You are on page 1of 7

Lab/SMF ILMU KESEHATAN THT Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman

TUGAS UJIAN

Disusun Oleh: Muhammad Yunus Rosyidi 05.48834.00235.09

PEMBIMBING dr. Selvianty, Sp.THT-KL

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik SMF/lab Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorokan RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman 2012

Spectrum bakteri Sinusitis et causa Dentogen5.6 Bacteriology of Periapical Abseses and Associated maxilarry Sinusitis Periapical Abceses - Prevotella intermedia - Porphyromonas ginggivalis - Fusobacterium nucleatum - Peptostreptococus micros - Stertococus milleri - Pretovella intermedia - Prevotella mentaninogenica - Streptococcus sanguls 55 years old Fusobacterium nucleatum Peptostreptococcuc anaeblus Veillonella parvula Prevotella oralis Peptostreptococcus micros Streptococcus milleri Porphyromonas ginggivalis Porphyromonas Asaccharolytica Peptostreptococcus sp

23 years old

Maxillary Sinusitis Fusobacterium nucleatum - Proventella intermedia - Peptistreptococcus prevotii - Streptococcus alfa hemolitikus Prevotella intermedia Prevotella metaninogenica Peptostreptococcus prevotii Fusobacterium nuclestum Peptostreptococcus anaerobes Peptostreptococcus sp. Prevotella oralis Peptostreptococcus micros Prevotella intermedia

28 years old

45 years old

48 years old

Prophyromonas Asaccharolytica Fusobacterium nucleatum

Tehnik Pemeriksaan CT Scan pada Snus Paranasal

A. Pengertian

Teknik pemeriksaan CT-Scan SPN

merupakan pemeriksaan radiologi untuk

mendapatkan gambaran irisan dari sinus paranasal baik secara aksial maupun coronal. CT-Scan SPN memberikan tampilan yang memuaskan atas sinus dan dapat menilai opasitas, penyebab, dan jenis kelainan dari sinus. CT-Scan SPN baik dalam memperlihatkan dekstruksi tulang dan mempunyai peranan penting dalam perencanaan terapi serta menilai respon terhadap radioterapi. Hal-hal tersebut merupakan kelebihan CT-Scan SPN dibandingkan dengan foto polos SPN biasa.7,8 B. Peranan CT-SCAN pada sinusitis Kemampuan CT-Scan dalam memperlihatkan secara simnulatan arsitektur tulang tulang maksilofasial, jaringan lunak dan udara, menjadikan pemeriksaan ini merupakan modalitas pilihan untuk mengevaluasi anatomi regio cavum nasi dan sinus paranasal. Perpaduannya dengan pemeriksaan penyakit sinusitis keonis. Pemeriksaan CT-Scan mampu memberikan gambaran struktur anatomi pada area yang tidak tampak melalui endoskopi. Pemeriksaan ini sangat baik dalam memperlihatkan sel sel etmoid anterior, dua-pertiga atas cavum nasi dan resesus frontalis. Pada daerah ini CT-Scan dapat memperlihatkan lokasi factor penyebab sinusitis kronis, yaitu KOM. 7,10 Dengan potongan koronal dapat diidentifkasi dan dievaluasi secara sistematis struktur struktur seperti ostium sinus maksila, etmoid infundibulum, meatus medius, proses unsinatus, bula etmoid, resesus frontal, sinus frontal, sinus maksila, sinus etmoid dan sinus sphenoid. Perhatian khusus difokuskan pada etmoid infundibulum, meatus medius dan resesus frontal yang merupakan tempat drainase. Beberapa variasi anatomi yang dapat menjadi factor predisposisi penyempitan KOM dapat diidentifikasi. Apabila ada keterbatasan dana atau fasilitas, TK potongan koronak sudah cukup memadai untuk memandu operasi BSEF. Tetapi bila kelainan terdapat di sinus sphenoid atau etmoid posterior perlu dibuat potongan aksial untuk melihat jalannya nervus optikus dan arteri yang mungkin dapat berjalan di dalam sinus posterior tersebut. Selain itu dengan mengevaluasi penebalan mukoperiosteum dapat dinilai derajat sinusitisnya.

Juga dapat diukur jarak dan sudut yang pasti dari aperture piriformis sampai resesus frontal atau tepi anterior sinus sphenoid. Hal ini akan sangat membantu perencanaan operasi BSEF.7,10. C. Indikasi Pemeriksaan 8

Sespect mass, lesi atau tumor Infeksi atau alergi


o

Udara dalam sinus digantikan oleh cairan/ mukosa yang menebal hebat atau kombinasi keduanya

Mukokel
o

Merupakan sinus yang mengalami obstruksi. CT-Scan SPN jelas memperlihatkan ukuran dan luas mukokel

Karsinoma sinus atau rongga hidung


o

CT-Scan SPN baik dalam menampakkan dekstruksi tulang akibat tumor, luas dan invasi tumor.

D. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan SPN a. Persiapan Pasien .8,9 Persiapan pasien untuk pemeriksaan CT-Scan SPN adalah sebagai berikut : 1. Semua benda metalik harus disingkirkan dari daerah yang diperiksa, termasuk anting, kalung, dan jepit rambut. 2. Pasien harus diinstruksikan agar mengosongkan vesika urinarianya sebelum pemeriksaan dilakukan, karena jika menggunakan media kontras intra vena menyebabkan vesika urinaria cepat terisi penuh sehingga pemeriksaan tidak akan terganggu oleh jeda waktu ke kamar kecil. 3. Jika menggunakan media kontras, alasan penggunaannya harus dijelaskan kepada pasien. 4. Komunikasikan kepada pasien tentang prosedur pemeriksaan sejelas-jelasnya (inform consern) agar pasien nyaman dan mengurangi pergerakan sehingga dihasilkan kualitas gambar yang baik.

b. Teknik Pemeriksaan 7,8 Pemeriksaan CT-Scan SPN dengan kasus mass menggunakan dua jenis potongan , yaitu potongan axial dan potongan coronal. 1. Potongan Axial

Posisi pasien : pasien berbaring supine di atas meja pemeriksaan. Kedua lengan di samping tubuh, kaki lurus ke bawah dan kepala berada di atas headrest (bantalan kepala ). Posisi pasien diatur senyaman mungkin. b) Posisi objek : kepala diletakkan tepat di terowongan gantry, mid sagital plane segaris tengah meja. Mid axial kepala tepat pada sumber terowongan gantry

2. Potongan Coronal Potongan coronal merupakan teknik khusus.

Posisi pasien : pasien berbaring prone di atas meja pemeriksaan dengan bahu diganjal bantal. Kepala digerakkan ke belakang (hiperekstensi) sebisa mungkin dengan membidik menuju vertikal. Gantry sejajar dengan tulang-tulang wajah.

Posisi objek : kepala tegak atau digerakkan ke belakang (hiperekstensi) sebisa mungkin dan diberi alat fiksasi agar tidak bergerak.

DAFTAR PUSTAKA 1. Gunawan, SG. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia, 2007. 2. Katzung, BG. Farmakologi dan Klinik. Jakarta:ECG, 1997. 3. Champe, PC et all. Farmakology. Lippincotts Williams and Wikins. USA, 2000 4. Goodman and Gilma. The pharmacological Basic of Therapeutics, 10th ed, 2001. 5. Fokkens W. J, et all. 2012. RHINOLOGI : European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polys 2012. EPOS.20012 6. Brook, Izhak. Infectious Causes ( Viruses, Bacterial, Fungi ) of Sinusitis. In Dr. Brook Manuscripts On Sinusitis. 7. S. T Tutut. 2011. Pemeriksaan Tomografi Komputer pada Sinusitis Kronik. RSU Dr. Wahidin Sudioro Kota Mojokerto. 8. Artawijaya A. 2010. Teknik Pemeriksaan CT-Scan Sinus Paranasal. Dikutip tanggal 27/12/2012.http:www.radiograf.blogspot.com/2010/11/teknikpemeriksaan-ct-scan-sinus.html. 9. CT of the Sinuses. Dikutip pada tanggal 27/12/2012. http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=sinusct 10. Barbara A. j. et all. Sinus imaging. Dalam Bailey, Byron J.; Johnson, Jonas T.; Newlands, Shawn D.Title: Head & Neck Surgery - Otolaryngology, 4th Edition

You might also like