You are on page 1of 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Supartinah (2003) menjelaskan bahwa kesehatan rongga mulut seseorang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan umum individu tersebut dimana keduanya adalah suatu kesatuan. Masalah dalam rongga mulut dalam hal ini dapat digunakan untuk pertanda kelainan tubuh lainnya contoh nyata terletak pada kasus penderita asma dimana ketika pasien tersebut mengonsumsi obat secara inhalansi maka 80% komponen obatnya akan tertinggal di dalam mulut yang apabila tidak dibersihkan akan meningkatkan resiko gingivitis, insidensi karies, kalkulus, dan erosi di gigi serta perubahan pada komposisi saliva hingga volumenya. Penjelasan diatas disebutkan menjawab mengapa rongga mulut dapat digunakan sebagai suatu cermin kesehatan baik masa lalu dan masa kini dimana utamanya cerminan tersebut lebih terfokus pada keadaan jaringan lunak rongga mulut dan keadaan salivanya. Sinaga (2002) menjelaskan saliva dikenal pula dengan istilah salivia maupun air ludah yang merupakan sekresi cairan dari glandula salivarius mayor dan glandula salivarius minor yang sangat penting bagi rongga mulut itu sendiri. Komposisi saliva secara garis besar terbagi menjadi komponen organik, anorganik, makromolekul dan air. Komponen - komponen saliva yang berada pada komposisi normal akan mempengaruhi keefektivitasan masing masing fungsi saliva yang berbeda berdasar komponen penyusunnya. Fungsi saliva sendiri secara garis besar diantaranya membantu proses pencernaan makanan, membantu proses bicara, sebagai sistem pertahanan primer tubuh dalam bentuk antiviral, anti bakteri, dan anti fungal selain itu ia juga berfungsi sebagai mekanisme self-cleansing rongga mulut. Saliva berdasar stimulasinya dibagi menjadi saliva yang tidak terstimulasi dan saliva yang terstimulasi. Saliva yang tidak terstimulasi dapat selalu ditemukan dalam waktu 24 jam dimana ia lebih akurat dalam pengecekan terkait kondisi sistemik pasien dibanding pengecekan menggunakan saliva yang terstimulasi. Saliva yang terstimulasi sendiri dapat ditemukan melalui beberapa proses yaitu mekanis, kimiawi, neuronal, psikis, dan rasa sakit. Pembagian volume saliva yang tidak terstimulasi dengan volume

saliva yang terstimulasi akan menghasilkan volume saliva yang dikenal dengan curah saliva yang kemudian digunakan sebagai salah satu indikator kenormalan saliva. Produksi saliva oleh glandula salivarius baik mayor atau minor selain dipengaruhi ada tidaknya stimulasi ia juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain seperti usia dan jenis kelamin maupun keadaan fisik seseorang yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya (Williamson,dkk , 2012). Williamson, dkk (2012) menambahkan bahwa kini fungsi dari saliva sendiri mengalami pertambahan yaitu sebagai biomarker. Saliva sebagai biomarker ini sendiri hanya bersifat seperti pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis suatu penyakit. Penggunaan saliva sebagi biomarker sendiri mulai banyak digunakan mengingat saliva lebih mudah dan lebih aman didapatkan dibanding komponen darah serta lebih cepat waktu pengambilannya karena dapat dilakukan oleh pasien sendiri. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan saliva diataranya organisme spesifik, kadar immunoglobulin, dan komponen saliva lainnya. Hal yang perlu diingat pula ketika pemeriksaan saliva ini adalah adanya variasi yang besara antar individu selain itu dia bersifat multifaktor dan terkadang menampakkan beda yang tidak nyata. Penjelasan diataslah yang menjadi alasan mengapa mahasiswa kedokteran gigi perlu mengetahui saliva sebagai biomarker dimana diharapkan dapat diaplikasikan dalam penetapan diagnosis ketika menjadi dokter gigi (Sinaga, 2002). B. Tujuan 1. Mahasiswa dapat komposisi komponen saliva dan terkait fungsinya 2. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi normal saliva 3. Mahasiswa dapat faktor-faktor yang mempengaruhi curah saliva 4. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti fungsi saliva sebagai biomarker 5. Mahasiswa mengetahui penyakit penyakit yang terkait dengan saliva C. Manfaat 1. Mengetahui dan memahami komposisi komponen-komponen penyusun saliva besera tiap fungsi dari komponen tersebut 2. Mengetahui dan memahami kondisi normal saliva yang kemudian terkait dengan kelainannya

3. Mengetahui dan memahami faktor faktor yang mempengaruhi produksi dari curah saliva 4. Mengetahui dan memahami fungsi saliva sebagai biomarker 5. Mampu mengetahui penyakit penyakit yang terkait dengan saliva DAFTAR PUSTAKA PENDAHULUAN Sinaga, S, 2002, Saliva sebagai Salah Satu Media dalam Penentuan Diagnosa Penyakit, Skripsi, repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8523/1/980600086.pdf, diakses pada hari Sabtu, 27 April 2013, pukul 19.00 WIB Supartinah, A, 2003, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar FKG UGM : Saliva dan Kaitannya dengan Penyakit Rongga Mulut Anak, Makalah, lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/998_pp0911162.pdf, diakses pada hari Sabtu, 27 April 2013, pukul 19.15 WIB Williamson, S, Cindy, M, Rita P, Marry, J, P, dan Elswick, Jr, 2012, Research Article Comparison of Biomarkers in Blood and Saliva in Healthy Adults, www.hindawi.com/journals/nrp/2012/246178/, diakses pada hari Sabtu, 27 April 2013, pukul 19.30 WIB

You might also like