You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR A.

PENGERTIAN Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain. Bayi baru lahir normal merupakan janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup di luar kandungan. B. KARAKTERISTIK BAYI BARU LAHIR NORMAL Adapun karakteristik pada bayi baru lahir normal adalah : 1. Usia 36-42 minggu. 2. Berat badan lahir mencapai 2500 gram sampai 4000 gram. 3. Dapat bernafas dengan teratur dan normal. 4. Organ fisik lengkap dan dapat berfungsi secara baik. C. ADAPTASI FISIK BAYI BARU LAHIR NORMAL Segera setelah bayi baru lahir, BBL harus diadaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang dialmi oleh bayi baru lahir yang semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna yang dingin dimana segala kebutuhannya memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Periode adaptasi terhadap kehidupan diluar rahim disebut periode transisi. Periode ini berlangsung selama 1 buan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa system tubuh. Transisi yang paling cepat terjadi adalah pada system pernapasan dan sirkulasi, system termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa. 1. Perubahan Sistem Pernapasan Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik dari luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke paru-paru secara mekanis. Interaksi system pernafasan, kardiovaskuler, dn sisitem saraf pusat menghasilkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan. Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru, mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali. 2. Perubahan Sistem Peredaran Darah Setelah lahir, darah bayi harus melewati paru untuk mengambil oksigen untuk mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar yaitu, penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta. Oksigen menyebabkan pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah. 3. Sistem Pengaturan Suhu Suhu dingin dilingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pebentukan suhu tanpa mengigil merupakan usaha seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. 4. Metabolisme Glukosa Untuk memfungsikan otak membutuhkan gkukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL, jumlah glukosa dalam darah akan turun dalam waktu cepat. BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. 5. Gastrointestinal Reflek gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Kemampuan menelan dan mencerna makanan terbatas pada bayi. Hubungan antara esophagus bawahdengan lambung masih belum sempurna. Kapasitas lambung juga terbatas yaitu kurang dari 30 cc dan akan bertambah secara lambat sesuai dengan pertumbuhan. 6. Kekebalan Tubuh System imunitas pada BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan yang dimiliki

oleh bayi antara lain : Perlindungan kulit oleh membrane mukosa. Fungsi jaringan saluran nafas. Pembentukan koloni mikroba leh kulit dan usus. Perlindungan kimia oleh asam lambung. D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN Fokus utama pengkajian pada bayi baru lahir adalah transisi dari kehidupan intrauterus ke ekstra uterus dengan mengenalkan kepada anggota keluarga sesuai kondisi neonatus. 1. Sirkulasi Nadi apical dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 kali/menit. Tekanan darah 60 mmHg sampai 80 mmHg untuk systole dan 40 mmHg sampai 45 mmHg untuk diatole. Bunyi jantung seperti murmur biasa terjadi selama beberapa jam pertama kehidupan. Nadi perifer mungkin lemah, nadi brakhialis dan radialis lebih mudah dipalpasi daripada nadi femoralis. 2. Eliminasi Pada bayi baru lahir tidak ada perbedaan. Bayi yang lahir cukup bulan tanpa ada kelainan dapat segera berkemih secara spontan. Abdomen lunak tanpa distensi, bising usus akan aktif dalam beberapa jam setelah kelahiran. Pengeluaran feses mekonium dalam 24 jam sampai 48 jam setelah kelahiran. 3. Makanan/Cairan Berat badan pada bayi baru lahir mencapai 2500 gram sampai 4000 gram dengan panjang badan 44cm sampai 55cm. 4. Neurosensori Tonus otot fleksi hipertonik dari semua ekstremitas. Sadar dan aktif mendemonstrasikan reflex menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran. Kaput suksedaneum dan/molding mungkin ada selama 3 sampai 4 hari. Sutura cranial yang bertumpang tindih mungkin terlihat, sedikit obliterasi fontanel anterior. Mata dan kelopak mata mungkin udema, hemorargi subkonjungtiva atau hemorargi retina mungkin terlihat, konjungtivitis selama 1 sampai 2 hari ungkin terjadi setelah penetesan obat mata oftalmik terapeutik. Adanya reflex moro, plantar, genggaman palmar, dan babinskis. 5. Pernapasan Apgar skor optimal, harus mencapai 7 sampai 10. Rentang dari 30 samapai 60/menit dengan pola periodic yang dapat terlihat. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels. Takipnea mungkin terlihat, diagfragmaik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dam abdomen. Pernapasan dangkal dan cuping hidung kadang terlihat. Krekels pernapasan dapat menetap selama beberapa jam pertama setelah kelahiran. 6. Keamanan Suhu terntang dari 36,5C sampai 37,5C. kulit berwarna merah muda dan ada pengelupasan pada tangan dan kaki. Akrosianosis mungkin ada selama beberapa hari periode transisi. Sefalohematoma dapat tampak sehari setelah kelahiran, peningkatan ukuran pada usia 2 sampai 3 hari kemudian direabsorpsi perlahan selama 1 sampai 6 bulan. 7. Pemeriksaan Penunjang pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status praasidosis, tingkat rendah menunjukkan gangguan asfiksia bermakna. Hemoglobin mencapai 15 sampai 20 g. hematokrit berkisar antara 43% sampai 61%. Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah yang menunjukkan kondisi hemolitik. Bilirubin Total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 sampai 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari. E. DIAGNOSA KEPERAWATAN Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada bayi baru lahir adalah : 1. Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan stressor prenatal atau intrapartum, produksi mucus yang berlebihan. 2. Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan jumlah lemak subkutan yang terbatas, sumber yang tidak dapa diperbaharui dari lemak cokelat, dan lapisan epidermis yang tipis. 3. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi perkembangan atau penambahan anggota

keluarga baru. 4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan laju metabolic, kebutuhan kalori tinggi, simpanan nutrisi minimal. 5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan anomaly congenital yang tidak terdeteksi dan pemajanan tehadap agen-agen infeksius. F. PERENCANAAN KEPERAWATAN Diagnosa 1 Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan stressor prenatal atau intrapartum, produksi mucus yang berlebihan. Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko tinggi terhadap pertukaran gas teratasi dengan criteria hasil : 1. Mempertahankan jalan nafas yang paten 2. Frekuensi dan pernafasan dalam batas normal 3. Tidak ada sianosis 4. Bebas dari tanda distress pernapasan Rencana Tindakan : 1. Ukur apgar skor pada menit pertama dan menit kelima. 2. Perhatikan komplikasi prenatal yang mempengaruhi status plasenta dan janin. 3. Tinjau ulang status janin intrapartum, termasuk denyut jantung janin. 4. Kaji frekuensi dan upaya pernafasan awal. 5. Perhatikan adanya pernafasan cuping hidung, pernafasan mendengkur, krekels, dan ronkhi. 6. Tempatkan bayi pada posisi trendelenburg yang dimodifikasi pada sudut 10. 7. Perhatikan nadi apical. 8. Berikan rangsangan taktil dan sensori yang tepat. 9. Observasi adanya sianosis. Diagnosa 2 Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan jumlah lemak subkutan yang terbatas, sumber yang tidak dapa diperbaharui dari lemak cokelat, dan lapisan epidermis yang tipis. Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh teratasi dengan criteria hasil : 1. Tanda-tanda vital dalam batas normal. 2. Tidak ada tanda-tanda hipotermia. Rencana Tindakan : 1. Tempatkan bayi baru lahir pada lingkungan yang hangat. 2. Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural. 3. Jangan mandikan bayi jika suhu tubuh belum stabil. 4. Perhatikan tanda-tanda sekunder distress dingin. Diagnosa 3 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi perkembangan atau penambahan anggota keluarga baru. Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan perubahan proses keluarga teratasi dengan criteria hasil : 1. Orang tua memulai proses kedekatan dengan cara bermakna. 2. Dapat dengan tepat mengidentifikasi bayi. Rencana Tindakan : 1. Informasikan kepada orang tua tentang kebutuhan neonatus. 2. Anjurkan orang tua untuk mengelus atau berbicara kepada bayi. 3. Diskusikan kemampuan bayi untuk berinteraksi.

4. Gunakan system identifikasi yang dapat diterima oleh hukum. Diagnosa 4 Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan laju metabolic, kebutuhan metabolic tinggi, simpanan nutrisi yang minimal. Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko perubahan nutrisi teratasi dengan criteria hasil : 1. Bebas dari tanda-tanda hipoglikemia. 2. Glukosa darah dalam batas normal. Rencana Tindakan : 1. Perhatikan nilai apgar skor. 2. Turunkan stressor fisik. 3. Timbang berat badan bayi. 4. Observasi bayi adanya tanda hipoglikemia. 5. Auskultasi bising usus. 6. Anjurkan keluarga memberikan makanan pada bayi sesuai jadwal. Diagnosa 5 Resiko tinggi cedera/infeksi berhubungan dengan anomaly congenital yang tidak terdeteksi dan pemajanan tehadap agen-agen infeksius. Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko terjadinya cedera/infeksi teratasi dengan criteria hasil : 1. Bebas dari tanda-tanda infeksi. 2. Pemulihan tepat waktu pada punting tali pusat. Rencana Tindakan : 1. Tinjau ulang factor ibu yang cenderung membuat bayi terkena infeksi. 2. Inspeksi kulit terhadap adanya ruam.kaji adanya tanda-tanda infeksi terutama pada tali pusat.perhatikan adanya letargi. 3. Berikan ASI sedini mungkin. 4. Pantau pemerikaan laboratorium darah. G. PELAKSANAAN KEPERAWATAN Tindakan keperawatan diberikan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara profesional sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan yaitu sebagai berikut : 1. Independent 2. Dependent 3. Interdependent H. EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian hasil yang diharapkan adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase evaluasi perlu untuk menentukan seberapa baik rencana asuhan keperawatan tersebut berjalan, dan bagaimana secara proses yang terus menerus. Revisi rencana keperawatan adalah komponen penting dari fase evaluasi. (Maryllin E. Doengoes. 2001) DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn E.2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC http://bidanlia.blogspot.com.2008/12/adaptasi-bayi-baru-lahir-html. TUBEKTOMI Konsep Dasar Tubektomi

1. Pengertian Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen (Saifuddin, 2003). Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang tidak akan mendapat keturunan lagi (Prawirohadjo, 2002). 2. Macam-Macam Teknik Tubektomi a) Saat operasi Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan atau masa interval. Sesudah suatu keguguran tubektomi sudah dapat langsung dilakukan Dianjurkan agar tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambatlambatnya 48 jam setelah bersalin. Tubektomi pasca persalinan lewat 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba, infeksi, dan kegagalan. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7 10 pasca persalinan. 3. Cara Mencapai Tuba 1. Laparatomi Cara ini mencapai tuba melalui laparatomi biasa, terutama pada pasca persalinan. 2. Laparatomi mini Laparatomi mini khusus untuk tubektomi paling mudah dilakukan 1 2 hari pasca persalinan. Uterus yang masih besar, tuba masih panjang dan dinding perut yang masih longgar memudahkan mencapai tuba dengan sayatan kecil sepanjang 1 2 cm di bawah pusat. Bila tubektomi dilakukan 3 5 hari post partum, maka dapat dilakukan insisi median karena uterus dan tuba lebih terinvolusi. Dilakukan insisi mediana setinggi 2 jari di bawah uteri sepanjang 1 2 cm. 3. Kolporomi posterior Pasien diletakkan dalam sikap litotomi, dinding belakang vagina dijepit pada jarak 1 dan 3 cm dari servik dengan 2 buah cunam. Lipatan dinding vagina diantara kedua jepitan itu digunting sekaligus sampai menembus. Sedangkan anastesi yang dipakai lebih umum, atau spinal. 4. Laparaskopi Pasien diletakkan dalam sikap litotomi, kanula rubin dipasang pada kanalis servikalis dan bibir depan serviks dijepit dengan tenakulum bersama-sama yaitu untuk mengemudikan uterus selagi operasi dilakukan. Kulit kiri kanan pusat dijepit dengan Allis dan dengan pisau runcing di tusuk di tengah dan diperbesar sampai 1,5 cm. 4. Cara Penutupan Tuba Dengan cara: pomeroy, irving, pemasangan cincin falope klip filshie dan elektro-koagulasi disertai pemutusan tuba (Prawirohardjo, 2003). 5. Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi Indikasi sterilisasi (tubektomi) dapat dibagi lima macam, yaitu : 1) Indikasi medis Adalah penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit jantung (termasuk derajat 3 dan 4) ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya. Penyakit jantung, gangguan pernafasan, diabetes mellitus tidak terkontrol, hipertensi, maligna, anemia gravis, tumor ginekologik, infeksi panggul 3 bulan terakhir, riwayat penyakit operasi yang sulit observasi (Santoso, 2006). 2) Indikasi obsetri Adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat. Meskipun secara medis tidak menunjukkan apa-apa seperti multiparitas (banyak anak) dengan usia relatif lanjut (grandemultigravida) yakni paritas umur 35 tahun atau lebih, seksio sesarea dua kali atau lebih. 3) Indikasi genetik Adalah penyakit herediter yang membahayakan keselamatan dan kesehatan anak seperti :

Huntington`s chorea, Tayschs disease dan lain-lain. 4) Indikasi kontrasepsi Adalah indikasi yang murni ingin menghentikan (mengakhiri) kesuburan artinya pasangan tersebut tidak menginginkan kelahiran anak lagi. 5) Indikasi ekonomi Adalah pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga (Sudarmo, 2001) 6. Kontraindikasi 1. Hamil (sudah dideteksi atau dicurigai) 2. Perdarahan pervaginam yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi) 3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol). 4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan 5. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilisasi di masa depan 6. Belum memberi persetujuan tertulis (Saifuddin, 2003). 7. Syarat-Syarat Kontrasepsi Mantap (Tubektomi) Harus sudah memiliki paritas > 2 anak terkecil berumur 2 tahun Umur ibu Menganjurkan rumus 100 artinya umur ibu dikalikan dijumlah anak setidak-tidaknya mendekati angka 100/lebih, contoh : ibu yang berumur 30 tahun bila 12 berumur 25 dijumlah anak minimal adalah 4 (Santoso, 2006) dan menurut Prawirohardjo (2003), usia ibu > 26 tahun. Perkawinan stabil (Keluarga harmonis) Karena perceraian setelah kontap dapat membuat penyesalan yang sangat sulit diatasi. Konseling Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Klien diberi kesempatan untuk menilai keuntungan, kerugian, akibat, prosedur dan alternatif lain dan tidak harus menentukan pilihannya ada saat itu juga (Sudarmo, 2001). Sangat penting karena penyesalan setelah kontap kebanyakan terjadi karena konseling yang kurang adekuat. Konseling harus dilakukan pada saat calon klien (pasangan) berada pada kondisi psikologis yang prima (Sudarmo, 2001). Informed consent Adalah pernyataan klien bahwa 12 menerima atau menyetujui sebuah tindakan medis (dalam hal ini Tubektomi) secara sukarela dan menyadari sepenuhnya semua risiko dan akibatnya (Sudarmo, 2001). 8. Keuntungan Tubektomi Secara Umum Sangat efektif (0,2 4 kehamilan / 100 wanita selama tahun pertama penggunaan). Permanen Tidak mempengaruhi proses menyusui (Breastfeeding) Tidak bergantung pada faktor senggama Baik bagi klien apabila kehamilan jadi risiko yang serius bagi kesehatan. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal Tidak ada efek samping dalam jangka panjang Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium) (saifuddin, 2003). 2.2.1 Kerugian Tubektomi Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat diputuskan kembali) kecuali dengan operasi rekanalisasi. Klien dapat menyesal dikemudian hari Risiko komplikasi kecil (meningkat bila digunakan anestesi umum) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan Dilakukan oleh dokter yang terlatih

Tidak melindungi diri dari Infeksi Menular Seksual (IMS) Asuhan keperawatan pasien dengan operasi tubektomi 1. Laporan pendahuluan 1) Etiologi Operasi tubektomi dilakukan disebabkan karena: 6) Alasan medis Adalah penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit jantung (termasuk derajat 3 dan 4) ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya. Penyakit jantung, gangguan pernafasan, diabetes mellitus tidak terkontrol, hipertensi, maligna, anemia gravis, tumor ginekologik, infeksi panggul 3 bulan terakhir, riwayat penyakit operasi yang sulit observasi (Santoso, 2006). 7) obsetri Adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat. Meskipun secara medis tidak menunjukkan apa-apa seperti multiparitas (banyak anak) dengan usia relatif lanjut (grandemultigravida) yakni paritas umur 35 tahun atau lebih, seksio sesarea dua kali atau lebih. 8) genetik Adalah penyakit herediter yang membahayakan keselamatan dan kesehatan anak seperti : Huntington`s chorea, Tayschs disease dan lain-lain. 9) kontrasepsi Adalah indikasi yang murni ingin menghentikan (mengakhiri) kesuburan artinya pasangan tersebut tidak menginginkan kelahiran anak lagi. 10) Indikasi ekonomi Adalah pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga (Sudarmo, 2001) 2) Manifestasi klinis Nyeri tekan lokal pada bagian post operasi Pucat 3) Penatalaksanaan Pada pasien dengan post operasi tubektomi, pengobatan yang paling baik adalah operasi. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makananyang tidak merangsang persitaltik. 2. Proses keperawatan 1) Pengkajian A. Identitas Pasien Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register. B. Riwayat Keperawatan a. Riwayat Kesehatan saat ini : keluhan nyeri pada luka post operasi tubektomi,peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit. b. Riwayat Kesehatan masa lalu 2) Pemeriksaan Fisik a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung. b. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali. c. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang. d. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak. e. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening

3) Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi. b. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan. 4) Diagnosa keperawatan Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen bawah post operasi tubektomi Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive tubektomi 5) Intervensi keperawatan Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post operasi appenditomi Tujuan Nyeri berkurang / hilang Kriteria hasil Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat. Intervensi Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat. Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler. Berikan aktivitas hiburan. Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika. Rasional Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri. meningkatkan relaksasi. Menghilangkan nyeri. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri. Tujuan Toleransi aktivitas Kriteria hasil Klien dapat bergerak tanpa pembatasan Tidak berhati-hati dalam bergerak. Intervensi catat respon emosi terhadap mobilitas. Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien. Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif. Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan. Rasional Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan. Memperbaiki mekanika tubuh. Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive tubektomi Tujuan Infeksi tidak terjadi Kriteria hasil Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan Intervensi Ukur tanda-tanda vital Observasi tanda-tanda infeksi

Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik Observasi luka insisi Rasional Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri. Memberikan deteksi dini terhadap infeksi da n perkembangan luka. Diposkan oleh Ratnayanti 'anna' nasrum di 00:52 INTERPRETASI DATA DASAR Diagnosa : Akseptor baru KB tubektomi DS : - Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah ikut KB - Ibu mengatakan tidak ingin punya anak lagi - Ibu ingin mengikuti KB mantap (tubektomi) DO : - Pada palpasi Muka : tidak odem Mata : conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus Abdomen : terdapat luka bekas operasi,terdapat striae Leopold I : TFU setinggi 3 jari bawah px Leopold II : punggung kiri Leopold III : letak kepala Leopold IV : kepala sudah masuk PAP - TTV Tensi : 120 / 80 mmHg Nadi : 84 x / menit Suhu : 362 oC Respirasi : 20 x / menit Masalah : tidak ada Kebutuhan :tidak ada III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Kolaborasi dengan dokter SPOG V. INTERVENSI 1. Konseling tentang tubektomi yaitu tentang manfaat, keterbatasan ,waktu melakukan tubektomi, yang dapat atau tidak dapat menjalani tubektomi R : agar ibu mengerti benar tentang tubektomi dan meyakinkan pilihannya 2. Berikan informed consent R: sebagai tanda persetujuan agar tidak memberatkan bidan 3. Tanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metode kontrasepsi tubektomi R : untuk melakukan tindakan selanjutnya 4. Siapkan ibu menjelang tindakan operatif R : untuk menjaga keadaan ibu tetap baik 5. Berikan HE pada ibu R : agar ibu tidak merasa nyeri dan tindakan operatif berguna maksimal VI. IMPLEMENTASI Tanggal : 26-11-2009

Jam : 09.00 WIB

2. 3. 4. -

1. Memberikan konseling tubektomi yaitu : Manfaat kontrasepsi Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan) Tidak mempengaruhi proses menyusui Tidak bergantung pada factor senggama Non Kontrasepsi Berkurangnya risiko kanker ovarium Keterbatasan Harus diperhitungkan sifat permanent metode ini Resiko komplikasi kecil Tidak melindungi diri dari IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS Yang dapat menjalani tubektomi Usia > 26 tahun Paritas > 2 Yakin telah mempunyai besar keluarga sesuai kehendaknya Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi Hamil atau dicurigai hamil Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan Infeksi sistemik Kapan Dilakukan Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila tidak hamil Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi) Bersamaan dengan SC Memberikan informed consentsebagai persetujuan dari klien dan suami Menanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metoe kontrasepsi tubektomi Menyiapkan ibu menjelang yindakan operatif yaitu ; memasang infuse memasang cateter tetap melakukan skeren 5. Memberikan HE pada ibu pasca tindakan operatif : Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas normal secara bertahap Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman. Hindari mengangkat benda-benda berat dan kerja keras selama 1 minggu Kalau sakit miinumlah 1 atau 2 tablet analgesic setiap 4-6 jam Jadwalkanlah sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7-14 hari setelah pembedahan Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu

VII. EVALUASI Tanggal : 26-11-2009 Jam : 10.00 WIB v Ibu mengerti penjelasan dari bidan v Ibu mantap memilih metode kontrasepsi tubektomi v Ibu berharap semoga operasinya berjalan lancar

Pengkajian fisik bayi baru lahir 1. Posture a. Inspeksi Bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi didalam rahim selama beberapa hari b. Riwayat persalinan Tekanan saat dalam rahim pada anggota gerak atau bahu dapat menyebabkan ketidaksimetrisan wajah untuk sementara atau menimbulkan tahanan saat ekstremitas akstensi. 2. Tanda-tanda vital a. Suhu: aksila 36,5-37C, suhu stabil setelah 8-10 jam kelahiran b. Frekuensi Jantung: 120-140 denyut/menit, bisa tidak teratur untuk periode singkat, terutama setelah menangis c. Pernafasan: 30-60 kali/menit d. Tekanan Darah: 78/42mmHg Pada waktu lahir, sistolik 60-80mmHg dan diastolik 40-50mmHg Setelah 10 hari, sistolik 95-100mmHg dan diastolik sedikit meningkat Tekanan darah bayi baru lahir bervariasi seiring perubahan tingkat aktivitas (terjaga,menangis atau tidur ) 3. Pengukuran umum a. Berat: berat badan lahir 2500-4000gr b. Panjang badan: dari kepala sampai tumit 45-55cm c. Lingkar kepala: diukur pada bagian yang terbesar yaitu oksipito-frontalis 33-35cm d. Lingkar dada: mengukur pada garis buah dada, sekitar 30-33cm e. Lingkar abdomen: mengukur di bawah umbilikalis, ukuran sama dengan lingkaran dada. 4. Integumen a. Warna: biasanya merah muda, ikterik fisiologis dialami oleh 50% bayi cukup bulan dan hiperpigmentasi pada areola, genetalia dan linia nigra. Perubahan warna normal seperti akrosianosissianosis tangan dan kaki dan kurtis marmorata- motting sementara ketika bayi terpapar suhu rendah. b. Kondisi: hari kedua sampai ketiga, mengelupas, kering. Tidak terdapat edema kulit, beberapa pembuluh darah terlihat jelas di abdomen. Vernik kaseosa, putih seperti keju, tidak berbau dengan jumlah dan tempat yang bervariasi, Lanugo di daerah bahu, pinna, telinga dan dahi dengan jumlah yang bervariasi c. Turgor kulit: dengan mencubit kulit bagian daerah perut dan paha bagian dalam, turgor kulit baik saat kulit segera kembali kekeadaan semula setelah cubitan dilepas. Indikator terbaik untuk dehidrasi adalah kehilangan berat badan pada bayi baru lahir kehilangan 10% BB setelah lahir adalah normal. 5. Kepala a. Kulit kepala: rambut keperakan, helai rambut satu-satu, jumlah bervariasi. Kadang terdapat kaput suksedaneum: bisa memperlihatkan adanya ekimosis b. Bentuk dan ukuran: ukuran kepala bayi baru lahir seperempat panjang tubuh, kadang sedikit tidak simetris akibat posisi dalam rahim. c. Fontanel: fontanel anterior bentuk berlian, 2-5 sampai 4,0 cm. Fontanel posterior bentuk segitiga 0,5 sampai 1 cm. Fontanel harus datar, lunak dan padat. d. Sutura: teraba dan tidak menyatu 6. Mata a. Letak: pada wajah dengan jarak antar mata masing-masing 1/3 jarak dari bagian luar kantus ke bagian luar kantus yang lain. b. Bentuk dan ukuran: ukuran dan bentuk simetris, kedua bola mata ukuran sama, refleks kornea sebagai respons terhadap sentuhan, refleks pupil sebagai respo terhadap cahaya, reflek berkedip sebagai respon terhadap cahaya atau sentuhan. Gerakan bola mata acak, dapat fokus sebentar, dan dapat melihat kearah garis tengah.

7. Hidung Berada di garis tengah wajah, tampak tidak ada tulang hidung, datar, lebar, terdapat sedikit mucus tetapi tidak ada lender yang keluar. Kadang bersin untuk membersihkan hidung. 8. Telinga Terletak pada garis sepanjang kantus luar, terdiri dari tulang rawan padat, berespon terhadap suara dan bayi. 9. Mulut Gerakan bibir simetris , gusi berwarna merah muda, palatum lunak dan palatum keras utuh, uvula digaris tengah, terdapat reflek menghisap, rooting dan ekstrusi. 10. Leher Leher pendek, dikelilingi lipatan kulit dan tidak terdapat selaput. Kepala terdapat digaris tengah. Muskulus strenokleidomastoideus sama kuat dan tidak teraba massa, bebas bergerak dari satu sisi ke sisi lain, terdapat reflek leher tonik, reflek neck-righting dan reflek orolith-ligthing. 11. Dada Bentuk hampir bulat (sperti tong), gerakan dada simetris, gerakan dada dan perut sinkron dengan pernapasan. Putting susu menonjol dan simetris, nodul payudara sekitar 6 mm pada bayi cukup bulan. 12. Abdomen Bentuk abdomen bulat, menonjol, hati teraba 1-2 cm di bawah batas iga kanan. Tidak teraba massa, tidak distensi. Bising usus terdengar 1-2 jam setelah lahir, mekonium keluar 24-28 jam setelah lahir. Batas antara tali pusat dan kulit jelas, tidak terdapat usus halus didalamnya, tali pusat kering didasar dan tidak berbau. 13. Genetalia a. Wanita: labia dan klitoris biasanya edema, labia minora lebih besar dari labia mayora, meatus uretral di belakang klitoris, vernika kaseosa di antara labia, berkemih dalam 24 jam. b. Laki-laki: lubang uretra pada puncak glen penis, testis dapat diraba di dalam setiap skrotum, skrotum biasanya besar, edema, pendulus, dan tertutup dengan rugae, biasanya pigmentasi lebih gelap pada kulit kelompok etnik. Smegma dan berkemih dalm 24 jam c. Periksa anus ada atau tidak menggunakan termometer anus 14. Ekstremitas Mempertahankan posisi seperti dalam rahim. Sepuluh jari tangan dan jari kaki, rentang gerak penuh, punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera stelah lahir. Fleksi ekstremitas atas dan bawah. Telapak biasanya datar, Ekstremitas simetris, Tonus otot sama secara bilateral, Nadi brakialis bilateral sama. EVALUASI APGAR PADA BAYI BARU LAHIR No. TANDA 0 1 3 1. Frekuensi jantung Tidak ada Dibawah 100 Diatas 100 2. Upaya pernapasan Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis 3. Tonus otot Lemah Beberapa fleksi tungkai Gerakan aktif 4. Respon terhadap kateter dalam lubang hidung (diuji sesudah osofaring bersih) Tidak ada respon Menyeringai Batuk atau bersin 5. Warna Biru,pucat Tubuh merah muda,tungkai biru Seluruhnya merah muda Asfiksia : Bayi tidak dapat segera bernapas spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berat : Apgar skor = 0-3 Asfiksia ringan: Apgar skor =4-6 Penatalaksanaan 1. mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat untuk mencegah hipotermi. 2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.

3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan setempat. 4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya. 5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima 6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu, pemasangan gelang nama sesuai ketentuan setempat 7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi. 8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu sampai enam jam setelah lahir) 9. Menetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia neonatorum. 10. Pemerikksaan fisik dan antropometri. 11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat. 12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial. Diagnosa keperawatan dan intervensi pada bayi baru lahir 1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus berlebihan, posisi tidak tepat Intervensi keperawatan 1. Hisap mulut dan naso faring dengan spuit bulb sesuai kebutuhan 2. Tekan bulb sebelum memasukkan dan mengaspirasi faring, kemudian hidung untuk mencegah aspirasi cairan 3. Dengan alat penghisap mekanis, batasi setiap upaya penghisapan sampai lima detik dengan waktu yang cukup antara upaya tersebut memungkinkan reoksigenisasi 4. Posisikan bayi miring ke kanan setelah memberikan makan untuk mencegah aspirasi 5. Posisikan bayi telungkup atau miring selama tidur 6. Lakukan sedikit mungkin prosedur pada bayi selama jam pertama dan sediakan oksigen untuk digunakan bila terjadi distress pernapasan 7. Ukur tanda vital sesuai kebijakan institusional dan lebih sering bila perlu. Observasi adanya tandatanda distres pernapasan dan laporkan adanya hal berikut dengan segera: tacipnea, mengorok, stridor, bunyi napas abnormal, pernapasan cuping hidung, sianosis. 8. Pertahankan popok, pakaian dan selimut cukup longgar untuk memungkinkan ekspansi paru maksimum (abdomen) dan untuk menghindari terlalu panas 9. Bersihkan lubang hidung dari sekresi kering selama mandi atau bila perlu. 10. Periksa kepatenan lubang hidung. 2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur, perubahan suhu lingkungan. Intervensi keperawatan: 1. Selimuti bayi dengan rapat dalam selimut hangat 2. Tempatkan bayi dalam lingkungan yang dihangatkan sebelumnya di bawah penghangat radian atau di dekat ibu 3. Tempatkan bayi pada permukaan yang diberi bantalan dan penutup 4. Ukur suhu bayi pada saat tiba di tempat perawatan atau kamar ibu: lakukan sesuai kebijakan rumah sakit mengenai metode dan frekuensi pemantauan 5. Pertahankan temperatur ruangan antara 24C-25,5C dan kelembaban sekitar 40% sampai 50% 6. Berikan mandi awal sesuai kebijakan rumah sakit, cegah menggigil pada bayi sebelum mandi dan tunda mandi bila ada pertanyaan mengenai stabilisasi suhu tubuh 7. Beri pakaian dan popok pada bayi dan bedong dalam selimut 8. Berikan penutup kepala pada bayi bila kehilangan panas menjadi masalah karena area permukaan besar dari kepala memungkinkan terjadinya kehilangan panas 9. Buka hanya satu area tubuh untuk memeriksa atau prosedur 10. Waspada terhadap tanda hipotermia atau hipertermia. 3. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu Intervensi keperawatan: 1. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat setiap bayi 2. Pakai sarung tangan ketika kontak dengan sekresi tubuh

3. Periksa mata setiap hari untuk melihat adanya tanda-tanda inflamasi 4. Jaga bayi dari sumber potensial infeksi 5. Bersihkan vulva pada arah posterior untuk mencegah kontaminasi fecal terhadap vagina atau uretra 4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik Intervensi keperawatan: 1. Hindari penggunaan termometer rektal karena resiko perforasi rektal 2. Jangan pernah meninggalkan bayi tanpa pengawasan di atas permukaan tinggi tanpa pagar 3. Jaga agar objek tajam atau runcing berada jauh dari tubuh bayi 4. Jaga agar kuku jari sendiri tetap pendek dan tumpul, hindari perhiasan yang dapat melukai bayi 5. Lakukan metode yang tepat dalam penanganan dan pemindahan bayi 5. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan imaturas, kurangnya pengetahuan orang tua Intervensi keperawatan: 1. Kaji kekuatan menghisap dan koordinasi dengan menelan untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah yang mempengaruhi makan 2. Berikan masukan awal sesuai keinginan orang tua, kebijakan RS dan protokol praktisi 3. Siapkan untuk pemberian makan yang dibutuhkan dari bayi yang minum ASI, pemberian makan malam ditentukan oleh kondisi dan keinginan ibu 4. Berikan yang makan dengan botol 2-3 formula setiap 3-4 jam atau sesuai kebutuhan 5. Dukung dan bantu ibu menyusui selama pemberian makan awal dan lebih sering bila perlu 6. Hindari pemberian makan suplemen atau air rutin untuk bayi yang minum ASI 7. Dorong ayah atau orang tua pendukung lain untuk tetap bersama ibu untuk membantu ibu dan bayi dalam merubah posisi, relaksasi dll 8. Dorong ayah atau orang pendukung lain untuk berpartisipasi dalam pemberian makan dengan botol 9. Tempatkan bayi miring ke kanan setelah makan untuk mencegah aspirasi 10. Observasi pola feces 6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis maturasi, kelahiran bayi cukup bulan, perubahan dalam unit keluarga Intervensi 1. Segera mungkin setelah kelahiran dorong orang tua untuk melihat dan menggendong bayi, tempatkan bayi baru lahir dekat ke wajah orang tua untuk menciptakan kontak sosial 2. Idealnya lakukan perawatn mata setelah pertemuan awal bayi dengan orang tua, dalam 1 jam setelah kelahiran bila bayi terjaga dan paling mungkin untuk berhubungan secara visual dengan orang tua 3. Identifikasikan untuk orang tua prilaku khusus yang ditunjukkan pada bayi (mis: kesadaran, kemampuan untuk melihat, penghisapan yang kuat, rooting dan perhatiakn pada suara manusia) 4. Izinkan saudara kandung untuk berkunjung dan menyentuh bayi baru lahir bila mungkin 5. Jelaskan perbedaan fisik pada bayi baru lahir, seperti kepala botak, potongan tali pusat dan klemny dll 6. Jelaskan pada saudara kandung harapan realistis mengenai kemampuan pada bayi baru lahir contoh: memerlukan perawatan komplit, bukan teman bermain 7. Dorong saudara kandung untuk berpartisipasi dalam perawatan dirumah agar mereka merasa menjadi bagian dari pengalaman 8. Dorong orang tua untuk menghabiskan waktu dengan anak-anaknya yang lain dirumah untuk mengurangi perasaan cemburu terhadap saudara baru Implikasi Keperawatan

You might also like