“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
mengahadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada Hari Kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah, 2: 148)
Setiap umat, kaum, atau bangsa mempunyai kiblat sendiri-sendiri
yaitu syariat dan peraturan-peraturan hidup yang mereka jalani. Ditinjau dari segi kiblatnya atau agama yang dianutnya, umat manusia di dunia terdiri dari bebagai golongan. Golongan umat amat manusia, seperti umat Islam, Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha dan umat lainnya. Kata kiblat selain diartikan sebagai syariat, agama, dan praturan- peraturan hidup yang dijalani oleh masing-masing golongan umat manusia, juga berarti arah yang dituju umat Islam dalam melaksanakan ibadah salat. Setiap umat hendaknya menggunakan akal dan segenap kemampuan agar berlomba-lomba dalam kebaikan dan mencari agama yang sempurna. Dan bersyukurlah setiap umat Islam, karena kita telah menganut agama yang sempurna, yaitu agama yang diridai Allh SWT. Terdapat dalam surah Ali ‘Imran, 3: 19.
“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah
Islam....”
Begitu juga firman Allah,
“Barangsipa yang mencari agama Islam, maka sekali-
kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.s. Ali ‘Imran, 3: 85)
Sehendaknya kita bersikap sebagai umat Islam untuk melakukan
dakwah dengan bijaksana. Tak lupa berdoa dengan khusyuk agar usaha dakwah yang kita lakukan berhasil. Penegasan Allah SWT Tuhan yang Mahakuasa bahwa setiap umat manusia akan dikumpulkan pada Hari Kiamat kelak. Pada hari itu, mereka akan diadili dengan seadil-adilnya tentang perbuatan yang mereka lakukan ketika hidup di dunia. Pada saat itu pula akan diketahui dengan jelas siapa di antara mereka yang paling baik amalnya. Umat islam dan umat manusia pada umumnya diperintah oleh Allah SWT untuk berlomba-lomba dalam hal yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia, lahiriah maupun batiniah. Misalnya berlomba- lomba dalam mewujudkan kebersihan, keidahan, keamanan, dan ketertiban serta berlomba dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Umat Islam hendaknya menjadi umat yang terbaik.
“Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-
orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (Q.S. Fatir, 35: 32)
Sikap umat Islam terhadap Al-Qur’an terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu kelompok yang menganiaya diri mereka sendiri, kelompok yang berada di pertengahan, dan kelompok yang lebih dahulu berbuat kebaikan, tentu akan memperoleh keberuntungan dan lansung masuk surga. Maksud kelompok yang yang menganiaya dirinya sendiri adalah kelompok yang mengaku beragama Islam, tetapi lebih banyak berbuat kejahatan daripada berbuat kebaikan. Kelompok ini di alam akhirat kelak akan dicampakkan ke dalam neraka, dan akan memperoleh siksa sesuai dengan dosa-dosanya. Namun apabila masa hukumannya habis, mereka akan dipindahkan ke surga dengan syarat ketika di dunia tergolong orang yang beriman. Dan maksud kelompok yang berada di pertengahan adalah kelompok umat Islam, yang perbuatan-perbuatan baiknya sebanding dengan perbuatan-perbuatan jahatnya. Kelompok ini kelak di akhirat mula-mula akan ditempatkan di suatu tempat yang bernama A’raf yang terletak di antara surga dan neraka. Akan tetapi, kemudian dengan izin dan kasih sayang Allah, akan dipindahkan ke surga. Begitu pula yang dimaksud dengan kelompok yang lebih dahulu berbuat kebajikan adalah kelompok umat Islam, yang perbuat-perbuatan baiknya lebih banyak dari perbuatan-perbuatan jahatnya. Kelompok ini kelak di akhirat akan ditempatkan di surga ‘Adn, surga yang penuh dengan berbagai kenikmatan. Jadi, kesimpulannya Allah SWT mewariskan Kitab Suci Al-Qur’an kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih yaitu mat Islam. * * *