You are on page 1of 22

Pengaruh Rasio Keuangan, Ukuran Perusahaan dan

Leverage Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar Di


Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011



OLEH :
Fanny Wibowo 3103010087
Dessy Natalia 3103010088
Santi Megawati 3103010241

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam kondisi perekonomian yang terus berkembang, sektor perbankan
memiliki potensi dan peluang yang besar dalam peranannya sebagai sumber
pembiayaan bagi masyarakat dan sektor usaha. Masyarakat dan sektor usaha
sebagai pihak pengguna jasa bank yang paling berperan, pada umumnya selalu
memiliki respon yang tanggap terhadap berbagai bentuk layanan yang diberikan
oleh masing-masing bank untuk menarik simpati nasabahnya. Bank sebagai
lembaga yang sangat bergantung pada kepercayaan nasabah tentunya akan terus
menyempurnakan layanannya di tengah persaingan dengan banyaknya penyedia
jasa keuangan lainnya.

Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat
kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank.
Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko yang
dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Prasnanugraha (2007:35)
menjelaskan bahwa, Permasalahan perbankan di Indonesia antara lain
disebabkan depresiasi rupiah, peningkatan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) sehingga menyebabkan meningkatnya kredit bermasalah. Lemahnya kondisi
internal bank seperti manajemen yang kurang memadai, pemberian kredit kepada
kelompok atau group usaha sendiri serta modal yang tidak dapat mengcover
terhadap resiko-resiko yang dihadapi oleh bank tersebut menyebabkan kinerja
bank menurun.

Tingkat kesehatan Bank bagi para pemegang saham sangat penting untuk
mengetahui kondisi sebenarnya suatu Bank, agar modal yang digandeng cukup
aman dan mendapatkan tingkat hasil pengembalian yang menguntungkan dari
investasi yang ditanamkan. Bagi pihak manajemen Bank, penilaian kinerja ini
akan sangat mempengaruhi dalam penyusunan rencana usaha Bank yang akan
diambil untuk masa yang akan datang demi kelangsungan hidup bank.
Untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi perusahaan dalam mencapai
tujuannya diperlukan metode pengukuran tertentu. Salah satu cara untuk
mengetahui kinerja keuangan suatu Bank dapat dilakukan dengan melakukan
analisis terhadap laporan keuangannya.
Metode analisis laporan keuangan Bank yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis rasio keuangan, ukuran perusahaan dan arus kas.
a. Analisis rasio keuangan
Yaitu laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui tingkat
profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu
perusahaan. Rasio keuangan dibedakan maenjadi: Rasio Profitabilitas,
Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, dan Rasio Solvabilitas.
b. Ukuran perusahaan
Adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan
menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham,
dan lain-lain.

Sektor sektor perbankan yang akan kami teliti antara lain :
1) Bank Agroniaga Tbk.
2) Bank Central Asia Tbk.
3) Bank Bukopin Tbk.
4) Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
5) Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
6) Bank Danamon Indonesia Tbk.
7) Bank Pundi Indonesia Tbk.
8) Bank QNB Kesawan Tbk.
9) Bank Mandiri (Persero) Tbk.
10) Bank Bumi Arta Tbk.
11) Bank CIMB Niaga Tbk.
12) Bank Internasional Indonesia Tbk.
13) Bank Permata Tbk.
14) Bank of India Indonesia Tbk.
15) Bank Tabungan Pensiunan Nasional
16) Bank ICB Bumiputera
17) Bank Ekonomi Raharja
18) Bank Capital Indonesia
19) Bank Negara Indonesia
20) Bank Nusantara Parahyangan
21) BPD Jawa Barat dan Banten
22) Bank Victoria International
23) Bank Artha Graha Internasional
24) Bank Mayapada Internasional
25) Bank Windu Kentjana International
26) Bank Mega
27) Bank OCBC NISP
28) Bank Pan Indonesia
29) Bank Himpunan Saudara

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis melakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Rasio Keuangan, Ukuran Perusahaan dan Leverage Pada
Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-
2011.





1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Total Asset (TA)
dan Debt to Equity Ratio (DER) secara serempak (bersama-sama)
berpengaruh terhadap Earning per Share (EPS) ?
2. Apakah Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Total Asset (TA)
dan Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial (masing-masing) berpengaruh
terhadap Earning per Share (EPS) ?


















BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Teori Rasio Keuangan
Bagi para pemegang saham, laporan keuangan memiliki arti yang penting. Atas
dasar laporan keuangan perusahaan para investor dapat melakukan penilaian
kinerja keuangan perusahaan terutama keputusan dalam melakukan investasi.
Bagi para pemilik saham bermanfaat untuk melihat tingkat pengembalian yang
tercermin dalam laporan rugi laba dan besarnya deviden yang menjadi hak para
pemegang saham (Suryanto et al., 2002).
Analisis rasio merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisis
laporan finansial. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif
maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu
dengan faktor yang lain dari suatu laporan finansial. Manfaat analisis rasio pada
dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan saja melainkan
juga bagi pihak luar. Dalam hal ini adalah calon investor atau kreditor yang ingin
menanamkan dananya dalam perusahaan melalui pasar modal. Bagi manajer
finansial dengan menghitung rasio rasio keuangan tertentu akan memperoleh
suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan
dalam bidang finansial, sehingga dapat membuat keputusan penting bagi
perusahaan untuk masa yang akan datang. Sedangkan bagi investor, atau calon
investor atau calon pembeli saham, laporan keuangan merupakan bahan
pertimbangan apakah menguntungkan membeli saham perusahaan yang
bersangkutan atau tidak (Suryanto et al., 2002)
Menurut Robert Ang (1997:18.23-18.38) rasio keuangan dapat dikelompokkan
menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai,
yaitu : 1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios) Rasio ini menyatakan kemampuan
perusahaan jangka pendek untuk memenuhi obligasi (kewajiban) yang jatuh
tempo. Rasio likuiditas ini terdiri dari: current ratio (rasio lancar), quick ratio,
dan net working capital ; 2) Rasio Aktivitas (Activity Ratios) Rasio ini
menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan didalam memanfaatkan
harta-harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas ini terdiri dari : total asset turnover,
fixed asset turnover, accounts receivable turnover, inventory turnover, average
collection period (days sales inaccounts receivable) dan days sales in inventory;
3) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability Ratios) Rasio ini menunjukkan
keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan. Rasio rentabilitas ini
terdiri dari: gross profit margin, net profit margin, operating return on assets,
return on assets, return on equity, dan operating ratio ; 4) Rasio Solvabilitas
(Solvency Ratios) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini juga disebut leverage ratios,
karena merupakan rasio pengungkit yaitu menggunakan uang pinjaman (debt)
untuk memperoleh keuntungan. Rasio leverage ini terdiri dari: debt ratio, debt to
equity ratio, long-term debt to equity ratio, long-term debt to capitalization ratio,
times interest earned, cash flow interest coverage, cash flow to net income, dan
cash return on sales ; 5) Rasio Pasar (Market Ratios) Rasio ini menunjukkan
informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis per saham. Rasio
pasar ini terdiri dari: dividend yield, dividend per share, earning per share,
dividen payout ratio, price earning ratio, book value per share, dan price to book
value.

Dari rasio-rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan kepentingan
analisis kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi :

2.1.1 Rasio Profitabilitas ( NPM dan ROE)
Menurut Kasmir (2008:196), Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan . Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh
laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pada dasarnya
penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efesiensi suatu perusahaan.
Net Profit Margin merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu (Sutrisno,
2000). Semakin besar NPM suatu perusahaan, maka kinerja perusahaan semakin
produktif sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut. Semakin besar rasio ini maka dianggap
semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.
Hubungan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih menunjukkan
kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan secara cukup berhasil
untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik
yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Selain itu, rasio NPM
dapat mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya dengan meminimalkan beban perusahaan dan memaksimalkan
laba perusahaan. Rasio dari NPM dirumuskan sebagai berikut :
NPM =



Return On Equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders equity)
yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan semakin
efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba
(Brigham, 2001). ROE secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
ROE =




2.1.2 SIZE (TA)
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil
perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar
saham, dan lain-lain. Pada dasarnya menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty
(2005: 138) ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu : perusahaan
besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil
(small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset
perusahaan.
Menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005: 138) yang mengambil
pendapat Moses (1987) menemukan bukti bahwa : Perusahaan-perusahaan yang
lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan
laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena
perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan
(pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum / general
public).
Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva,
penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan
tersebut.

2.1.3 RASIO LEVERAGE (DER)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini sama dengan rasio
solvabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam pembayaran kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
Perusahaan yang tidak solvabel yaitu perusahaan yang total utangnya lebih besar
dari total asetnya. Rasio ini juga menyangkut struktur keuangan perusahaan,
struktur keuangan adalah bagaimana perusahaan mendanai aktivitasnya. Biasanya,
aktivitas perusahaan didanai dengan hutang jangka pendek dan modal pemegang
saham.
Menurut Robert Ang (1997) rasio DER ini menunjukkan komposisi dari
total hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi
total hutang semakin besar di banding dengan total modal sendiri, sehingga
berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Secara
matematis DER dapat dirumuskan sebagai berikut :
DER =



2.1.4 Teori EPS
Menurut Larson dkk ( 2000:579 ) laba per lembar saham ( ESP ) adalah :Earning
Per Share, also called net income per share, is the amount of income earned per
each share of companys outstanding common stock.

Menurut Besley dan Brigham ( 2000:83 ) laba per lembar saham (EPS), adalah :
Earning Per Share is called the bottom line, denoting that of all the items of on
the income statement.

Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih
perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat
dijadikan sebagai indicator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham
(EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam
mencapai keuntungan bagi para pemiliki saham dalam perusahaan.

2.2 Hipotesis
Hipotesis dikategorikan menjadi 2 yaitu Hipotesis riset dan Hipotesis statistik.
Hipotesis Riset :
H
1
= NPM berpengaruh signifikan positif (+) terhadap EPS.
H
2
= ROE berpengaruh signifikan positif (+) terhadapEPS.
H
3
= TA berpengaruh signifikan positif (+) terhadap EPS.
H
4
= DER berpengaruh signifikan negatif (-) terhadap EPS.






Hipotesis Statistik :
1. Uji hipotesis positif satu sisi (NPM terhadap EPS)
H
0
: |
1
= 0
H
1
: |
1
> 0
2. Uji hipotesis positif satu sisi (ROE terhadap EPS)
H
0
: |
1
= 0
H
1
: |
1
> 0
3. Uji hipotesis positif satu sisi (TA terhadap EPS)
H
0
: |
1
= 0
H
1
: |
1
> 0
4. Uji hipotesis negatif satu sisi (DER terhadap EPS)
H
0
: |
1
= 0
H
1
: |
1
< 0







BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Model
Persamaan dan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini :
EPS = |o + |1 NPM + |2 ROE + |3 log TA + |4 DER

Kategori Simbol Deskripsi Hipotesis
Return EPS Earning Per Share Dependen
Profitability NPM Net Profit Margin Independen
Profitability ROE Return On Equity Independen
Size TA Total Asset Independen
Leverage DER Debt to Equity Rasio Independen

3.2 Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,
yaitu berupa angka-angka dimana data laporan keuangan perusahaan yang
menjadi sampel penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder, yakni data berupa dokumen dan informasi berhubungan
dengan objek penelitian yang diterbitkan oleh pihak lain dalam hal ini pihak Bursa
Efek Indonesia dan data yang diakses dari situs resmi BEI (www.idx.co.id).

3.3 Metode Analisis Data
Untuk menjawab masalah pokok apakah Net Profit Margin/NPM ; Return On
Equity/ROE ; Size Total Asset/TA dan Debt to Equity Ratio/DER memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap EPS, maka dilakukan analisis dengan
menggunakan program Eviews versi 7.

3.4 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, variabel independen (X) yang digunakan meliputi
Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Debt to equity ratio (DER),
dan Total Asset (TA). Sedangkan variabel dependen (Y) adalah EPS (earning per
share).

Variabel independen (X) yang digunakan dalam peneltian ini adalah :
Net Profit Margin/NPM (X
1
)
Menurut Van Horne dan Wachowicz terjemahan Sutojo (1997:156)
mengemukakan bahwa: Net profit margin secara umum digunakan untuk
mengukur keuntungan berkenaan dengan peningkatan penjualan, pendapatan
bersih dari 1 dollar penjualan.
Jadi NPM adalah indikator seberapa besar laba bersih dari setiap rupiah
pendapatan. Net profit margin yang tinggi tidak hanya sekedar menunjukan
kekuatan bisnis tetapi juga semangat yang kuat pihak manajemen untuk
melakukan kontrol terhadap biaya. Dengan demikian perusahaan tersebut
memiliki efisiensi yang tinggi dan juga berarti menunjukan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi dari penjualannya.
Menurut Bambang Riyanto, net profit margin diartikan sebagai
keuntungan netto per rupiah penjualan (2001:336). Menurut beliau, rumus
perhitungan net profit margin dapat ditulis sebagai berikut :
NPM =
Keuntungan Setelah Pajak (EAT)
Penjualan Neto

Return On Equity/ROE (X
2
)

Perusahaan dibentuk dengan modal saham dari pemilik perusahaan.
Menurut Keown, Martin (2001) tingkat imbal hasil bagi pemodal saham atas
investasinya dalam perusahaan ini dapat dihitung dengan rasio Return On Equity
yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
Menurut J. Fred Weston dan Copeland (2002) ROE merupakan laba yang
tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi menurut ekuitas saham biasa.
Indikator variabel ini diukur dengan :




Size Total Asset/TA (X
3
)
Diperoleh dengan melogaritmanaturalkan nilai total asset dari emiten.
Beberapa perusahaan melihat size perusahaan dari total asset sementara
perusahaan lain menggunakan pendapatan dan ukuran pasar (Bernad,2003). Pada
penelitian ini menggunakan total asset sebagai ukuran size yaitu seluruh aktiva
yang dimiliki perusahaan yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Total
asset yang besar akan meningkatkan efisiensi dari perusahan dan memberikan
prospek pertumbuhan perusahaan dimasa depan.

Debt On Equity/DER (X
4
)
Debt to equity ratio adalah rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan.
Rasio ini menunjukan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap
pemberi pinjaman semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan
yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar
kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Darsono, 2005: 54).
Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek
dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,
sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar
(kreditur). Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber modal
perusahaan sangat tergantung dengan pihak luar. Selain itu besarnnya beban
hutang yang ditanggung perusahaan dapat mengurangi jumlah laba yang diterima
perusahaan. Debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to Equity Ratio (DER) adalah
sebagai berikut:
DER =




3.5 Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas. Multikolinearitas artinya terdapat korelasi linear
sempurna atau pasti diantara dua atau lebih variabel independen. Adanya
multikolinearitas menyebabkan deviasi standar masing-masing koefisien regresi
akan sangat besar sehingga membuat bias tingkat signifikansi pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Hal itu menyebabkan kesulitan dalam
memisahkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen. Metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas
menggunakan nilai tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF).
Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Apabila tolerance value
diatas 0,01 atau nilai VIF dibawah 10 maka tidak terjadi multikolinearitas; 2.
Apabila tolerance value dibawah 0,01 atau VIF diatas 10, maka terjadi
multikolinearitas. Selain itu, pengujian multikolinearitas dapat juga dilakukan
dengan melihat nilai koefisien korelasi. Dikatakan terjadi gejala multikolinearitas
apabila nilai koefisien korelasi mencapai 0,9 atau lebih.

Uji Heterokedastisitas. Masalah heterokedastisitas akan menimbulkan
variabel prediktor akan menjadi tidak efisien. Untuk mendeteksi masalah tersebut
dilakukan uji White Test yaitu dengan meregresi nilai absolute residual model
yang destimasi terhadap variabel-variabel independen dengan memperhatikan
nilai t-statistik dan signifikansinya. Heterokedastisitas ada apabila nilai
signifikansinya <0,05 ; sebaliknya apabila nilai signifikansinya >0,05 berarti tidak
terjadi heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi. Autokorelasi diartikan sebagai adanya korelasi antara
data - data yang terletak berurutan secara time series atau korelasi antara tempat
yang berdekatan apabila datanya cross section (Damodar, 1979). Autokorelasi
terjadi akibat kondisi munculnya suatu data yang dipengaruhi data sebelumnya.
Masalah ini mengakibatkan hasil pengujian menjadi bias. Untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin Watson (DW) dengan
ketentuan sebagai berikut:

Nilai statistik d Hasil
0 < d < d
L
Menolak hipotesis nol (ada autokorelasi positif)
d
L
s d s d
U
Daerah keragu-raguan (tidak ada keputusan)
d
U
s d s 4 - d
U
Menerima hipotesis nol (tidak ada autokorelasi positif atau
negatif)
4 - d
U
s d s 4 d
L
Daerah keragu-raguan (tidak ada keputusan)
4 d
L
s d s 4 Menolak hipotesis nol (ada autokorelasi negatif)


3.6 Uji T-Statistik
Uji T statistik menunjukkan seberapa jauh pengaruh dari satu variabel
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji ini
digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel
independen. Uji dilakukan pada satu sisi dengan tingkat signifikan = 5%. Dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1. Dengan membandingkan
statistik hitung dengan statistik tabel: jika statistik t-hitung < statistik t-tabel, maka
H0 diterima. Jika statistik thitung > statistik t-tabel, maka H0 ditolak (H1
diterima); 2. Berdasarkan probabilitas: jika probabilitas > 5%, maka H0 diterima.
Jika probabilitas < 5% maka H0 ditolak (H1 diterima).




3.7 Uji F-Statistik
Uji F-statistik dilakukan untuk meneliti apakah model persamaan regresi
yang digunakan adalah benar linear. Model regresi dianggap baik, jika tingkat
signifikansi nilai F: 1. Jika statistik F-hitung < statistik F-tabel, maka H0 diterima;
2. Jika statistik F-hitung > statistik F-tabel, maka H0 ditolak (H1 diterima).

















BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Metode Analisis Data
Untuk menjawab masalah pokok apakah Net Profit Margin/NPM ; Return
On Equity/ROE ; Debt On Equity/DER ; dan Size Total Asset/TA dan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap earning per share (EPS), maka dilakukan
analisis dengan menggunakan program E-Views. Tahap analisis statistik yang
dilakukan adalah:
1. analisis multikolinearitas
2. analisis heteroskedastisitas
3. analisis autokorelasi
4. uji-t dan uji f.

4.2 Hasil E-VIEWS :
4.2.1 Analisis Multikolinearitas
VIF X1 = 1.7346
VIF X2 = 2.2496
VIF X3 = 1.2860
VIF X4 = 2.7580

Dari hasil VIF diatas, nilainya lebih dari 10 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas.

4.2.2 Analisis Heteroskedastisitas
Nilai probabilitas dari informasi obs*R-squared sebesar 0.1422
(14.22%) lebih besar dari o = 5% yang berarti tidak signifikan. Dapat
disimpulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas.


4.2.3 Analisis Autokorelasi
Dari o = 5% didapatkan hasil :
d = 1.9864
dl = 1.550
du = 1.747
Uji statistik Durbin-Watson d
du s d s 4 - du
1.747 s 1.9864 s 4 1.747
1.747 s 1.9864 s 2.253
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif /
negatif (menerima hipotesis nol).

4.2.4 Uji Regresi Berganda
Uji F-statistik
F statistik = 29.63866
F tabel = 2.99
= 5 %
Karena F statistik (29.63866) > nilai F tabel (2.99) maka kita menolak
H0 dan menerima H1.

Uji t-statistik
= 5 %
T tabel = 1,708


NPM (X1)
T statistik = 1.7212
Karena t statistik (1.7212) > t tabel (1,708), maka H0 ditolak dan H1
diterima. Artinya, dalam periode penelitian NPM berpengaruh
signifikan positif terhadap EPS.

ROE (X2)
T statistik = 1.1205
Karena t statistik (1.1205) < t tabel (1,708), maka H0 diterima dan
H1 ditolak. Artinya, dalam periode penelitian ROE tidak berpengaruh
signifikan terhadap EPS.

TA (X3)
T statistik = 8.1015
Karena t statistik (8.1015) > t tabel (1,708), maka H0 ditolak dan H1
diterima. Artinya, dalam periode penelitian TA berpengaruh
signifikan positif terhadap EPS.

DER (X4)
T statistik = 0.9174
Karena t statistik (0.9174) < t tabel (1,703), maka H0 diterima dan
H1 ditolak. Artinya, dalam periode penelitian DER tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap EPS.






BAB V
KESIMPULAN

Setelah menguji data dari laporan keuangan perusahaan yang bergerak di bidang
perbankan di Bursa Efek Indonesia dan menganalisa hasil perhitungan dengan
menggunakan uji f dan uji t, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
Variabel Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio secara simultan tidak
mempunyai pengaruh terhadap Earning per Share (EPS). Sedangkan variabel Net
Profit Margin dan Total Asset berpengaruh signifikan positif terhadap EPS.














DAFTAR PUSTAKA

Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta :
Penerit Ekonisia.

Taani, Khalaf and Mari'e Hasan Hamed Banykhaled. 2011. The Effect Of
Financial Ratios, Firm Size And Cash Flows From Operating Activities On
Earnings Per Share: (An Applied Study: On Jordanian Industrial Sector).
International Journal Of Social Sciences And Humanity Studies, Vol 3, No 1.

www.idx.co.id
C. Van Horne, James and M. Wachowicz, JR, John. 2005. Prinsip prinsip
Manajemen Keuangan. Terjemahan Tim Salemba Empat. Edisi 12. Buku 1.
Jakarta : Penerbit Salemba Empat

You might also like