You are on page 1of 8

Health Education

SEKS DALAM KEHAMILAN


Oleh :

FEBRIYANA 070111006

Pembimbing: dr. Robert Simamora

BAGIAN/SMF OBSTETRI GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI/ RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO 2013

SEKS DALAM KEHAMILAN

Frekuensi dari berhubungan seksual selama kehamilan dapat bervariasi, namun cenderung untuk menurun seiring bertambahnya usia kehamilan. Umumnya, sejalan dengan perkembangan usia kehamilan, frekuensi dan lamanya hubungan seksual menurundi sertai dengan penurunan frekuensi tercapainya dan kepuasan seksual. Terdapat pula peningkatan angka terjadinya dispareunia. 1 Pada umumnya hubungan seksual diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Hubungan seksual tidak boleh dilakukan selama 6 minggu sebelum dan 6 minggu sesudah persalinan. Pada akhir kehamilan, karena kepala sudah masuk ke dalam rongga panggul, hubungan seksual sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan memicu perdarahan.2 Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang, sebaiknya hubungan seksual ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta telah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil.2 Gravida dengan riwayat infertilitas atau abortus habitualis dan primi tua sebaiknya dianjurkan tidak berhubungan seksual dalam kehamilan muda. Perdarahan, walaupun sedikit merupakan kontraindikasi untuk berhubungan seksual.2 Tubuh memerlukan waktu untuk pulih ke keadaan normal seperti sebelum hamil, entah anda melahirkan melalui vagina atau dengan operasi. Banyak dokter menyarankan untuk menunggu setidaknya 6 minggu post partum sebelum mulai berhubungan intim. Periode ini memberi waktu bagi mulut rahim untuk kembali menutup dan jahitan atau perlukaan untuk sembuh.3

Faktor-faktor fisik yang mengurangi dorongan seksual 4 Kelelahan Morning sickness (mual dan muntah) Perut membesar Ketegangan pada alat genitalia Payudara tegang Perdarahan 4

Faktor-faktor emosional yang mengurangi dorongan seksual : Takut keguguran Takut orgasme Takut infeksi 4

Dalam sebuah penelitian menyatakan pada 219 ibu hamil yang melahirkan normal didapatkan, Adanya penurunan libido,frekuensi koitus,orgasme dan lain-lain selama hamil dan nifas, dyspareunia lebih dari 50% pada ibu hamil pada trimester 3, Frekuensi seks oral/anal/masturbasi tidak berubah serta Inisiasi seks yang meningkat sesuai umur kehamilan dibandingkan dengan sebelum hamil. Sedangkan menurut Ganem (1992) menjelaskan seksualitas pada kehamilan dibagi dalam 4 fase.4 FASE I : masa konsepsi 12 minggu 1. 2. 3. penurunan keinginan karena mual,muntah,dan kelelahan. takut akan terjadi abortus. boleh melakukan hubungan seks sepanjang tidak ada riwayat perdarahan / komplikasi pada umur kehamilan yang sama sebelumnya FASE II : pada umur kehamilan 12 32 minggu 1. Disebut masa khusus(spesial time) Wanita telah beradaptasi dengan perubahan tubuhnya,dan pria sangat mendambakan segera menjadi orang tua. 2. 3. 4. Wanita mulai menginginkan hubungan seks. Adanya gerakan bayi. Adanya sekresi vagina menghilangkan dyspaurenia.

FASE III : umur kehamilan 32 36 minggu. 1. 2. Pada masa ini wanita hamil lebih banyak cemas. Fetus makin besar sehingga ada rasa tidak nyaman dipanggul,nyeri divagina, pubis dan lain-lain yang menurunkan libido. 3. Pada masa ini intimasi tidak harus berhenti, bisa dengan berciuman(kissing), berpelukan ( hugging), mengusap atau memijat. FASE IV : umur kehamilan > 36 minggu 1. Masa yang sangat sensitif, kelahiran akan segera tiba,wanita akan berkonsentrasi pada proses ini fetus semakin besar dan berat, ibu merasa semakin capek dan takut sehingga libido akan menurun.

2.

Ada kesulitan posisi, dimana pria merasakan penetrasi yang terbatas.Bisa diatasi dengan merubah posisi.4

Kontraindikasi Kontraindikasi dilakukannya hubungan seks dalam kehamilan adalah sebagai berikut: 1. 2. Mempunyai riwayat abortus atau terdapat ancaman abortus. riwayat persalinan prematur (pernah melahirkan bayi sebelum 37 minggu) atau ada tanda-tanda yang menunjukkan risiko persalinan prematur (kontraksi uterus). 3. 4. 5. Perdarahan pervaginam kebocoran cairan ketuban plasenta previa, suatu kondisi di mana plasenta berada di segmen bawah rahim atau sampai menutup jalan lahir 6. serviks yang lemah atau tidak kompeten, suatu kondisi di mana mulut rahim melemah dan berdilatasi (membuka) sebelum waktunya, meningkatkan risiko untuk keguguran atau prematur 7. kehamilan kembar. 5

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi selama berhubungan seks dalam masa kehamilan termasuk perdarahan, penyakit radang panggul, ruptur uteri. Perdarahan dari jalan lahir saat kehamilan biasanya tergolong ringan. Namun, bagaimanapun juga hal ini berkaitan dengan abortus spontan, persalinan prematur, dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Pada beberapa penelitian, hubungan seksual dalam trimester pertama tidak berhubungan dengan terjadinya perdarahan dari jalan lahir. Hal ini yang bertolak belakang apabila hubungan seksual dilakukan selama trimester kedua dan ketiga yang berkaitan dengan terjadinya solusio plasenta dan perdarahan antepartum.5 Pada kasus plasenta previa pemeriksaan dalam merupakan kontraindikasi selain dilakukan di ruang operasi dengan persiapan. Diperkirakan, rangsangan dari penis pada serviks selama berhubungan dapat beresiko terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, wanita hamil dengan plasenta previa disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Pembatasan dari hubungan seksual selama kehamilan sering direkomendasikan untuk mencegah terjadinya persalinan preterm atau persalinan prematur. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa persalinan prematur dapat terjadi karena adanya rangsangan pada puting susu dan klitoris menyebabkan pelepasan oksitosin yang memicu terjadinya kontraksi,

selain itu kandungan prostaglandin pada semen dapat memicu pembukaan serviks dan meningkatkan kolonisasi dari mikroorganisme di vagina.6 Terdapat dua jenis perilaku seksual tidak aman untuk wanita hamil:
1.

Oral seks. Pada prilaku seksual sejenis ini, pasangan seks tidak dianjurkan untuk meniupkan udara ke lubang vagina. Hembusan udara dapat menyebabkan emboli udara (penyumbatan pembuluh darah oleh gelembung udara), yang dapat berpotensi fatal bagi ibu dan anak.

2.

tidak melakukan hubungan seks dengan pasangan yang tidak diketahui riwayat seksualnya atau yang mungkin memiliki penyakit menular seksual (PMS), seperti herpes, kutil kelamin, penyakit jamur, atau HIV. Jika terinfeksi, penyakit ini dapat ditularkan kepada bayi.7

Berbaring atau terlentang adalah posisi yang perlu dihindari oleh ibu hamil, karena hal ini dapat membuat vena rahim menekan vena besar, jadi posisi dimana pria berada di atas tubuh wanita, tidak lagi menjadi posisi ideal bagi ibu hamil. Yang paling penting dari posisi berhubungan seks adalah jangan meletakan berat badan pria ke perut ibu hamil atau batasilah tekanan-tekanan di perut ibu hamil. Ada empat posisi hubungan seksual terbaik selama kehamilan. 8 1. Ibu hamil di atas. Posisi ini paling nyaman untuk kebanyakan ibu hamil, dan merupakan posisi terbaik saat usia kehamilan memasuki trimester kedua terutama karena posisi ini tidak memberikan tekanan pada perut ibu hamil, selain itu ibu hamil bisa mengontrol kedalaman dan kecepatan penetrasi. Pada saat memasuki trimester ketiga, posisi ini mungkin dirasakan tidak terlalu nyaman karena ibu hamil sudah tidak dapat bergerak sebebas pada saat trimester kedua. 2. Duduk. Posisi ini biasanya dilakukan pada kehamilan pertengahan atau lanjut ketika tidak memerlukan banyak gerakan. Posisinya bisa saling berhadapan atau ibu hamil membelakangi suami. Posisi ini juga memungkinkan ibu hamil mengontrol kedalaman dan kecepatan penetrasi. 3. Berbaring miring. Posisi berbaring miring berhadapan mungkin dapat dilakukan saat pertengahan kehamilan ketika perut belum terlalu besar. Atau berbaring miring dengan posisi ibu hamil di depan.

4. Berlutut. Ibu hamil berlutut membelakangi suami, dibantu dengan meletakkan bantal untuk mengganjal perut. Posisi ini dapat dilakukan pada berbagai usia kehamilan. Posisi ini dianggap paling baik saat usia kehamilan sudah mencapai trimester akhir karena perut yang membesar tidak akan menghalangi dan mengurangi kenyamanan saat berhubungan.8,9

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan Health Education dengan judul

SEKS DALAM KEHAMILAN

Pembimbing,

dr. Robert Simamora

DAFTAR PUSTAKA
1. Kontoyanis M, katsetos C, Panagopoulos P. Seksual intercourse during pregnancy. Health science journal. 2012;6(1):3-8. 2. Prawirhardjo S, Wiknjosastro H. Psikosomatik dan seksologi. Dalam: Wiknjosastro H, editor. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007: 618-9. 3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ. Obstetrical hemorrhage in: William Obstetrics 23rd edition, Study Guide. McGraw-Hill. 2010: 769-73. 4. Jaka dr. Seks dalam kehamilan.; available at http://www.drjaka.com/2010. accessed on March 27th 2013. 5. Gokyildiz S. Beji NK. The effects of pregnancy on seksual life. Journal of seks and marital therapy; 2005; 31(11):201-15. 6. Tan PC, Yow CM, omar SZ. Coitus and orgasm at term: effect on spontaneous labour and pregnancy outcome. Singapore medical journal. 2009;50(11):1062-7. 7. Seks during pregnancy. Available at

http://kidshealth.org/PageManager.jsp?dn=familydoctor&lic=44&article_set=20588#. Accessed on March 29th 2013. 8. Safe sexual positions during second trimester of pregnancy. Available at www.pregnancy-baby-care.com/articles/1063/during-pregnancy/sex-positions-duringsecond-trimester.html. accessed on April 29th 2013. 9. Rear entry (doggie style) pregnant sex positions. Available at:

pregnancy.about.com/od/sexuality/ss/which-pregnant-sex-positions-work-best_4.htm. accessed on April 29th 2013.

You might also like