You are on page 1of 12

RUTIN Rutin adalah suatu flavonoid yang terdistribusi luas di alam (Anonim, 2007).

Flavonoid rutin adalah suatu glikosida flavonol terdiri dari flavonol quersetin dan disakarida rutinosa. Rutin ditemukan pada banyak tanman,terutama tanaman gandung Fagopyrum esculentum Moench. Sumber lain yang juga kaya akan rutin adalah the hitam dan kulit apel (anonim,2007). Rutin adalah suatu substansi padatan, berwarna kuning pucat sedikit larut dalam air. Rutin lebih larut dalam air dibandingkan aglikonnya, quersetin. Rumus molekul rutin adalah C27H30O16 berat molekulnya adalah 610.53 dalton,dan rumus strukturnya adalah : Struktur

(Anonim,2007). Rutin mempunyai aktivitas antioksidan, antiinflamasi, antikanker,antitrombotik, sitoprotektif dan vasoprotektif (Anonim,2007). Rutin adalah antioksidan fenolik dan telah terbukti dapat menangkap radikal superoksida. Rutin dapat mengkelat ion logam seperti kation ferro. Karena melibatkan kation ferro maka disebut reaksi fenton yang menurunkan reactive oxygen species. Rutin atau quersetin dapat menjadi prooksidan. Sebagai contoh,nitrosasi rutin atau quersetin dapat menghasilkan molekul prooksidan yang mempunyai kemampuan bermutasi (Anonim,2007). ANTIOKSIDAN A. Definisi dan aktivitas antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat oksidasi yang diperantarai oleh oksigen. Oksidasi yang memegang peranan penting dalam pertambahan pertumbuhan terhadapat penyakit. Hal tersebut disebabkan senyawa antioksidan dapat mencegah pengaruh buruk yang disebabkan oleh senyawa-senyawa radikal bebas. Radikal bebas tersebut beberapa diantaranya toksik(beracun) dan sangat reaktif sehingga dapat mempercepat proses penuaan dan kematian (Niki et al.,1987).

B. Penggolongan Antioksidan Dari asal terbentuknya,antioksidan dibedakan menjadi dua yakni intraseluler dan ekstraseluler. Dari sini antioksidan dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni : 1. Antioksidan primer Antioksidan primer bekerja mencegah terbentuknya radikal bebas baru dan mengubah radikal bebas yang ada menjadi raikal yang berkurang dampak negatifnya,sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contoh radikal bebas ini adalah enzim SOD (superoksida dismutase) yang mengubah amino superoksida menjadi hydrogen peroksida yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel-sel dalam tubuh serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas; glutation peroksida yang berubah menjadi hydrogen peroksida dan lipid peroksida menjadi mmolekul yang kurang berbahaya sebelum terbentuk radikal bebas serta protein pengikat metal seperti ferritin dari ceruloplasma yang mencegah teerbentuknya ion Ferro (Fe++)yang dapat membentuk radikal hidroksil (Dalimartha,1999;Elvina,1997). 2. Antoksidan sekunder Antioksidan ini berguna menangkap radikal bebas dan mencegah reaksi berantai. Kelompok ini termasuk antioksidan ekstreseluler yang kebanyakan berasal dari makanan

seperti vitamin E,vitamin C, beta karoten, asam urat, bilirudin dan albumin (Dalimartha,1999; Elvina,1997). 3. Antioksidan tersier Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksidan reduktase. Adanya enzim-enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker (Dalimartha,1999; Elvina,1997).

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. DPPH menerima electron atau radikal hidrogen akan membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH. Jika semua electron pada radikal bebas DPPH berpasangan , maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang gelombang 517nm akan hilang. Perubahan ini dapat diukur secara stoikiometri sesuai dengan jumlah electron atau atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan (Suratmo, 2007).

NO2

O2N

NO2

(Anonim, 2007).

Uji Efek Antioksidan Fraksinasi Ektrak Dari hasil pengelompokan fraksi, maka selanjutknya dilakukan pengujianefek fraksi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya antioksidan pada fraksi yang telah ditetapkan. Uji efek ini dilakukan dengan metode DPPH (1,1 Difenil 2 Picryl Hidrazin). Prinsip dari metode DPPH adalah antioksidan akan menangkap radikal bebas sehingga terjadi pemucatan warna. Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom Hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning yang diukur pada panjang gelombang 517 nm. DPPH merupakan senyawa berwarna ungu yang dengan penambahan etanol akan membentuk warna kuning kecoklatan. Dengan penambahan rutin (sebagai antioksidan) maka DPPH yang bertindak sebagai radikal bebas akan distabilkan sehingga warna yang terbentuk semakin pudar (pemucatan warna). Semakin besar konsentrasi rutin yang ditambahkan, maka warna yang terbentuk juga akan semakin jernih. Kemampuan penangkapan radikal hidroksi diukur dengan menghitung EC50 yaitu konsentrasi dimana kemampuan dalam penangkapan radikal bebas sebesar 50%. Metode DPPH dipilih karena karena metode ini mudah, cepat, sederhana, pekat, dan memerukan sedikit sampel. Struktur DPPH :

NO2

O2N

NO2

Struktur Rutin

Reaksi DPPH dengan Antioksidan

Pada percobaan ini mula-mula DPPH dilarutkan dalam etanol dan dibuat seri larutan rutin dengan berbagai konsentrasi. Kemudian larutan rutin ditambahkan pada larutan DPPH dan dibiarkan selama 5 menit untuk operating time. Operating time adalah waktu yang diperlukan agar suatu reaksi berlangsung secara sempurna dan stabil sehingga pengukuran absorbansi akan maksimum. Pengukuran absorbansi, digunakan larutan blanko yaitu etanol dan larutan kontrol yaitu campuran DPPH dan etanol,. Blanko etanol digunakan untuk auto zero. sedangkan kontrol campuran DPPH dengan etanol digunakan untuk faktor koreksi sehingga dapat diketahui nilai absorbansi dari rutin tanpa adanya pengaruh dari DPPH dan etanol.

Kemudian dari 8 fraksi yang telah didapat di uji dengan KLT, untuk fraksi 1 dan 2 memiliki profil KLT yang sama dengan rutin. Kemudian dapat disimpulkan fraksi 1 dan 2 memiliki daya antioksidan, maka yang mempunyai nilai RF yang sama dapat digabungkan menjadi satu karena dianggap mempuyai kandungan yang sama. Kemudian fraksi 3 8 tidak memiliki profil yang sama dengan rutin tidak digunakan karena dianggap tidak memiliki daya antioksidan. Kemudian fraksi yang dianggap memiliki daya antioksidan di uji dengan metode DPPH yang bertindak sebagai radikal bebas. Baik rutin, ektrak, maupun fraksi dibuat dengan berbagai kosentrasi. Untuk rutin dibuat dengan perbandingan: (0,015; 0,03; 0,045; 0,06; 0,075)mg/ml, ektrak (0,4; 0,8; 1,2; 1,6; 2)mg/ml, fraksi (0,24; 0,48; 0,72; 0,96; 1,2)mg/ml. Kemudian masingmasing sampel diambil 1 ml dan ditambahkan 1ml DPPH 0,4 mM dalam abu takar 5 ml dan ditambahkan etanol hingga tanda kemudian larutan vortex agar senyawa-senyawa yang ada didalam dapat terdistribusi merata. Kemudian didiamkan selama operating time yaitu 40 menit agar reaksi berlangsung secara sempurna dan stabil sehingga pengukuran absorbansi akan maksimum. Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 517 nm, karena pada panjang gelombang tersebut, rutin akan memberikan serapan maksimum. Hal ini karena pada panjang gelombang maksimum pengukuran absorbansi akan lebih sensitive dan pengukuran dalam keadaan stabil. Secara teori, dengan meningkatnya konsentrasi dari rutin, maka absorbansi yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini dikarenakan semakin besar konsentrasi rutin mengakibatkan semakin banyak jumlah eugenol yang terlarut sehingga akan semakin besar pula daya antioksidannya yang dihasilkan dan warna akan semakin pudar. Semakin pudarnya warna terbentuk karena antioksidan menangkap radikal bebas yang ada. Nilai daya antioksidan

dinyatakan dalam % daya antioksidan. Semakin besar nilai % daya antioksidan yang diperoleh menunjukkan kemampuan senyawa untuk menangkap radikal bebas semakin besar. Rumus % daya antioksidan: Daya antioksidan (%) =

Sampel Konsentrasi (mg/ml) 1 2 3 4 5 0,015 0,03 0,045 0,06 0,075

Absorbansi 0,0367 0,215 0,118 -0,182 -0,185

% Daya Antioksidan 67,89 81,18 89,68 115,92 116,18

Tabel 3.1 Tabel Kosentrasi Daya Antioksidan Efek Rutin

Sampel Konsentrasi (mg/ml) 1 2 3 4 5 0,4 0,8 1,2 1,6 2

Absorbansi 0,327 0,252 0,137 0,118 -0,016

% Daya Antioksidan 70,43 86,79 90,11 98,60 107,69

Tabel 3.2 Tabel Konsentrasi Daya Antioksidan Efek Ektrak

Sampel Konsentrasi (mg/ml) 1 2 3 4 5 0,24 0,48 0,72 0,96 1,2

Absorbansi 0,13 0,137 0,327 0,252 0,118

% Daya Antioksidan 88,63 88,01 71,39 77,95 85,68

Tabel 3.3 Tabel Konsentrasi Daya Antioksidan Efek Fraksi

Pada percobaan menunjukkan semakin besar konsentrasi rutin maka semakin besar pula persen daya antioksidan. Hal ini juga berlaku untuk ektrak dan fraksi dari tanaman yang digunakan yaitu herba seledri. Akan tetapi terjadi penyimpangan pada fraksi daun seledri yaitu pada konsentrasi sampe 0,24 dan 048 mg/ml. hal ini mungkin dapat disebabkan karena spektroskopi UV sudah sedikit usang dan pada saat pengukuran ada sedikit kesalahan dalam perlakuan alat seperti alat tersebut mesti ditekan pada penutupnya. Sebenarnya saat pengukuran dimana apabila alatnya baik tidak perlu diperlakukan seperti itu. Setelah diperoleh % daya antioksidan, kemudian dibuat kurva % daya antioksidan vs konsentrasi, sehingga diperoleh persamaan kurva baku. Dari persamaan kurva baku tersebut kemudian dihitung EC 50, yaitu kemampuan suatu senyawa menangkap radikal bebas sebesar 50%. Semakin kecil konsentrasi yang dibutuhkan untuk menangkap radikal bebas sebesar 50%, maka semakin efektif isolate tersebut bekerja. Tanin

Chart Title
140 120 100 Axis Title 80 60 40 20 0 0 0.01 0.02 0.03 0.04 Axis Title 0.05 0.06 0.07 0.08 y = 875.47x + 54.774 R = 0.9387

Ektrak

Konsetrasi VS Daya Antioksidan


120 % Daya Atioksidan 100 80 60 40 20 0 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Konsentrasi (mg/ml) y = 21.583x + 64.825 R = 0.9585

Fraksi

Konsentrasi VS Daya Antioksidan


100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 0.2 0.4 0.6 % Daya Antioksidan y = -6.65x + 87.12 R = 0.1147

0.8

1.2

1.4

Konsentrasi

Dari hasil percobaan maka didapatkan persamaan untuk rutin adalah Y=875,4x + 54,77. Pada daun seledri didapatkan kurva baku untuk Ektrak, Y=21,58x + 64,82. Fraksi, Y=-6,65x + 87,12. Kemudian dicari nilai EC50 sehingga didapatkan EC50 untuk rutin = -0,005449mg/ml. EC50 untuk ektrak = -0,686747mg/ml. EC50 untuk fraksi = 5,58195mg/ml. Dari hasil percobaan menggunakan daun pepaya, didapatkan persamaan kurva baku untuk ekstrak: Y=23,25x + 78,13. Dan untuk fraksi: Y= 26,87x + 67,92. Kemudian dicari nilai EC50 sehingga didapatkan EC50 untuk ekstrak : -1,209 mg/ml dan untuk fraksi nilai EC50 : 0,669 mg/ml. Dari hasil percobaan menggunakan daun singkong, didapatkan persamaan kurva baku untuk ekstrak: Y=24,28x + 80,385. Dan untuk fraksi: Y=21,216x + 89,345. Kemudian dicari nilai EC50 sehingga didapatkan EC50 untuk ekstrak : -1,251mg/ml dan untuk fraksi nilai EC50 : -1,854 mg/ml. Dari hasil perhitungan EC50 ternyata kemampuan radikal bebas yang paling baik untuk ektrak secara berurut dari yang paling kuat adalah daun singkong daun papaya daun seledri. Sedangkan untuk fraksi daun singkong daun papaya daun seledri. Antioksidan sendiri dapat berubah menjadi radikal bebas karena ini tidak lepas dari sifat antioksidan yang pada konsentrasi

tinggi, aktivitas antioksidan sering lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan. Prooksidan adalah senyawa yang justru dapat menghasilkan radikal bebas. Kandungan utama dari seledri adalah apigenin yang merupakan komponen flavonoid. Sruktur kimia apigenin adalah C15H10O5 dengan bobot molekul 270,23g/mol

Kemudian, Crozier et al. (1997) mengemukakan bahwa kadar apigenin dalam seledri bervariasi bergantung dari jenis seledri dan masa tanaman, Pada penelitian sebelumnya daun singkong merupakan jenis sayuran yang mengandung klorofil lebih tinggi disbanding rumput gajah dan rumput alang-alang.

Papaya diketahui memiliki kandungan vit C flavonoid dan saponin. Flavonoid memiliki aktifitas antioksidan yang lebih baik disbanding vit C dan E

Anonim,

2007,

Rancangan

Alat

Penyulingan

Minyak

Atsiri,

http://www.iptek.net.id/ind/warintek/GAMBAR/1b54.gif, diakses pada tanggal 17 Mei 2011 Dalimartha,1999, Awet Muda dengan Tumbuhan Obat dan diet Suplement, 2-8, Trubus Agriwidja, Jakarta Dalimartha, 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 1, Trubus Agriwidya, Jakarta, 136-138 Elvina, K., 1997, Antioksidan, Resep Sehat & Umur Panjang,

http://www.indomedia.com/intisari/1997/Juni/antioks.htm., Suratmo, 2007, Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai Antioksidan, ratmo_r@brawijaya.ac.id, diakses tanggal 5 Mei 2010

You might also like