You are on page 1of 2

PEMBAHASAN

Sdr. T (18 tahun) menjalani perawatan di ruang ICU RSDK dengan intoksikasi alkohol dan penurunan kesadaran. Pasien masuk pada tanggal 30 November 2012 dibawa oleh keluarga dalam kondisi tidak sadar dan tidak bernafas. Setelah dilakukan pengkajian di UGD, dilakukan pemasangan OPA dan ETT kepada pasien sehingga pasien memerlukan penatalaksaan lebih lanjut di ruang ICU. Pada saat dilakukan pengkajian kepada pasien, didapatkan pasien terlihat gelisah dengan GCS E4M5Vet, terpasang ETT yang terhubung dengan ventilator mode CPAP FiO2 40 %, SpO2 100 %. Diagnosa keperawatan yang didapatkan dari kasus ini antara lain ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi, dan infeksi berhubungan dengan faktor biologis, prosedur infasif. Diagnosa keperawatan pertama adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. Hal ini ditandai dengan adanya sekret di jalan nafas pasien (ETT), sekret berwarna putih dan agak kental selain itu reflek batuk pasien yang lemah sehingga tidak dapat mengeluarkan sekret secara mandiri. Banyaknya sekret yang ada dijalan nafas ini menyebabkan terjadinya penurunan oksigen. Implementasi yang dilakukan antara lain dengan melakukan suction. Suction dilakukan untuk mengurangi sekret yang ada di jalan nafas. Implementasi lain yang dilakukan yaitu dengan memposisikan pasien semi fowler agar ekspansi paru lebih maksimal, pemberian bronkodilator bermanfaat untuk mengencerkan sekret sehingga akan lebih mudah dikeluarkan saat dilakukan suction pada pasien. Saat dilakukan suction pasien terlihat batuk yang membantu proses keluarnya sekret pada pasien. Diagnosa keperawatan kedua adalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Hal ini ditandai dengan nafas pasien

yang cepat dengan RR : 22 x/menit, pasien terlihat gelisah dan hasil AGD berupa PCO2 : 37 mmHg, PO2 : 128,0 mmHg, HCO3 : 25,1 mmHg, pH : 7,440. Keseimbangan asam basa sangat mempengaruhi pernafasan. Kenaikan pH dan PCO2 dalam darah akan merangsang medulla untuk mengirimkan impuls ke area inspirasi dan ekspirasi yang akan diteruskan ke otot pernafasan dan diafragma untuk melakukan kompenasasi berupa hiperventilasi. Dari hasil AGD didapatkan gas darah pasien sudah mulai normal, hal ini menandakan sudah mulai ada perbaikan dalam proses ventilasi dan perfusi pada pasien. Jika kondisi pasien terus membaik, akan dilakukan ekstubasi ETT pada pasien dan diganti dengan masker non rebreating. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut antara lain memonitor perkembangan pasien dan mengubah pengaturan ventilator jika kondisi pasien lebih baik. Pengubahan pengaturan ventilator dilakukan jika hasil analisa gas darah dan hasil laboratorium normal serta kondisi pasien sendiri termasuk tingkat kesadaran, tanda-tanda vital dan status respiratori pasien. Diagnosa keperawatan ketiga adalah infeksi berhubungan dengan faktor biologis dan prosedur invasif yang diberikan kepada pasien. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan jumlah leukosit mencapai 21,11 ribu/mmk selain itu dari hasil foto thorak menunjukan adanya klinis pneumonia yang menandakan adanya bakteri pada tubuh pasien. Dari hasil pengkajian lainya didapatkan pula pasien terpasang ETT, OPA, NGT, kateter dan CVC. Pemasangan ETT pada pasien juga dapat meningkatkan resiko munculnya pneumonia. Hal ini disebabkan karena adanya infeksi bakteri di cavum pulmo akibat mikroaspirasi organisme di orofaring. Implementasi yang dilakukan antara lain dengan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan kepada pasien, menggunakan teknik aseptic saat melakukan suction, mengajarkan kepada keluarga pasien untuk mencuci tangan sebelum masuk ke ruangan pasien, memberikan antibiotic sesuai dengan indikasi dan memonitor hasil laboratorium pasien.

You might also like