agama. Filsafat Barat yang telah lama tercerabut dari akar-akar metafisiknya. Filsafat Islam sangat potensial untuk menjadi mitra filsafat atau bahwan pendukung agama. Di sini filsafat menjadi benteng yang melindungi agama dari berbagai ancaman dan serangan ilmiah-filosofis seperti. Serangan terhadap eksistensi Tuhan, misalnya dapat dijawab dengan berbagai argumen adanya Tuhan yang telah banyak dikemukakan oleh para filosof Muslim, dari al-Kindi, Ibn Sina, Ibn Rusyd dll. Serangan terhadap wahyu bisa dijawab oleh berbagai teori pewahyuan yang telah dikemukakan oleh banyak pemikir Muslim dari al-Ghazali, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Taymiyyah, Ibn Rusyd, Mulla Shadra dll. 2.6 Filsafat Islam di Indonesia 2.6.1 Masa Lalu Filsafat Islam belum begitu dikenal di Indonesia, karena memang filsfat Islam baru diperkenalkan ke publik pada tahun 70-an oleh almarhum Prof. Dr. Harun Nasution dalam bukunya yang terkenal Falsafah & Mistisime dalam Islam, yang diterbitkan Bulan Bintang pada tahun 1973. Dalam buku ini pak Harun telah memperkenalkan 6 filosof Muslim yang terkenal
17

yaitu al-Kindi, al-Razi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd. Dengan dijadikannya buku tersebut sebagai buku wajib, maka pak Harun boleh dikata telah berhasil memperkenalkan filsafat Islam di Indonesia ini. Pada tahun 1987 Pustaka Jaya telah menerbitkan sebuah buku terjemahan yang bagus dan komprehensif tentang filsafat Islam karangan Majid Fakhry yang berjudul Sejarah Filsafat Islam. Filsafat Islam telah melahirkan bukan hanya 6 filosof, sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Pak harun, tetapi puluhan bahkan mungkin ratusan para filosof yang tidak kalah hebatnya daripada filosof-filosof yang telah diperkenalkan sebelumnya. 2.6.2 Masa Kini Berbagai karya filosofis yang lebih spesifik (misalnya yang membahas tentang pemikiran para filosof tertentu) juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, seperti The Philosophy of Mulla Sadra yang ditulis oleh Fazlur Rahman, yang membahas beberapa aspek dari pemikiran Mulla Shadra, atau Knowledge and Illumination, karangan Hussein Ziai, yang membicarakan secara khusus filsafat iluminasi Suhrawardi. Namun sejauh ini, informasi ini lebih bersandar pada terjemahan dari karya asing, dan bukan karangan sarjana Muslim Indonesia sendiri. Sedikit sekali karya filsafat Islam yang ditulis oleh para penulis negeri ini. Ada misalnya buku tentang Suhrawardi yang ditulis oleh sdr Amroeni, khususnya kritik Suhrawardi terhadap filsafat peripatetik,atau yang ditulis oleh M. Iqbal tentang Ibn Rusyd, sebagai bapak rasionalisme. Namun tulisan-tulisan tersebut masih bersifat studi tokoh, dan pada dasarnya diadaptasi dari sebuah tesis atau disertasi. Tidak banyak penulis Muslim Indonesia yang menulis buku pengantar terhadap filsafat Islam yang bersifat independen, kecuali pak Haidar Bagir dengan Buku Saku Filsafat Islam-nya, dan saya sendiri dengan Gerbang Kearifannya. 2.6.3 Masa Depan Rekonstruksi Filsafat Islam 1. Remapping Filsafat Islam Tidak banyaknya buku pengantar filsafat Islam telah menyebabkan banyak ketidakjelasan tentang aspek-aspek apa saja yang diliput dalam filsafat Islam. Oleh karena itu saya sangat dibutuhkan pemetaan kembali (remapping) filsafat Islam, dimana dikenalkan beberapa aspek filsafat Islam,seperti aliran-aliran filsafat yang telah dikembangkan di dunia Islam, seperti Peripatetik, Illuminasionis, Irfani dan Hikmah Mutaaliyyah, dijelaskan bagaimana hubungan antara filsafat dan sains, filsafat dan agama, serta hubungan filsafat dan mistisime atau tasawuf. Dan terkahir buku ini juga membicarakan tentang ladang-ladang potensial yang bisa digarap untuk kajian masa depan filsafat Islam. 2. Rekonstruksi Epistemologis

Problem lain yang dihadapi filsafat Islam pada saat ini adalah tidak jelasnya pada kebanyakan pembaca filsafat Islam di negeri ini tentang bangunan epistemologi Islam. Banyak kesimpang-siuran yang terjadi dan ketidak-jelasan yang dapat ditemukan di bidang yang satu ini. Ilmu dibedakan dengan sains terutama dalam lingkupnya. Sementara sains modern membatasi lingkupnya hanya pada bidang-bidang fisik-empiris, ilmu dalam tradisi ilmiah Islam meliputi bukan hanya bidang fisik tetapi juga bidang matematik dan bahkan metafisik. Isu lain yang perlu mendapat perhatian juga berkaitan dengan objek ilmu dan metode ilmiah. Dalam filsafat ilmu modern, objek-objek ilmu dibatasi hanya pada objek-objek fisik, sedangkan dalam tradisi ilmiah Islam, objek ilmu tidak pernah dibatasi hanya pada objekobjek fisik, tetapi melebar pada objek-objek matematik dan metafisik. Bagi para filosof Muslim, semua objek-objek ilmu, baik yang fisik maupun yang non-fisik adalah real, dalam arti nyata dan memiliki status ontologis yang fundamental. Namun justru karena objek ilmu itu berbedabeda dalam sifat dasarnya, maka kita juga harus menemukan beberapa metode ilmiah yang berbeda agar cocok dengan jenis dan sifat dasar objeknya. Observasi tentu sja sangat berguna untuk meneliti objek-objek yang bersifat fisik tetapi untuk objek-objek yang bersifat non-fisik maka kita perlu menggunakan metode lain, seperti burhani dan irfani. 3. Integrasi Ilmu Hal lain yang perlu dikonstruksi ulang adalah soal integrasi ilmu. Dikotomi yang terjadi antara ilmu-ilmu agama, di satu pihak, dan ilmu-ilmu umum, di pihak lain telah menimbulkan berbagai masalah keilmuan yang merugikan. Terjadinya penolakan terhadap keabsahan ilmiah dari keduaanya seringkali terjadi. Oleh karena itu perlu sekali dicari jalan untuk menjembatani dan mengintegrasikan berbagai aspek keilmuan tersebut dalam suatu pandangan yang holistik-integral. Pada objek dan bidang ilmu, integrasi juga perlu dirumuskan dalam kaitannya dengan sumber ilmu. Dalam epistemologi Islam, sumber ilmu tidak dibatasi hanya pada persepsi inderawi, tetapi juga meliputi penalaran rasional dan persepsi atau pengalaman intuitif, dan sekaligus juga wahyu.

19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Dari segi bahasa, Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu gabungan dari kata Philo yang artinya cinta, dan Sofia yang artinya kebijaksanaan, atau pengetahuan yang mendalam. Jadi dilihat dari akar katanya, filsafat berarti ingin tahu dengan mendalam atau cinta terhadap kebijaksanaan. Adapun makna filsafat menurut terminologi adalah berfikir secara sistematis, radikal dan universal, untuk mengetahui hakekat segala sersuatu yang ada, seperti hakekat alam, hakekat manusia, hakekat masyarakat, hakekat ilmu, hakekat pendidikan dan seterusnya. Dengan demikian maka muncullah apa yang disebut filsafat alam, filsafat manusia, filsafat ilmu dan sebagainya. Cara pemikiran Filsafat secara teknis muncul pada masa permulaan jayanya Dinasti Abbasiyah. Di bawah pemerintahan Harun al rasyid, dimulailah penterjemahan buku-buku bahasa Yunani kedalam bahasa Arab. Orang-orang banyak dikirim ke kerajaan Romawi di Eropa untuk membeli manuskrip. Awalnya yang dipentingkan adalah pengetahuan tentang kedokteran, tetapi kemudian juga pengetahuan-pengatahuan lain termasuk filsafat. Jadi ciri utama filsafat Islam adalah berfikir tentang segala sesuatu, dapat berfikir teratur, tidak cepat puas dalam penemuan sesuatu,selalu bertanya dan saling menghargai pendapat orang lain. 3.2 Saran Mempelajari tentang Filsafat terutama Filsafat Islam itu sangat penting. Dengan mempelajari Filsafat Islam, kita akan mencintai kebenaran dan kebijaksanaan. Adapun manfaat yang akan kita rasakan setelah mempelajarinya ialah kita dapat menolong dan menididk, menbangun diri sendiri untuk berfikir lebih mendalam dan menyadari bahwa ia mahluk Tuhan, serta kita dapat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan.

You might also like