You are on page 1of 28

SKENARIO 4

Disusun oleh : KELOMPOK 16 Semester Ganjil No Nama NPM 08700020 08700022 08700024 08700026 08700028 08700030 08700032 08700034

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

I Nyoman Jana PU Pande Putu Bagus P Ni Made Rini Reza Wahyu Yosa Reza Chandra A Nanang Lutfianto Ivana Yunita Citta Adwitya

9. 10. 11. 12.

Astrid Pramudya APP Marini Purnama Ayu Ni Luh Putu Intan PS Made Suariastawa P

08700036 08700038 08700042 08700044

PEMBIMBING TUTOR : Dr. Sukma Sahadewa FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

DAFTAR ISI

Daftar isi

...................................................................................................................... i .......................................................................................................... ii .......................................................................................................... 1 ...................................................................................................... 1

Kata Pengantar

I. II. III. IV.

Skenario Kata Kunci Problem

........................................................................................................... 3

Pembahasan.. 4

A. C. V. VI.

Kata Kunci........................................................................................................ 4

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan .4 Diferent Diagnose dan Gejala Klinisnya .6

D. Pemeriksaan Fisik 12 Analisis dari Differential Diagnosis16 Hipotesis Akhir........................................................................................................18

VII.
VIII. IX. X.

Mekanisme Diagnosis

..........................................................................................19

Penatalaksanaan ..20 Prognosis ...22 Daftar Pustaka .23

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah skenario 4 ini dengan baik. Makalah ini dilaksanakan dengan strategi PBL dengan diskusi tutorial sebagai jantung dari seluruh kegiatan. kegiatan belajar yang lain meliputi kuliah, praktikum dan skill laboratorium dilaksanakan untuk menujang pencapaian tujuan pembelajaran. Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan peserta didik telah siap menjalani seluruh rangkaian pendidikan dokter. Dalam sekenario 4 ini akan dibahas tentang kasus Panas, batuk dan sesak. Di samping itu akan dijelaskan pula berbagai hal yang berkaikat dengan masalah anatomis, histologis, dan fisiologi Paru. Dimana akan didapatkan hasil diagnosa akhir yang tepat sesuai dengan kasus yang dialami pasien melalui teknik- teknik yang telah diajarkan. Sehingga akan dapat dilakukan penanganan yang paling tepat bagi kesembuhan pasien. Untuk itu sebagai seorang dokter

harusnya mempunyai wawasan yang luas serta ketrampilan yang baik. Sehingga pelayanan yang akan diberikan pun merupakan pelayanan terbaik yang diterima oleh pasien. Terima kasih kami ucapkan kepada Dr. Sukma Sahadewa , teman sejawat, dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang diharapkan. Kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 4 januari 2012

Tim Penyusun ii

BAB I Skenario 4
SKENARIO
Seorang ibu dating ke puskesmas membawa anaknya usia 5 tahun dengan keluhan panas dan batuk yang sudah berlangsung sekitar 3 hari. Ibunya tidak tahu pasti kapan mulai batuk batukbatuknya karena dianggap biasa-biasa saja, tapi panas yang tinggi membuat ibunya kawatir dan segera membawanya ke puskesmas. Sewaktu dilihat oleh dokter setempat segera dia bisa melihat sesak yang sangat jelas.

BAB II
Kata Kunci
Panas, batuk disertai sesak nafas Pemahaman ibu Penanganan secepatnya

BAB III
MINIMAL PROBLEM
Penyebab penyakit penderita? Penyakit yang menimbulkan keluahan yang sama dengan kasus diatas? Cara menegakkan diagnose penyakit diatas? Tanda-tanda apa saja yang harus dijelaskan kepada pasien dan keluarganya untuk merujuk, bagaimana cara menjelaskannya? Apa yang sebaiknya dijelaskan oleh dokter kepada pasien dan keluarga tentang masalah ini? Dapatkah penyakit ini dicegah?

BAB IV
PEMBAHASAN 4.1Kata Kunci
Batuk Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu membersihkan saluran pernapasan dari lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba. Batuk dapat terjadi secara sukarela maupun tanpa disengaja. Batuk merupakan suatu tindakan refleks pada saluran pernafasan yang digunakan untuk membersihkan saluran udara atas. Batuk kronis berlangsung lebih dari 8 minggu yang umum di masyarakat. Penyebab termasuk merokok, paparan asap rokok, dan paparan polusi lingkungan, terutama partikulat.

Panas Panas merupakan peningkatan suhu yang terjadi yang berasal dari berbagai penyebab sehingga menimbulkan sensasi gerah, gelisah.

4.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisadari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran,mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme . a) Hidung Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan olehsekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dankotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konkanasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara b) Faring Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulangleher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. c) Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk

ke dalam trakea dibawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottisyang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. d) Trakea Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 20 cincin yang terdiri dari tulangrawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalannapas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. e) Bronkus Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebrathorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis selyang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiridari 6 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 12 cincin danmempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disiniterdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.

f) Paru-paru Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembunggelembung. Disinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkandari darah.

4.3

Diferent diagnose dan gejala klinisnya

4.3.1

Bronkopneumonia

Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Penyebab yang biasa dijumpai adalah : Pada neonatus : Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV). Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus. Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis. Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis. Pada anak-anak : Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa. Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. Trachomatis Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis. Pada bayi :

Pada anak besar dewasa muda :

Faktor Non Infeksi.Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi : Bronkopneumonia hidrokarbon : Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin). Bronkopneumonia lipoid : Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti

10

palatoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini. Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 3940C dan mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.

4.3.2

Bronkiolitis akut

11

Bronkiolitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran napas kecil (bronkiolus), terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan. Etiologi Respiratory syncytial virus (RSV) pada 50% sampai 90% kasus. Selain itu, parainfluenza, mikoplasma, adenovirus. Sangat jarang infeksi primer bakteri. Patogenesis Invasi virus menyebabkan obstruksi bronkiolus akibat akumulasi mukus, debris dan edema. Terjadi resistensi aliran udara pernapasan berbanding terbalik (dengan radius lumen pangkat empat), baik pada fase inspirasi maupun fase ekspirasi. Terdapat mekanisme klep yaitu terperangkapnya udara yang menimbulkan overinflasi dada. Pertukaran udara yang terganggu menyebabkan ventilasi berkurang dan hipoksemia, peningkatan frekuensi napas sebagai kompensasi. Pada keadaan sangat berat dapat terjadi hiperkapnia. Obstruksi total dan terserapnya udara dapat menyebabkan atelektasis. Gangguan respiratorik jangka panjang pasca bronkiolitis dapat timbul berupa batuk berulang, mengi, dan hiperreaktivitas bronkus, yang cenderung membaik sebelum usia sekolah. Komplikasi jangka panjang lain yaitu bronkiolitis obliterans dan sindrom paru hiperlusen unilateral (Sindrom Swyer-James), sering dihubungkan dengan adenovirus. Biasanya didahului infeksi saluran napas atas dengan batuk pilek, tanpa demam atau hanya subfebris. Sesak napas makin hebat, disertai napas cepat dan dangkal. Terdapat dispnu dengan expiratory effort, retraksi otot bantu napas, napas cepat dangkal disertai napas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, gelisah, ekspirium memanjang atau mengi; jika obstruksi hebat suara napas nyaris tak terdengar, ronki basah halus nyaring kadang terdengar pada akhir atau awal ekspirasi, suara perkusi paru hipersonor.

12

4.3.3

Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paruparu dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol. Pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun Pneumonia Berat ditandai batuk atau (juga disertai) kesulitan bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing). Dahak berwarna kehijauan atau seperti karet. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk dan kesukaran bernapas karena tidak ada ruang tersisa untuk oksigen di paru-paru. Pada anak di bawah 2 bulan Pnemonia berat ditandai frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Jika bayi bernapas dengan bantuan ventilator, akan tampak bahwa jumlah lendir meningkat. Kadang bayi tiba-tiba menjadi sakit yang disertai dengan turun naiknya suhu tubuh

4.3.4

KKP Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama. KKP ringan/sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan.

13

KKP berat, meliputi: Kwashiorkor Marasmus Marasmik-kwashiorkor.

KKP Adalah bentuk kekurangan kalori protein yang berat, yang amat sering terjadi pada anak kecil umur 1 dan 3 tahun (Jelliffe, 1994). Tanda-tanda Klinik kwashiorkor berbeda pada masing-masing anak di berbagai negara, dan dibedakan menjadi 3, yaitu: 1) Selalu ada Gejala ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa pada anak umur 1-3 tahun karena kemungkinan telah mendapat makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Kegagalan pertumbuhan. Oedema pada tungkai bawah dan kaki, tangan, punggung bawah, kadangkadang muka. Otot-otot menyusut tetapi lemak di bawah kulit disimpan. Kesengsaraan Sukar diukur, dengan gejala awal anak menjadi rewel diikuti dengan perhatian yang kurang. 2) Biasanya ada Satu atau lebih dari tanda ini biasanya muncul, tetapi tidak satupun yang betulbetul memerlukan diagnosis. Perubahan rambut

14

Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan, mendekati putih), lurus, jarang halus, mudah lepas bila ditarik. Warna kulit lebih muda Tinja lebih encer Anemia yang tidak berat

3) Kadang-kadang ada Satu atau lebih dari gejala berikut kadang-kadang muncul, tetapi tidak ada satupun yang betul-betul membentuk diagnosis. Ruam/bercak-bercak berserpih. Ulkus dan retakan. Tanda-tanda vitamin Misalnya luka di sudut mulut, lidah berwarna merah terang karena kekurangan riboflavin. Pembesaran hati

Tanda-tanda yang lain yaitu: Secara umum anak nampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah Pertumbuhan yang terhambat, berat badan dan tinggi badan lebih rendah

terserang. Pada tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma. dibandingkan dengan berat badan baku. Jika ada edema anasarka maka penurunan berat badan tidak begitu mencolok. Edema

15

Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Kelainan kulit: kering, bersisik dengan garus-garis kulit yang dalam dan Anak mudah terjangkit infeksi akibat defisiensi imunologik (diare, Defisiensi vitamin dan mineral.

tipis dan lembek.

lebar, disertai denitamin B kompleks, defisiensi eritropoetin dan kerusakan hati. bronkopneumonia, faringotonsilitis, tuberkulosis).

Defisiensi vitamin A, riboflavin (stomatitis angularis), anemia defisiensi besi dan anemia megaloblastik. (Markum, AH, 1999) 4.4 Pemeriksaan Fisik 4.4.1 Bronkopneumonia Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan hal-halsebagai berikut :

a.

Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal,

suprasternal,dan pernapasan cuping hidung.Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalahretraksi dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cupinghidung; orthopnea; dan pergerakan pernafasan yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossaesupraklavikula dan suprasternal. Kebalikannya, ruang interkostal yangmelenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin positif.Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikatinterkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua.

16

b.

Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.Konsolidasi yang

kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkangetaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasiakan berkurang. c. Pada perkusi tidak terdapat kelainan

d. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring. Crackles adalah bunyi


non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernadatinggi ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi yangmendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarangatau banyak (tergantung jumlah crackles individual ) halus atau kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya) 4.4.2 Pneumonia Pada inspeksi melihat apakah terdapat perbedaan kesimetrisan antara dada kanan dan kiri, palpasi periksa fremitus raba, pada perkusi mendengar intensitas suara paru melalui ketukan, dan pada auskultasi yang dilakukan pada pneumonia ditemukan suara ronki basah hampir 75%. 4.4.3 Bronkiolitis Pemeriksaan Fisik Dapat dijumpai demam, dispne dengan expiratory effort dan retraksi. Nafas cepat dangkal disertai dengan nafas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, gelisah. Terdengar ekspirium memanjang atau mengi (wheezing). Pada auskultasi paru dapat terdengar ronki basah halus nyaring pada akhir atau awal inspirasi. Suara perkusi paru hipersonor. Jika obstruksi hebat suara nafas nyaris tidak terdengar, napas cepet dangkal, wheezing berkurang bahkan hilang.

4.4.4

KKP

17

Pemeriksaan pada gastrointerstinal Melihat perubahan warna kulit Perubahan turgor kulit dan warna kulit Apakah terdapat edema Apakah terdapat pembesaran hati Lihat tanda-tanda anemia

4.5 Pemeriksaan penunjang 4.5.1 Bronkopneumonia Darah Lengkap

Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukositosis pada hapusan darah Kultur Sputum Biakan Darah dan Usapan Tenggorok Pengambilan sekret secara

bronkoskopi dan fungsi paru untuk preparat langsung. Didapatkan biakan kuman penyebab bronkopneumonia

Pemeriksaan

Rontgen

Toraks

Bercak

konsilidasi

merata

pada

bronkopneumonia Bercak konsilidasi satu lobus pada pneumonia lobaris Gambaran bronkopneumoni difus atau infiltrate interstisialis pada pneumonia staphylococcus 4.5.2 Bronkiolitis Pemeriksaan darah tepi tidak khas. Pada pemeriksaan foto dada AP dan lateral dapat terlihat gambaran hiperinflasi paru (emfisema) dengan diameter anteroposterior membesar pada foto lateral serta dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar. Analisis gas darah dapat menunjukkan hiperkarbia sebagai tanda

18

air trapping, asidosis respiratorik atau metabolik. Bila tersedia, pemeriksaan deteksi cepat dengan antigen RSV dapat dikerjakan. 4.5.3 Pneumonia a. Gambaran radiologis Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus. b. Pemeriksaan labolatorium Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

4.5.4

KKP Darah lengkap, urin lengkap, feses lengkap, protein serum (albumin, globulin), elektrolit serum, transferin, feritin, profil lemak, foto thoraks dan EKG. Pada pemeriksaan penunjang ada beberapa hal yang penting diperhatikan berupa penurunan kosentrasi albumin dalam serum ketonuria lazim ditemukan pada

19

tingkat awal karena kekurangan makanan, tetapi sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut kadar glukosa darah rendah dan asam amino dalam plasma juga rendah.

BAB V
ANALISIS DIFERENTIAL DIAGNOSA
Dari data pemeriksaan pasien dibandingkan dengan data dari different diagnoasa dapat dituliskan sbb : KPP dibandingkan dengan data penderita hingga pemeriksaan terakhir, pada penderita hanya terdapat penurunan berat badan namun tanda-tanda KPP yang hampir slalu ada seperti, odema tungkai, punggung, muka, penyusutan otot tidak terjadi pada penderita. Pneumonia dibandingkan dengan data penderita hingga pemeriksaan terakhir, pada penderita terdapat sesak, panas, namun keluar dahak hijau yang terajadi pada pneumonia tidak terjadi pada penderita diatas. Bronkiolitis Biasanya didahului infeksi saluran napas atas dengan batuk pilek, tanpa demam atau hanya subfebris namun pada data penderita pilek pada bronkiolitis disebutkan tidak terjadi pada penderita Bronkopneumonia Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 3940C dan mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan

20

cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. Pada data penderita memiliki keadaan klinis yang sama dengan keadaan klinis dari bronkopneumonia yaitu pernafasan cepat dan dangkal, nafas cuping hidung, panas, namun hanya terdapat perbedaan ronki halus, jadi disini memiliki kesamaan penting yaitu pernafasan cuping hidung +.

21

BAB VI
HIPOTESIS AKHIR
Dari anallisis yang dilakukan atas beberapa diferential diagnose Bronkopneumonia, pneumonia, KKP, Bronkiolitis baik dari anamnesa dan pemeriksaan fisik maka disimpulkan penderita dengan diagnose BRONKOPNEUMONIA

22

BAB VII
MEKANISME DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik : Bronkopneumonia : Cuping hidung + Panas Ronki basah Batuk

Data Penderita Berdasarkan anamnesia Pneumonia : Dahak hijau Batuk Sesak Panas dan pemeriksaan fisik : Apatis Lemah Kurus Akral hangat Cuping Hidung + Ronki Halus Bronkiolitis : Batuk Pilek Tidak demam Sesak DIAGNOSA AKHIR

23

BRONKOPNEUMONIA KKP : Penurunan BB Odema Kurus Anemia PENATALAKSANAAN Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas demam selama 4 5 hari. Penatalaksanaan bronkopneumonia tergantung pada penyebab yang sesuai dengan hasil dari pemeriksaan sputum,yang mencakup:

BAB VIII
PENATALAKSANAAN

Bed rest Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan inta vena dan oksigen (1 2 l/mnt). Jenis cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9% ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infuse

Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit Pemberian antibiotik sesuai biakan Untuk kasus pneumonia community base : Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberiaN Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

24

Untuk kasus pneumonia hospital base Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka pasien harus dipuasakan.

Anak dengan sesak nafas,memerlukan cairan IV dan oksigen (1-2/menit)

Cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi

Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

25

BAB IX
PROGNOSIS

Perihal prognosis bronkopneumonia ini dilakukan penyampaian yang bersifat persuasif kepada ibu penderita dan memberikan keterangan sejujur-jujur dan sejela-jelasnya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan dan juga memberikan keterangan bagaimana tindak lanjut dalam pengobatan anak dirumah dengan menjelaskan dengan

26

menghindari penggunaan bahasa medis dan dianjurkan dengan memberi penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh ibu pasien.

Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu memberikan atau meletakan bayi dalam keadaan udara yang bersih, menjaga kebersihan anak/bayi serta tempat atau lokasi si kecil yang nyaman dan bersih dengan melakukan pembersihan yang rustin disekitar rumah dan didalam rumah.

27

BAB X DAFTAR PUSTAKA

WWW.MEDICINESIA.COM http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Bronkopneumonia+ http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pneumonia%20komuniti.html Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V

28

You might also like