You are on page 1of 23

Scenario

Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B. seorang anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebut sebagai botol dari sebuah alat suction curret milik seorang dokter di kota anda. Masalahnya adalah bahwa dokter tersebut disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang illegal dan di dalam botol tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction. Polisi menerangkan dalam surat permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari tiga perempuan yang saat ini sedang diperiksakan ke bagian kebidanan di rumah sakit anda. Penyidik membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi pengguguran kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan yang sedang diperiksa di kebidanan adalah perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut. Hasil pemeriksaan tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke proses hokum terhadap dokter tersebut.

Pendahuluan
Pengertian pengguran kandungan menurut hukum adalah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Namun begitu, cuma abortus kriminalis sahaja yang dikategorikan sebagai pengguguran kandungan yang salah dari segi hukum. Abortus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja dilakukan untuk kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu. Secara hukum tindakan ini melanggar ketentuan yang berlaku. Abortus kriminal dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri atau dengan bantuan orang lain (dokter, bidan, perawat, dukun beranak dan lain lain). Tindakan ini biasanya dilakukan sejak yang bersangkutan terlambat datang bulan dan curiga akibat hamil. Biasanya kecurigaan ini datang pada minggu ke 5 sampai minggu ke 1 . Pada waktu ini mungkin disertai gejala mual pagi. Sekarang kecurigaan adanya kehamilan dapat diketahui lebih dini karena sudah ada alat tes kehamilan yang dapat mendiagnosa kehamilan secara pasti.

Aspek hukum
Di dalam pengertian kedokteran abortus boleh dibahagi kepada: 1. Abortus spontan 2. Abortus provokatus Abortus provokatus terapeutikus Abortus provokatus kriminalis

Cuma abortus provokarus terminalis yang termasuk dalam lingkup pengertian pengguguran kandungan yang menurut hukum. Secara rincinya, KUHP mengancam pelaku pelaku di atas sebab berikut: 1, 2, 3 Pasal 346: Wanita yang sengaja mengugurkan kandungannya atau menyuruh orang lain melakukannya, hukuman maksimum penjara selama 4 tahun. Pasal 347 Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa seizinnya, boleh dihukum maksimum penjara 12 tahun dan bila wanita tersebut meninggal, maksimum penjara adalah 15 tahun. Pasal 348: Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita dengan seizing wanita tersebut, hukuman maksimum penjara 5 tahun 6 bulan dan bila wanita tersebut meninggal penjara maksimum 7 tahun. Pasal 349: Dokter, bidan, atau juru obat yang melakukan kejahatan di atas, hukuman ditambah dengan sepertiganya dan pencabutan hak pekerjaannya. Pasal 283: Barangsiapa mempertunjukkan alat / cara menggugurkan kandungan kepada anak di bawah usia 17 tahun / di bawah umur, dikenankan hukuman maksimum penjara 9 bulan. Pasal 299: Barangsiapa yang menganjurkan / merawat / memberi obat kepada wanita dengan memberi harapan agar gugur kandungannya, boleh dikenakan hukuman penjara maksimum 4 tahun. Pasal 535: Barangsiapa mempertunjukkan secara terbuka alat / cara menggugurkan kandungan, akan dikenakan hukuman penjara maksimum 3 bulan.

Prosedur medikolegal
1. Peraturan menteri kesehatan no 585/ Men Kes / Per/ IX/ 1989 tentang Persetujuan

Tindakan Medik, yang boleh dibahagi kepada :

Pasal 1 Pasal 15

2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 554/ Men Kes/ Per/ XII/ 1982 tentang Panitia

Pertimbangan dan Pembinaan Etik Kedokteran, yang terbahagi kepada5 : Pasal 2 Pasal 8 Pasal 22 Pasal 24

3. Praktek dokter Pasal 512a KUHP : Barang siapa sebagai mata pencaharian baik khusus mahupun sebagai sambilan menjalankan pekerjaan dokter atau dokter gigi, dengan tidak mempunyai surat izin, di dalam keadaan yang tidak memaksa, diancam dengan kurungan paling lama 2 bulan atau denda setinggi tingginya sepuluh ribu rupiah. Pasal 531 KUHP : Barang siapa ketika menyaksikan bahawa ada orang yang sedang menghadapi maut, tidak memberi pertolongan yang dapat diberikan padanya, tanpa selayaknya menimbulkan bahaya pada dirinya atau pada orang lain, diancam jika kemudian orang itu meninggal, dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.5 Pasal 53 UU Kesehatan a. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas sesuai profesinya.

b. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati pasien. c. Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medic terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.
d. Ketentuan mengenai standar profesi dan hak hak pasien ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah. Pasal 54 UU Kesehatan a. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan displin.
b. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian ditentukan oleh

Majlis Displin Tenaga Kesehatan. c. Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja MDTK ditetapkan dengan Keppres. Pasal 55 UU Kesehatan Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.1, 2, 3 Kode Etik Kedokteran Indonesia Kodeki terdiri dari 4 kewajiban, yaitu kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap teman sejawat dan kewajiban terhadap diri sendiri. Bunyi pasal pasalnya adalah sebagai berikut:4,5 Kewajiban Umum: Pasal 1: Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter. Pasal 2: Setiap dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi. Pasal 3: Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi. Pasal 4: Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5: Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien. Pasal 6: Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Pasal 7: Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya. Pasal 7a: Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b: Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan

sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter dan kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.
Pasal 7c: Seorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak sejawatnya

dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup

makhluk insani. Pasal 8: Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, prenentif, kuratif dan rehabilitatif) serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya. Pasal 9: Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati. 4, 5 Kewajiban dokter terhadap pasien: Pasal 10: Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan semua ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11: Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya. Pasal 12: Setiap dokter wajib merahsiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia. Pasal 13: Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan lebih mampu memberikan. Kewajiban dokter terhadap teman sejawat: Pasal 14: Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Pasal 15: Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis. Pasal 16: Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik. Pasal 17: Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan. 4, 5

Pemeriksaan
Pemeriksaan medis tersangka. Pemeriksaan fisik dan ginekologis. Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah mendapatkan tanda tanda sisa kehamilan dan menentukan cara pengguguran yang dilakukan serta sudah berapa lama melahirkan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh dokter Spesialis Kebidanan. Pemeriksaan tes kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi dikeluarkan dari kandungan, dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri tekan di daerah perut, kongesti pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda tanda tersebut biasanya tidak mudah dijumpai karena kehamilan masih muda. Termasuk dalam pemeriksaan ini adalah pemeriksaan fisik tersangka. Antara perkara penting yang perlu di beri perhatian adalah tanda kehamilan. Tanda kehamilan dibagi menjadi 2 yakni :

i. ii.

Tanda pasti. Tanda tidak pasti. Tanda tidak pasti di bagi menjadi dua yaitu : Tanda mungkin (probable signs). Tanda dugaan (presumptive signs).

Tanda Pasti. Tanda pasti kehamilan antara lain: Pada inspeksi didapatkan gerakan janin pada minggu ke 16 18. Pada palpasi didapatkan gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin pada minggu ke 20. Pada auskultasi didapatkan detak jantung janin pada miggu ke 18 20. Pada pemeriksaan Rontgen didapatkan kerangka fetus pada minggu ke 16. Pada pemeriksaan USG didapatkan gestasional sac pada minggu ke 4. Tanda mungkin (probable signs). Tanda mungkin kehamilan antara lain: Pembesaran perut dan uterus. Perlunakan serviks dan serviks uterus (Tanda Piscaseck). Kontraksi uterus (Braxton Hicks). Ballotment (palpasi kepala janin). Tes hormon HCG urine, kadar HCG urine maksimal pada minggu 5 18. Tanda dugaan (Presumptive signs). Tanda dugaan kehamilan antara lain: Amenore. Nausea Vomiting. Malaise.

Polakisuria. Hiperpigmentasi kulit. Striae gravidarum. Kebiruan pada serviks dan vagina (Tanda Chadwick). Payudara : hipertrofi mammae, hiperpigmentasi areola, hipertrofi kelenjar Montgomery, kolostrum (mingggu ke 12). Selain itu, tanda tanda keguguran juga perlu di beri perhatian. Antara tanda tanda abortus antara lain : Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus. Pemeriksaan ginekologi :

Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. Pada perempuan yang disangka sebagai pelaku dan juga ibu pada mayat bayi tersebut boleh dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat tanda-tanda telah melahirkan. Antara tanda-tanda yang boleh dilihat adalah adakah :6,7

Terdapat tanda involusi uterus iaitu setelah placenta lahir uterus adalah merupakan organ yang keras karena kontraksi dan retraksi otot-otot uterus.

Perubahan pada cervix dan vagina iaitu lebih longgar di mana canalis cervicalis masih dapat dilalui oleh dua jari, dimana pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena terjadi robekan selama partus.

Dinding perut dan peritoneum menjadi longgar karena diregang begitu lama. Dinding kandung kencing mengalami oedema dan hyperemia dan terjadinya obstruksi dari urethra dan terjadinya retention urin.

Apakah terdapat lochia iaitu cairan yang keluar dari vagina yang merupakan sekret dari luka akibat partus.

Apakah terjadi robekan pada perineum.

Perlu juga untuk mengetahui berapa lamanya waktu si ibu tersebut sudah melahirkan bayi tersebut. Antara yang pemeriksaan yang boleh digunakan adalah : Pemeriksaan lochia : Lochia adalah sekret dari luka akibat partus, terutama luka pada bekas perlekatan placenta dan sifat lochia ini berubah sesuai dengan tingkat penyembuhan luka. Pada dua hari pertama lochia berupa darah dan disebut lochia rubra. Setelah hari ke 3 dan 4, berupa darah encer iaitu disebut lochia serosa. Pada hari ke 10 menjadi cairan putih disebut lochia alba.

Pemeriksaan darah atau lekosit.

Lekosit pada hari pertama nifas bias sampai 30,000/mm3 iaitu sangat banyak.6,7 Pemeriksaan laboratorium. Tes kehamilan.

Prinsip pemeriksaan

: Terdapat hormon Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam urin dan serum selama kehamilan. Hormon Human Chorionic Gonadotropin (hCG) merupakan sejenis glikoprotein yang dihasilkan oleh sel-sel Langhans. Kadar hCG urin selama kehamilan dapat bervariasi.

Jenis pemeriksaan

: Tes Biologik. Tes Imunologik.

Pemeriksaan toksikologik.

Untuk mengetahui zat/ obat yang mengakibatkan abortus.

Pemeriksaan DNA.

Untuk pemastian hubunga ibu dan janin. Pemeriksaan terhadap bahan bukti
Pemeriksaan DNA

Setiap orang memiliki DNA yang unik. DNA adalah materi genetik yang membawa informasi yang dapat diturunkan. Di dalam sel manusia DNA dapat ditemukan di dalam inti sel dan di dalam mitokondria. Didalam inti sel, DNA membentuk satu kesatuan untaian yang disebut kromosom. Setiap sel manusia yangnormal memiliki 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom somatik dan 1 pasang kromosomsex (XX atau XY). Pola penurunan patrilineal dan matrilineal. Setiap anak akan menerima setengah pasang kromosom dari ayah dan setengah pasang kromosom lainnya dari ibu sehingga setiap individu membawa sifat yang diturunkan baik dari ibu maupun ayah. Sedangkan DNA yang

berada pada mitokondria hanya diturunkan dari ibu kepada anak anaknya. Keunikan pola pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA mitokondria dapat digunakan sebagai marka untuk mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal. Kedua pola penurunan materi genetik dapat diilustrasi seperti gambar sebelumnya. Dengan perkembangan teknologi, pemeriksaan DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan individu yang satu dengan individu yang lain. Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes DNA, seperti buccal swab (usapan mulut padapipi sebelah dalam), darah, rambut beserta akarnya, walaupun lebih dipilih penggunaan darah dalam tabung (sebanyak 2 ml) sebagai sumber DNA. Tes DNA adalah 100% akurat bila dikerjakan dengan benar. Tes DNA ini memberikan hasil lebih dari 99.99% probabilitas paternitas bila DNA terduga ayah dan DNA anak cocok (matched). Apabila DNA terduga ayah dan anak tidak cocok (mismatched) maka terduga ayah yang di tes 100% bukanlah merupakan ayah biologis anak tersebut. Konfirmasi dilakukan dengan mengulang tes. Dalam tes mtDNA yang diturunkan secara maternal, identifikasi DNA dilakukan dengan membandingkan mtDNA ibu dengan mtDNA anak. Pada tes ini, karena DNA mitokondria hanya diwariskan secara maternal pada anaknya, bila pola mtDNA seorang ibu sama dengan pola mtDNA anak maka dikatakan bahwa kedua individu tersebut memiliki garis keturunan maternal yang sama. Jika pola mtDNA nya tidak cocok, maka kedua individu tersebut dinyatakan 100% bukan berasal dari satu garis keturunan ibu an ayah.6,7 Pemeriksaan mikroskopik. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologik sel sel darah merah. Cara ini tidak dapat dilakukan bila telah terjadi kerusakan pada sel sel darah tersebut. Darah yang masih basah atau baru mengering diletakkan pada kaca obyek dan ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Cara lain adalah dengan membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Dari kedua sediaan tersebut dapat dilihat bentuk dan inti sel darah merah. Pemeriksaan mikroskopik terhadap kedua sediaan tersebut hanya dapat menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas kelas lainnya berbentuk oval/ elips dan

berinti. Dari kelas mamalia, genus Cannelidae (golongan unta) merupakan perkecualian dengan sel darah merah berbentuk oval/ elips tetapi tidak berinti. Keuntungan sediaan apus dibandingkan dengan sediaan tanpa pewarnaan adalah dapat terlihatnya sel sel leukosit berinti banyak. Bila terlihat drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapatlah dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.

Pemeriksaan kimiawi. Cara ini digunakan bila ternyata sel darah merah sudah dalam keadaan rusak sehingga pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi. Pemeriksaan kimiawi terdiri dari pemeriksaan penyaring darah dan pemeriksaan penentuan darah

Pemeriksaan penyaring darah Prinsip pemeriksaan penyaring adalah: H2O2 H2O + On

Reagen perubahan warna (teroksidasi)

Pemeriksaan penyaring yang biasa dilakukan adalah reaksi benzidin dan reaksi fenoftalin. Reagen yang digunakan dalam reaksi benzidin adalah larutan jenuh kristal benzidin dalam asam asetat glasial, sedangkan pada reaksi fenoftalin digunakan reagens yang dibuat dari fenolftalein 2 g + 100 ml. NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji biji Zinc sehingga terbentuk fenoftalin yang tidak berwarna. Cara pemeriksaan:

Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian diteteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen benzidin. Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap pada kertas saring. Sedangkan pada reaksi fenolftalin kertas saring yang telah digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung diteteskan dengan reagen fenoftalin yang akan memberikan warna merah muda bila positif. Hasil negatif pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah, sedangkan hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.6,7 Pemeriksaan penentuan darah Pemeriksaan penentuan darah berdasarkan terdapatnya pigmen/kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah reaksi Teichman dan reaksi Wagenaar. Reaksi Teichman Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, tambahkan 1 butir kristal NaCl dan 1 tetes asam aseta glasial, tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan. Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal hemin HCl yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskop. Reaksi Wagenaar Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Pada satu sisi diteteskan aceton dan pada sisi berlawanan diteteskan HCl encer, kemudian dipanaskan. Hasil positif bila terlihat kristal aceton hemin berbentuk batang berwarna coklat.

Hasil positif pada pemeriksaan penentuan darah memastikan bahwa bercak adalah darah. Hasil yang negatif selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur kimiawinya telah rusak misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan sebagainya. Pemeriksaan serologik. Pemeriksaan serologik berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah. Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin) serta terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu. Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibodi (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi. Penentuan spesies Lakukan ekstraksi brecak atau darah kercing dengan larutan gram faal. Dianjurkan untuk memakai 1 cm2 bercak atau 1 g darah kering, tetapi tidak melebihi separuh bahan yang tersedia. Cara cara yang dapat dipergunakan adalah : Reaksi cincin (eraksi presipitin dalam tabung). Ke dalam tabung reaksi kecil, dimasukkan serum anti globulin manusia, dan ke atasnya dituangkan ekstrak darah perlahan-lahan melalui tepi tabung. Biarakan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam. Hasil positif tampak sebagai cincin presipitasi yang keruh pada perbatasan kedua cairan. Reaksi presipitat dalam agar. Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubang lubang sejenis. Masukkan serum anti globulin manusia ke lubang di tengaj dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di lubang lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber)

pada temperatur ruang selama satu malam. Hasil positif memberikan presipitium jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang tepi.6,7 Penentuan golongan darah Darah yang telah mengering dapat berada dalam pelbagai tahap kesegaran. Bercak dengan sel darah merah masih utuh. Bercak dengan sel darah merah sudah rusak, tetapi dengan aglutinin dan antigen yang masih dapat dideteksi. Sel darah merah sudah rusak dengan jenis antigen yang masih dapat dideteksi namun sudah terjadi kerusakan aglutinin. Sel darah merah sudah rusak dengan antigen dan aglutinin yang juga sudah tidak dapat dideteksi. Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh, maka penentuan golongan darah dapat dilakukan secara langsung seperti pada penentuan golongan darah orang hidup, yaitu dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi. Bila sel darah merah sudah rusak, maka penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis aglutinin dan antigen. Antigen mempunyai sifat yang jauh lebih stabil dibandingkan dengan aglutinin. Di antara sistem sistem golongan darah, yang paling lama bertahan adalah antigen dari sistem golongan darah ABO. Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorpsi inhibisi, absorpsi elusi atau aglutinasi campuran. Cara yang biasa dilakukan adalah cara absorpsi elusi. Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi aglutinasi berarti darah mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator. Dalam kasus yang ada kaitannya dengan faktor keturunan, hukum Mendel memainkan peranan penting. Semua sistem golongan darah diturunkan dari orang tua kepada anaknya sesuai hukum Mendel. Walaupun masih ada kemungkinan penyimpangan hukum tersebut, misalnya pada peristiwa mutasi, namun karena frekuensinya sangat kecul (1:1.000.000), maka untuk kasus kasus forensik hal ini dapat diabaikan.6,7

Hukum Mendel untuk sistem golongan darah adalah sebagai berikut: Antigen tidak mungkin muncul pada anak, jika antigen tersebut tidak terdapat pada salah satu atau kedua orang tuanya. Orang tua yang homozigotik pasti meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya. (Anak dengan golongan O tidak mungkin mempunyai orang tua yang bergolongan darah AB). Pada kasus paternitas, bila hanya sistem ABO, MNS dan rhesus yang diperiksa, maka kemungkinannya adalah 50 60%, sedangkan bila semua sistem diperiksa maka kemungkinannya meningkat menjadi > 90%. Perlu diingat bahwa hukum Mendel tetap berdasarkan kemungkinan (probabilitas), sehingga penentuan ke-ayah-an dari sorang anak tidak dapat dipastikan, namun sebaliknya kita dapat memastikan seseorang adalah bukan ayah sorang anak (singkir ayah/paternity exclusion).

Interprestasi temuan
Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut.Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan a. Bercak tersebut benar darah b. Darah dari manusia atau hewan c. Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia Pemeriksaan Penyaringan (presumptive test)
Hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil negative pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah. 1. Reaksi Benzidine (Test Adler) Hasil: Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap pada kertas saring.

2. Reaksi Phenolphtalein (Kastle Meyer Test) Hasil: Hasil positif pada reaksi Fenoftalin adalah bila timbul warna merah muda pada kertas saring. Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah darah maka dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan meyakinkan darah berdasarkan terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen. Pemeriksaan Meyakinkan/ Test Konfirmasi PadaDarah
Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan bercak

darah tersebut benar berasal dari manusia, yaitu : 1. Cara kimiawi a. Test Teichman (Tes kristal haemin) Hasil: Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik. b. Test Takayama (Tes kristal B Hemokromogen) Hasil : Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus berwarna merah jambu yang terlihat dengan mikroskopik. c. Pemeriksaan Wagenaar Hasil: Hasil positif bila terlihat Kristal aseton hemin berbentuk batang berwarna coklat. Hasil negative selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur kimiawinya telah rusak, misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan sebagainya. 2. Cara serologik a. Test Presipitin Cincin Hasil: Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada bagian antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun.

b. Reaksi presipitasi dalam agar. Hasil : Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang tepi.
Selain

dua

tes

tersebut

terdapat

juga

tes

yang

digunakan

untuk

mengkonfirmasi bercak darah tersebut, yaitu : 3. Pemeriksaan Mikroskopik Hasil :


Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut hanya dapat menentukan kelas dan

bukan spesies darah tersebut.


Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti,

sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau elips dan tidak berinti Bila terlihat adanya drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapat dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.6 Histopatologi Hasil suction sekiranya dijalankan pemeriksaan histopatologi perlu mempunyai beberapa karakteristik untuk memastikan apakah benar ianya hasil konsepsi. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum); mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion). Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, sehingga dinamakan mola kruenta. Bentuk ini akan menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan sisanya akan mengalami organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk yang lain dapat berbentuk mola tuberosa; dalam hal ini amnion tampak berbenjol benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi: janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi; kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin berwarna kemerah merahan.6,7

Visum et Repertum
Tatalaksana VeR pada korban hidup 1. Ketentuan standar dalam penyusunan visum et repertum korban hidup
-

Pihak yang berwenang meminta keterangan ahli menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) adalah penyidik yang menurut PP 27/ 1983 adalah Pejabat Polisi Negara RI. Sedangkan untuk kalangan militer maka Polisi Militer (POM) dikategorikan sebagai penyidik.

Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) adalah dokter dan tidak dapat didelegasikan pada pihak lain.

Prosedur permintaan keterangan ahli kepada dokter telah ditentukan bahwa permintaan oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis yang secara tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2).

Penyerahan surat keterangan ahli hanya boleh dilakukan pada Penyidik yang memintanya sesuai dengan identitas pada surat permintaan keterangan ahli. Pihak lain tidak dapat memintanya.

2. Pihak yang terlibat dalam kegiatan pelayanan forensik klinik Dokter Perawat Petugas Administrasi

3. Tahapan-tahapan dalam pembuatan visum et repertum pada korban hidup -

Penerimaan korban yang dikirim oleh Penyidik. Penerimaan surat permintaan keterangan ahli/ visum et revertum. Untuk

mengantisipasi masalah saat korban akan diperiksa surat permintaan dari penyidik belum ada atau korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan keterangan ahli/ visum et repertum maka perlu dibuat kriteria tentang pasien/

korban yang pada waktu masuk Rumah Sakit/ UGD tidak membawa SpV sebagai berikut : o
o

Setiap pasien dengan trauma Setiap pasien dengan keracunan/ diduga keracunan Pasien tidak sadar dengan riwayat trauma yang tidak jelas Pasien dengan kejahatan kesusilaan/ perkosaan Pasien tanpa luka/ cedera dengan membawa surat permintaan visum

o
o o

Kelompok pasien tersebut di atas untuk dilakukan kekhususan dalam hal

pencatatan temuan-temuan medis dalam rekam medis khusus, diberi tanda pada map rekam medisnya (tanda VER), warna sampul rekam medis serta penyimpanan rekam medis yang tidak digabung dengan rekam medis pasien umum. Pemeriksaan korban secara medis o Tahap ini dikerjakan oleh dokter dengan menggunakan ilmu forensik

yang telah dipelajarinya.


-

Pengetikan surat keterangan ahli/ visum et repertum Penandatanganan surat keterangan ahli / visum et repertum Penyerahan benda bukti yang telah selesai diperiksa Penyerahan surat keterangan ahli/ visum et repertum.
o

Surat keterangan ahli/ visum et repertum juga hanya boleh diserahkan

pada pihak penyidik yang memintanya saja.1,6,7

CONTOH VISUM ET REPERTUM KORBAN HIDUP BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Jl. Simpang Ulin No. x Banjarmasin Nomor : Perihal : Lampiran PRO JUSTITIA Visum et Repertum Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nurul Aisyah, dokter pada Rumah Sakit Umum Ulin, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Daerah Jakarta Selatan tertanggal 8 Januari 2013 no: XV/ VER/ IX/ 9, maka pada tanggal lapan Januari dua ribu tiga belas, pukul dua belas Waktu Indonesia Tengah, bertempat di Rumah Sakit Umum Ulin, telah dilakukan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor registrasi xxxxxxx, yang menurut surat tersebut adalah: Nama Umur :----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------xxx/TUM/VER/IX/9 Banjarmasin, 8 Januari 2013

Hasil pemeriksaan atas korban bernama ---------------------------------------------:---------------------------------------------------------------------------------------------

:---------------------------------------------------------------------------------------------

Jenis Kelamin :Perempuan-------------------------------------------------------------------------------Bangsa:---------------------------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan Alamat --------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------1. Korban datang dalam keadaan ---------------------------------------------------------------------2. Pada korban ditemukan: ----------------------------------------------------------------------------

:---------------------------------------------------------------------------------------------

:---------------------------------------------------------------------------------------------

a. Luka pada uterus --------------------------------sekitar-------------------------------------

b. Perdarahan pada ------------------------------------------------------------------------------

c. Adanya robekan selaput dara pada lokasi---------------------dengan ukuran--------cm 3. Pada korban dilakukan pemeriksaan penunjang berupa: a. Laboratorium : pemeriksaan air seni menunjukkan --------------, pemeriksaan darah menunjukkan -------------- dengan golongan darah jenis ---b. Pemeriksaan DNA : didapatkan hasil DNA adalah ------------------------------------4. Ditemukan kelainan pada organ tubuh lainnya seperti-------------------------------------------5. Tindakan yang dilakukan terhadap korban adalah : a. ----------------------------------------------------------6. Korban di rawat/dipulangkan dengan -----------------------------------------KESIMPULAN -------------------------------------------------------------------------------------

Telah diperiksa seorang korban wanita berumur ------------- tahun, pada pemeriksaan ditemukan/ tidak ditemukan tanda kehamilan, ditemukan/tidak ditemukan tanda bekas tindakan aborsi dengan ada/tidak ada komplikasi dari tindakan tersebut. Demikianlah visum et repetum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.------------------------------------------------------------------------------------------------------Dokter tersebut di atas

NIP. 19969015 1 175896 001

dr Nurul Aisyah

Kesimpulan

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 22 minggu. Abortus dapat terjadi secara spontan atau secara buatan. Abortus buatan (pengguguran, aborsi, abortus provocatus) adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan mengakhiri proses kehamilan. Abortus buatan dapat bersifat legal (abortus provocatus medianalis/ therapeuticus) yang dilakukan berdasarkan indikasi medik. Abortus buatan ilegal (abortus provocatus criminalis) adalah abortus yang dilakukan berdasarkan indikasi nonmedik. Abortus ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten atau tenaga yang tidak kompeten. Berlandaskan Lafal Sumpah Hippokrates, Lafal Sumpah Dokter Indonesia dan International Code of Medical Ethics maupun KODEKI, setiap dokter wajib menghormati dan melindungi makhluk hidup insani. Karena itu, aborsi berdasarkan indikasi nonmedik adalah tidak etis.

Daftar pustaka
1. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Bagian Kedokteran Forensik, FKUI. Jakarta: 2001. 2. Abortus dan Undang undangnya. [Online]. 2008. [Cited 18 January 2011]. Available from: http://requestartikel.com/abortus-dan-undang-undangnya201012304.html 3. Kitab Undang undang Hukum Acara Pidana. [Online]. 2010. [cited 2011 January 12]. Available from: http://www.wirantaprawira.de/law/criminal/kuhap/index.html 4. Pelanggaran Etik dan Disiplin Profesi Dokter. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Cetakan Kedua. FKUI. Jakarta: 2007. Pg 137 143 5. Hickey J. The Medical Protection Society Experience Worldwide. Singapore: Medico-legal Annual Seminar, 27 28 October 2001. 6. Endokrinologi Kehamilan. 2009. Diunduh dari http://pustaka.unpad.ac.id/ 7. Idries, A. M, Tjiptomartono, A. L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses penyelidikan. Jakarta: Sagung seto; 2008. p. 174

You might also like