You are on page 1of 7

Catatan: 1. Subyektif: 2.

Objektif:

Pasien laki-laki usia 60 tahun Pasien alih rawat dengan piopneumothoraks + TB Paru + CHF + Diabetes tipe II Saat ini badan terasa lemas Riwayat tekanan darah tinggi (+)

Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Tampak sakit berat Kesadaran : CM Antropometri : Tanta Vital : - Nadi : 92 x/menit, tidak teratur - Pernafasan : 28 x/menit Status Generalis : Kepala : Bentuk normocephal Mata Hidung Telinga Mulut : Pupil isokhor 3 mm/3mm, konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, mata cekung -/: Normonasi, sekret (-/-), deviasi septum nasi (-) : Normotia, sekret (-/-), radang (-) : Bibir kering (+), lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring hiperemis (-) - Tensi : 120/70 mmHg

Leher : KGB (-/-)

Thorax : bentuk dan gerak simetris Paru-paru:

Inspeksi : Pergerakan pengembangan dinding dada tidak simetris, pergerakan dinding dada kiri nampak tertinggal. Nampak adanya selang WSD pada ICS V line aksilaris sinistra Palpasi : Tidak dilakukan Perkusi : Tidak dilakukan Auskultasi: Vesikuler +/+, Ronkhi -/+, wheezing -/-, slem -/ Jantung:

Inspeksi : Iktus Kordis terlihat Palpasi : Iktus kordis teraba disela iga 5-6 Perkusi : tidak dilakukan Auskultasi : S1 & S2 normal, murmur (-), Gallop (-) Abdomen Inspeksi : Datar, supel, tidak ada bekas operasi Auskultasi : BU normal Palpasi : tidak ada nyeri tekan abdomen, hepar tidak teraba, turgor kulit kembali lambat. Perkusi : timpani di 4 quadran abdomen

Ekstremitas atas dan bawah: edema (-/-), akral hangat, RCT < 2 detik normal, nadi kaki kuat angkat, ireguler Inguinal : KGB tidak teraba Anus dan Rektum : tidak ada kelainan

Genitalia : laki-laki, fimosis (-), orkitis (-) 3. Assessment: Definisi Pio Pneumotoraks adalah Pneumotoraks yang disertai empiema secara bersamaan pada sisi paru. Infeksinya berasal dari mikroorganisme yang membentuk gas atau dari robekan septik jaringan paru atau esofagus kearah rongga pleura, kebanyakan berasal dari robekan abses sub pleural dan sering membuat fistula broncopleura. Jenis kuman yang sering terdapat adalah Stappylococcus, Pseudomonnas, Mycobacterium Tuberculosis. Manifestasi Klinis Adanya keluhan-keluhan dan gejala-gejala klinis pneumotoraks amat tergantung pada besarnya lesi pneumotoraks dan ada tidaknya komplikasi penyakit paru. Beberapa pasien menunjukkan keadaan asimtomatik dan kelainan hanya dapat ditemukan pada pemeriksaan foto dada rutin. Gejala yang utama adalah berupa rasa sakit yang tiba-tiba dan bersifat unilateral serta diikuti sesak nafas. Kelainan ini ditemukan pada 80-90% kasus. Gejala-gejala ini lebih mudah ditemukan bila penderita melakukan aktivitas berat. Tetapi pada sebagian kasus, gejala-gejala masih gampang ditemukan pada aktivitas biasa atau waktu istirahat. Rasa sakit tidak selalu timbul. Rasa sakit ini bisa menghebat atau menetap bila terjadi perlengketan antara pleura viseralis dan pleura parietalis. Suatu waktu perlengketan ini bisa sobek pada tekanan kuat dari pneumotoraks, sehingga terjadi perdarahan intrapleura (hemato- pneumotoraks). Perkusi yang hipersonor Fremitus yang melemah sampai menghilang Suara nafas yang melemah sampai menghilang pada sisi yang sakit Pada lesi yang lebih besar atau pada tension pneumotoraks, trakea dan mediastinum dapat terdorong ke sisi kontralateral Diafragma tertekan ke bawah

Gerakan pernafasan tertinggal pada sisi yang sakit. Fungsi respirasi menurun Terjadi hipoksemia arterial dan curah jantung menurun

Kebanyakan pneumotoraks terjadi pada sisi kanan (53%), sedangkan sisi kiri (45%) dan bilateral hanya 2%. Hampir 25% dari pneumotoraks spontan berkembang menjadi hidropneumotoraks. Disamping keluhan-keluhan dan gejala-gejala klinis tersebut Penegakkan Diagnosis Diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Pada anamnesis didapatkan gejala seperti yang dijelaskan gejala klinis diatas. Pada inspeksi dinding dada, bisa didapatkan peninggian dinding yang terkena pneumotoraks, sehingga menjadi tidak simetris. Pada palpasi didapatkan fokal fremitus melemah pada sisi yang mengalami pneumotoraks. Pemeriksaan perkusi didapatkan bunyi hipersonor pada rongga pleura yang terisi udara. Pada auskultasi dengan bantuan stetoskop

menunjukkan adanya penurunan suara pernafasan pada sisi yang terkena. Trakea (saluran udara besar yang melewati bagian depan leher) bisa terdorong ke salah satu sisi karena terjadinya pengempisan paru-paru. Pemeriksaan Penunjang : Radiologis Foto Toraks Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan batas paru berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura visceral. Secara umum gambaran pada foto thoraks yang dapat menunjukkan adanya pneumotoraks antara lain : Garis penguncupan paru (halus) pleural line Paru kolaps Bayangan radiolusen/avaskular

Air fluid level Pendorongan mediastinum

Cara Menentukan Ukuran (Persentase) Pneumotoraks Volume paru dan hemitoraks dihitung sebagai diameter kubus. Jumlah (isi) paru yang kolaps ditentukan dengan rata-rata diameter kubus paru dan toraks sebagai nilai perbandingan (rasio). Misalnya : diameter kubus rata hemitoraks 10 cm dan diameter kubus rata rasio diameter kubus adalah 83/103=512/1000, sehingga diperkirakan pneumotoraknya 50%. Atau dengan menggunakan rumus

Penatalaksanaan Pneumotoraks Tindakan pengobatan pneumotoraks tergantung dari luasnya pneumotoraks. Tujuan dari penatalaksaan tersebut yaitu untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. British Thoracic Society and American Collage Chest Physicians telah memberikan rekomendasi untuk penanganan pneumotoraks. Prinsip-prinsip penanganan pada pneumotoraks adalah : 1. Observasi dan pemberian tambahan oksigen 2. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau tanpa pleurodesis 3. Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya blep tau bulla 4. Torakotomi a. Menusukkan jarum melalaui dinding dada sampai masuk rongga pleura, sehingga tekanan udara positif akan keluar melalui jarum tersebut b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui saluran kontra ventil, yaitu dengan : i. jarum infus set ditusukkan kedinding dada sampai masuk kerongga pleura ii. Abbocath : jarum Abbocath no. 14 ditusukkan kerongga pleura dan setelah mandrin dicabut, dihubungkan dengan infus set iii. WSD : pipa khusus yang steril dimasukkan kerongga pleura

Prognosis

Pasien dengan pneumotoraks spontan hampir separuhnya akan mengalami kekambuhan, setelah terapi dan observasi maupun setelah pemasangan tube thoracostomy. Kekambuhan jarang terjadi pada pasien-pasien pneumotoraks yang dilakukan torakotomi terbuka. Pasien-pasien yang penatalaksanaannya cukup baik, umumnya tidak dijumpai komplikasi. Pasien pneumotoraks spontan sekunder tergantung penyakit paru yang mendasarinya.

4.

Plan: - Karena kemungkinan terjadinya kekambuhan pada pasien ini cukup besar, dikarenakan penyakit paru yang medasarinya. Maka keluarga pasien diharapkan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar pasien. - Pola makan-makanan yang sehat dan bergizi, sangat dibutuhkan pasien - Lanjutkan pengobatan yang sudah diberikan

You might also like