You are on page 1of 11

Modul 1

1. Tujuan Praktikum
Mengamati fenomena whirling pada poros yang berputar yang kecil panjang. Mengetahui nilai putaran kritis dari poros yang berputar. Membandingkan putaran kritis yang didapat secara praktek dengan putaran kritis yang didapat secara teori.

2. Dasar Teori
Ketika suatu poros berputar, maka akan terjadi fenomena whirling , yaitu fenomena dimana poros berputar akan mengalami defleksi yang diakibatkan oleh gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh eksentrisitas massa poros. Fenomena ini terlihat sebagai poros yang berputar pada sumbunya dan pada saat yang sama poros yang berdefleksi juga berputar relatif mengelilingi sumbu poros. Fenomena whirling terjadi pada setiap sistem poros, baik yang seimbang maupun tidak. Pada sistem yang seimbang, fenomena ini dapat disebabkan oleh defleksi statis atau gaya magnetik yang tidak merata pada mesin mesin elektrik. Defleksi awal ini membuat poros berputar dalam keadaan bengkok . Gaya sentrifugal yang terjadi akan terus membuat defleksi terjadi sampai keadaan seimbang yang berkaitan dengan kekakuan poros tercapai. Poros yang berputar melewati putaran kritisnya lalu akan mencapai keadaan setimbang. Skema whirling shaft :

Whirling Shaft System

Dimana : M = massa beban (kg) h = defleksi awal (m) y = defleksi sentrifugal (m) (h+y) = defleksi total (m) Maka, gaya sentrifugal radialnya adalah :

yang sama dengan gaya elastis pada poros, maka :

Dimana : k = elastisitas poros (N/m) Sehingga didapat perbandingan :

Jika

adalah frekuensi alami getaran poros, maka :

Dimana :

defleksi statis dari poros yang mengalami pembebanan W = Mg pada titik tengahnya (m) kecapatan kritis angular dari sistem

Lalu didapat : ( Jika Maka : , maka )

, ini merupakan kondisi untuk terjadinya whirling yang besar.

Kondisi pada percobaan : 1) Piringan berada ditengah poros :

Dimana : E = Modulus Young untuk logam poros (Pa) I = Momen Inersia Area Poros (m4) = Sehingga didapat persamaan untuk putaran kritis : Catatan : Nc dalam rps (rotation per second) 2) Piringan tidak berada ditengah poros : Catatan : Nc dalam rps (rotation per second)

3. Data Praktikum

Massa jenis alumunium(teoritis) Diameter (d) Ketebalan (t) Modulus Young (E)(teoritis) Inersia (silinder pejal)

: 2700 kg/m3 : 7,5 cm : 1,5 cm : 9300 Mpa : mr2

DATA HASIL TABEL PERCOBAAN : No 1 2 3 4 5 Jarak a (cm) 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 Jarak b (cm) 35 40 45 50 55 Putaran Kritis (rpm) 925 875 800 780 750

4. Pengolahan data
Masa aluminium didapat menggunakan perssamaan matematis untuk massa jenis :

Inersia dari silinder alumunium didapat dari perhitungan :

Putaran kritis teoritis didapat menggunakan perhitungan :

TABEL HASIL DATA :


No 1 2 3 4 5 Jarak a (cm) 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 Jarak b (cm) 35 40 45 50 55 Putaran Kritis (rpm) 925 875 800 780 750 Putaran kritis teoritis (rpm) 834,6988002 730,3614502 649,2101779 584,2891601 531,1719638

Perbadaan nilai antara putaran kritis aktual dengan teoritis adalah error atau penyimpangan dari pengukuran. Error didapat dari perhitungan menggunakan persamaan matematis:

TABEL ERROR SETIAP PERCOBAAN


No 1 2 3 4 5 Jarak a (cm) 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 Jarak b (cm) 35 40 45 50 55 Putaran Kritis (rpm) 925 875 800 780 750 Putaran kritis teoritis (rpm) 834,6988002 730,3614502 649,2101779 584,2891601 531,1719638 Error (%) 10,82 19,80 23,23 33,50 41,20

5. Analisa Praktikum
Whirling adalah fenomena umum yang terjadi pada benda berputar pada porosnya. Benda yang berputar tersebut memiliki defleksi dari kedudukan awal, yang mengakibatkan getaran pada beban tersebut. Getaran ini semakin kuat apabila putaran benda tersebut mendekati putaran kritis alami benda tersebut. Putaran kritis merupakan putaran dimana perbandingan defleksi sentrifugal dengan defleksi awalnya mencapai nilai infinit (tak hingga). Putaran kritis harus dihindari karena jika putaran mesin mencapai putaran kritis maka akan frekuensi getaran akan sama dengan frekuensi pribadi mesin, sehingga terjadi peningkatan resonansi getaran yang signifikan. Resonansi getaran ini mengakibatkan benda bergetar semakin hebat dan jika tidak dihentikan dapat merusak elemen mesin. Pada praktikum getaran mekanis ini praktikan membandingkan putaran kritis aktual yang didapat langsung dari praktikum dengan putaran kritis yang dihitung secara teoritis. Tujuannya adalah membuktikan bahwa dalam praktiknya belum tentu putaran kritis suatu benda sama dengan putaran kritis benda yang dihitung secara teoritis menggunakan persamaan matematis.

Analisa alat dan bahan Dalam praktikum kali ini, praktikan menggunakan alat ujicoba whirling shaft berbahan dasar alumunium dengan dimensi ukuran tebal 1,5 cm dan diameter 7,5 cm.

Alat diputar dengan sebuah motor listrik yang bisa diatur kecepatan sudutnya. Pada suatu kecepatan sudut tertentu benda akan bergetar hebat secara signifikan, hal ini menunjukkan bahwa putaran ini merupakan putaran kritis aktual benda tersebut. Variasi didapat dengan mengubah-ubah jarak b pada setiap percobaan agar didapat data yang lebih teliti.

Analisa Data dan Grafik Data yang telah diolah praktikan dari percobaan menunujukkan sebuah hubungan yang tidak linear. Error yang signifikan terjadi saat jarak b semakin kecil. Berikut grafik yang didapat :

Jarak b vs Putaran Kritis


1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 0 10 20 30 Jarak b 40 50 60

Garfik menunjukkan bahwa semakin jauh jarak b, semakin rendah putaran kritis benda. Grafik juga menunjukkan bahwa kenaikan jarak B berbanding lurus dengan selisih penurunan putaran kritis secara tidak linear. Perhitungan putaran kritis secara teoritis menunjukkan tidak adanya perbedaan dengan hasil putaran kritis aktual. Semakin jauh jarak b, semakin rendah putaran kritis

Putaran Kritis

benda. Berikut grafik perbandingan putaran kritis teoritis dengan putaran teoritis yang didapat secara aktual (dari percobaan) :

Putaran Kritis Aktual dan Teoritis


1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 0 20 Jarak b 40 60

Putaran Kritis

Putaran Kritis Aktual Putaran Kritis Teoritis

Analisa Kesalahan Error suatu percobaan adalah ketidak sesuaian hasil perhitungan dari data aktual dengan hasil perhitungan secara teoritis. Dalam praktikum kali ini, percobaan diadakan sebanyak 5 kali, dan masing-masing percobaan memiliki error yang berbeda. Berikut grafik antara masing-masing variasi jarak dengan error-nya :

Jarak b vs Error
45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 0 10 20 30 Jarak b 40 50 60

Grafik menunjukkan bahwa error data semakin besar saat jarak b semakin jauh. Hal ini dapat terjadi akibat kurang telitinya praktikan dalam melihat putaran kritis pada

Error

penunjuk kecepatan sudut. Juga akibat kurang kuatnya bearing penahan poros pada saat menahan getaran yang kuat terjadi pada jarak b yang jauh. Error disebabkan oleh kesalahan relatif. Kesalahan relatif merupakan kesalahankesalahan yang berasal dari manusia maupun alat. Kesalahan relatif akibat manusia : Ketidaktelitian membaca jarum penunjuk kecepatan sudut. Ketidaktelitian dan tidak konsistennya perhitungan jarak a dan b. Ketidaktelitian mengamati getaran paling kuat.

Kesalahan relatif akibat instrumen praktikum : Bearing penahan tidak kuat menahan getaran poros. Cross Joint pada pemutar poros tidak membuat putaran semakin teratur ketika defleksi semakin tinggi yang mengakibatkan putaran pada penunjuk kecepatan sudut bisa tidak sama dengan putaran aktual.

Modul 2

1. Tujuan Praktikum
Mengukur massa dari suatu objek melalui periode naturalnya Membandingkan massa objek yang didapat melalui periode natural dengan massa yang dengan menggunakan timbangan.

2. Dasar Teori

Sistem Massa-2 Pegas dengan Peredaman Coulomb Bila objek bergerak ke kanan dan dilepas, maka gaya yang bekerja pada sistem adalah gaya pegas dan gaya gesekan

Dalam persamaan gerak : Dengan penyelesaian :

Jika t = 0, maka : , maka :

, maka : tidak selalu 0, maka B = 0

Karena

Maka penyelesaiannya berbentuk : ( )

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa peredaman dalam sistem terjadi karena amplitudo gerakan berkurang secara kontinu. Setiap setengah siklus, amplitudo getaran berkurang sebesar ( ).

Mencari frekuensi natural : Dari persamaan gerak : Dengan : ( )

Maka : Sehingga : Dalam frekuensi :

Dalam perioda : Dalam percobaan, akan dilakukan perbandingan antara massa objek yang diukur dengan timbangan dengan massa objek yang didapat dengan menggunakan rumus :

Setelah itu, persentase kesalahan akan dihitung dengan menggunakan rumus : | |

3. Data Praktikum
Data yang didapat adalah sebagai berikut Bobot percobaan : Fadhil Mesin 2010 K pegas Jumlah pegas : 1000 N/m : 4(paralel)

TABEL PENGUKURAN No 1 2 3 4 5 X0 (cm) 7 8 9 10 11 1 5 6,5 5 7 8 n 2 4,5 6 6 7,5 8 3 5 6,5 6 7,5 7,5 1 9 10,64 8,34 12,94 13,94 t (s) 2 8,27 10,31 10,29 13,09 12,69 3 8,07 10,39 10,91 12,75 12,89 1 1,8 1,63692 1,668 1,84857 1,7425 T (s) 2 1,83778 1,71833 1,715 1,74533 1,58625 3 1,614 1,59846 1,81833 1,7 1,71867

4. Pengolahan Data
Periode dari setiap percobaan dihitung rata-ratanya untuk mengetahui periode dari getaran yang ditimbulkan. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut : T (s) 1 1,8 1,63692 1,668 1,84857 1,7425 2 1,83778 1,71833 1,715 1,74533 1,58625 3 1,614 1,59846 1,81833 1,7 1,71867 T (rata-rata) 1,750592593 1,651239316 1,733777778 1,764634921 1,682472222

Maka rata-rata seluruh periode adalah = 1,7165 s Perhitungan massa beban dari data praktikum didapatkan dengan :

You might also like