You are on page 1of 46

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................... DAFTAR ISI..................................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 1.1 Latar belakang .................................................................................. 1.2 Tujuan ...............................................................................................

1.3 Manfaat ............................................................................................. BAB II.KONSEP MEDIS ................................................................................ 2.1 Definisi ............................................................................................. 2.2 Etiologi ............................................................................................. 2.3 Patofisiologi ...................................................................................... 2.4 Tanda dan gejala ............................................................................... 2.5 Respon berduka ............................................................................... 2.5.1 Tahap berduka ....... 2.5.2 Tindakan pada pasien menghadapi kehilangan/berduka......... 2.6 Pemeriksaan Fisik ........................................................................... 2.6.1 Inspeksi .......... 2.6.2 Palpasi .................................................................................... 2.6.3 Perkusi ....... 2.6.4 Auskultasi ............................................................................... 2.7 Manifestasi klinis .............................................................................. 2.8 Stadium ............................................................................................. 2.9 Jenis sel kanker paru ......................................................................... 2.10 Pemeriksaan penunjang ................................................................ 2.11 Penatalaksanaan medis.................................................................... 2.12 Pathway .......................................................................................... BAB III.ASUHAN KEPERAWATAN PADA CA PARU.............................. 3.1 Pengkajian ........................................................................................ 3.2 Diagnosa keperawatan ...................................................................... 1 2 3 3 4 4 4 5 5 7 7 8 8 9 11 11 11 11 11 12 12 15 15 17 19 21 21 21
1

3.3 Prioritas masalah .............................................................................. 3.4 Perencanaan ...................................................................................... 3.5 Implementasi .................................................................................... 3.6 Evaluasi ........................................................................................... BAB IV. PENUTUP ........................................................................................ 4.1 Kesimpulan ....................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

22 22 30 30 32 32 33

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanhyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 65 tahun.

Dalam keadaan normal sel akan tumbuh sesuai kebutuhan tubuh dengan melalui tahapan tahapan dalam prosesnya. Mekanisme itu penting sebagai pengganti sel sel tubuh yang rusak dan perlu peremajaan.. Pertumbuhan sel yang berjalan dalam beberapa tahapan dan dikontrol oleh gen (pembawa informasi) yang sebagian bertindak sebagai pemicu, penghambat pertumbuhan dan gen pengkontrol proses lain dalam sel agar berjalan baik. Gangguan pada gen atau proses pertumbuhan itu dapat menyebabkan sel tumbuh tidak terkendali. Pada beberapa kondisi tidak semua gangguan itu berkembang cepat namun dapat berhenti sebelum berubah menjadi
3

ganas itulah yang kita kenal dengan tumor jinak. Jika gangguan itu lebih berat dan gangguan pertumbuhan berlangsung terus dan menyebar ke tempat lain (metastasis) kita sebut dengan tumor ganas atau kanker.

Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker Paru dengan kasus pada tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitatif.

1.2 Tujuan A. Untuk mengetahui definisi dari ca paru.


B.

Mengetahui tanda dan gejala dari ca paru.

C. Menetahui cara pencegahan dan penanganan ca paru. D. Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa medis ca paru melalui pendekatan proses perawatan
1.3 Manfaat

a.

Bagi Penulis 1. Mengetahui labih jauh lagi tentang penyakit ca paru. 2. Mengetahui askep pada kasus ca paru dengan baik dan benar

b.

Bagi Pendidikan Sebagai koleksi tambahan buku-buku diperpustakaan dan sebagai

kerangka acuan dalam pembuatan Asuhan Keperawatan

BAB II KONSEP MEDIS

2.1 . Definisi Karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran nafas. Di dalam kepustakaan selalu di laporkan peningkatan insiden kanker paru secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia serta kemampuan diagnostik yang lebih baik namun oleh karena memang karsinoma bronkogenik lebih sering terjadi (Pengatar Ilmu Penyakit paru).

2.2 Etiologi

Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :

1.

Merokok. Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar
5

10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

2.

Iradiasi. Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.

3.

Kanker paru akibat kerja. Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.

4.

Polusi udara. Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. ( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).

5.

Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni: a. Proton oncogen b. Tumor suppressor gene. c. Gene encoding enzyme.

Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiahprogrammed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.

6.

Diet. Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.(Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

2.3 Patofisologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

2.4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala kanker paru membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui dan seringkali dikacaukan dengan gejala dari kondisi yang
8

kurang serius. Tanda dan gejala mungkin tidak kelihatan sampai penyakit telah mencapai tahap lanjut. Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi hebat Batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua minggu Dada, bahu atau nyeri punggung yang tidak berhubungan terhadap nyeri akibat batuk yang terus menerus Perubahan warna pada dahak Meningkatnya jumlah dahak Dahak berdarah Bunyi menciut-ciut saat bernafas pada bukan penderita asma Radang yang kambuh Sulit bernafas Nafas pendek Serak Suara kasar saat bernafas

Selain dari itu juga barangkali tanda-tanda dan gejala-gejala disebabkan oleh penyebaran kanker paru pada bagian tubuh lainnya. Tergantung pada organorgan yang dirusak. Kelelahan kronis

Kehilangan nafsu makan Sakit kepala, nyeri tulang, sakit yang menyertainya Retak tulang yang tidak berhubungan dengan luka akibat kecelakaan Gejala-gejala pada saraf (seperti: cara berjalan yang goyah dan atau kehilangan ingatan sebagian)

Bengkak pada leher dan wajah Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya

2.5 Respons berduka 2.5.1 Tahap berduka Respon berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahaptahap berikut (kubler- rose dalammpoter dan ferry, 1997) 1. tahap pengingkaran, merupakan reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya mengerti, atau mengingkari kenyataan bahwa kenyataan benar- benar terjadi. Sebagai contoh, orang atau keluarga dari oyang menerima diagnosa terminal akan terus menerus mencari informasi tambahan . reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih , lemah, mual, pucat,diare, gangguan pernafasan, detak jantung terlalu cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam bwaktu beberapa menit atau tahun

10

2.

tahap marah,

tahap ini adalah individu menolak kehilanggan.

Kemarahan yang timbul sering di proyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan prilaku agresif, berbicara kasar.menolak pengibata, menuduh dokter tidak kompeten. Respon fisik yang sring terjadi antara lain, mukammerah, nadi cepat, gelisah susah tidur, tangan mengempal. 3. Tahap tawar menawar, pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran kenyataan yterjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terabng-terangan seolah-olah kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan yang Maha Esa. 4. Tahap Depresi, pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan rasa tidak berharga, bahkan bias muncul keinginan bunuh diri.Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : Menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun, 5. Tahap Penerimaan, merupakan tahap yang berkaitan dengan

reorganisasi perasaan kehilangan. Fikiran yang selalu berpusat pada objek yang hilang maka mulai berkurang atau hilang, individu telah menerima kehilangan yang di alaminya dan memulai memandang kedepan

11

2.5.2 Tindakan pada pasien menghadapi kehilangan/berduka 1) Tahap pengingkaran 1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk prerasaannya, dengan cara a. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya b. Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang mengungkapkan

kenyataan dan kehilangan apabila sudah siap secara emosional.

2. Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas dan mendororng

pasien untuk berbagi rasa dengan cara: a. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat apa yang di katakana oleh pasien tanpa menghukum atau menghakim b. Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut dapat terjadi pada orang yang mengalami kehilangan

3.

Memberikan jawaban yang jujur atas pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian dengan cara: a. Menjawab pertanyaan pasien dengan bahsa yang ssudah di mengerti, jelas dan tidak berbelit belit. b. c. Mengamati dengan cermat respon pasien seklama berbicara Meningkatkan kesadaran secara bertahap.

12

2) Tahap depresi 1. Membantu pasien, mengidentifikasa ras berslah dan takut dngan cara: a. Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya membahas perasaannya b. Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai dengan derajat resikonya

2. Mebantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara: a. b. Menghargai perasaan pasien Membantu pasien menemuka dukungan yang positif denagn mengaitkan terhadap kenyataan c. Meberi kesempatan untuk menangis dan mngungkapkan perasaannya. d. Bersama pasien untuk membahas pikiran yang selalu timbul

3) Tahap penerimaan Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa di elakkan dengan cara a. b. Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur Membantu keluarga berbagi rasa , karna setiap anggota keluarga tidak berada pada tahap yang sama pada saat yang bersamaan c. d. Membahas rencana setelah masa kabung terlewati Member informasi yang akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarga.
13

2.6 Pemeriksaan Fisik 2.6.1 Inspeksi : Secara umum biasanya klien tampak kurus, terlihat batuk , dengan / tanpa peningkatan produksi secret.Pergerakan dada bias asimetris apabila terjadi komplikasi efusi pleura dengan hemoragi.Nyeri dada dapat timbul dalam berbagai bentuk tapi biasanya dialami sebagai rasa sakit atau tidak nyaman akibat penyebaran neoplastik ke mediastinum. Selain itu, dapat pula timbul nyeri pleuritis bila terjadi serangan sekunder pada pleura akibat penyebaran neoplastik atau pneumonia. Gejala-gejala umum seperti anoreksia, lelah, dan berkurangnya berat badan merupakan gejala-gejala lanjutan.

2.6.2 Palpasi : Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun. 2.6.3 Perkusi : Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor. 2.6.4 Auskultasi : Didapatkan bunyi stridor local, wheezing unilateral didapatkan apabila karsinoma melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan tanda khas pada tumor bronchus. Penyebaran local tumor ke struktur mediastinum dapat menimbulkan suara serak akibat terserangnya saraf rekuren, terjadi disfagia akibat keterlibatan esophagus, dan paralisis hemidiafragma akibat keterlibatan saraf frenikus ( Alsagaff, 1996)

14

2.7 Manifestasi klinis. 1) Gejala awal.

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus. 2) a. Gejala umum. Batuk Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder. b. Hemoptisis Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi. c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

15

2.8 Stadium. Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru paru: 1986 American Joint Committee on Cancer. Gambarn TNM Tumor primer (T) T0 Tx Defenisi Tidak terbukti adanya tumor primer Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi TIS T1 Karsinoma in situ Tumor dengan diameter 3 cm dikelilingi paru paru atau pleura viseralis yang normal. T2 Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus; harus berjarak 2 cm distal dari karina. T3 Tumor dalam setiap ukuran dengan atau

perluasan langsung pada dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, pericardium tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2

16

cm dari karina tetapi tidak melibat karina. T4 Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, koepua vertebra, atau karina; atau adanya efusi pleura yang maligna. Kelenjar limfe regional (N) N0 Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe regional. N1 Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar kelenjar hilus ipsilateral. N2 Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe subkarina. N3 Metastasis pada mediastinal atau kelenjar kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar kelenjar limfe skalenus atau atau supraklavikular kontralateral. Metastasis jauh (M) M0 M1 Tidak diketahui adanya metastasis jauh Metastasis jauh terdapat pada tempat ipsilateral

tertentu (seperti otak).

17

Kelompok stadium Karsinoma TxN0M0 tersembunyi Sputum mengandung sel sel ganas tetapi tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis. Stadium TISN0M0 Stadium T1N0M0 T2 N0M0 Stadium T1N1M0 T2 N1M0 Stadium T3N0M0 T3 N0M0 Stadium Setiap T N3M0 I Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya bukti metastasis pada kelenjar limfe regional atau tempat yang jauh. II Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat bukti adanya metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral. IIIa Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak ada metastasis jauh. IIIb Setiap tumor dengan metastasis pada 0 Karsinoma in situ.

kelenjar limfe hilus tau mediastinal kontralateral, atau pada kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular; atau setiap

T4 setiap NM0

tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan atau tanpa metastasis kelenjar limfe regional; tidak ada metastasis jauh.
18

Stadium Setiap T, setiap N,M1

IV Setiap tumor dengan metastsis jauh.

Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).

2.9 Jenis Sel Kanker Paru

secara garis besar dibagi atas 2 kelompok 1. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK = SCLC) merupakan 20% dari seluruh kanker paru, bersifat lebih agresif tetapi sangat responsif dengan pengobatan.

2. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KBKBSK= NSCLC) yang terbanyak yaitu sekitar 80% dari kanker paru-paru. Ada beberapa jenis KPKBSK yang dapat dikenali diantaranya: Karsinoma epidermoid (disebut juga karsinoma sel skuamosa) Adenokarsinoma, adalah jenis sel kanker terbanyak dan terutama pada perokok Karsinoma sel besar Lain-lain:merupakan jenis yang jarang ditemukan misalnya karsinoid, karsinoma bronkoalveolar.
19

2.10 Pemeriksaan Penunjang 1) Radiologi. a. Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra. b. Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus. 2) Laboratorium. a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma. b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi. c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).

20

3) Histopatologi. a. Bronkoskopi. Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %. c. Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi. d. Mediastinosopi. Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat. e. Torakotomi. Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor. 4) Pencitraan. a. dan pleura. b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum. 2.11 Penatalaksanaan Medis
21

CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru

1. Tujuan pengobatan kanker dapat berupa : a. Kuratif Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.

b.

Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.

d. Supotif Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

2. Pembedahan. Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk

22

mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru paru yang tidak terkena kanker.

3. Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

4. Pneumonektomi pengangkatan paru). Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.

5. Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois. 6. Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

7. Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru berbentuk baji (potongan es).

8. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris)

23

9. Radiasi Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.

10. Kemoterafi. Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi

24

2.12 Pathway Bronchus (percabangan segmen atau subsegmen) Trauma oleh arus udara ( Tar Rokok,paparan industri) Bahan karsinogenik mengendap Perubahan epitel silia dan mukosa/ulserasi Bronchus Deskuamasi Produksi Mukus Me
Bersihan jalan nafas tidak efektif

Cell cadangan (reserve cell) basal mukosa bronchus

Hyperplasi, metaplasi. Cell Kanker Manifestasi Klinis

(Intrapulmoner) (Intratorasik Ekstrapulmoner) (Ektratorasik Non Metastatik) (Ekstratorasik Mtastatik)

Kanker lumen branchus Proksimal Sumbatan parsial atau total Distal Bronkiektasis/Aktelektasis

25

Sesak nafas (Wheezing) Pola Nafas tidak efektif Gangguan Pertukaran gas

INTRATORASIK EKSTRAPULMONER

Mediastinum

N. Frenikus N.Recurrens S. Simpatis VC. Superior Trachea Oesopagus Jantung


Paralises Diafragma Paralises Ch.vocalis Sindrom Horner Sindrom VC VC. Superior Sesak, Atelektasis Disfagia Gg.disf. efusi Pkd.

Dispnoe Gg. Kom Verbal. Jtng Gg. Pola nafas

Gg. Fungsi Oedema muka Penglihatan & lengan

gg. Per

Nutrisi Penurunan

tukarn.gas krg.;kebut. Curah

26

EKTRATORASIK NON METASTATIK

Neuromuskuler Endokrin Metabolik Jaringan ikat & Tulang Vaskuler&Hematologi


Neuropatia Ca. Primitive Neural Crest hypertropi Pulmonary Migratory romboflebitis

Pe Growth Hormon Jari Tabuh Gg. Body Image Ekstratorasik Metastatik Sirkulasi Arterial Hampir semua organ, t/u Otak, hati dan tulang Ansietas Ancaman Kematian

27

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA CA PARU

3.1 Pengkajian

Data Subjektif 1. 2. Obset dan Lamanya tanda dan gejala-gejalanya. Apa yang pasien ketahui tentang alasan dia dirawat?

a. Untuk tes Diagnostik b. Untuk pembedahan toraks 3. Apakah pasien mengatakan karsinoma paru sebagai diagnosa atau

tersangka 4. 5. Riwayat kebiasaan merokok Riwayat terpapar polutan dan,debi industri, radioaktif

Data Obkektif 1. Sputum berwarna kemerahan dapat disebabkan pendarahan dari tumor 2. Batuk 3. Nyeri dada (kecuali stadium dini dan lanjut) 4. Dispnoe
28

5. Taktil premitus meningkat (konsolidasi) 6. Suara nafas:wheezing friction rub (jika menyebar ke pleura) 7. Penurunan berat badan 8. Tes diagnostik : x-ray, bronkoscopy, sitology, angiografi, mediastografi (pada keadaan lanjur), scanning paru, analisa gas darah

3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas sekret, keterbatasan gerakan dada, /nyeri, kelemahan,kelelahan. 2. Pola pernafasan tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkialoleh sekret, perdarahan aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi. 3. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli atau ke bagian utama paru, perubahan membran alveoli ( atelektasis , edema paru , efusi, sekeresi berlebihan,/perdarahan aktif. 4. Nyeri akut b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada. 5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat, peningkatan metabolisme, proses keganasan. 6. Gangguan body image b/d perubahan struktur tubuh. 7. Ansietas b/d ketakutan /ancaman akan kematian , tindakan diagnostik, penyakit kronis.

29

3.3 Prioritas Masalah 1. Memepertahankan / memperbaiki fungsi pernapasan 2. Mengontrol / menghilangkan nyeri 3. mendukung Upaya mengatasi diagnosa / situasi 4. memberikan infirmasi tentang profesi penyakit / prognosis dan proses pengobatan

3.4 Perencanaan Keperawatan Diagnosa Bersihan Jalan nafas tidak efektif b/d peninjkatan jumlah/visko sitas sekret, keterbatasan gerakan dada/nyeri, kelemahan/k elelahan. Tujuan-Kriteria Bersihan jalan nafas efektif. Kriteria ; a. Menunjukan potensi jalan nafas. b. Cairan sekret mudah dikeluarkan/ dibatukan. c. Bunyi nafas jelas. d. Whezing(-)/ berkurang 3. Observasi jumlah dan karakter sputum/aspirasi sekret. Perubahan sekret menunjukan progresifitas penyakit. 2. Bantu untuk nafas dalam efektif anjurkan batuk dengan posisi duduk. Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksinal, upaya batuk untuk membuang sekret.. Intervensi 1. Auskultasi bunyi bunyi nafas dan adanya sekret. Rasional Pernafasan bising, menunjukan tertahannya sekret/obstruksi jalan nafas

dada, untuk karakter ronki, mengi

30

4. Lakukan menggunakan suction. Bila klien tidak dapat batuk. 5. Dorong masukan cairan/oral sedikitnya 2500 CC/hari dalam toleransi jantung. 6. Kolaborasi : Berikan/bantu dengan IPBB , spirometri, meniup botol 7. Gunakan oksigen humidifikasi/nebuli zer ultrasonik . Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi. 8. Berikan bronkodilator, ekspektoran, atau analgetik sesuai indikasi.

Penghisapan dapat efektif.

penghisapan dengan merangsang batuk

Hidrasio adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/peningkatan pengeluaran.

Memudahkan pembuangan sekret.

Memberikan hidrasi maksimal/pengenceran sekret untuk meningkatkan pengeluaran

Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara. Ekspektoiran meningkatkan produksi
31

mu.kus untuk mengencerkan sekret.

Takhipnoe dan dispnoe Kerusakan pertukaran gas b/d gg. Aliran udata ke alveoli, perubahan membran alveolar kapiler ( atelektasis, efusi, sekresi berlebihan, perdarahan aktif ) Pertukaran gas efektif. Kriteria : GDA dalam batas normal,. Mebubjukan ventilasi adekuat Menunjukan oksigenasi adekuat. perbaikan distress pernafasan.
3.

1. Catat frekluensi dan kedalaman pernafasan , penggunaan otot bantu dan nafas bibir.

menyertai obstruksi paru.

Area yang tak 2. Auskultasi paru untuk penurunan bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan krekels. Menunjukan Observasi ferfusi daerah akral dan sianosis ( daun telinga, bibir, lidah dan membran lidah ) Jalan nafas lengket/kolaps menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi Secara negatif hipoksemia sistemik. terventilasi dapat diidentifikasikan dengan tak adanya bunyi nafas.

oedema paru, Menunjukan

4. Lakukan tindakan untuk memperbaiki jalan nafas.

32

mempengaruhi pertukaran gas. Meningkatkan ekspansi 5. Tinggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan. dada maksimal, membuat mudah bernafas meningkatkan kenyamanan. Tahkikardi/takhipnoe, 6. Awasi tanda vital dan perubahan pada TD. Terjadi seirng dengan perubahan asidosis. Hipoksemia sistemik 7. Kaji tingkat kesadaran dapat ditunjukan pertamakali oleh gelisah dan rangsang disertai penurunan kesadaran. Hipoksemia menurunkan 8. Kaji toleransi aktivitas. kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas tanpa dispnoea berat, takikardia dan disritmia. Hipoksemia ada pada
33

berbagai derajat 9. Kolaborasi: Awasi seri GDA. tergantung pada jumlah obstruksi jalan nafas. Memaksimalkan sediaan oksigen untuk 10. Berikan oksigen dengan metoda yang tepat. pertukaran gas .

Pola nafas tidak efektif b/d obstruksi trakeobronki al oleh bekuan darah, sekret banyak ,peradarahan aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi.

Pola nafas efektif. Kriteria : Frekuensi nafas dalam rentang normal Suara paru jelas dan bersih. Berpartisipasi dalam aktivitas.

1. Kaji frekuensi , kedalaman pernafasan dan ekspansi dada., catat upaya pernafasan ( penggunaan otot bantu pernafasan ) 2. Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya bunyi nafas.

Kedalamam pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas., ekspansi pada terbatas terjadi pada atelektasis.

Perubahan bunyi nafas menunjukan obstruksi sekunder. Kongesti alveolar mengakibatkan batuk

3.

Observasi pola batuk dan karakter

34

secret 4. Dorong dalam nafas dalam.dan latihan batuk.

kering/iritatif Meningktkan banyaknya sputum.

5. Kolaborasi: Berikan oksigen tambahan. 6. Berikan humidifikasi tambahan.

Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan kerja nafas. Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

7. Bantu fisioterapi dada. Memudahkan upaya pernafasan dalam. Meningktkan drainase sekret. Kadang=kadang berguna untuk membuang bekuan darah, sekret serta membersihkan jalan nafas.

8. Siapkan/bantu bronkoskopi

35

Nyeri b/d. invasi kanker ke pleura, atau dinding dada.

Nyeri hilang/ berkurang Kriteria :Klien nampak rileks. Kliuen dapat tidur. Berpartisi dalam aktivitas.

1. Tanyakan pasien tentang nyeri, Tentukan karaktersitik nyeri

Membantu dalam evaluasi gejala nyeri kanker yang dapat melibatkan visera, saraf atau jaringan tulang

2. Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien.

Ketidaksesuaian antara verbal dan non verbal menunjukan.derajat nyeri

3. Evaluasi keefektifan pemberian obat 4. Berikan tindakan kenyamanan, ubah posisi, pijatan punggung dll.

Memberikan obat berdasarkan aturan. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian..

5. Berikan lingkungan tenang. 6. Kolaborasi: Berikan analgesik rutin s/d indikasi..

Penurunan stress, menghemat energi Mempertahankan kadar obat, menghindari puncak periode nyeri..

36

Ansietas b/d ancaman kematian, proses keganasan,

Ansietas hilang/ berkurang Kriteria Klien tampak rileks Klien dapat beristirahat. Dapat bekerjasama dalam terapi.:

1. Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnosa. 2. Akui rasa takut, masalah pasien, dan dorong mengekspresikan perasaan.

Pemahaman persepsi melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi. Memberi waktu untuk mengidentifikasi perasaan.

3. Kolaborasi : Libatkan pasien/orang terdekat dalam perencanaan keperawatan

Dapat memperbaiki perasaan kontrol.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang, peningkatan metabolisme, proses keganasan.

Nutrisi terpenuhi. Kriteria : Menunjukan perubahan beratbadan. Menunjukan perubahan pola makan. Hb. Albumin

1. Catat ststus nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan 2. Pastikan pola diet pasien yang

Berguna dalam mengidentifikasi derajat kurang nutrisi dan menentukan pilihan intervensi.

Pertimbangan keinginan individu dapat


37

dalam rentang normal.

disukai/tidak disukai

memperbaiki masukan diet. Mengukur kefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

3.

Awasi pemasukan/pengel uaran dan berat badan secara periodic

4. Selidiki mual, muntah, anoreksia dan catat kemungkinan hubungannya dengan obat

Mencari pemecahan masalah, untuk meningkatkan pemasukan nutrien.

5. Berikan periode istirahat sering.

Membantu menghemat energi., khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat

6. Berikan perawatan mulut, sebelum dan sesudah tindakan pernafasan. 7. Berikan Diet TKTP.

Menurunkan perasaan tak enak, bekas sputum, obat merangsang pusat muntah..

Memaksimalkan masukan nutrisi..

38

8. Kolaborasi : Rujuk ke ahli diet Awasi pemeriksaan lab. ( BUN, protein serum, albumin Hb.) 9. Bila perlu berikan

Nilai rendah menunjukan malnutrisi

Meningkatkan masukan

nutrisi parenteral. . nutrisi adekuat.

39

3.5 IMPLEMENTASI Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya : Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan setelah dilakukan validasi, keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien. Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

3.6 EVALUASI

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan peruubahan keadaan pasien ( Hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

Evaluasi terhadap masalah ca. Paru secara umum dapat dinilai dari sempurnanya Memepertahankan / memperbaiki fungsi pernapasan, Mengontrol / menghilangkan nyeri,mendukung upaya mengatasi diagnosa / situasi memberikan informasi tentang profesi penyakit / prognosi,dan proses pengobatan

40

Untuk perkembangan

memudahkan klien,

perawat

mengevakuasi

atau

memantau

digunakan

komponen

SOAP/SOAPIE.SOAPIER.

Pengunaannya tergantung dari kebijakan setempat. Yang dimaksud dengan SOAPIER adalah :

: Data Subjektif Perawat menulisan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.

: Data Objektif Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien. Dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan

: Analisis Interprestasi dari data subjektif dan data objektif. Merupakan suatu masalah atau diagnosa keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat ditulis masalah/diagnosa baru terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif

: Planning

41

Perencanaan

keperawatan

yang

akan

dilanjutkan,

dihentikan

dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.

: Implementasi Adalah tindakan keperawatan yang dilakukan tindakan keperawatan

; Evaluasi Adalah respon klien setelah selesai dilakukan tindakan keperawatan

: Reassement Adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi dan dihentikan

42

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1) Definisi karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran nafas

2) Tanda dan gejala: 1. 2. Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi hebat Batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua minggu

43

3.

Dada, bahu atau nyeri punggung yang tidak berhubungan terhadap nyeri akibat batuk yang terus menerus

4. 5. 6. 7. 8. 9.

Perubahan warna pada dahak Meningkatnya jumlah dahak Dahak berdarah Bunyi menciut-ciut saat bernafas pada bukan penderita asma Radang yang kambuh Sulit bernafas

10. Nafas pendek 11. Serak 12. Suara kasar saat bernafas

3)

Penatalaksanaan Medis a. Pembedahan. b. Toraktomi eksplorasi.


c. Pneumonektomi pengangkatan paru. d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

e. Resesi segmental. f. Resesi baji. g. Dekortikasi. h. Radiasi


44

i. Kemoterafi

45

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya. Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya. Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta. Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. EGC Jakarta. Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius Jakarta Rohmah, nikmatur. 2009 Proses Keperawatran Teori dan Aplikasi di lengkapi dengan NIC-NOC dan aplikasi pada berbagai kasus, Ar-Ruzz Media : Jogjakarta Santosa, budi.2005/2006 Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda , Prima

Medika.Jakarta

46

You might also like