Professional Documents
Culture Documents
9, Januari 2012
Abstract
Geology of Siluk area is dominated by neogene volcanic - volcaniclastic ( M-L Miocene) Bergman 1996. Locally, marine sediment bedding observed wich is interbedded by volcaniclastic and volcanic breccia. The marine sediment were deposited mainly and outcropping along with recent road cut at southern prospect area. Its thicknesses various between 1 to 10m with strike and dip orientation generally 300 - 340 / 50 SE. Interpreted structures are NE / SW dan N/S and relatively running parallel to the main Walane fault to the east. The collected rock samples for Fire Assay and analyte for Au,Ag,Cu,Pb,Zn elements. However, no significant result, only returned a trace element of precious metal Au, Ag and base metal Cu,Pb and Zn. PIMA analisis resulted a strong indication of clay mineral such as Monmorillite, Illite and predominantly Halloysite. Thin sections indicated the presence of quartz / calcite vein at Ratte Tallang and Salu Tuan, strong altered / weathered intrusives rocks at Salu Kanan and Buttu Bando. Alteration sistem are argillic alteration with the presence of silica-clay-pyrite, Illite, Halloysite as interpreted as weathered process of intrusive / rhyolite or hydrothermal? process. Propylitic alteration with presence of calcite and chlorite. Mineralisation type possibly a combination between a high sulfidation by the presence of quartz / calcite veins with massive sulfide ( Pyrite) and a porphyry system with the presence of diorite microdiorite centre at Buttu Bando.
Abstrak
Secara umum, geologi daerah Siluk didominasi oleh batuan volkanik Neogene (M-L Miocene) Bergman 1996, dengan batuan sedimentasi marine yang kadang beroverprint dengan volkanik sedimen dan volkanik breccia. Batuan sedimen tersebut tersingkap di sepanjang jalan utama khususnya di sebelah selatan wilayah Siluk. Tebal lapisan sedimen antara 1 hingga 10 m dengan orientasi strike umumnya antara 300 - 340 dengan kemiringan 50 SE, di sebelah timur diindikasikan dengan batuan intrusi, yaitu diorite - microdiorite. Struktur utama daerah telitian secara umum NE-SW dan N-S, umumnya paralel dengan struktur utama Walanae Fault yang membujur di sebelah timur. Sistem alterasi didominsai oleh silica - clay pirit, Illite dan halloysite yang diinterpretasikan sebagai akibat proses pelapukan batuan intrusi dan hydtothermal.
Hasil analisa FA dari conto tersebut hanya menghasilkan beberapa trace element mineral precious metal seperti Au, Ag, dan minor base metal seperti Cu, Pb (galena), Zn. Hasil pengamatan dengan PIMA menunjukkan adanya mineral clay seperti Monmorillite, Illite dan dominasi halloysite. Hasil interpretasi thin section menunjukkan keberadaan urat kwarsa, urat kalsit di Ratte Tallang dan Salu Kanan dan batuan intrusi/batuan beku yang teralteraasi kuat di salau Kanan / Ato gatta. Sistem alterasi, secara umum di dominasi oleh argilic , prophylitic dan silica-claypyrite. Sistem mineralisasi adalah kombinasi high sulfidation dengan diindikasikan oleh terbentuknya quartz vein, quartz calcite dan porphyry sistem dengan diindikasikan oleh diorite microdiorite intrusive centre di Bt Bando.
Pendahuluan
Pulau Sulawesi merupakan salah satu daerah dengan geologi tektonik yang begitu kompleks. Pulau Sulawesi bagian barat terbentuk pada jaman Cretaceous sebagai bagian dari kontinental Sundaland (R.Hall,2009), serta perkiraan batas batas kerak cretaceous continen Sundaland yang di usulkan (Hamilton 1979). P. Sulawesi terbentuk dari 3 unit struktur (T.O Simanjuntak dan A.J Barber), yaitu Sulawesi bagian barat dengan material akresi PreCretaceous, yang kemudian berkembang menjadi Neogene Volcanic arc, Sulawesi Tengah dan bagian Barat Sulawesi Tenggara terdiri dari batuan Metamorphic. Bagian Sulawesi Tenggara dan daerah Banggai - Sula terdiri dari kompleks Ophiolite. Kemudian adanya tumbukan antara dua micro-continen blok Banda Sula dengan bagian pesisir timur dari pulau Sulawesi. Dari tumbukkan ini menyebabkan subduction dan obduction dari Sulawesi ophiolite kearah barat. Karena keterbatasan waktu, dan data lapangan maka penulis hanya akan menguraikan lebih kurang materi yang berhubugan dengan proses geologi regional pulau Sulawesi dan Sulawesi barat khususnya dimana lokasi area yang dimaksud berada dengan potensi geologinya. Peninjauan lapangan baru baru ini, untuk menindak lanjuti beberapa laporan dari penduduk di sekitar daerah tersebut mengenai adanya potensi kandungan Emas dan Tembaga.
Lokasi Penelitian
Siluk prospect terletak didaerah kabupaten Pinrang provinsi Sulawesi Selatan, dengan koordinate WGS 84 garis bujur timur Longitude: 119 29 05.11 dan Latitude: 03 20 54 selatan katulistiwa. (Gambar 1)
Tatanan Geologi
Secara umum, geologi daerah Siluk didominasi oleh batuan volkaniklastik neogene, dengan batuan sedimentasi marine yang kadang kadang beroverprint dengan volkanik sedimen dan volkanik breccia. Batuan sedimen tersebut tersingkap di sepanjang jalan utama khususnya di sebelah selatan wilayah Siluk. Tebal lapisan sedimen antara 1 hingga 10 m dengan orientasi strike umumnya antara 300 - 340 dengan kemiringan 50 SE. Batuan sedimen lainnya antara lain calcareous shale, interbedded sandstone claystone, interbedded calcareous shale with pirit vein terdapat pada zona Salu Lilating, Salu Tuan dan Karombak.
Lalu di sebelah timur diindikasikan dengan batuan intrusi, seperti diorite / microdiorite. (Gambar 2) Struktur utama dengan orientasi strike NE / SW dan N/S, umumnya paralel dengan struktur utama Walanae Fault yang membujur di sebelah timur. Sistem alterasi didominsai oleh silica - clay- pirit dan Halloysite.
Mineralisasi
Sejauh ini belum dideteksi adanya indikasi mineralisasi Au dan Cu maupun hasil analisa basemetal lainnya. Terdapat beberapa quartz vein kecil kecil di Batusia dan Rattetallang namun tidak diiringi dengan mineralisasi Au dan Cu( conto dari Ratte tallang tidak di analisa). Mineral Py ( pirit ), sangat dominan, dalam bentuk kristal massif, biasanya banyak di temui terutama di zona struktur, silica - clay pirit. Salah satu contoh lokasi di salu Tuan dan salu Lilating. Juga terdapat pada lapisan calcareous shale , karbonat / calcite vein dengan disseminate py.
Tipe Mineralisasi
Sistem mineralisasi adalah kemungkinan kombinasi antara high sulfidation dengan diindikasikan oleh quartz vein, quartz calcite, massive sulfide ( Pyrite ) dengan Porphyry sistem diindikasikan oleh intrusive diorite / microdiorite centre. di Bt Bando.
Metologi Penelitian
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi literatur atau refensi yang terkait dengan daerah penelitian kemudian ditindak lanjuti dengan kunjungan kelapangan. Kunjungan kelapangan untuk melakukan pengukuran dan pengambilan conto batuan untuk selanjutnya di analisa di laboratorium.
Analis Geokimia dengan FA Analisis Mineral Emas dan base metal dengan metoda Fire Assay.
Analysis Scheme/s:
PT01
Pengamatan Petrografi thin section Ada 5 sampel batuan yang dikoleksi khusus untuk di buat thin section di laboratorium Petrografi Universitas Pembangunan Jogyakarta. Hasil thin section sebagai berikut,
Perbesaran 40 X
Pemerian Petrografis Sayatan tipis batuan sedimen metamorf / metasedimen batugamping, warna coklat, struktur non foliasi - marble, tekstur sisa (palimpsest) blastopsamit (Nampak kenampakan batuankarbonat berukuran pasir), ukuran butir 0,1 0,6 mm. Komposisi Mineral: Kalsit (83%) (E5, B8) Kuarsa (17%) (E10) Nama Batuan : Berwarna coklat, ukuran butir 0,1 0,6 mm, hadir merata dalam sayatan sebagai mineral primer. : Berwarna putih, ukuran butir 0,1 0,6 mm hadir menyebar dalam sayatan sebagai mineral antistress. : Meta-batugamping.
Perbesaran 40 X
Pemerian Petrografis Sayatan tipis Batuan Beku teralterasi kuat, tak berwarna coklat, subhedral, tekstur -, afanitik fanerik sedang, (0,1 1 mm), teralterasi kuat dengan ditandai munculnya mineral lempung dan muncul kuarsa sekunder, epidot serta mineral opak. Komposisi Mineral: Mineral Primer Mineral Sekunder NAMA BATUAN ZONA ALTERASI : - (0%) : Kuarsa (76%), Mineral Lempung (6%), Opak (7%), Epidot (9%) : BATUAN BEKU TERALTERASI KUAT : KUARSA, MINERAL LEMPUNG, EPIDOT, OPAK.
Perbesaran 40 X
Pemerian Petrografis Sayatan tipis Batuan Beku teralterasi kuat, tak berwarna coklat, subhedral, tekstur hipokristalin, afanitik fanerik sedang, (0,1 0,5mm), teralterasi kuat dengan ditandai munculnya kalsit, klorit dan mineral lempung menggantikan beberapa mineral plagioklas, dan muncul kuarsa sekunder menggantikan masa gelas, serisit menggantikan mineral K.feldspar, dan muncul tremolit. Komposisi Mineral: Mineral Primer Mineral Sekunder NAMA BATUAN ZONA ALTERASI : Piroksen (8%), K. Feldspar (17%), Plagioklas (10%) : Kuarsa (14%), Mineral Lempung (5%), Opak (5%), Klorit (12%), Kalsit (10%), Serisite (8%), Tremolit (11%) : BATUAN BEKU TERALTERASI KUAT : SERISIT, KUARSA, KALSIT, K. FELDSPAR, AMFIBOLE (TREMOLIT), KLORIT.
Perbesaran 40 X
Pemerian Petrografis Sayatan tipis batuan sedimen karbonat klastik, warna coklat-tak berwarna, di dukung oleh grain (grain supported), ukuran butir 0,2 2 mm, derajat pembundaran membundar-agak membundar, porositas sedang buruk. Komposisi Mineral: Kuarsa (19%) (M1, F5) : Tidak berwarna, ukuran butir 0,1 0,6 mm, bentuk butiran membundar, hadir menyebar dalam sayatan sebagai fragmen (grain). Skeletal (24%) (H 10) : Berwarna coklat, ukuran butir 0,2 0,5 mm, bentuk butiran agak membundar, hadir merata dalam sayatan sebagai allochem (grain). (Foram planktonik) Lumpur karbonat (4%) (D9) : Berwarna coklat keruh, hadir merata dalam sayatan sebagai micrite. Kalsit (53%) (E - F2) : Berwarna Coklat, ukuran butir 0,2 0,5 mm, hadir merata pada sayatan sebagai Allochem (butiran), sparite (semen), dan urat (vein kalsit).
Note : Nampak batas urat kalsit tersebut seperti batuan ri marmer, dengan ciri mineral kalsit yang saling interloking, namun disini masih Nampak fosil2 di bagian tengah sayatan, dan masih Nampak tekstur batuan sedimen karbonat klastik. Nama Batuan : Sandy Limestone (batugamping pasiran dengan urat kalsit yang menyerupai kenampakan batuan metamorf marmer) (Gilbert, 1975)
Perbesaran 40 X
Pemerian Petrografis Sayatan tipis Batuan Beku teralterasi kuat, tak berwarna coklat, subhedral, tekstur -, afanitik fanerik sedang, (0,1 0,5mm), teralterasi kuat dengan ditandai munculnya mineral lempung dan muncul kuarsa sekunder, serta mineral opak. Komposisi Mineral: Mineral Primer Mineral Sekunder NAMA BATUAN ZONA ALTERASI : - (0%) : Kuarsa (80%), Mineral Lempung (16%), Opak (4%) : BATUAN BEKU TERALTERASI KUAT : KUARSA, MINERAL LEMPUNG, OPAK
10
Gambar 3. Grafik analisa PIMA, conto batu float, light grey brown Illite Halloysite, Salu Kanan, prospek Siluk
Total conto batu dengan hasil analisa PIMA seperti diperlihatkan pada tabel berikut :
11
12
Kesimpulan
Geologi daerah Siluk didominasi oleh batuan volkaniklastik neogene, dengan batuan sedimentasi marine yang kadang kadang beroverprint dengan volkanik sedimen dan volkanik breccia. Batuan sedimen tersebut tersingkap di sepanjang jalan utama khususnya di sebelah selatan wilayah Siluk. Tebal lapisan sedimen antara 1 hingga 10 m dengan orientasi strike umumnya antara 300 - 340 dengan kemiringan umumnya 50 SE. Batuan sedimen lainnya antara lain calcareous shale, interbedded sandstone claystone, interbedded calcareous shale with pirit vein terdapat pada zona Salu Lilating, Salu Tuan dan Karombak. Lalu di sebelah timur diindikasikan dengan batuan intrusi, seperti diorite / microdiorite di Bt Bando. Struktur utama dengan orientasi strike NE / SW dan N/S, umumnya paralel dengan struktur utama Walanae Fault yang membujur di sebelah timur. Sistem alterasi didominsai oleh alterasi weathering (pelapukan dari batuan beku), propilitik dan silica - clay- pirit, Halloysite dan illite. Belum terdeteksi adanya atau indikasi mineralisasi Au dan Cu maupun hasil analisa basemetal lainnya. Terdapat beberapa quartz vein kecil kecil di Batusia dan Rattetallang namun tanpa diikuti mineralisasi (conto dari Rattetallang tidak di analisa). Mineral Py ( pirit ), sangat dominan, dalam bentuk kristal massif, biasanya banyak di temui terutama di zona struktur, silica - clay pirit. Adanya indikasi potensi mineral Halloysite yang cukup besar, perlu di tindak lanjuti untuk potensi penambangan clay "Halloysite" deposit. Koleksi data lapangan (conto batuan dan informasi geologi yang diperoleh sangat terbatas) sehingga tidak cukup alasan dan bukti mengenai tidak adanya mineralisasi yang dimaksud. Pemetaan lapangan lanjutan dan termasuk pemetaan zonasi alterasi dan struktur disertai dengan Pengambilan conto batuan dan tanah yang lebih detil dan sistimatis adalah sangat diperlukan dan di rekomendasikan.
Daftar Pustaka
Bakosurtanal Cibinong, lembar peta topografi skala 1:50,000 dan data digital sheet Polewali, Februari 2011. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pusat sumber daya geologi 2008: Atlas geokimia daerah Sulawesi bagian Selatan. Ingvar Kirchner Senior Consultant Resources (MAusIMM,) B L Gossage Partner and Manager Resources: Awak Mas Gold Project Page: 5 Technical Report . November 2004 Ivan JURKOVI and I Boiidar ZALOKAR, THE Copper Deposit of Batu Marupa in Central Sulawesi, Indonesia (Rudarsko-geoloSko-naftni zbornik, Vol. 2, str. 29-33, Zagreb, 1990.) LANTU, M. IMRAN, Effendi AMIN and D. A. SURIAMIHARDJA, Latimojong Formation, Landsekap Lembah Sangalla dan Sekitarnya, 2005 R Hall, Indonesia, Journal Geology 2009
13
Robert Hall, Helen R. Smyth: Cenozoic arc processes in Indonesia: Identification of the key influences on the stratigraphic record in active volcanic arcs, The Geological Society of America. Special Paper 436,2008. STEVEN C. BERGMAN 1, DANA Q. COFFIELD 2, JAMES E TALBOT l, 3& RICHARD A. GARRARD 4:Tertiary Tectonic and magmatic evolution of western Sulawesi and the Makassar Strait, Indonesia: evidence for a Miocene continent-continent collision, From Hall, R. & Blundell, D. (eds), 1996, Tectonic Evolution of Southeast Asia,Geological Society Special Publication No. 106, pp. 391-429. Suyono and Kusnama, Stratigraphy and Tectonics of the Sengkang Basin, South Sulawesi ( Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 5 No. 1 Maret 2010: 111).
14