You are on page 1of 28

LAPORAN TUTORIAL BLOK XXI (PEDIATRI) SKENARIO 1 NEONATUS

OLEH : KELOMPOK 13 Andreas Peter P.B.S Anisa Nur Rahma Cherryl Martha C.A.W Dhyani Rahma Sari Finda Kartika Kharisma Setya. H Meutia Halida M. Faiz K. Anwar Rizqi Ahmad N.D Wida Pratiwi Oktavia G0010018 G000100.. G000100.. G000100.. G000100.. G000101.. G0010124 G00101.. G00101.. G00101..

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

BAB I PENDAHULUAN Adik Bayi yang Lucu.. Santi, seorang mahasiswi kedokteran, di ruang bersalin, ia mendapati seorang bayi laki-laki dengan berat 3,6 kg, panjang 50cm. skor APGAR menit pertama 8, menit kelima 9, dan menit kesepuluh 10. Santi melakukan pemeriksaan fisik lengkap pada bayi yang baru lahir tersebut dan semuanya normal. Santi melihat catatan riwayat kesehatan ibu serta riwayat persalinan. Ia mendapati bayi tersebut dilahirkan secara spontan pada umur kehamilan 39 minggu. Ketuban pecah 3 jam sebelum bayi lahir, warna ketuban jernih, tidak ada mekoneum. Catatan kesehatan ibu menunjukkan bahwa tanda vital ibu normal, pemeriksaan TORCH negative, HbsAg negative, gula darah normal, dan HIV negative. Selanjutnya bayi dan ibunya dibawa ke ruang perawatan untuk dirawat gabung dan diberikan ASI.

BAB II STUDI PUSTAKA DAN DISKUSI

Jump 1 Memahami skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario. 1. Skor APGAR: adalah skor untuk menilai kondissi kesehatan bayi terutama untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak. Meliputi penilaian kulit, pernapasan, frekuensi jantung, tonus otot, dan respon refleks. 2. Mekoneum: merupakan bahan yang berlendir bewarna hijau kehitaman di dalam usus bayi, berisis hasil sekresi hati, kelenjar usus dan cairan amnion. 3. HbsAg: merupakan indikator pemeriksaan untuk mendeteksi adanya infeksi hepatitis B. 4. TORCH: adalah singkatan dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. 5. Bayi lahir secara spontan: adalah kelahiran dari tenaga mengejan dari ibu tanpa bantuan alat apapun dan tanpa pemberian obat apapun. 6. Ketuban: merupakan selaput yang berisi cairan amnion dan chorion dengan komposisi 98% air dan sisanya bahan organik maupun anorganik. Volume ketuban biasanya 11,5 liter. Jump 2 Menentukan/mendefinisikan permasalahan. a. b. c. d. e. f. Bagaimana fisiologi dari fetus? Apakah dampak pada bayi akibat proses kehamilan dan persalinan ? Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan Apa saja pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan? Apa saja keuntungan dari rawat gabung? Apa saja manfaat dari ASI?

laboratorium?

Jump 3 Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah 2). A. Fisiologi Fetus dan Neonatus 1. Fetus Organ organ pada fetus mulai berkembang sejak 1 bulan setelah fertilisasi, dan selama 2 bulan berikutnya, sebagian besar organ telah selesai dibentuk. Pembentukkan organ ini terjadi pada trisemester pertama dan disebut dengan organogenesis. Mulai trisemester berikutnya, organ organ pada fetus sudah sama dengan neonatus, namun perkembangan selularnya belum sempurna. Pada trisemester ini, terjadi penyempurnaan fungsi organ organ tubuh fetus. Walaupun demikian, beberapa organ tertentu belum sempurna bahkan saat lahir, seperti sistem saraf, hati, dan ginjal. Jantung manusia mulai berdenyut selama minggu ke-4 setelah fertilisasi, berkontraksi 65 x/menit dan meningkat 140 x/menit sebelum lahir. Sel darah merah berinti mulanya dibentuk dalam yolk sac. Lapisan mesotelial plasenta mulai menghasilkan sel darah merah berinti mulai minggu ke-3. Hal ini akan diikuti pembentukan sel darah merah tak berinti oleh mesenkim fetus dan endotelium pembuluh darah fetus pada minggu ke-4 dan ke-5. Kira kira mulai minggu ke-10, hati mulai membentuk sel - sel darah dan pada bulan ke-3, limpa dan jaringan limfoid tubuh mulai membentuk sel darah. Sumsum tulang juga mulai membentuk sel darah merah dan sel darah putih kira kira bulan ke-3. Pada 3 bulan terakhir kehidupan fetus, secara perlahan lahan produksi sel darah diambil alih oleh sumsum tulang, kecuali pembentukan sel sel limfosit dan plasma oleh jaringan limfoid. Pernafasan tidak dapat terjadi selama kehidupan fetus karena gerakan pernafasan fetus dihambat. Hal ini mungkin disebabkan (1) kondisi kimia khusus yang terdapat dalam cairan tubuh fetus, (2) terdapatnya cairan dalam paru fetus, (3) kemungkinan rangsangan yang tidak diketahui. Penghambatan ini bertujuan supaya paru paru fetus tidak terisi oleh mekonium. Sebagian besar refleks kulit pada fetus terbentuk pada bulan ke-3 sampai ke-4 kehamilan. Akan tetapi, fungsinya tetap belum berkembang bahkan saat lahir. Mielinisasi susunan saraf pusat menjadi sempurna setelah 1 tahun kehidupan postnatal. Fetus mencerna dan mengabsorbsi sejumlah besar cairan amnion selama pertengahan masa kehamilan. Pada 2 sampai 3 bulan terakhir kehamilan, fungsi gastrointestinal sudah mendekati fungsi normal neonatus. Di dalam traktus gastrointestinal sudah dihasilkan

mekonium secara terus menerus dan dieksresikan ke cairan amnion. Mekonium sendiri merupakan residu cairan amnion dan sebagian dari produk produk ekskretoris dari mukosa dan kelenjar kelenjar gastrointestinal. Ginjal fetus mampu mengeksresikan urin paling sedikit selama akhir pertengahan kehamilan, dan urinasi secara normal terjadi in utero. Akan tetapi, fungsi ginjal sebagai kontrol keseimbangan asam basa dan keseimbangan cairan elektrolit belum sempurna, bahkan saat lahirpun, fungsi ginjal masih belum sempurna. Dibutuhkan kira kira beberapa bulan untuk mencapai kesempurnaan fungsi ginjal. (Guyton and Hall, 1997) 2. Neonatus Kehidupan intrauterin dengan kehidupan ekstrauterin tentu saja berbeda. Janin saat masih dalam kandungan masih ditopang oleh ibu melalui plasenta. Ketika kelahiran, terjadi pemutusan hubungan plasenta dengan ibu, yang berarti hilangnya dukungan terhadap metabolisme janin. Dalam keadaan seperti ini terjadi beberapa peristiwa penting : 1. Mulai bernafasnya neonatus. Ada beberapa faktor yang menyebabkan bayi a. Pada ibu yang melahirkan pervaginam terjadi kompresi pada toraks janin. Hal ini menyebabkan terjadinya ekspulsi cairan dalam paru keluar dan kemudian terisi udara. b. Akibat terputusnya ibu dengan plasenta menyebabkan terjadinya asfiksia ringan. Hal ini akan memberikan impuls pada pusat pusat pernafasan untuk mulai bernafas. c. Adanya rangsangan dingin, terutama pada bagian wajah yang akan merangsang pusat pernafasan. d. Pada bayi yang terlambat bernafas, terjadi hipoksia dan hiperkapnea yang juga akan memberikan stimulus tambahan terhadap pusat pernafasan. Tekanan negatif yang kuat diperlukan neonatus untuk pertama kali bernafas. Setelah paru paru mengembang, hanya dibutuhkan sedikit tekanan untuk mengambang dan mengempiskan paru paru. Selain itu, cairan surfaktan juga diperlukan untuk menurunkan tegangan permukaan, sehingga dapat mempermudah pengembangan dan pengempisan paru paru. Pada bayi bayi prematur, terjadi kesulitan bernafas karena cairan surfaktan belum diproduksi banyak. Akibatnya pada bayi bayi prematur terjadi kesulitan bernafas. baru lahir secara spontan bernafas :

2.

Penyesuaian sirkulasi saat kelahiran

Pada saat lahir terjadi perubahan sirkulasi dari sirkulasi fetus ke sirkulasi normal. Perubahan tersebut menyebabkan penutupan beberapa lubang, yang pada fetus masih terbuka, yaitu : a. Penutupan foramen ovale Penutupan foramen ovale terjadi karena tekanan atrium kanan menjadi rendah sedangkan tekanan atrium kiri menjadi tinggi. Hal ini menyebabkan darah mencoba mengalir balik ke atrium kanan melalui foramen ovale. Akibatnya, katup kecil di atas foramen ovale di sebelah kiri septum atrium akan menutup ostium ini. b. Penutupan duktus arteriosus Penutupan duktus arteriosus karena peningkatan resistensi sistemik sehingga terjadi peningkatan tekanan aorta sementara terjadi penurunan resistensi paru sehingga menurunkan tekanan arteri pulmonalis. Akibatnya darah mengalir balik dari aorta ke arteri pulmonalis. Akan tetapi, beberapa jam kemudian, dinding otot duktus arteriosus mengalami konstriksi sehingga dalam waktu 1 8 jam aliran darah balik sudah berhenti. Setelah 1 4 bulan, duktus arteriosus menutup secara anatomis karena pertumbuhan jaringan fibrosa dalam lumen duktus. c. Penutupan duktus venosus Penutupan duktus venosus terjadi karena kontraksi yang kuat dari duktus ini sehingga aliran darah akan mengalir ke vena porta kemudian aliran darah ini akan masuk ke sinus sinus di hati. 3. Fungsi ginjal a. Kecepatan asupan dan ekskresi cairan pada bayi 7 kali lebih besar dari orang dewasa berkaitan dengan berat badan. b. Kecepatan metabolisme bayi 2 kali lebih besar dari orang dewasa berkaitan dengan berat badan. c. Perkembangan fungsional ginjal belum sempurna sampai akhir bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu, pada bayi sering terjadi dehidrasi, asidosis, dan bahkan kelebihan cairan (edema). 4. Fungsi hati Selama beberapa hari pertama kehidupan, fungsi hati masih belum optimal, karena:

a. Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat oleh hati neonatus berlangsung buruk dan oleh karena itu hanya menyekresikan sedikit bilirubin selama beberapa hari pertama kehidupan. b. Pembentukan protein plasma oleh hati neonatus mengalami defisiensi, sehingga konsentrasi protein plasma menurun menjadi 15% 20%. Bahkan kadang kadang konsentrasi protein turun sangat rendah sampai bayi mengalami edema hipoproteinemia. c. Fungsi glukoneogenesis hati secara khusus mengalami defisiensi. Akibatnya, kadar glukosa darah pada neonatus yang tidak diberi makan akan turun sampai sekitar 30 40 mg/dl, dan bayi harus bergantung pada simpanan lemak untuk energinya sampai pemberian makanan yang cukup. d. Hati neonatus biasanya juga membentuk sangat sedikit faktor faktor yang dibutuhkan darah untuk koagulasi darah normal. 5. Pencernaan, absorpsi, metabolisme energi makanan, dan nutrisi Pada umumnya pencernaan neonatus dengan anak yang lebih tua sudah sama. Namun demikian, ada beberapa hal yang membedakan, yaitu : a. Sekresi amilase pankreas masih kurang, sehingga neonatus kurang kuat dalam mencerna zat tepung. b. Absorpsi lemak masih kurang, sehingga susu dengan kandungan lemak yang tinggi, seperti susu sapi, seringa diabsorpsi kurang baik. c. Akibat fungsi hati yang belum sempurna, kadar glukosa darah neonatus tidak stabil dan biasanya rendah. d. Neonatus secara khusus mampu mensintesis dan menyimpan lemak. Sehingga dengan diet yang adekuat, sebanyak 90% dari asam amino akan dicerna untuk digunakan sebagai pembentukan protein tubuh. Ini lebih tinggi dari orang dewasa. (Guyton and Hall, 1997 dan Meadow, Roy dan Simon Newell, 2002)

B. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

1. APGAR SCORE

Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek)

Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950)

Dilakukan pada : 1 menit kelahiran yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan Menit ke-5 Menit ke-10 penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis SKOR APGAR TANDA Appearance 0 Biru,pucat 1 Badan pucat,tungkai Pulse Grimace Activity Tidak teraba Tidak ada Lemas/lumpuh biru < 100 Lambat Gerakan sedikit/fleksi tungkai Respiratory Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis kuat 2 Semuanya merah muda > 100 Menangis kuat Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan

Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2 Nilai tertinggi adalah 10 Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan resusitasi Nilai 0 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dimulai dari pengukuran berat badan, panjang badan dan lingkar kepalanya. Bayi baru lahir normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Berat badan 2500 4000 gram Panjang badan 48 52 cm Lingkar kepala 33 35 cm Lingkar dada 30 38 cm Selanjutnya pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir yang dilakukan adalah

memeriksa kulit, kepala dan wajah, jantung dan paru-paru, sistem saraf, perut dan alat kelamin bayi. 2. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir bagian kulit Pada jam-jam pertama kehidupan bayi baru lahir, kulit bayi baru lahir biasanya agak kemerahan. Jari-jari tangan dan kaki nampak agak kebiruan karena sirkulasi darah yang kurang baik. Pada persalinan normal akan mengakibatkan bentuk kepala bayi berubah dan memetap selama beberapa hari. Hal ini disebabkan karena pada persalinan normal yang keluar dahulu adalah bagian kepala bayi. Sedangkan pada persalinan yang sungsang anggota tubuh yang mengalami pembengkakan dan memar adalah bokong, alat kelamin dan kaki karena bokong keluar lebih dulu. 3. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir bagian kepala Pada proses persalinan kadang-kadang terjadi perdarahan dari tulang kepala dan lapisan penutupnya (periosteum) hal ini bisa mengakibatkan timbulnya benjolan di kepala (sefal hematom) yang akan menghilang dalam beberapa minggu. Selain itu penekanan selama proses persalinan normal juga bisa menyebabkan memar pada wajah. Sehingga wajah terlihat tidak simetris. Tetapi asimetri wajah ini juga bisa disebabkan karena kerusakan saraf pada wajah dan bisa sembuh dalam beberapa minggu. 4. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir bagian jantung dan paru-paru Biasanya bayi baru lahir memiliki frekuensi jantung 120 160 kali/menit dan pernafasan 60 - 40 kali/menit. Jantung dan paru-paru perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya kelainan yang biasanya dapat terlihat melalui warna kulit bayi dan keadaannya secara umum. 5. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir bagian saraf Pemeriksaan saraf pada bayi baru lahir dilakukan dengan menguji gerak refleks bayi baru lahir.Bayi baru lahir memiliki 3 gerak refleks yaitu: Refleks Moro : bila bayi baru lahir dikejutkan, tangan dan kakinya akan terentang ke depan tubuhnya seperti mencari pegangan, dengan jari-jari terbuka.

Refleks Mencucur

: bila salah satu sudut mulut bayi disentuh, bayi akan memalingkan kepalanya ke sisi tersebut. Refleks ini membantu bayi baru lahir untuk menemukan putting.

Dan Refleks Menghisap : bila suatu benda diletakkan dalam mulut bayi, maka bayi akan segera menghisapnya. 6. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir bagian perut Pemeriksaan daerah perut dilakukan dengan menilai bentuknya, dan memeriksa ukuran, bentuk dan posisi alat-alat dalam seperti ginjal, hati dan limpa. Pembesaran ginjal bisa menunjukkan adanya sumbatan pada aliran keluar dari air kemih. 7. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir bagian kelamin/genitalia Pada bayi laki-laki testis sudah turun dan memiliki dua pelir lengkap di buah zakarnya sedang pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora (Johnson, 2005). C. ASI ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan. ASI adalah sebuah cairan yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf.
D. Manfaat ASI

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang menyusui. Manfaat ASI bagi bayi: 1. ASI merupakan sumber gizi sempurna ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi.faktor pembentukan sel-sel otak terutama DHA

dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih banyak dari casein (protein utama dari susu yang berbentuk gumpalan).komposisi ini menyebabkan ASI mudah diserap oleh bayi.

2.

ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang didapat dari

ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar zat ini akan turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi immunoglobulin dalam jumlah yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan menurun, sementara produksi sendiri belum mencukupi, bisa muncul kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Di sinilah ASI berperan bisa menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesenjangan yang mungkin timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Colostrum (cairan pertama yang mendahului ASI) mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak dari ASI. 3. ASI eklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama kehidupannya. Di dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk pertumbuhan otak bayi di antaranya taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur khusus, laktosa atau hidrat arang utama dari ASI, dan asam lemak ikatan panjang - antara lain DHA dan AA yang merupakan asam lemak utama dari ASI. 4. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya keadaan yang disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman akan menjadi anak yang berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri, peduli lingkungan dan pandai menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif. akan sering dalam dekapan ibu saat menyusu, mendengar detak jantung ibu, dan gerakan pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan juga akan sering merasakan situasi seperti saat dalam kandungan: terlindung, aman dan tenteram. Manfaat menyusui bagi ibu: 1. Mengurangi resiko kanker payudara

Menyusui setidaknya sampai 6 bulan mengurangi kemungkinan ibu menderita kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur. Perlindungan terhadap kanker payudara sesuai dengan lama pemberian ASI. Ibu yang menyusui akan terhindar dari kanker payudara sebanyak 20%-30%. Berdasarkan penelitian dari 30 negara pada 50.000 ibu menyusui dan 97.000 tidak menyusui kemungkinan kejadian kanker payudara lebih rendah pada ibu menyusui. Jika menyusui lebih dari 2 tahun ibu akan lebih jarang menderita kanker payudara sebanyak 50% (Roesli, 2007). 2. Metode KB paling aman Jarak kelahiran anak lebih panjang pada ibu yang menyusui secara eklusif daripada yang tidak (Roesli, 2007). 3. Kepraktisan dalam pemberian ASI ASI dapat segera diberikan pada bayi, segar, siap pakai dan mudah pemberiannya sehingga tidak terlalu merepotkan ibu. 4. Ekonomis Dengan memberikan ASI, ibu tidak memerlukan untuk makanan bayi sampai berumur 4-6 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. E. Fisiologi laktasi Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi mulai mengisabp ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau disebut juga let down reflexs. Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin. Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi otot di

sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi atau ibunya. Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk diisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi mengisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar. Efek oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan. Sehingga dapat membantu mengurangi perdarahan walaupun kadang mengakibatkan nyeri.

F. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Menurut Gupta (2007) Inisiasi Menyusu Dini disebut sebagai tahap keempat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai 1 jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan dan tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dini dengan ibunya, menemukan putting susu dan mendapatkan asupan kolostrum sebelum ASI keluar. Inisiasi Menyusu Dini sebenarnya telah dilaksanakan di Indonesia mengacu pada kebijakan PP-ASI, salah satu diantaranya adalah membantu ibu menyususi bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan. Namun kenyataannya belum benar, sebab bayi baru lahir biasanya sudah dibungkus sebelum diletakan di dada ibunya, akibatnya tidak terjadi skin to skin contact, bayi bukan menyusu tetapi disusui oleh ibunya dan memaksakan bayi untuk menyusu sebelum siap untuk disusukan selanjutnya bayi dipisahkan dari ibunya. Menurut IDAI (2008) refleks menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir, sedangkan menurut Roesli (2007) bayi menunjukan kesiapan untuk mulai menyusu setelah 30-40 menit setelah lahir. Tanda-tanda kesiapan bayi untuk menyusu yaitu

mengeluarkan suara kecil, menguap, meregang, adanya pergerakan mulut. Selanjutnya menggerakan tangan ke mulut, timbul refleks rooting, menggerakan kepala dan menangis sebagai isyarat menyusu dini. Dengan indra peraba, penghidu, penglihatan, pendengaran, refleks bayi baru lahir bisa menemukan dan menyentuh payudara tanpa bantuan. Hal ini dapat merevitalisasi pencarian bayi terhadap payudara.
G. Manfaat inisiasi menyusu dini bagi bayi dan ibu :

a.

Meningkatkan refleks menyusu bayi secara optimal Menyusu pada bayi baru lahir merupakan keterpaduan antara tiga refleks yaitu

refleks mencari (Rooting refleks), refleks menghisap (Sucking refleks), refleks menelan (Swallowing refleks) dan bernafas. Gerakan menghisap berkaitan dengan saraf otak nervus ke-5, ke-7 dan ke-12. Gerakan menelan berkaitan dengan nervus ke-9 dan ke-10. Gerakan tersebut salah satu upaya terpenting bagi individu untuk mempertahankan hidupnya. Pada masa gestasi 28 minggu gerakan ini sudah cukup sempurna, sehingga bayi dapat menerima makanan secara oral, namun melakukan gerakan tersebut tidak berlangsung lama. Setelah usia gestasi 32-43 minggu, mampu untuk melakukan dalam waktu yang lama. b. Menurunkan kejadian hipotermi Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, kecepatan kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang bersalin dengan suhu 20-25 celcius, suhu kulit tubuh bayi akan turun 0,3 celcius, suhu tubuh bagian dalam turun 0,1 celcius / menit. Selama periode dini setelah bayi lahir, biasanya berakibat kehilangan panas komulatif 2-3 celcius. Kehilangan panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan evavorasi. c. Menurunkan kejadian asfiksia Dengan inisiasi menyusu dini, ibu dan bayi menjadi lebih tenang. Hal ini akan membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil. d. Menurunkan kejadian hipoglikemi Menyusu dini membuat bayi menjadi tenang dan frekwensi menangis kurang sehingga mengurangi pemakaian energi. e. Meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin Melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada putting susu ibu akan pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki bayi pada saat

merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus untuk merangsang kontraksi uterus. Oksitosin akan menyebabkan uterus berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya perdarahan post partum. Oksitosin akan merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan mencintai bayinya. Oksitosin merangsang pengaliran ASI dari payudara. d. Memfasilitasi bonding attachment Bonding atau ikatan batin menunjukan perjalinan hubungan orang tua dan bayi pada saat awal kelahiran. Sebagai individu, orang tua akan mengembangkan hubungan kasih sayang dengan bayi menurut gaya dan cara mereka. Jam pertama merupakan saat peka dimana kontak pertama akan mempermudah jalinan batin. Sifat dan tingkah laku jalinan saling berhubungan yang tercipta antara ibu dan bayi sering berupa sentuhan halus ibu dengan ujung jarinya pada anggota gerak dan wajah bayi serta membelai dengan penuh kasih sayang. Sentuhan pada pipi akan membangkitkan respon berupa gerakan memalingkan wajah ke ibu untuk mengadakan kontak mata dan mengarah ke payudara disertai gerakan menyondol dan menjilat putting susu selanjutnya menghisap payudara. Kontak pertama ini harus berlangsung pada jam pertama setelah kelahirannya. Bayi baru lahir matanya terbuka lebih lama daripada hari-hari selanjutnya, sehingga paling baik untuk memulai perlekatan dan kontak mata antara ibu dan bayi. H. Tatalaksana inisiasi menyusu dini Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit baik sebaiknya dibiarkan. Bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. Bayi dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam menyusu awal. Ibu dan bayi dirawat gabung dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. I. Rawat Gabung

Rawat gabung adalah bayi bersama ibunya dirawat dalam satu kamar atau satu ruangan dan dapat juga diartikan bahwa membuat ibu dan anaknya bergabung daam satu ruangan atau tempat tidur sama dan dapat mencegah terjadinya infeksi serta akan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI, terutama bila digabungkan dengan penyediaan pedoman-pedoman pemberian ASI.
J. Tujuan Rawat Gabung

Memberikan bantuan emosional 1). Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada bayi 2).Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi b. Penggunaan ASI 1). Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara, menetekkan sejak bayi lahir dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin. Pada hari-hari pertama, yang keluar adalah colostrums yang jumlahnya sedikit. 2). Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering mungkin c. Pencegahan infeksi Mencegah terjadinya infeksi silang, pada perawatan bayi dimana banyak bayi yang disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah mencegah infeksi silang.Bayi yang melekat pada kulit ibu akan memperoleh transfer antibodi dari si ibu. Colostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi akan melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan mencegah infeksi terutama pada diare. d. Pendidikan kesehatan Kesempatan melaksanakan rawat gabung da apat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu, terutama primipara. e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi
K. Manfaat Rawat Gabung

Obat bekerja sebagai hasil interaksi fisiokemikal antar molekul-molekul obat dan molekul-molekul tubuh resipien/pasien. Reaksi kimia ini dapat mengubah carakerja

sel yang selanjutnya dapat menimbulkan perubahan pada perilak jaringan, organ dan system. Obat memodifikasi fungsi tubuh yang sudah ada .Sebagian besar obat akan bekerja pada lebih dari satu jenis sel dan dengan demikian menimbulkan efek yang multiple pada tubuh. Sebagian besar molekul obat bekerja lewat : 1. Reseptor protein pada membrane sel atau di dalam sel 2. Saluran ion di dalam membran sel 3. Enzim-enzim dalam sel atau cairan ekstrasel Adapun manfaat rawat gabung yaitu: 1. Aspek fisik Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui setiap saat, kapan saja bayinya menginginkan (nir-jadwal). 2. Aspek fisiologis Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, di mana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu, dengan menyusui maka akan timbul refleks oksitosin yang akan membantu proses fisiologis involusi rahim. 3. Aspek psikologis Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother bonding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. 4. Aspek Edukatif Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang baru mempunyai anak pertama) akan mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. 5. Aspek Medis Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi.
L. Pelaksanaan Rawat Gabung

1. Di poliklinik kebidanan a. Memberikan Penyuluhan mengenai kebaikan ASI dan merawat gabung. b. Memberikan penyuluhan mengenai perawatan payudara, makanan ibu hamil, nifas,

perawatan bayi. c. Mengadakan ceramah, Tanya jawab. Dan motivasi KB. d. Membantu ibu yang mempunyai masalah dalam kesehatan ibu dan anak sesuai dengan kemampuan. 2. Di kamar bersalin Adapun kriteria yang diambil sebagai syarat rawat gabung yaitu: a. Nilai Apgar lebih dari 7 b. BB lebih dari 2500 gram dan kurang dari 4000 gram c. Masalah kehamilan lebih dari 36 minggu dan kurang dari 42 minggu d. Lahir spontan persentasi kepala e. Ibu sehat 3. Di ruang perawatan Bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi dan ditempatkan di samping ibu. Pada waktu berkunjung bayi dan tempat tidurnya di tempatkan ke ruangan lain, perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali keadaan-keadaan yang tidak normal, bayi bias menyusu sewaktu ia menginginkan dan bayi tidak boleh menyusu dari botol. 4. Di ruang follow up Aktifitas di ruang follow up: a. Menimbang berat bayi b. Anamnesis mengenai makanan bayi c. Cara menyusukan bayi d. Pemberian imunisasi menurut instruksi dokter M. Pemeriksaan kehamilan Pemeriksaan kehamilan minimal dilakukan sebanyak 4 kali yaitu : Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan antara 0-3 bulan. Memang biasanya ibu tidak menyadari kehamilan saat awal masa kehamilan, tetapi sangat diharapkan agar kunjungan pertama kehamilan dilakukan sebelum usia kehamilan < 12 minggu. Pemeriksaan kehamilan ini cukup dilakukan sekali dan mungkin berlangsung 30-40 menit. Pada pemeriksaan kehamilan trimester pertama kalinya anda akan diperiksa :

Riwayat kesehatan anda, disini anda akan diajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui adanya kelainan genetic, kondisi kesehatan anda (adakah penyakit kronis), riwayat kehamilan sebelumnya dan keadaan psikososial anda.

Penentuan usia kehamilan sebenarnya. Hal ini bisa dilakukan dengan USG transvaginal atau transabdominal sekalian memastikan adanya janin dalam kandungan atau dengan menanyakan HPHT (hari pertama haid terakhir) anda.

Pemeriksaan fisik secara umum misalnya tekanan darah, berat badan dan pemeriksaan fisik lainnya. Pemeriksaan dalam yaitu pemeriksaan vagina dan leher rahim anda. Pemeriksaan laboratorium untuk kadar hemoglobin darah, urinalisis (pemeriksaan urin), golongan darah dan rhesus, TORCH dan tes hepatitis.

1) Tes Darah Tes darah ini dilakukan untuk memeriksa beberapa hal:

Golongan darah dan skrining antibodi. Golongan darah anda bisa A, B, AB, atau O. Bisa juga Rh positif atau Rh negatif. Hematokrit dan hemoglobin. Kedua substansi ini perlu diukur untuk memeriksa adanya anemia. Jika level kedua substansi ini rendah, maka anda kemungkinan diberikan suplemen zat besi untuk meningkatkan levelnya.

TORCH (Toxoplasma, Other, Rubella, Cytomegalo virus, Herpes Simpleks) Sipilis. Human immunodeficiency virus (HIV). HIV adalah virus yang menyerang sel-sel di sistem imunitas tubuh yang menyebabkan acquired immuno-deficiency syndrome (AIDS).

Glukosa.

2) Tes Urin Tes urin bisa dilakukan pada kunjungan pra-kelahiran anda. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kadar gula dan protein. Walaupun keberadaan gula pada urin adalah normal di masa kehamilan, kadar gula yang tinggi bisa menandakan kemungkinan diabetes. Protein pada urin menandakan adanya kemungkinan infeksi saluran kencing atau penyakit pada ginjal. Di umur kehamilan akhir, bisa menadakan adanya tekanan darah tinggi. Kondisi ini disebut dengan preeclampsia. Jika kondisi ini terjadi, dapat dilakukan perawatan dan pengobatan. 3) Test Lainnya Tes Pap (pap smear) kemungkinan dilakukan untuk memeriksa perubahan yang terjadi pada panggul yang bisa mengarah pada kanker. Sampel dari sel cervical juga bisa diambil untuk

penyakit kelamin menular tertentu, seperti gonorrhea dan infeksi chlamydia. Jika kondisi ini ditemukan, perawatan dan pengobatan dapat dilakukan. Di akhir kehamilan, anda bisa melakuan tes untuk grup B streptococcus (GBS). Untuk tes ini, tes usap dilakukan untuk mengabmil sampel dari derah vagina dan anal. GBS dapat ditularkan kepada bayi di saat kelahiran dan bisa menyebabkan masalah di minggu pertama kehidupan bayi tersebut. Antibiotik dapat diberikan pada bayi selama waktu melahirkan untuk mencegah agar bayi tidak terinfeksi. 4) Tes untuk Cacat Lahir screening test atau tes penyaringan awal ini sangat mudah untuk dilakukan dan tidak memberikan resiko pada janin. Terdapat berbagai jenis tes dan bisa dilaukan berdasarkan tahap atau trimester kehamilan anda. Ibu hamil dapat memilih untuk melakukan tes tunggal atau tes kombinas. Beberap dari tes ini bisa jadi tidak dapat dilakukan di semua tempat. Jika hasil dari tes ini menunjukkan adanya peningkatan resiko, maka tes diagnostik bisa dilakukan. Tes ini memiliki resiko terjadinya kehilangan janin atau fetal loss (2%). ` Screening pada Trimester Pertama Tes yang dilakukan pada trimester pertama ini adalah tes darah dan pemeriksaan menggunakan ultrasound atau USG. Penyaringan ini bisa dilakukan sekaligus atau sebagai bagian dari proses tahap-demi-tahap. Beberapa ibu mungkin tidak perlu melakukan tes lebih lebih lanjut. Screening Test pada trimester pertama ini dilakukan di minggu 11 dan 14 kehamilan untuk mendeteksi resiko adanya down syndrome dan trisomy 18. Tes darah dilakukan untuk mengukur tingkat dua substansi berikut di dalam darah sang ibu: 1. 2. Pregnancy-associated plasma protein-A (PAPP-A) Human chorionic gonadotropin (hCG)

Sedangkan pemeriksaan USG, atau yang disebut nuchal translucency (NT) screening, dilakukan untuk mengukur ketebalan dari leher belakang janin. Peningkatan pada bagian ini dapat memberikan sinyal adanya Down Syndrome, trisomy 18, atau masalah lainnya. Hasil dari pemeriksaan NT ini digabung dengan hasil dari tes darah dan umur dari sang ibu untuk menilai resiko pada janin. Pada trimester pertama ini hasil dari seluruh tes tersebut dapat mendeteksi kemungkinan Down syndrome sebanyak 85% dari seluruh kasus. Ketika ketebalan nuchal translucency (tungkak) meningkat, maka kemungkinan jani mengalami cacat pada jantung atau kondisi genetik lainnya. Screening pada Trimester Kedua

Pada trimester kedua, tes yang disebut multiple marker screening atau screening serum maternal bisa dilakukan untuk melakukan penyaringan awal Down syndrome, trisomy 18, atau neural tube defects (cacat selubung syaraf). Test ini dilakukan untuk mengukur kadar dari tiga atau empat substansi berikut pada darah anda: 1. Alpha-fetoprotein (AFP) Substansi yang dibuat oleh janin yang berkembang, yang bisa ditemukan pada cairan amniotik, darah janin, dan darah sang ibu dalam jumlah yang lebih sedikit. 2. 3. 4. Estriol Hormon yang dibuat oleh plasenta dan ginjal sang janin. hCG Inhibin-A Hormon yang diproduksi oleh plasenta. Tes yang menggunakan tiga dari substansi awal tersebut disebut triple screen. Ketika substansi ke empat (inhibin-A) ditambahkan, maka tes disebut sebagai quadruple atau quad screen. Tes ini biasa dilakukan pada sekitar minggu 15-20 kehamilan. Penting untuk melakukan tes tersebut pada tahap kehamilan ini (trimester ketiga) karena kadar dari substansi diukur berubah selama kehamilan. Tes triple screen mendeteksi Down Syndrome dalam 70% kasua. Tes quad screen mendeteksi Down syndrom dalam 80% kasus. Tes AFP mendeteksi adanya cacat selubung syaraf pada 80% kasus. Screening pada Trimester Pertama dan Kedua Hasil dari tes pada trimester pertama dan kedua bisa digunakan bersamaan untuk meningkatkan kemampuan pendeteksian Down syndrome. Jika digunakan secara bersamaan dan bergantung pada tes yang digunakan, 85%-96% dari kasus Down Syndrome dapat terdeteksi. Dengan tipe tes seperti ini, hasil final tidak dapat diambil sebelum sema tes sudah dilakukan. 5) Tes Diagnostik Jika dari hasil screening menunjukkan adanya resiko, tes diagnostik berikut bisa dilakukan:

Amniocentesis. Untuk tes ini, sejumlah kecil cairan amnoitic dan sel diambil dari kantung yang mengelilingi janin dan diperiksa. Tes ini dilakukan di trimester kedua kehamilan.

Chorionic Villus Sampling (CVS). Untuk tes ini, sampel kecil dari sel diambil dari plasenta dan diperiksa. Tes ini dilakukan di trimester pertama kehamilan. Ultrasound. Tipe pemeriksaan ultrasound ini memberikan gambaran detil dari organ dan fitur janin.

Tes amniocentesis dan CVS memberikan resiko kecil akan kehilangan janin. Dokter anda akan menjelaskan resiko ini pada anda. Pemeriksaan kehamilan kedua yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan antara 4-6 bulan. Biasanya kunjungan kehamilan dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 26 minggu. Pemeriksaan ini mungkin berlangsung 20 menit saja. Pemeriksaan yang akan dilakukan adalah :

Anamnesa. Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri (puncak rahim), detak denyut janin dan pemeriksaan fisik menyeluruh serta pemeriksaan dalam bila pada kunjungan pertama tidak dilakukan.

Pemeriksaan laboratorium. Urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan darah tinggi, gula darah dan hemoglobin terutama bila kunjungan pertama anda dinyatakan anemia. Anda juga bisa melakukan serangkaian pemeriksaan lainnya yang berguna dalam mendeteksi dini kelainan dalam janin misalnya alpha feto protein (AFP), Chorion Villius Sample (CVS), dan amniosintesis.

Pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan USG ini berguna untuk mendeteksi kelainan bawaan janin, jumlah janin, pergerakan jantung janin, lokasi plasenta (ari-ari), dll.

Pemeriksaan kehamilan ketiga yang dilakukan saat usia kehamilan mencapai 32 minggu. Pemeriksaan ini mungkin memakan waktu 20 menit dengan komposisi pemeriksaan hampir sama dengan pemeriksaan kedua yaitu :

Anamnesa. Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri (puncak rahim), detak denyut janin, pemeriksaan Leopold (pemeriksaan kandungan melalui perut) dan pemeriksaan fisik menyeluruh.

Pemeriksaan laboratorium. Urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan darah tinggi, gula darah dan hemoglobin.

Pemeriksaan kehamilan keempat. Ini merupakan pemeriksaan kehamilan terakhir dan dilakukan pada usia kehamilan antara 32-36 minggu. Pada pemeriksaan ini akan dilakukan pemeriksaan :

Anamnesa. Anda akan ditanyakan mengenai kondisi selama kehamilan, keluhankeluhan yang muncul, pergerakan janin, dan tanda kontraksi rahim. Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri (puncak rahim), detak denyut janin, pemeriksaan Leopold (menentukan letak janin dalam kandungan), dan pemeriksaan fisik menyeluruh.

Pemeriksaan laboratorium. Urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan darah tinggi, gula darah dan hemoglobin.

Jump 4 Menginventarisasi permasalahan-permasalahan dan membuat pernyataan secara sistematis dan pernyataan sementara mengenai permasalahan-permasalahan pada langkah 3. Riwayat persalinan : Persalinan spontan Kesehatan Ibu : Tanda vital normal TORCH (-) HbsAg (-) Gula darah normal HIV (-) Umur kehamilan 39 minggu Ketuban pecah 3 jam sebelum persalinan Ketuban jernih Mekoneum (-) BB = 3,6 kg BAYI LAKI-LAKI Rawat gabung Pemberian ASI
Keesokan harinya bayi IKTERIK

PB = 50 cm APGAR : 1 = 8 5 = 9 10 = 10 Pemeriksaan fisik normal

Jump 5 Merumuskan tujuan pembelajaran a. b. Bagaimana fisiologi dari fetus? Apakah dampak pada bayi akibat proses kehamilan dan persalinan ? c. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium? d. Apa saja pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan?

e. Apa saja keuntungan dari rawat gabung? f. Apa saja manfaat dari ASI?

Jump 6 Mengumpulkan informasi baru (belajar mandiri) Jump 7 Melaporkan, membahas, dan menata kemabali informasi baru yang telah diperoleh Pada skenario satu ini, Santi, seorang mahasiswa kedokteran mendapatkan dua kasus yang berbeda. Yang pertama ialah seorang bayi laki-laki dengan berat 3,6 kg dan panjang 50 cm. Kelahiran spontan pada umur kehamilan 39 minggu. Ketuban pecah 3 jam sebelum lahir, warna ketuban jernih, dan tidak ada mekoneum. Dari segi berat badan dan panjang badan, bayi tersebut lahir normal. Berat badan bayi baru lahir antara 2,5 4 kg dan panjang sekitar 50 cm. Kelahirannya pun aterm atau cukup bulan, antara 28-42 minggu, dan spontan melalui vagina. Ketuban yang pecah 3 jam sebelum lahir bukan merupakan tanda ketuban pecah dini. Proses persalinan normal dibagi menjadi 4 kala. Kala pertama merupakan waktu pembukaan serviks sampai lengkap 10 cm. Kala pertama tersebut memerlukan waktu 13-14 pada primigravida (wanita hamil pertama kali) dan 7 jam pada multigravida (wanita yang sudah pernah melahirkan bayi hidup). Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan telah lengkap. Kemudian dilanjutkan dengan kala dua yaitu kala pengeluaran janin. Jika ketuban pecah sebelum pembukaan ke-5 maka disebut dengan ketuban pecah dini. Warna ketuban yang jernih dan tidak ada mekoneum merupakan keadaan yang normal. Mekoneum merupakan bahan yang berlendir berwarna hijau tua dalam usus bayi yang cukup bulan, yang merupakan campuran sekresi hati, kelenjar usus, dan sejumlah cairan amnion. Jika mekoneum ini teraspirasi oleh bayi baru lahir maka dapat terjadi asfiksia pada bayi. Skor Apgar bayi ini pada menit pertama 8, menit kelima 9, dan menit kesepuluh 10. Skor Apgar merupakan sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Pada bayi ini, skor Apgar menunjukkan peningkatan dari menit pertama, kelima, dan kesepuluh. Skor Apgar berada diantara 7-10 menunjukkan bayi normal

dan tidak memerlukan tindakan khusus. Jika bayi berada pada skor Apgar 4-6 maka memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas. Jika bayi berada pada skor Apgar 0-3 maka memerlukan tindakan medis yang lebih intensif. Pemeriksaan fisik lengkap juga dilakukan pada bayi ini. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir meliputi pemeriksaan antropometri (berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada), pemeriksaan kulit, kepala, wajah, mata, hidung, mulut, telinga, leher, klavikula, tangan, dada, abdomen, genitalia, anus dan rectum, tungkai, dan spinal. Pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dan bertujuan untuk memastikan normalitas dan mendeteksi adanya penyimpangan dari normal. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat. Pada pemeriksaan fisik bayi pertama ini tidak didapatkan kelainan pada organ-organ tersebut. Selanjutnya bayi dan ibunya dibawa ke ruang perawatan untuk dirawat gabung karena dari pemeriksaan bayi dalam batas normal dan catatan kesehatan ibu juga menunjukkan tanda vital ibu normal, pemeriksaan TORCH negatif, HbsAg negatif, gula darah normal, dan HIV negatif. Rawat gabung merupakan suatu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh. Tidak semua bayi atau ibu dapat dirawat gabung. Syaratnya adalah: - Usia kehamilan > 34 minggu dan berat lahir > 1800 gr, berarti refleks menelan dan menghisap sudah baik
- Nilai apgar pada lima menit 7

- Tidak ada kelainan kongenital yang memerlukan perawatan khusus - Tidak ada trauma lahir - Bayi lahir dengan sectio caesaria yang menggunakan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar - Ibu dalam keadaan sehat Kontraindikasi rawat gabung bagi ibu adalah ibu dengan kelaianan jantung, eklampsia atau preeklampsia berat, karsinoma payudara, dan psikosis. Sedangkan kontraindikasi rawat gabung bagi bayi ialah bayi dengan berat lahir sangat rendah, kelainan kongenital berat, dan bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus. Keuntungan rawat gabung dari aspek psikologis ialah dengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat (bonding) yang sangat mempengaruhi perkembangan

psikologis bayi selanjutnya. Kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak diperlukan bayi. Rasa aman, terlindung, dan percaya pada orang lain merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Dari aspek fisik, dengan rawat gabung, ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi menginginkannya. Dengan demikian, ASI juga akan cepat keluar. Dari aspek fisiologi dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan menimbulkan refleks prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan refleks oksitosin yang membantu pengeluaran ASI dan mempercepat involusi rahim. Dari aspek edukatif dengan rawat gabung, ibu, terutama yang primipara, akan mempunyai pengalaman menyusui dan merawat bayinya. Dari aspek medis dengan rawat gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan banyak petugas sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Perlunya pemeriksaan penunjang baik untuk si ibu sendiri maupun bayi setelah lahir.

Perlunya edukasi bagi itu tentang peran penting dari ASI dan rawat gabung.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A.Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Guyton, Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Hassan, Rusepno dan Husein Alatas (editor).2005.Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia IDAI. (2008). Bedah ASI, Jakarta: Balai Penerbit FKUI Johnson, Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan.cetaka I. Jakarta: EGC. Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, dan Wiwiek Setiowulan. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius. Matondang, C.S., Wahidiyat I., Sastroasmoro S. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta: Sagung Seto. Meadow, Roy dan Simon Newell. 2002. Lecture Notes Pediatrica. Jakarta : Erlangga. Putz, R dan R. Pabst. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Kepala, Leher, Ekstremitas Atas Jilid I Edisi 22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Roesli, Utami. (2007). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: EGC Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

You might also like