You are on page 1of 6

Ijtihad Kontemporer Dalam Beberapa Masalah

Analisis Terhadap Pendangan Dr.Abdul Muthy Muhammad Bayyumi


Ahsanul Husna

Muqoddimah Segala puji syukur kepada Allah Swt yang menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia, pembeda antara yang hak dan yang batil. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah menyampaikan risalah dan agama Allah kepada umat manusia sehingga mereka menjadi umat yang terbaik. Ya Allah sampaikan salawat dan salam kami kepada Nabi Muhammad Saw. dan juga kepada keluarga, para sahabat dan para pengikut-pengikut beliau. Berikut ini adalah beberapa pendangan Islam tentang permasalah-permaslaah kontemporer. Kita menemukan ada beberapa pandangan dan pendapat para ulama. Sulit memang memaparkan jawaban dari permasalahan ini. karena dia merupakan produk kemajuan zaman dan perubahan social, politik ekonomi. Jadi, ia melibatkan berbagai cabang ilmu. Dan tidak hanya sebatas satu ilmu. Tidak hanya berkaitan dengan masalah fiqih. Akan tetapi sudah merambat kepada masalah aqidah, tafsir, hadits dan linguistic. Karena itu, saya mencoba memaparkan pandangan-pandangan saya tentang persoalan ini sejauh kemampuan yang saya miliki yang berkaitan dengan ilmu pendidikan Islam. Akan tetapi saya ingin menekankan bahwa dengan usaha ini bukan berarti saya sudah mencapai pada tingkat Mujtahid Muthlaq atau Ijtihad Masalah. Yang saya maksudkan adalah bahwa saya mencoba berusaha memberikan solusi dari masalah yang cukup berat, yang sudah menjadi tanggung jawab ilmiah bagi saya. Semoga dengan itu saya bisa terjauh dari ancaman Allah Swt dalam firmanNya : Dan ingatlah ketika Allah telah mengambil janji orang-orang yang diberi Al-Kitab agar kamu benar-benar menjelaskannya kepada manusia dan jangan kamu sembunyikan. Maka mereka mencampakkannya di belakang mereka dan memperjualbelikannya dengan harga yang murah. Maka buruklah apa yang mereka perjualbelikan.(QS. Ali Imrah, 187) Dan saya tidak menyebut apa yang saya tulis tentang permasalah ini suah menjadi hukum Allah satu-satunya atau hukum syariat satu-satunya. Akan tetapi ini hanyalah bentuk dari ijtihad. Sedangkan makna ijtihad adalah sebuah pendapat yang ada kemungkinan salah dan benar atau ada kemungkianan didukung dan ditentang. Jika benar alhmdulillah dan jika salah maka aku telah menjalankan kewajibanku sejauh pengetahuan yang Allah berikan. Kepada Allah lah tempat saya berpegang. Dialah yang maha mengetahui semua niat. Wallahualam. Robbana innaka talam ma nukhfi wama nulin, wama yakhfa alallahi min syaiin fil ardhi wala fissamak.

1.

Aqidah

Patung dan Gambar Allah Swt berfirman : Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala-berhala dan kamu membuat kedustaan.(QS.Al-Ankabut,17). Allah Swt juga berfirman dalam QS.Al-Ambiaya,52, kemudian QS.As-Syuara, 70,71. Dr.Abdul Muthi mengatakan, aku telah menelaah berbagai kamus bahasa arab bahwa kalimat al-watsanu artinya patung yang disembah (berhala). Maka setiap patung yang tidak untuk disembah maka ia tidak termasuk al-watsanu (berhala).dan ia tidak mengandung nilai sakral keagamaan serta pada dasarnya bukanlah suatu yang diharamkan. Jadi, patung-patung disekitar kabah yang di dihancurkan oleh Rasulullah Saw. adalah berhala. Dan foto-foto yang diharamkan adalah foto yang sampai dijadikan berhala. Kemudian muncul kalimat al-watsaniah (penyembah berhala). Apakah kalimat ini ada kaitanya dengan patung-patung atau gambar-gambar. Dan bagaimana nasib orang yang membuat patung atau gambar ini ?...untuk menjelaskan permasalahan ini kita harus menggunakan neraca ilmu Ushul Fiqih agar kita tidak terpaku pada Zohir Ayat tapi lebih mendalam lagi. Hal yang terpenting dari ilmu ini adalah,(tahqiqul manath) memberikan tolak ukur yang jelas dalam mengambil sebuah hukum dan bemberikan penjelasan sebab (llat) haram dan halalnya. Dan yang paling utama adalah mencari sebab sebuah hukum (illah). Maka hukum sangat ditentukan adanya sebab atau tidak. Jika ada sebab maka ada hukum jika tidak maka tidak ada hukum. Jadi, satu hal yang dapat membantu menentukan tolak ukur yang jelas dalam mengambil sebuah hukum adalah dengan mengetahui sebab dari hukum itu. Ada beberapa langkah untuk membantu mencari sebab hukum (illat), yaitu : 1. Memahami linguistik nash 2. Mengetahui sebab datangnya nash.(Asbabunnuzul wa asbabul wurud) 3. Memahami kondisi tempat munculnya masalah. Apakah ada kesesuaian dengan sebab mulanya turun nash (al-Quran dan hadist).apakah kondisinya berbeda atau sama. Jika berbeda maka hukumnya pun berbeda. Kita akan coba menerapkan langkah diatas dalam berkaitanya dengan hukum menggambar. Pertama, makna gambar/foto (tashwir) dalam hadist adalah, memberi warna pada gambar atau foto yang melekat pada kain, kulit, kayu atau tembaga. Atau memahat (sehingga membentuk gambar yang bertubuh, memiliki ukuran yang selas seperti tinggi, lebar dsb).

Gambar atau foto yang disebutkan didalam hadits adalah gambar yang dijadikan berhala. Seperti seseorang mengambil foto rajanya atau menggambar nabinya untuk disembah. Allah berfirman : Juahilah olehmu kotoran dari berhala.(QS.Al-Haj, 30) Maka berhala pada dasarnya dalam islam adalah kotoran. Ada dua motif yang dilarang bagi para potograper atau pemahat : Pertama, memoto atau memahat untuk dijual kepada penyembah berhala Kedua, menunjukan bahwa dirinya mampu membuat sesuatu seperti apa yang Allah Swt ciptakan. Kedua motif ini diharamkan dalam syariat. Karena digunakan untuk disembah atau sejenisnya. Kemudian muncul hadits yang berbunyi : Nabi Saw bersabda : Sesungguhnya manusia yang paling keras azabnya di hari akhirat nanti adalah para tukang foto/gambar Al-Khithoby mengutarakan pendapatnya mengenai hadits ini : Yang dimaksud tukang gambar yang akan mendapatkan azab yang paling pedih adalah mereka yang menggambar untuk disembah. Memandang kepada gambar tersebut dapat menimbulkan fitnah dan memperturuti hawa nafsu.( pendapat ini berdasarkan pada zaman Al-khithoby sendiri). Didalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda : Sesungguhnya Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang ada gambar...(sehingga Rasulullah Saw bersabda), kecuali nomor (yang digambar) di baju.(HR.Bukhori dari Abi Thalhah sahabat Rasulullah Saw). Artinya, pengecualian itu berlaku pada gambar yang dibuat hanya sekedar untuk hiasan, bukan ditazimkan (diagungkan). Kemudian muncul persepsi dikalang para ulama tetang depenisi hiasan, seperti yang mengatakan : gambar yang berbentuk tapi tidak punya kepala, atau gambar pemandangan alam, atau juga gambar yang punya tubuh tanpa nyawa. Akan tetapi pada masa kita sekarang ini tidak terlalu dituntut memperpanjang masalah ini. Intinya, yang diharamkan itu adalah sesuatu yang dijadikan sesembahan. Jika hanya sekedar untuk sebagai penghormatan, perhiasan atau kenangkenangan maka tidak diharamkan. Kemudian Rasulullah Saw bersabda : Dari Anas Ra. Berkata, Qaram(kain) milik Aisyah digunakan untuk menutupi disisi rumahnya, lalu Nabi Saw.bersabda: singkirkan ia dariku karena gambarnya terlihat ketika aku shalat.

Menurut keterangan Imam Ibnu Hajr, bahwa Rasulullah Saw tetap membiarkan gambar ditempat yang agak tinggi dan beliau shalat. Beliau menyuruh menyingkirkannya karena gambar itu terlihat ketika beliau hendak mendirikan shalat seingga menganggu shalatnya. Bukan karena yang lain. Wallahuaalam.

2.

Syariah Islamiah

Tranfusi organ tubuh. Permasalahan transfusi (pencangkokan) organ tubuh manusia hidup atau mati kepada organ tubuh manusia yang hidup lain, ada dua metode yang ditempuh para ulama : 1. Kembali kepada tek para ulama terdahulu (turats). Metode ini banyak dipakai oleh mayoritas ulama. Mereka berpegang pada referensi fiqh yang telah disusun oleh ulama terdahulu. Seperti imam mazhab yang empat (Imam Malik, Abu Hanifah,Imam SyafiI, Imam Ahmad bin Hambal). Mereka para ulama ini berpendapat baik dalam hal tranfusi organ. Maka jika dikemudian hari seorang ulama menemukan masalah yang sama, maka cukup baginya indusisi permasalahan yang ada dengan masa sebelumnya. Atau menerapkan system tarjih terhadap berbagai pandangan ulama dengan menggunakan dalil-dalil yang ia milki. 2. Kembali kepada undang-undang umum syariat. Yang mana konsep ini berprinsip pada mencapai kemaslahatan dan mencegak kerusakan/ kemudaratan. Pada waktu yang sama tidak melupakan tek-tek para ulama terdahulu (turats) untuk mengenal lebih dalam metodologi mereka dalam mengambil sebuah hukum. Berpegang pada Undang-undang (Qawaid) dan Ushul Fiqhiyah. Metodologi ini sangat membantu bagi para ulama kontemporer. Karena ia berbeda dengan mazhab. Sedangkan mazhab besifat temporer. Satu ketika, kehalalan dalam sebuah kasus karena mengandung kemaslahatan atau tidak mendatangkan mudarat. Dan seketika dalam kasus yang sama pada masa yang berbeda, tapi tidak memiliki unsur kemaslahatan dan bahkan dengan dibuktikan oleh ilmu pengetahuan masalah tersebut sumber kemudaratan maka jelas keharamanya. Imam Ibnul Qaim didalam bukunya Ilamul Muwaqqiin an Rabbil Alamin) juz III, bahwa syariat sangat menjunjung tinggi terciptanya kemaslahatan bagi umat dan terhindar dari kefasidan. Sehingga meluaslah ungkapan para ulama yang mengatakan Haitsu takunul mashlahah patsamma syarullah (dimanapun ada kemaslahatan disitu ada syarat Allah).

Nuktah Ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam mentranfusi organ :

1. 2.

Memastikan akibat baik (maslahah) bagi objek (manqul ilaih). Memastikan tidak berakibat buruk pada subjek (manqul minhu). Meskipun dalam bentuk harga diri kemanusiaan jika dikaitkan dengan perdagangan organ.

Berdasarkan syarat ini, maka boleh mentranfusi organ orang yang hidup kepada seseorang yang hidup juga dengan dasar suka rela, bukan untuk diperdagangkan. Dengan syarat, tidak bermudarat bagi subjek dan sangat bermanfaat bagi objek. Demikian juga dengan tranfusi organ dari subjek yang telah meninggal kepada opjek yang masih hidup, disyaratkan suka rela dan semata-mata karena ridha Allah Swt. Dan terjamin kebaikan dan manfaat bagi objek (manqul ilaih). Syariat melarang keras memperdagangkan organ tubuh manusia. Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw : Ada tiga kelompok yang menjadi musuhku di hari kiamat, seseorang yang membuat perjanjian kemudian ia ingkar, dan seseorang yang memakan dari hasil memperjual belikan manusia merdeka, dan seseorang yang menyewa pekerja, kemudian pekerja tersebut selesai melaksanakan tugasnya tapi tidak diberi upah.(HR.Bukhori) Demikian halnya mencuri organ tubuh manusia baik yang masih hidup atau sudah meninggal juga diharamkan. Karena manusia kehormatannya dijaga meskipun sudah meninggal. Sebagaimana sabda Nabi Saw : Patah tulangnya(mayit) seperti patah ketika hidup Maka pencuri atau menganiaya organ manusia diberlakukan baginya hukum qisas atau denda sebagaimana yang telah ditetapkan dalam hukum jinayat . Sedangkan pendapat yang mengharamkan adanya transfuse organ, terdapat di dalam buku Al-Majmu karya Imam Annawawi, mengatakan jika gigi si mayit copot maka dikembalikan pada tempatnya. Sedangkan para ulama Iraq berpendapat berbeda, tidak boleh dipasang kembali karena sesuatu yang copot dari mayit sudah menjadi najis. Ada juga yang berpendapat tidak najis, dan tetap tidak boleh ditransfusi karena motif kehormatan. Akan tetapi dengan menanam sesuatu yang terlepas dari organ tubuh anak adam. Syekh Syarawi, juga tidak membolehkan melakukan transfuse. Karena tubuh manusia itu bukanlah miliknya, akan tetapi miliki Allah Swt. Maka tidak boleh meyumbangkan sesuatu yang bukan menjadi milkinya. Akan tetapi kita akan coba melihat lebih jauh tentang pendapat yang melarang ini. karena jika kita kembali kepada Al-Quran dan Sunnah Nabi Saw. ada indakasi yang memberikan penguasaan seseorang terhadap organ tubuhnya. : ( :

Allah Swt. Berfirman :

Janganlah kamu mencampakan dirimu kepada kerusakan(QS. Al-Baqarah,195) Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha penyayang kepadamu(QA.An-Nisaa, 29) Larangan yang terdapat dalam ayat ini mengindikasikan bahwa manusia memeliki kuasa dan tanggung jawab terhadap organ tubuhnya. Meskipun pemilik hakiki hanyalah Allah Swt. Sama halnya dengan harta benda. Ia adalah milik Allah. manusia hanya ditugaskan mengelolanya. Ia memilki hak untuk melakukan transaksi jual, beli, hibah dan sumbangan. Berimanlah kepada Allah dan RasulNya dan infakanlah sebagian harta yang Allah jadikan kamu menguasainya(QS.Al-Hadid, 7) Jadi, Apa yang membedakan Harta benda dengan badan/ tubuh manusia?... -Bahwa harta boleh dijual belikan, sedangkan badan tidak dibolehkan. Karena ada dalil yang menjelaskan hal itu. Adapun kesamaan antara harta benda dan badan adalah, kedua-duanya boleh digunakan dalam transaksi suka rela (Tabarru) dengan syarat tidak ada mudarat. Ketika seseorang muslim membantu saudaranya dengan menyumbangkan seperti jantung, darah, ginjal sehingga saudaranya itu terselamatkan hidupnya, maka ia telah melakukan bentuk solidaritas yang sangat mulia. Tanpa menimbulkan kemudaratan bagi dirinya. Imam Hafiz Ibnu Katsir menerangkan dalam tafsirnya seputar surat Al-Hasyr, tentang sifat kaum Anshar yang memilki simpati yang luar biasa terhadap saudaranya kaum muhajirin meskipun mereka dalam keadaan membutuhkan. Imam Ibnu Katsir juga menjelaskan tentang kisah air minum yang disodorkan kepada Ikrimah dan para sahabatnya ketika perang yarmuk. Setiap mereka memerintahkan agar memberikan air itu kepada saudaranya yang lain yang sedang bertempur dan dia sendiri dalam keadaan terluka dan sangat membutuhkan air itu. Ketika sampai pada mereka, lalu memberikan perintah yang sama. Sampai ahirnya mereka wafat dan tidak satupun dari mereka yang dapat minum. Maka dengan keterangan ini, semua pendapat yang melarang tranfusi terbantahkan. Wallahualam.

You might also like