You are on page 1of 50

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap dan perilaku sehari-hari yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila dan Kearganegaraan di Sekolah Dasar memberikan bekal kepada siswa agar dapat memiliki nilali luhur yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan menanamkan agar peserta didik cinta pada tanah airnya. Kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar pembangunan nasional, baik pada masa sekarang maupn pada masa yang akan datang perlu sekali ditingkatkan dan dikembangkan. Dunia pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan dan

mengembangkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Sejalan dengan hal itu, pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan dirumuskan sebagai pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keungguulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai pancasila (Jalal dan Supriadi, 2001 : 63). Rumusan visi itu juga telah dijabarkan dalam GBHN tahun 1999 yang telah menetapkan misi pendidikan sebai berikut : Terwujudnya sistem iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, memiliki ketrampilan serta ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka

mengembangkan mutu manusia Indonesia.

Melihat kenyataan tersebut pemerintah Indonesia, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional sedang melakukan upaya untuk

memperbaiki dan mengembangkan sistem pendidikan yang dirasa belum mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dengan jalan mengadakan pembaharuan dalam kurikulum serta perbaikan dan pengembangan sitem pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa (pelajar) dan kegiatan mengajar guru (pengajar) guna mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran didalam kelas merupakan salah

satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya

kecenderungan menimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan , ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan

didalam kelas untuk mengaktifkan siswa belajar adalah pembelajaran melalui pendekatan kontekstual. Pembelajaran kooperatif menekankan pada menghubung mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa pengetahuan dan terapannya dengan agar mampu menghubungkan kehidupan sehari-hari sebagai

anggota keluarga dan masyarakat. Dari kegiatan pembelajaran yang demikian ini, diharapkan dapat mendorong munculnya lima bentuk cara belajar siswa; (1) siswa dapat menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi yang diserap; (2) siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru; (3) siswa dapat menerapkan konsep dan

informasi di depan; informasi

(4) siswa dapat mengkoordinasikan konsep dan dengan pelajaran; dan (5) siswa dapat

yang diperoleh

mentransfer konsep dan informasi yang dimiliki kepada pelajar lain (Nurhadi, 2002) Prinsip demokratis yang dirumuskan dalam misi pendidikan tampak terealisasi pada bentuk pembelajaran yang tidak lagi menempatkan guru sebagi subyek dan pusat sumber balajar sebagaimana pada pembelajaran konvensional. Prinsip kreatif dan inovatif juga ditampakkan pada menyelidiki, terbuka, mencetuskan dan mempertahankan ide, berpikir keras sampai pada batas kemampuan untuk memecahkan masalah, menetapkan dan mengikuti standar sendiri, dan mencetuskan cara-cara baru dalam mendatangkan persoalan (Nur, 2001). Dari uraian diatas yang menjadi permasalahan, selama ini proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak dapat menumbuh kembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti diharapkan. Dalam

hal ini guru ingin memperbaiki keadaan terebut dengan mencobakan suatu strategi pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar aktif dimana siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh lebih dominan daripada kegiatan guru dalam mengajar. Sehubungan dengan permasalahan tersebut diatas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif model kooperatif sebagai solusinya.

1.2 Identifikasi Masalah Prestasi Belajar yang baik merupakan suatu dambaan dan harapan semua pihak baik guru, siswa, orang tua murid maupun penyelenggara pendidikan, Seseorang yang memiliki motivasi prestasi yang tinggi akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan orang memiliki motivasi prestasi rendah (Morgan dalam Kristian 1995) Agar siswa memiliki motivasi prestasi yang tinggi maka

semua pihak harus menciptakan suasana yang kondusif khususnya guru dan lingkungan belajarnya. Proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan belajar merupakan jalan yang tepat itu salah untuk mencapai

prestasi

yang kepada

diharapkan. anak/ siswa

Disamping merupakan Salah satu

memberikan satu unsur adalah tanpa

tanggungjawab penting akan pemberian

keberhasilan sesuai

mereka. dengan

diantaranya mereka

tugas

kemampuan

meninggalkan prinsip-prinsip belajar yang ada.

1.3 Rumusan Masalah Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan didepan, berikut ini dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Apakah pendekatan kooperatif model kooperatif dalam pembelajaran PPKn pada bahasan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto? 2. Apakah peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran PPKn pada pokok bahasan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto?

1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pendekatatan model kooperatif dalam pembelajaran PPKn pada bahasan Kerajinan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 Kelas IV SD Negeri Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto. 2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan pendekatan kooperatif model kooperatif dalam pembelajaran PPKn pada pokok bahasan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto?

1.5 Manfaat penelitian Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Sebagai sarana peneliti untuk mengembangkan pengetahuan ketrampilan, dan wawasan berpikir kritis guna melatih kemampuan memahami dan menganalisa konstruktif. 2. Memberikan masukan kepada guru sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar. 3. Memberikan motivasi siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif untuk meningkatkan prestasi belajar. masalah-masalah pendidikan secara sistematis dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Mereka biasanya dilatih keterampilan-keterampilan spesifik untuk membantu agar dapat bekerja sama dengan baik, misalnya mejadi pendengar yang baik, memberi penjelasan yang baik, mengajukan pertanyaan dengan benar, dan sebagainya. (Wikandari, Sugianto, 1999:19). Beberapa kalimat guru yang mendorong siswa untuk bekerja kooperatif adalah : Diskusikan dengan teman kalian tugas yang diberikan. Yakinlah bahwa dengan bekeja sama kalian dapat menyelesaikan dengan baik. Menurut Ibrahim, dkk (2000:7) beberapa cirri pembelajaran yang meggunakan model kooperatif diuraikan sebagai berikut : a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. b. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda. d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama yang dapat dilakukan guru. Langkah-langkah tersebut digambarkan pada tabel 2:1 berikut ini: Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1 Menyampaikan tujuandan memotivasi Guru menyampaikan semua tujuan siswa pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3 Mengorganisasikan siswa kedalam Guru menjelaskan kepada siswa kelompok-kelompok belajar bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan Guru membimbing kelompokbelajar. kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun belajar individu dan kelompok.

Fase 6 Memberi penghargaan

Dalam kegiatan pembelajaran faktor waktu dan tempat juga sangat mempengaruhi. Secara umum pembelajaran kooperatif mengajukan tuntutan lebih kuat pada sumber daya waktu daripada model pembelajaran lain (Ibrahim, dkk, 2000 : 35). Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu lebih lama bagi siswa untuk berinteraksi mengenai ide-ide penting daripada waktu yang telah diperlukan untuk menyajikan ide-ide secara langsung pada siswa. Untuk itu guru harus dapat merencanakan secara realistik tentang persyaratan waktu untuk meminimalkan jumalah waktu yang terbuang. Demikian juga pengaturan ruangan harus dilakukan secara khusus agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efisien dan memberi suasana nyaman bagi guru dan siswa. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif. Beberapa variasi pembelajaran kooperatif yang paling ekstensif dideskripsikan, diantaranya tipe STAD (Student Team Achienement Divinisions) Jigsaw, TAI (Team Assited Individualization), CIRC (Cooperative Intregrated Rading and Composition), Penelitian Kelompok (Group

Investigation). Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk selanjutnya disebut model pembelajaran kooperatif STAD. Dalam pembelajaran kooperatif skor yang dihitung adalah skor individu dan skor tim. Skor tim didasarkan pada peningkatan skor anggota tim dibandingkan dengan skor yang lalu mereka. Kelebihan dari penskoran ganda ini adalah dapat menampung siswa yang ambisius dalam menyelesaikan tugas sekaligus siswa yang tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan. Dengan skor individu dapat terlihat bagaimana siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Sedangkan dengan adanya skor tim dapat memotivasi siswa

yang mempunyai kemapuan lebih untuk membantu siswa dengan kemampuan kurang agar meningkatkan prestasinya, karena perindividu sangat menentukan skor tim. Menurut Slavin dalam Ibrahim dkk, (2000 : 256) prosedur penskoran digambarkan dalam tabel dihalaman berikut : Tabel 2.2 Langkah Penskoran Pembelajaran Kooperatif Langkah Langkah 1 Menetapkan skor langkah Langkah 2 Menghitung skor kuis terkini Langkah 3 Menghitung skor perkembangan Perilaku Siswa Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis yang lalu. Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini. Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka.

Tabel 2.3 Skala Pemberian Poin Pembelajaran Kooperatif Uraian Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah skor dasar Skor dasar sampai 10 poin diatas skor dasar Lebih dari 10 poin diatas skor dasar Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) Poin 0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin

10

Skor tim diperoleh diumumkan secara tertulis, dan tim yang mengalami peningkatan, diberi penghargaan atau ganjaran yang sesuai. Hal ini membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan mendapatkan pengakuan menjadi jelas bagi siswa, dan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. Skor tim di hitung dengan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan membagi jumlah itu dengan jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis. Untuk menghitung skor tim, huru perlu mencatat nilai perkembangan anggota tim pada lembar skor kuis.

2.2 Motif-Motif dan Motivasi Berprestasi Apakah yang mendorong orang malakukan atau tidak melakukan tergantung pada diri seseorang tersebut. Berarti sesuatu itulah yang harus kita raih agar seseorang bisa melakukan hal-hal yang positif dan berguna bagi dirinya maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari jarang kita dengan sengaja

memperhatikan dan merenungkan perbuatan-perbuatan teman-teman kita atau orang lain yang demikian. Juga terhadap perbuatan kita sendiri, seringkali tidak begitu memperhatikannya. Padahal jika kita renungkan, banyak hal-hal yang mengagumkan dan sangat menarik bagi kita untuk menyelidikinya. Apa saja yang dapat diperbuat manusia yang penting maupun tidak penting., yang berbahaya maupun tidak mengandung resiko pasti ada motivasinya. (Purwanto, 1996 : 60).

11

Sehubungan dengan uraian tersebut diatas, maka Wood Worth kemudian menggolongkan/ membagai motif-motif menjadi 3 golongan : 1. Kebutuhan-kebutuhan Organis : yakni motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan bagiab dalam tubuh (kebutuhan organis) misalnya, lapar, haus, kekurangan zat pembakar, kebutuhan bergerak dan beristirahat, dan sebagainya. 2. Motif-motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motives) ialah motif-motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan kegiatan yang cepat dan kuat dari kita. Dalam hal ini motif ini timbul bukan atas kemauan kita, tetapi karena perangsang dari luar yang menarik bagi kita. Contoh : Di waktu kita sedang asyik belajar, sekonyong-konyong terdengar suara/ teriakan tolong. Seketika itu juga terdorang untuk keluar dan melakukan sesuatu. 3. Motif Obyektif : ialah motif yang diarahkan/ ditunjukkan ke suatu objek atau tujuan tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena ada dorongan dari dalam diri kita (kita menyadari). Contoh : motif menyelidiki, menggunakan lingkungan. Motif-motif itu dapat dibedakan menjadi dua : a) motif intrinsik, dan b) motif ekstrinsik. Disebut motif intrinsik jika yang mendorong untuk bertindak ialah nilai-nilai yang terkandung di dalam obyeknya itu sendiri. Contoh : 1) SiAmat bertekun mempelajari matematika karena ia benar-benar tertarik dan ingin sekali menguasai pelajaran matematika itu. Motif intrinsik timbbul tanpa paksaan dari luar, 2) seorang anak belajar bukan didorong oleh keinginan untuk benar-benar mengetahui apa yang

12

dipelajarinya, malainkan agar suapaya lulus ujian, atau supaya orang tuanya senang. Anak tersebut mendapat motif ekstrinsik. Perlu diingat, bahwa perbuatan-perbuatan yang kita lakukan seharihari, banyak yang didorong motif-motif ekstrinsik, tetapi juga banyak pula yang didorong oleh motif-motif instrinsik, atau oleh keduanya sekaligus. Meski demikian, yang paling baik terutama dalam hal belajar ialah motif intrinsik. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi pada murid-muridnya. Usahakan agar motivasi dalam belajar siswa-siswa itu ilah motivasi instrinsik. Dengan motif/ motivasi instrinsik anak atau orang itu aktif sendiri, bekerja sendiri tanpa dorongan./ suruhan atau paksaan orang lain (Purwanto, 1990 : 65) Selanjutnya apakah motif dan motivasu itu sama? Memang pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan secara

tegas. Motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan sesuatu atau mau bertindak. Sedangkan motivasi adalah pendorongan suatu

usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya atau uitnuk bertindak tujuan tertentu. melakukan Motivasi sesuatu, prestasi sehinga adalah

mencapai

hasil

keinginan atau kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu sebaik-baiknya. Kajian tingkat motivasi prestasi dalam penelitian ini terbatas pada tinggi rendahnya motivasi berprestasi yang dapat dilihat dari perilaku siswa pada umumnya antara lain harapan untuk sukses, bekerja keras, kekhawatiran

13

akan

gagal,

dan

keinginan

memperoleh

nilai

yang

lebih

tinggi,

(Panjaitan : 1997).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar Untuk memahami kegiatan yang disebut belajar perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang dilihat didalam kegiatan belajar itu. sebagai suatu proses tentu harus ada yang diproses (masukan/ input) dan hasil dan pemrosesan (keluar/ output). Jadi dalam hal ini kita dapat mengalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatan analisis sistem. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus kita dapat melihat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi prose dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut :

INSTRUMENTAL INPUT

RAW INPUT

TEACHING/ LEARNING PROCESS INPUT ENVIROMENTAL INPUT

OUT PUT

Gambar diatas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah. Dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu. Dalam proses belajar mengajar (teaching learning process). Terhadap/ didalam proses belajar mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor

14

lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (inveronmental input) dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental inpuut) guna menunjang pencapaian keluaran yang dikehendaki (output). Bergbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu. (Purwanto, 1996 : 106).

2.4 Cara-Cara Belajar Yang Baik Menentukan bagaimana cara-cara belajar yang baik bukanlah soal yang mudah. Adanya bermacam-macam faktor yang dapat mempengaruhi dan keberhasilan belajar. Disamping faktor yang ada didalam diri seseorang, banyak pula faktor yang mendorong yang berasal dari luar diri seseorang. Dr. Rudolf Pinier mengemukakan 10 macam metode didalam belajar sebagai berikut : 1. Metode keseluruhan kepada bagian (whole to part method). Yakni di dalam mempelajari sesuatu kita mulai dari keseluruhan kemudian baru mendetail kepada bagian-bagain. 2. Metode keseluruhan lawan bagian (whole versus part method). Untuk bahan-bahan pelajaran yang skupnya tidak terlalu luas, tepat

dipergunakan metode, keseluruhan seperti menghafal syair, membaca buku cerita pendek, dan lain-lain. Untuk bahan yang sifatnya nonverbal, seperti keterampilan, mengetik, menulis dan sebagainya. Tepat menggunakan metode bagian. 3. Metode campuran antara keseluruhan dan bagian (mediating method). Metode ini sangat baik digunakan untuk bahan-bahan yang skopnya

15

sangat luas, atau sukar-sukar, seeperti akuntansi, dan bahan pelajaran lain pada umumnya. 4. Metode resitasi (resitation method). Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat verbal maupun non verbal. 5. Jangkan waktu belajar (lenggth of practice periods). Dari hasil eksperimen ternyata bahwa jangka waktu yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal latihan dan sebagainya adalah 20 30 menit. Jangka waktu yang lebih dari itu untuk belajar yang memerlukan konsentrasi perhatian yang relatif kurang produktif. 6. Pembagaian waktu belajar (distribution of practice periods). Untuk belajar yang efektif diperlukan pembagian waktu belajar. Menurut hukum Jost tentan belajar, 30 menit 2x sehari selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti. 7. Membatasi keluapaan (counteract forgetting). Bahan pelajaran yang telah kita pelajari sering mudah dan lekas dilupakan. Maka untuk jangan sampai mudah dilupakan, dalam belajar perlu adanya Ulangan ataub review pada waktu tertentu atau setelah/ pada akhir suatu tahap pelajaran diselesaikan. 8. Menghafal (cramming). Metode ini berguna terutama jika tujuannya untuk dapat menguasai serta memproduksi kembali dengan cerpat bahanbahan pelajaran yang luas dalam wamtu yang relatif singkat. 9. Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan. Kita mengenal ungkapan quick learning means quick forgetting. Di dalamnya terdapat kkorelasi negatif anatara kecepatan memproleh suatu pengetahuan

16

dengan daya ingat terhadap pengetahuan itu. Hal ini disebabkan oleh adanya bermacam-macam faktor seperti yang telah dibicarakan terdahulu. 10. Retroactive inhibition. Berbagai pengetahuan yang telah kiyta

miliki itu, di dalam diri kita seolah-olah merupakan unit-unit yang selalu berkaiatan satu sama lain. Bahkan sering pula yang satu mendesak/ menghambat yang lain. Inilah yang disebut retroactive inhibition. Untuk menghindari jangan sampai terjadi retroactive inhibition itu, disarankan agar dalam belajar jangan mencampur aduk, dalam arti beberapa mata pelajaran dipelajari dalam suatu waktu sekaligus. Beberapa saran untuk membiasakan belajar yang efesien : 1) Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti 2) Usahakan adanya tempat belajar yang memadai 3) Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan keaktifan mental. 4) Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar 5) Selingilah belajar dengan waktu-waktu istirahat yang teratur. 6) Carilah kalaimat-kalaimat topik atau inti pengertian dari tiap paragraf. 7) Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati. 8) Lakukan metode keseluruhan (whole method) bilamana mungkin. 9) Usahakan agar membaca cepat tetapi cermat.

17

10) Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut. 11) Analisalah kebiasaan belajar yang dilakukan dan cobalah untuk memperbaiki kelemahan-kelamahannya. (Purwanto:1996).

18

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) penelitian dirancang dalam bentuk siklus tindakan. Dalam siklus tindakan terdiri atas empat kegiatan, yakni rencana tindakan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2009, siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2009, siklus 3 dilaksanakan pada tangal 21 Maret 2009.

3.2 Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekolah Dasar Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto Kelas IV semester 2 tahun pelajaran

2008/2009. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV sebanyak 25 siswa.

3.3 Sumber Data Sumber Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Siswa, tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PPKn melalui pendekatan kooperatif pada pokok bahasan Kerajinan Kelas IV semester 2 tahun pelajaran 2008/2009. SDN Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.

19

2. Guru, tentang aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran PPKn melalui Pendekatan kooperatif pada pokok bahasan Kerajinan Kelas IV semester 2 tahun pelajaran 2008/2009. SDN Gondang Kabupaten Mojokerto. 3. Dokumen tentang nilai hasil belajar siswa. Pugeran Kecamatan

3.4 Prosedur Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian, pengamatan (observasi), catatan lapangan, dan dokumentasi. Pengamatan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran PPKn melalui Pendekatan kooperatif pada pokok bahasan Kerajinan. Catatan lapangan dilakukan dengan mencatat peristiwa nyata yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar baik secara diskriktif maupun reflektif.

Dokumentasi berupa kegiatan mendokumenkan data verbal tertulis dan foto.

3.5 Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik

analisis data kualitatif yang bersifat linear (mengalir) yang didalamnya melibatkan kegiatan penelaahan seluruh data yang telah dikumpulkan, reduksi data (didalmnya terdapat kegiatan pengkategorian dan

pengklasifikasian) dan verivikasi, serta pentyimpulan data. Penentuan keberhasilan tindakan didasarkan pada dua tinjauan, yakni proses

belajar dan hasil belajar. Penentuan kebaerhasilan tindakan didasarkan pada dua tinjauan, yakni proses belajar dan hasil belajar. Penentuan

20

keberhasilan proses aktivitas siswa,

didasarkan

pada

diskriptor

kualifikasi hasil

terhadap belajar

sedangkan

penentuan

keberhasilan

ditentukan melalui ulangan harian.

21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus, dengan hasil sebagai berikut : Siklus 1 1. Perencanaan Perencanaan tindakan meliputi kegiatan menyusun rencana pembelajaran (RP) atau scenario pembelajaran melalui pendekatan kooperatif model kooperatif. Sebagai pendamping guru menggunakan lembar kegiatan siswa (LKS) yang menekankan pada aktivitas mengamati, menganalisis, menyimpulakan dan mengkomunikasikannya kepada teman sebaya. Membuat lembar observasi untukmemantau kegiatan

pembelajaran, membuat alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa. 2. Pelaksanaan Pada pelaksanaan tindakan ini, guru mensosialisasikan

pemebaljaran PPKn pokok bahasan Kerajinan melalui pendekatan kooperatif model kooperatif sebagimana tergambarkan pada rencana pembelajaran (RP). Saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 5 siswa secara heterogen, guru menyajikan/ menyampaikan materi pembelajaran, guru memberi tugas kepada kelompok untuk

22

dikerjakan,

anggota

kelompok

yang

sudah

menguasai

diminta

menjelasakan pada anggota kelompoknya sampai anggota dalam kelompok itu mengerti atau memahami, guru berkeliling membimbing, mengawasi dan langsung menilai proses pembelajaran terhadap siswa, setelah usai, lewat juru bicara mempresentasikan hasil pembahasan dikelompoknya, kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya, guru memberikan penjelasan (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan, pada akhir pertemuan diadakan evalusi. 3. Observasi Selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, observasi dilaksanakan secara kolaborasi oleh dua pengamat, yakni guru kelas dan Kepala sekolah dengan menggunakan instrument yang meliputi : aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif kooperatif. a. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran : 1) Aktivitas Guru Pengamatan aktivitas guru pada pertemuan pertama yang merupakan pembelajaran siklus pertama dilakukan selam 2 x 40 menit. Dalam praktek pembelajaran waktu yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran berlangsung 65 menit, sisa waktu digunakan untuk kuis 1.

23

Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus pertama ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Aktivitas Guru Dlam Pembelajaran Model Kooperatif Siklus Pertama No 1. 2. 3. 4. 5. Kategori Aktivitas Guru Menyampaikan pendahuluan Menjelaskan materi/ mendemonstrasikan ketrampilan Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik bagi siswa yangbertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas. Resitasi/ Tanya jawab Membantu siswa melakukan refleksi Aktivitas guru yang dominan adalah Kemunculan 20,05 % 25,72 % 4,50 % 7,35 % 22,98 %

6. 7.

7,45 % 11,90 % menjelasakan memeriksa dan

materi (25,72 %), pemahaman siswa,

dan aktivitas guru dalam memberi yang umpan kurang

balik jelas

mengklarifikasikan Aktivitas Pada

materi yang

(22,98%). 20,05 %.

pendahuluan

muncul guru

sebanyak

tahap

pendahuluan

malakukan

identifikasi

pengetahuan awal siswa terhadap pokok bahsan Kerajinan. Guru juga memberi tentang pada apersepsi berbentuk pertanyaanjuga dalam

pertanyaan disampaikan

kerajinan. tahap ini.

Tujuan Aktifitas

pembelajaran guru-guru

24

memberi

motivasi

siswa

dalam

kelompok

kooperatif

sebanyak 4,28%. Dalam hal ini guru memberi dorongan tentang system pentingnya penilaian kerja dalam bersama dalam kelompok dan

pembelajaran

kooperati.

Selama

siswa bekerja kooperatif guru selalu memberi bimbingan dalam guru kelompok-kelompok yang mencul tersebut. Aktivitas Selama bimbingan kegiatan

sebanyak guru

7,35%.

pembelajaran

kooperatif

memberikan

kesempatan

kepada siswa untuk bertanya, dan meminta siswa yang lain untuk siswa muncul menjawabnya. yang kurang Guru jelas. 7,45%. mengklarifikasikan Aktivitas Di akhir refleksi Tanya pemahaman jawab yang guru Guru

sebanyak siswa siswa

pembelajaran (11,90%).

membantu meminta

melakukan dari beberapa

kelompok

menyampaikan

catatan kecil tentang materi yang telah diperoleh selama kegiatan pembelajaran. Refleksi yang dibuat siswa bisa

berbeda, dan bagi siswa yang refleksinya kurang lengkap bisa menambah dari siswa yang lain yang lebih lengkap. 2) Aktivitas siswa Indikator aktivitas siswa dirumuskan ada tujuh subaktivitas yang diyakini jika ketujuh aktivitas itu muncul secara maksimal, suasana pembelajaran ideal akan terwujud.

25

Aktivitas siswa dapat ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dlam Pembelajaran Model Kooperatif Siklus Pertama No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kategori Aktivitas Siswa Memperhatikan penjelasan guru Membaca/ mengerjakan LKS (buku siswa, LKS, Soal) Bekerja dalam kelompok kooperatif Mendemontrasikan kegiatan yangada dalam LKS Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa Merefleksikan materi pelajaran Kemunculan 21,54 % 7,14% 7,5 % 20,10% 11,41% 14,74% 12,74%

Sejalan dengan aktivitas guru, aktivitas dominant siswa adalah mendengarkan penjelasan guru (21,54%) dan

mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS (20,01%). Penjelasan guru menyangkut devinisi dan konsep kerajinan dengan berbagai ilustrasi, guru berusaha memancing siswa agar mengingat pengertian Kerajinan. Kemudian mengaitkan pengertian kerajinan yang telah dikuasai oleh siswa dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat ini, guru aktif juga menguatkan apa yang dilihat siswa. Dalam proses penguatan ini, guru juga memperkaya dengan contoh-contoh Kerajinan. Guru dianggap banyak menjelaskan karena setelah demontrasi dan diluar tugas LKS, guru mengaitkan Kerajinan ini dengan dunia nyata kehidupan siswa.

26

Pada tahap ini, pengamat menilai kegiatan pembelajaran adalah guru aktif menjelaskan pada siswa aktif mendengarkan penjelasan guru. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya penjelasan guru yangbanyak didengarkan siswa bukanlah penjelasan dari metode ceramah (langsung), melainkan perpaduan penjelasan dari metode dempntrasi dan metode Tanya jawab.

b. Data prestasi belajar siswa Data prestasi siswa dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Pertama Kelompok 1 2 3 4 5 Skor Perkembangan 1 25 20 20 Baik Baik Predikat Hebat

Dari hasil kuis pertama nilai yang diperoleh belum maksimal, karena dari 25 siswa yang mendapatkan nilai diatas 65 sebanyak 15 siswa (60%). Ini berarti dari pembelajaran siklus pertama 12 siswa yang tuntas belajarnya. Dan dalam 4 kelompok yangada, hanya 3 kelompok yang berhak mendapat predikat, yaitu kelompok 1 dengan

27

predikat hebat, kelompok 3 dan kelompok 4 dengan predikat baik sedangkan kelompok 2 dan kelompok 5 tidak mendapatkan predikat.

4. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1, diperoleh hasil temuan sebagai berikut : a. Terdapat keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru. b. Siswa aktif mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS c. Guru aktif memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas. d. Terdapatnya kesulitan siswa dalam belajar secara kooperatif sehingga masih bersikap menonjolkan diri. Hal ini karena kurangnya aktivitas guru dalam mengelola pembelejaran untuk memotivasi dalam kelompok kooperatif dan memberikan latihan bimbingan dalam kelompok kooperatif.

Siklus 2 1. Perencanaan Beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelesaikan permasalahan pada siklus pertama adalah (a) guru berusaha menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lebih variatif, (b) guru berusaha membiasakan siswa bekerja dalam kelompok kooperatif dan memotivasi siswa untuk bekerja kooperatif, (c) guru berusaha memberi

28

latihan terbimbing dan lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk berinisiatif dan menemukan konsep, (d) guru akan lebih banyak memberi contoh yang aplikasi dengan kehidupan nyata siswa agar terbiasa bersikap positif, dan (e) guru berusaha menyesuaikan tingkat kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia. 2. Pelaksanaan Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi apersepsi berupa pertanyaan kepada siswa tentang perlunya memiliki kesadaran Kerajinan dalam berbicara dan bekerja. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dilanjutkan dengan meminta siswa duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan meminta siswa mengerjakan LKS tersebut sambil mengingatkan kepada siswa tentang pentingnya bekerja kooperatif. Waktu yang

digunakan untuk mengerjakan LKS kurang lebih 10 menit. Kemudian guru meminta beberapa siswa mengerjakan hasil kerja kelompoknya di papan tulis, dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya jawab. Setelah selesai guru membantu siswa melakukan refleksi. Di akhir pembelajaran guru memberikan kuis.

3. Observasi Berikut ini data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran : b. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam kelompok pembelajaran. 1) Aktivitas guru

29

Data hasi pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus kedua ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 4.4 Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran kooperatif Model Kooperatif Siklus Pertama No 1. 2. 3. 4. 5. Kategori Aktivitas Siswa Menyampaikan pendahuluan Menjelaskan ketrampilan materi/ mendemontrasikan %Kemunculan 17 22,10 12,42 12,5 15,75

Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif Memeriksa siswa dan pemahaman memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas Resitasi/ Tanya jawab Membantu siswa melakukan refleksi

6. 7.

14,25 10

Pada siklus kedua guru pada pendahuluan sebanyak 17%. Pada tahap ini guru memberi beberapa pertanyaan apersepsi tentang perubahan materi yangtelah dipelajari sebelumnya. Guru juga memberi informasi dan instruksi tentang eksperimen yang dilakukan pada hari tersebut, serta mengingatkan kelompok untuk bekerja lebih maksimal agar dapat mendapat penghargaan aktivitas yang dominant tetap guru menjelaskan materil mendemontrasikan ketrampilan (22,10%) dan memeriksa pemahaman siswa dan memberikan

30

umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasikan materi yang kurang jelas (15,75%). Meski sudah dengan sadar bermaksud mengurangi dominasi aktivitasnya, tetapi karena pertanyaan siswa yang beruntun akhirnya guru tetap

menjelaskan, mnedemontrasikan, dan memberikan umpan balik pada siswa. Akibatnya, dominasi waktu untuk siklus ini tidak banyak berubah. Perubahan terjadi pada usaha guru memotivasi siswa untuk bekerja dalam kelompok kooperatif (12,42%), lebih meningkat dari siklus sebelumnya hanya 7,5%. Ini dilakukan oleh guru secara ketika beberapa siswa masih mempertanyakan aspek-aspek yang mempengaruhi kesadaran Kerajinan Bangsa Indonesia. Guru banyak memotivasi agar mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelum bertanya kepada guru. Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga suasana diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup. Yang masih dianggap sebagai permasalahan pada akhir siklus kedua ini adalah organisasi pelaporan dan keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok kooperatif didepan kelas. Dari 5 kelompok yang tampil ratarata masih menunjukkan sikap ragu-ragu, khawatir salah. Cara melaporkan hasil kerja kelompoknya pun masih kurang jelas, melompat-lompat. Meski demikian, tanggapan dari kelompok luar kelompok penyaji sangat baik. Mereka secara antusias berebut kesempatan untuk memberikan komentar. Bahkan

31

jawaban yang samapun juga dikomunikasikan. Bagi peneliti sampai pada siklus kedua ini suasana belajar mengajar induktif dengan suasana ceria sudah mulai tampak. Hal yang akan dimaksimalkan pada siklus ketiga adalah suasana belajar dalam kelompok kooperatif, karena menurut hemat peneliti ini merupakan kunci belajar secara induktif. 2) Aktivitas siswa Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah disiapkan untuk mengikuti kegiatan belajar. Hal ini tampak antusias siswa dalam menjawab pertanyaan apersepsi yang dilontarkan gur, juga ketika siswa diminta untuk melakukan kegiatan pratikum siswa berebut mengacungkan tangan untuk

melakukan pratikum, serta siswa segera duduk dalam kelompok kooperatifnya ketika guru minta. Berikut data aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Tabel 4.5 Aktivitas SiswaKegiatan Pembelajaran Siklus Kedua No 1. 2. 3. 4. 5. Kategori Aktivitas Siswa Memperhatikan penjelasan guru Membaca/ mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal) Bekerja dalam kelompok kooperatif Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif %Kemunculan 6 14 12,5 12,5 22,5

32

6. 7.

Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa Merefleksikan materi pelajaran

20,5 12

Aktivitas siswa sudah menunjukkan kesesuaian dengan aktivitas guru. Aktivitas dominant siswa yang mencul adalah menyajikan hasil pengamatan dalam kelompok kooperatif (22,5%), berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa (20,5%), dan bekerja dalam kelompok kooperatif (22,5%). Aktivitas donminan ini menunjukkan bahwa suasana belajar dalam kelompok kooperatif telah berjalan. Demikian pula prestasi didepan kelas terhadap hasil diskusi pada kelompok kooperatif didepan kelas terhadap diskkusi pada kelompok kooperatif juga sudah berjalan. c. Data prestasi belajar siswa Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus kedua Tabel 4.6 Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Kedua Kelompok 1 2 3 4 5 Skor Perkembangan 1 30 20 25 20 20 Predikat Super Baik Hebat Baik Baik

Dari hasil kuis kedua nilai yang diperoleh sudah ada peningkatan. Dari 25 siswa yang mengikuti kuis, 20 siswa yang mendapatkan nilai diatas 65. Ini berarti pembelajaran siklus kedua 20 siswa (80

33

%) yangbelajar tuntas. Sedang dari kuis kedua ini diperoleh jumlah kelompok yang meraih predikat meningkat menjadi lima kelompok (pada kuis pertama hanya 3 kelompok). Kelompok yang meraih predikat tersebut adalah kelompok 1 dengan predikat super, kelompok 2 dengan predikat baik, kelompok 3 dengan predikat hebat, kelompok 4 dan kelompok 5 dengan predikat baik.

4. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada siklus dua menunjukkan kemajuan dengan temuan adanya peningkatan aktivitas guru dalam membimbing kelompok belajar untuk memotivasi siswa agar mereka dapat bekerja secara kooperatif dengan teman sekelompoknya. Hal ini berarti suasana disskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup dan arus diskusi menyebar, tidak tampak siswa yang ingin menonjolkan diri. Namun pada siklus ini masih terdapat kekurangannya yaitu keberaniaan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi.

Siklus 3 1. Perencanaan Permasalahan yang terjadi pada siklus 2 akan diatasi pada sikllus 3. beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelaesaikan permasalahan pada siklus 2 adalah : (a) guru berusaha memberi kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, (b) guru berusaha menyelesaikan tingkat

34

kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia, (c) guru lebih memotivasi siswa agar tidak ragu-ragu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas, dan (d) guru berusaa lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisis data dan mengembangkannya.

2. Pelaksanaan Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi apersepsi kepada siswa dengan menanyakan materi pelajaran yang lalu dan sekarang. Kemudian memancing siswa dengan bertanya apakah pentingnya kerajinan dalam kehidupan sehari-hari. Guru

menginformasikan bahwa pada hari itu siswa akan belajar tentang membiasakan berkata dan bekerja dengan jujur. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajatan. Pada waktu itu siswa sudah duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan meminta siswa dengan kelompok sekelompoknya untuk pengerjaan LKS tersebut.

3. Observasi a. Aktivitas guru Berikut disajikan data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran. 1) Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus 3 ditunjukkan pada tabel dihalaman berikut :

35

Tabel 4.7 Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif Siklus Ketiga No 1. 2. 3. 4. 5. Kategori Aktivitas Siswa Menyampaikan pendahuluan Menjelaskan ketrampilan materi/ mendemontrasikan %Kemunculan 18,75 25,05 6,20 25,02 9,35

Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif Memeriksa siswa dan pemahaman memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas Resitasi/ Tanya jawab Membantu siswa melakukan refleksi

6. 7.

6,28 9,35

Dari tabel diatas dapat dikeahui bahwa pada siklus ketiga terdapat perbedaan penggunaan waktu yang mencolok. Dominasi waktu digunakan oleh guru untuk menjelaskan ketrampilan dan memberikan latihan terbimbing pada kelompok kooperatif yang masing-masing mengambil waktu 25,05%. Aktivitas lain,

memotivasi siswa (6,20%), memerikasa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik (9,35%), resitasi/ Tanya jawab (6,28%) dan membantu siswa melakukan refleksi (9,35%). Sebagaimana pada silus pertama dan kedua, aktivitas pendahuluan secara kuantitatif tampak mengambil waktu banyak (18,75%). Hal ini disebkan karena didalam aktivitas pendahuluan terdapat 4 sub aktivitas sehingga presentasi yang terbaca pada tabel tinggi. Analisis ini juga didukung oleh presentasi penggunaan

36

waktu secara keseluruhan tiap siklus. Pada siklus 1 pendahuluan mengambil waktu 25,75 %, siklus kedua 17% dan siklus ketiga 18,7%. Tampak bahwa setiap siklus waktu yang dibutuhkan kurang dari 20%, tidak sampai mengambil seperlima keseluruhan waktu. b. Aktivitas siswa Pada siklus ketiga tampak bahwa siswa lebih siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketika guru masuk siswa sudah siap duduk dalam kelompok kooperatifnya. Begitu juga ketika menjawab pertanyaan, apersepsi guru siswa tampak antusia dan berebut mengacungkan tangan untuk melakukan demontrasi didepan kelas.

Tabel 4.5 Aktivitas Siswa Kegiatan Pembelajaran Siklus Kedua No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kategori Aktivitas Siswa Memperhatikan penjelasan guru Membaca/ mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal) Bekerja dalam kelompok kooperatif Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa Merefleksikan materi pelajaran %Kemunculan 12 15,60 9,40 15,67 25 12,5

7.

9,38

Pada siklus ketiga aktivitas siswa dalam kelompok kooperatif lebih dipertajam lagi, menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi

37

kelompok

kooperatif

(25%),

membaca/

mengerjakan

LKS

(15,60%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS (15,67%).

b.

Data prestasi belajar siswa Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus ketiga Tabel 4.9 Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Ketiga Kelompok 1 2 3 4 5 Skor Perkembangan 1 30 25 25 30 30 Predikat Super Baik Hebat Baik Baik

Dari hasil kuis ketiga terjadi peningkatan prestasi belajar siswa . Dari 25 siswa yang mengikuti kuis, yang mendapatkan nilai diatas 65 sebanyak 23 siswa Ini berarti pembelajaran siklus ketiga ada 23 siswa (92 %) yang belajar tuntas. Kelompok satu, kelompok empat dan kelompok lima dengan predikat super, kelompok ketiga

dengan predikat hebat, kelompok kedua dengan predikat baik. Hal ini berate ada peningkatan predikat kelompok. 4. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada siklus 3, diperoleh hasil temuan adanya peningkatan aktifitas siswa dalam menyajikan hasil pengamatan dalam kelompok kooperatif, peningkatan aktivitas guru

38

dalam membimbing kelompok kooperatif dalam mengerjakan tugas. Namun hal ini masih terdapat kelemahan pada aktivitas siswa pada saat diskusi kelas, siswa belum terampil menyeleksi pendapat. Masih banyak pendapat yang mengulang pendapat kawan meskipun reaksinya berbeda. A. Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1 sampai dengan siklus tiga menunjukkan adanya kearah peningkatan peningkatan aktivitas belajar siswa untuk mencapai tujuan penelitian. Pada siklus satu, aktivitas guru menonjolkan dalam kegiatan pembelajaran dalam menyampaikan pendahuluan (20%). Tahap pendahuluan ini memerlukan waktu yang cukup banyak karena didalamnya terdapat beberapa sub aktivitas operasional, yaitu (a) identifikasi kemampuan awal siswa, (b) pemberian apersepsi, (c) menyampaikan tujuan pembelajran dan (d) menjelaskan tahapan kerja untuk tatap muka pada pertemuan itu. Langkah guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran siswa sudah sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang meliputi menyampaikan tujuan pembelajran dan memotivasi siswa (Ibrahim, dkk, 2000 : 35 ). Berdasarkan prinsip pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar secara paling baik dalam kontek, dalam susatu yang terkait dengan kebutuhan yang diterapkan dalam kehidupan mereka (Nur, 2001). Untuk itu guru dalam mengaitkan pelajaran sekarang dengan sebelumnya berusaha dibuat nyata, dengan tidak mengabaikan pengetahuan awal siswa sebelumnya.

39

Aktivitas guru yang lain adalah memeriksa pemahaman siswa dan memberi umpan balik bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasikan materi yang kurang jelas (22,85%). Hanya saja dalam mengklarifikasikan materi yang kurang jelas (22,85%). Hanya saja dalam mengklarifikasikan materi yang kurang jelas guru tampak memaksakan pemahaman kepada siswa sejalan dengan kegiatan guru dalam pembelajaran, siswa aktif dalam mendengarkan penjelasan guru (21,42%). Penelasan guru yang banyak didengarkan siswa bukanlah penjelasan dari metode ceramah langsung melainkan perpaduan penjelasan diskusi, demontrasi dan Tanya jawb. Siswa aktif dalam mendemontrasikan kegiatan yang ada pada lembar kegiatan siswa (LKS) dengan melakukan eksperimen. Eksperimen yang dilakukan oleh siswa termasuk dari pembelajaran kontekstual, yang mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri (self regulated learners) dengan cara memperkenankan siswa selalu melakukan uji coba(trial and error), sehingga pada akhirnya siswa dengan bimbingan yang sedikit dapat memproses informasi, memecahkan masalah dan memanfaatkannya(Depdikbud, 2002). Siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) dengan cara berkelompok lima siswa, dengan kemampuan yang berbeda. Yang menjadi kendala dalam pembentukan kelompok adalah pada saat siswa di minta duduk dalam kelompok kooperatif siswa masih kebingungan duduk di bangkunya dan beberapa siswa lupa dengan nama-nama anggota kelompoknya, sehingga bertanya kepada guru. Kelemahan pada siklus satu ini dicoba diatasi pada siklus berikutnya. Sesuai dengan indicator pembelajarn kooperatif dengan pembentukan kelompok siswa diharapkan berpartisipasi secara taratur dalam

40

diskusi dengan cara berbagi (sharing), berkomunikasi dan menanggapi konsep dan keputusan penting. Hasil dari lembar kegiatan siswa (LKS) disajikan oleh beberapa kelompok. Beberapa siswa secara bergantian menuliskan hasil

pengamatannya, dan siswa kelompok lain menanggapi. Kegiatan ini berlangsung keadaan siswa dan guru sangat antusias. Banyak siswa aktif dalam kegiatan Tanya jawab, bahkan beberapa siswa tetap ingin memberikan pendapatnya meskipun jawaban tersebut ternyata sama dengan kelompok sebelumnya. Hanya kelemahannya keaktifan siswa tersebut masih tampak menonjolkan diri sendiri dan bukan mewakili kelompoknya. Ini dipengaruhi oleh kurangnya guru dalam memotivasi siswa dalam bekerja kooperatif dan kurangnya guru dalam memberikan latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif. Di akhir pembelajaran guru memberi kuis untuk mengukur prestasi belajar siswa. Nilai yang diperoleh siswa masih belum maksimal karena dari 25 siswa yang dapat menuntaskan belajarnya masih 15 siswa. Pada siklus 2 aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran adalah menyampaikan pendahuluan (17,50%). Tahap

pendahuluan masih memerlukan waktu yang banyak karena didalamnya terdapat sub aktivitas operasional seperti yang sudah dibahas pada siklus pertama. Tujuan pembelajaran yang disampaikan guru masih belum menunjukkan peningkatan dari siklus pertama. Langkah guru memberi persepsi sesuai dengan cirri pembelajaran kooperatif yaitu selalu mengaitkan

41

informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa (Depdikbud, 2002). Aktivitas dominant guru yang lain adlah memmeriksa pemahaman siswa dan memberi umpan balik bagi siswa yangbertanya, dan

mengklarivikasikan materi yang kurang jelas. Guru berusaha agar contoh yang diberikan termasuk dalam konteks yang digunakan siswa dan dapat mengembangkan sikap positif siswa. Terdapat peningkatan aktivitas guru memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif (menjadi 7,5% dari 4,28% pada siklus pertama) dan memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif (menjadi 12,5 % dari 7,15% pada sikluls pertama). Berdasarkan indikator pembelajaran kooperatif, langkah guru

membentuk kelompok belajar dan memotivasi siswa bekerja kooperatif. Guru memotivasi agar mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelumnya bertanya kepada guru. Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga suasana diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup latihan terbimbing yang muncul 12,5 % dilakukan guru dalam menjelaskan materi. Guru meminta beberapa siswa untuk membantu pelaksanaan eksperimen, serta memancing siswa untuk membuat simpulan dari eksperimen tersebut. Sejalan dengan kegiatan guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah siswa aktif menyajikan hasil pengamatan pada kelompok koopearatif (12,5%).dalam hal ini masih terdapat kelemahan, yaitu keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok kooperatif didepan kelas. Hanya 4 kelompok yang tampil, rata-rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu, khawatir salah. Cara melaporkan hasil kerja kelompoknya masih kurang jelas.

42

Di akhir pembelajaran guru memberikan kuis untuk mengukur prestasi belajar siswa. Hasil kuis pada siklus dua terdapat peningkatan dari 15 siswa yang tuntas belajar pada siklus satu menjadi 20 siswa yang tuntas. Pada siklus tiga kegiatan guru yang menonjol pada pembelajaran siklus ini adalah memberi latihan terbimbing dalam kelompok kecil (25,05%). Hal ini sejalan dengan aktivitas siswa dalam menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif (25%) membaca/ mengerjakan LKS (15,60%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS (15,67%). Aktivitas siswa menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus dua. Siswa sudah tampak percaya diri dan diskusi tampak hidup karena keberanian dari siswa lain untuk menanggapi. Siswa juga sudah tampak bekerja kooperatif, tidak ada yang menonjolkan diri. Hanya saja kelemahan dari kegiatan ini adalah siswa kurang bisa menyeleksi jawaban, sehingga tetap berpendapat meskipun pendapat tersebut sama dengan pendapat lainnya. Namun suasana

pembelajaran yang demikian sudah baik dan merupakan suasana pembelajaran diharapkan dari kegiatan pembelajaran yang terbentuk lingkungan kerja sama diantara siswa (Hernowo, 2001). Dengan demikian salah satu cirri pembelajaran kooperatif dimana contoh-contoh yang diberikan dapat mengembangkan sikap positif pada diri siswa sudah tampak dibandingkan dengan siklus pertama dan siklus dua. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontektual yang diterapkan guru sudah berhasil mengembangkan sikap positif siswa. Sikap positif yang dimaksud adalah sikap siswa menghargai temannya, etika berdiskusi. Pada siklus yang

43

pertama siswa masih bersikap menonjolkan diri, kurang bisa bekerja kooperatif dan kurang menghargai pendapat temannya. Pada siklus kedua sikap menonjolkan diri sudah berkurang dan mulai bisa bekerja kooperatif. Pada siklus ketiga sikap yang negative tersebut sudah tidak tampak. Di akhir pembelajaran guru memberikan kuis untuk mengukur prestasi belajar siswa. Pada siklus ini tampak bahwa prestasi belajar siswa meningkat cukup tajam, dari siklus pertama yang tuntas 15 siswa (60%) siklus kedua (80%) meningkat menjadi 23 siswa (92%) pada siklus ketiaga.

44

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pendekatan konteksrual model kooperatif dalam pembelajaran PPKn Kelas IV pada pokok bahasan Kerajinan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto. Hal ini ditunjukkan adanya kualifikasi siswa dalam belajar secara kelompok dengan predikat pada siklus 1 : hebat sebanyak 1 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok, dan tidak berpredikat 2 kelompok; pada siklus 2 : super sebanyak 1 kelompok, hebat sebanyak 2 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok; sedangkan pada siklus 3 : super sebanyak 3 kelompok, hebat sebanyak 1 kelompok 1 kelompok dan baik sebanyak 1 kelompok. 2. Peningkatan aktivitas belajar melalui pendekatan konstektual model kooperatif dalam pembelajaran Kerajinan PPKn Kelas IV pada pokok bahasan

Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan peningkatan dari siklus 1 sebesar 60 %, siklus 2 sebesar 80% dan siklus 3 sebesar 92%.

45

B. Saran Berdasarkan simpulan diatas dan sesuai dengan pentingnya penelitian, berikut dikemukakan saran-saran antara lain : 1. Agar hendaknya guru menggunakan pendekatan ini sebagai alternatif tindakan dalam mengatasi pembelajaran PPKn khususnya peningkatan aktivitas belajar siswa. 2. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh, sebaiknya tidak hanya dilakukan tes, semi autentik (Quasy authentic) melainkan beberapa tehnik penilaian autentik seperti penilaian kinerja, observasi intensif, dan kooperatif model kooperatif diterapkan secara bervariasi. 3. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini sehingga dapat digeneralisasikan secar proporsional.

46

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah : Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta : Depdiknas. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Kasihani dan Astini, Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MA dari Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal; 20 Juni s/d 6 Juli 2001. Nurhadi, 2002. pendekatan Kontekstual. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Nur, Muhammad, 2001. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juni 2001. Purwanto, Ngalim. 1996. Psikologis Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya Offset Panjaitan, Binsar, 1997. Pengaruh Interaktif Antara Pemberian Balikan dan Motivasi berprestasi terhadap perolehan belajar, Malang : Jurnal Teknologi Pembelajaran IPTP dan Paska Sarjana TEP IKIP Malang.

47

LAMPIRAN SOAL-SOAL

Bagaimana Menurutmu! Diskusikan dengan teman kelompokmu!

Amati gambar pada bagian saya melihat. Pernahkan kamu melihat peristiwa seperti pada gambit tersebut? Tuliskan apa yang kamu rasakan dibagian saya merasa katika melihat peristiwa seperti itu!

48

I. Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, dan atau d yang merupakan jawaban paling tepat!

1. Kamu akan mengerjakan PR. Kamu lupa mencatat soal. Tindakanmu sebaiknya? a. tidak mengerjakan PR b. meminjam soal teman c. mengerjakan PR d. menjiplak pekerjaan teman besuk pagi 2. Tugas utama seorang pelajar adalah . a. mengerjakan PR c. rajin belajar b. mengerjakan ulanagn d. rajin bekerja 3. Agar kamu dapat membali pakaian baru, maka usahamu yang baik adalah.. a. rajin menabung c. minta kepada Ayah b. rajin belajar d. pinjam kepada teman 4. Agar usaha kita berhasil dengan memuaskan, maka kita memerlukan sikap a. tabah dan tawakal c. hati-hati dan taat b. sabar dan berdoa d. ulet dasn rajin 5. dibawah ini contoh perbuatan rajin adalah a. tiap pagi bangun pukul 05.00 b. buku catatannya sering tertinggal c. meminjam PR teman d. bermain-main dengan baik 6. Rani selalu mengerjakan tugasnya, baik dirumah maupun di sekolah. Rani adalah anak yang .. a. rajin c. pintar b. tabah d. penurut 7. Rini sedang membaca segala jenis bacaan. Rini membacanya pada waktu senggang. Karena rajin membaca Rini . a. Mempunyai perpustakaan b. Mempunyai pengetahuan yang luas c. Memiliki teman banyak d. Memiliki buku banyak 8. Kakak rajin membantu Ibu di dapur. Dengan demikian Ibu merasa .. a. Pekerjaan menjadi lama b. Pekerjaan menjadi ringan c. Pekerjaan sangat banyak d. Pekerjaan tidak selesai

49

9. Ayah terpilih menjadi Karyawan teladan di kantornya. Hal itu disebabkan Ayah a. Selalu datang tepat waktu b. Sering pulang cepat c. Pulang waktu istirahat makan d. Teman dekat direktur 10. Rudi dapat melaksanakan tugas sebagai Komandan upacara dengan baik. Hal itu karena . a. Rudi anak yang pandai b. Rudi murid teladan c. Rudi rajin berlatih d. Rudi disenangi gurunya.

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat ! 1. Mengapa kita perlu mencatat hal-hal yang penting dari penjelasan guru ? 2. Apakah urusanmu agar nilai ulanganmu bagus ? 3. Apakah yang kamu lakukan agar urusanmu berhasil ? 4. Berikan contoh perbuatan yang mencerminkan kauletan ? 5. Apa manfaat rajin membaca buku ?

50

You might also like