You are on page 1of 40

B u l l e t i n

t r i t o n is ,

e d is i

I I I

D e s e m b e r

2 01 2

B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h S u r a t d a r i R e d a k s i
Sebagai edisi terakhir di tahun 2012, Edisi III Buletin Tritonis kali ini tetap mencoba memberikan informasi bagi seluruh pembaca. Pada edisi ini Tim Redaksi menyajikan menu tulisan dengan tema utama Pengembangan Potensi Sumber Daya dan Wisata Kawasan. Dalam edisi kali ini berbagai potensi sumber daya dan wisata yang berada dalam kawasan TNTC kami coba kupas dan kami sajikan dalam beberapa artikel. Artikel yang ada diantaranya adalah mengenai ekowisata, peningkatan kunjungan wisata di kawasan TNTC, lima spesies prioritas di dalam kawasan TNTC, keberadaan Crustacea terbesar, dan tak ketinggalan pula artikel Budaya Menanam Pohon dan keberlangsungan Kelestarian Alam. Liputan mengenai beberapa kegiatan yang dilaksanakan pihak BBTNTC serta penelitian yang dilaksanakan dalam kawasan TNTC juga kami hadirkan dalam beberapa rubrik. Kami harap segala informasi yang kami sampaikan dalam edisi kali ini mampu memberikan informasi yang cukup bagi para pembaca. Akhir kata, kami ucapkan selamat membaca dan menikmati setiap tulisan dalam bulletin edisi III kali ini. Sampai jumpa lagi dalam buletin Tritonis edisi tahun 2013. Semoga. :-)
Buletin Tritonis (Tanggap, Realistis, Informatif dan inspiratif)

D a f t a r

I s i

3 10

Liputan
Datang Membawa Misi Perubahan
Pergi Meninggalkan Kesan Mendalam Be A Good Tourguide? Siapa Takut!!! Menanamkan Konservasi Sejak Dini

Artikel
Realita Pendidikan Pesisir TNTC Kondisi Pariwisata di Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Ekowisata Berkelanjutan Sebagai


Investasi Masa Depan

Kondisi Terumbu karang Pulau Nuana Kawasan TNTC

Budaya Menanam Pohon dan


Keberlangsungan Kelestarian Alam

20 23

Berita Gambar Kabar Kawasan


Bintang Laut Mahkota Duri
(Acanthaster placi) Mengancam Zona Inti Tanjung Mangguar Crustacea Terrestrial Terbesar dari Pulau Yenemberei Inventarisasi Teripang di Kampung Isenebuai Pada Bidang PTN Wilayah III Ransiki

Merupakan media informasi dan komunikasi konservasi untuk menyebarluaskan informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara umum, pengelolaan-pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kawasan konservasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

S U S U N A N

R E D A K S I

31 34 37

Penelitian
Kajian Ekologis Wilayah Pesisir dan
Laut Untuk Atraksi Ekowisata Bahari di Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Pembina & Penanggung Jawab: Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih Pengarah/Editor: Manerep Siregar, SP., M.Si Pimpinan Redaksi: Ir. Suprihatna Staff Redaksi: Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si., Rini Purwanti, S.Si., Muhibuddin Danan Jaya, A.Md Layout : Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si Desain Gravis : Muhibbuddin Danan Jaya, A.Md Sumber Gambar : Dokumentasi TNTC

Biodiversity
Black-capped Head Lory

Serba-serbi
Kerajinan Kulit Ikan Pari, Peluang Usaha Yang Menjanjikan

Alamat Redaksi

Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih Jln. Essau Sesa-Sowi Gunung Manokwari-Papua Barat Telp : (0986)212303 Fax : (0986)214719 E-mail : telukcenderawasih@gmail.com

E d is i

I I I

D e s e m b e r

2 0 1 2

P a g e

LIPUTAN

D a ta n g M e m b awa M i s i P e r u b a h a n P e r g i M e n i n g g a l k a n K e s a n M e n d a l a m

Kalau bisa dikerjakan sekarang, kenapa harus besok?

Lidia T. Vitasari S., S.Si*) Saroy, M.Si menjabat sebagai Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku. Dalam sambutannya, Beliau mengatakan bahwa dalam upaya memajukan sebuah institusi, hal yang paling penting adalah dukungan dari seluruh jajaran dalam institusi tersebut. Beliau mengharapkan dukungan dari segenap pegawai BBTNTC serta seluruh pihak di Papua dan Papua Barat yang selama ini telah menjalin kerjasama dengan pihak BBTNTC. Banyak kegiatan dan terobosan yang telah dilakukan oleh pihak BBTNTC semenjak masa kepemimpinan Ir. Djati Witjaksono Hadi, M.Si. Beliau telah banyak mencurahkan ide dan pemikiran untuk mengembangkan potensi dan pengelolaan kawasan TNTC hingga saat ini potensi wisata Whale Shark banyak dikenal oleh masyarakat luas. Dengan penuh kekeluargaan, Beliu membimbing dan mendampingi seluruh pegawai dalam pelaksanaan tugas. Tak jarang pula Beliau menegur beberapa pegawai yang kurang maksimal dalam melaksanakan tugas. Sebagaimana seorang Bapak, teguran yang Beliau sampaikan semata-mata untuk kemajuan diri dan institusi. Tak hanya itu, candaan dan

elasa, 18 September 2012 acara lepas sambut Kepala Balai Besar TNTC diselenggarakan dengan sederhana di Ruang Pertemuan Valdos Hotel & Cafe. Dengan mengundang beberapa kolega yang sempat menjalin kerjasama dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kawasan konservasi oleh BBTNTC, acara Lepas Sambut dimulai pukul 10.00 WIT. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Papua Barat, Kepala Bappedalda Provinsi Papua Barat, Perwakilan dari pihak Kepolisian Air, Perwakilan dari pihak KODIM, Kepala UPT Lingkup Kementerian Kehutanan di Papua Barat, serta Para Akademisi dalam hal ini Universitas Negeri Papua turut hadir dalam acara ini. Tanggal 29 Agustus 2012 di Jakarta, Ir. Ben Gurion Saroy, M.Si secara resmi dilantik menjadi Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih menggantikan Ir. Djati Witjaksono Hadi, M.Si yang juga dilantik menjadi Inspektur Wilayah IV. Sebelum dilantik menjadi Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Ir. Ben Gurion

P a g e

B u l l e t i n

t r i t o n is

LIPUTAN.
gurauan juga sering Beliau lontarkan di sela-sela jam kerja saat Beliau berkeliling untuk mengunjungi beberapa ruangan, bahkan saat rapat pun Beliau pernah menyisipkan gurauan yang mampu mencairkan suasana. pa harus besok? dan jangan ada pendapat Kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah?

Empat pesan yang sangat mengena. Dengan keempat pesan tersebut, semoga institusi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih dapat Di akhir masa kepemimpinan Ir. Djati Witjaksono selalu menuju ke arah perkembangan yang lebih Hadi, M.Si sebagai Kepala Balai Besar Taman Na- baik. Selamat jalan Bapak Ir. Djati Witjaksono Hadi, sional Teluk Cenderawasih, banyak kesan yang Be- M.Si dan selamat menunaikan tugas sebagai Inliau rasakan selama berada di BBTNTC. Kesan yang spektur Wilayah IV. Selamat Datang Bapak Ir. Ben Beliau sampaikan dalam acara lepas sambut ini Gurion Saroy, M.Si dan selamat bergabung dengan antara lain: luar biasa, keramahan seluruh jajaran segenap pegawai Balai Besar Taman Nasional Teluk BBTNTC, ganasnya kutu Maleo/kutu Babi dan Agas Cenderawasih. di beberapa kawasan, jajaran TNTC memiliki potensi yang luar biasa tapi belum dapat dikembangkan secara maksimal, keindahan alam yang tiada duanya, serta kerjasama yang selama ini terjalin dengan berbagai instansi terkait cukup baik. Beliau juga menyampaikan kepanjangan TNTC yang dulu Taman Nasional Tak dikenal Ceritanya menjadi Taman *)Calon PEH pada Balai Besar TNTC Nasional Turis Cintai. Hal ini merupakan salah satu wujud nyata gebrakan yang Beliau lakukan dalam pengembangan pariwisata alam TNTC. Selain menyampaikan kesan, tak lupa Beliau juga menyampaikan beberapa pesan, yaitu: ingkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk kelancaran pelaksanaan tugas serta pahami ketentuan perundangan yang selalu berubah dengan memahami uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing, dan laksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab;

ormalisasi hubungan kerja dan tingkatkan koordinasi dalam melaksanakan tugas, jangan membeda-bedakan pimpinan lama dan pimpinan baru, semua masalah pasti ada solusinya, solusi akan terjadi jika ada komunikasi; ingkatkan kedisiplinan dan kode etik PNS Kementerian Kehutanan, serta Pakta Integritas yang telah ditandatangani;

intailah pekerjaan yang sudah menjadi kewajibannya dan menjadi amanah yang diberikan oleh pimpinan sebagai ladang amal dan ibadah. Jadi kalau bisa dikerjakan sekarang kena-

E d is i

I I I

D e s e m b e r

2 0 1 2

P a g e

LIPUTAN

Be A Good Tourguide? Siapa Takut!!!

Kuncinya adalah penguasaan informasi dan teknik penyampaian informasi .

Veve Ivana Pramesti,S.Hut*) Dalam kesempatan ini dipaparkan bahwa pariwisata merupakan sektor yang multi dimensional karena memiliki keterkaitan dengan banyak sektor dan ilmu. Oleh karenanya membutuhkan pemahaman yang tepat agar dapat mengelola unsur-unsur pariwisata yang secara utuh termasuk stakeholder yang terlibat dan terkait di dalamnya. Salah satu unsur pariwisata adalah pemandu wisata. Seorang pemandu wisata memiliki peran, tanggung jawab dan fungsi sebagai berikut: Membimbing perjalanan bersama wisatawan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan; Memberikan informasi dan bila perlu menjadi penerjemah mengenai perjalanan secara keseluruhan khususnya mengenai objek-objek wisata yang dikunjungi; Memperkenalkan hal-hal yang dirasakan baru bagi wisatawan atau yang perlu diketahui dan dijumpai selama perjalanan dan; Memberikan saran kepada wisatawan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan yang ada sangkut pautnya dengan perjalanan yang sedang dipandunya.

ariwisata di Taman Nasional Teluk Cenderawasih merupakan sektor jasa yang menyumbang peranan terhadap penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Seiring berjalannya waktu, pariwisata di Taman Nasional Teluk Cenderawasih tumbuh dengan pesat sehingga haruslah didukung dengan pelayanan pariwisata yang memadai khususnya di bidang pemandu wisata. Oleh karenanya untuk mendukung dan meningkatkan pelayanan wisata tersebut, pada tahun ini diselenggarakan Pelatihan Pemandu Wisata yang bertujuan untuk mengembangkan sikap, kepribadian dan budaya kerja yang dapat menunjang keberhasilan dalam memandu wisata serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pemandu wisata agar menjadi pemandu wisata yang lebih handal. Pada pelatihan pemandu wisata ini disampaikan beberapa materi yakni: (a). Perundang-undangan bidang PHKA dan kebijakan Ditjen PHKA di bidang pariwisata dan pariwisata alam; (b). Pengertian dan pemahaman tentang pemandu wisata; (c). Teknik interpretasi dan komunikasi dan; (d). Pengenalan objek daya tarik wisata dan pola kunjungan wisata di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

P a g e

B u l l e t i n

t r i t o n is

LIPUTAN.
tahun 2007 hingga saat ini memiliki selisih grafik peningkatan yang tajam dan kebanyakan wisatawan yang berkunjung menggunakan liveaboard via operator wisata dari berbagai daerah baik lokal maupun luar daerah. Di samping pembekalan materi di kelas, peserta pelatihan ini juga dibekali dengan praktek lapang menjadi pemandu wisata yang mengambil tempat di Pantai Bakaro (Bakaro Beach) dan di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja. Di lokasi praktek, peserta dilatih untuk menjadi pemandu wisata dengan contoh tema wisata diantaranya wisata pemanggilan ikan di Bakaro, wisata pemberian makan whale shark di Kwatisore, wisata lumba-lumba di Windesi dan wisata flora dan fauna Gunung Meja. Dalam praktek ini peserta dilatih cara bersikap yang baik dan tepat selama memandu wisata, cara penguasaan materi yang tepat dan cepat, cara memilih bahasa yang tepat dalam penyampaian informasi wisata dan strategi penyampaian/urutan penyampaian informasi yang dimulai dari gambaran umum, informasi inti dan informasi tambahan tentang suatu obyek wisata agar wisatawan semakin penasaran dan tertarik mengikuti tour wisata. Dalam kesempatan ini juga ditekankan bahwa seorang pemandu wisata harus menguasai dengan baik tentang seluk beluk obyek wisata yang menjadi tujuan wisata, menyampaikan informasi dalam bentuk yang standar dan jujur agar wisatawan menerima informasi yang benar dan lengkap. Hal ini tentunya penting untuk menjadi perhatian setiap pemandu wisata karena segala sesuatu yang berkaitan dengan pemandu wisata mencerminkan kepribadian dan budaya daerah lokasi wisata serta penggugah hati wisatawan untuk datang kembali atau tidak datang kembali untuk selamanya.

Disamping harus memahami peran, tanggung jawab dan fungsinya, pemandu wisata juga harus memahami etika pemandu wisata, karakteristik obyek daya tarik wisata (ODTW), karakteristik wisatawan, budaya masyarakat daerah lokasi ODTW, teknik interpretasi ODTW baik dari segi tata krama, persiapan diri pemandu wisata (rohani, kepribadian dan jasmani), teknik komunikasi yang efektif dengan wisatawan dan bisa menangani bila terjadi gangguan komunikasi yang mungkin timbul selama memandu wisata agar informasi yang disampaikan pemandu wisata kepada wisatawan dapat diterima dan dimengerti oleh wisatawan. Selain hal diatas, juga dipaparkan mengenai pengenalan obyek daya tarik wisata dan pola kunjungan wisata di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Secara garis besar ODTW yang ada dibagi menjadi 3 golongan besar, yakni (a). wisata bahari dan pantai, contohnya: pantai pasir panjang di Rumperpon, diving dan wisata whale shark di Kwatisore; (b). wisata sejarah dan budaya, contohnya: wisata gereja zaman zending dan kitab suci terbitan tahun 1898 di Yende, goa tengkorak di Roswar dan batu bergambar di Purup serta; (c). wisata daratan, contohnya: bird watching. Sedangkan pola kunjungan wisata ke kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih adalah pola harian dengan waktu kunjungan yang berkisar antara 4-6 hari dan pola satu harian. Jumlah PNBP dari kegiatan wisata di Taman Nasional Teluk Cenderawasih dari

*)Calon Penyuluh Kehutanan Pada Balai Besar TNTC

E d is i

I I I

D e s e m b e r

2 0 1 2

P a g e

LIPUTAN.

Menanamk an Konservasi Sejak Dini

Mampukah ini memberikan perubahan bagi kelangsungan kehidupan di bumi ini?

Rini Purwanti, S.Si*) M.Si. Pada sambutannya, Beliau berharap pameran konservasi ini bisa bermanfaat dan meningkatkan pemahaman para pengunjung tentang apa itu konservasi serta bisa menginformasikannya kepada teman lain dan keluarga. Kedatangan para pengunjung disambut oleh seorang panitia yang sekaligus memberikan penjelasan singkat mengenai kegiatan ini serta mengoordinasi mereka menjadi beberapa kelompok untuk selanjutnya didampingi oleh para pemandu yang bertugas. Masing-masing pemandu dengan sabar memandu seluruh pengunjung untuk mengunjungi masingmasing stand yang ada. Stand pameran yang ada menyediakan

ntuk menanamkan kesadaran tentang konservasi dan pengenalan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) bagi masyarakat khususnya generasi muda di luar kawasan, Balai Besar TNTC menyelenggarakan sebuah pameran konservasi. Pameran Konservasi merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan Balai Besar TN Teluk Cenderawasih. Peserta Stand Pameran yang berpastisipasi dalam kegiatan ini, antara lain : Balai Besar TNTC, Satuan Polisi K e h u t a n a n R e a k s i C e p at (SPORC), Bidang Wilayah II BBKSDA Papua Barat, Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP) Wilayah XVIII Manokwari, Kelompok Pecinta

Alam (KPA) Pelita dan Komunitas Reptil Manokwari. Sedangkan pengunjung pameran adalah siswa - siswi sekolah di Manokwari, yaitu Sekolah Dasar (SD) 41 Wosi, Sekolah Dasar (SD) Inpres 66 Taman Ria, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Manokwari, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 Manokwari, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 21 Rendani, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Manokwari dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan Manokwari. Pameran konservasi dilaksanakan selama 5 hari dari tanggal 19 sampai dengan 23 Oktober 2012 ini dibuka oleh Kepala Balai Besar TNTC yang baru yaitu Ir. Ben Gurion Saroy,

P a g e

B u l l e t i n

t r i t o n is

LIPUTAN
beberapa tema, antara lain : stand sejarah kawasan TNTC, stand peralatan yang digunakan dalam kegiatan, display spesimen biota laut, stand peralatan selam, stand pengendalian kebakaran hutan dan lahan, stand SPORC, stand BP2HP Wilayah XVIII Manokwari, stand Bidang Wilayah II KSDA Papua Barat, stand KPA Pelita dan Komunitas Reptil Manokwari. Selain memamerkan berbagai peralatan, di masingmasing stand juga menampilkan berbagai hasil dokumentasi setiap kegiatan yang telah terlaksana di tahun 2012. Sekitar kurang lebih satu jam melihat stand pameran, peserta pameran diajak menyaksikan film konservasi. Ada 3 (tiga) buah film yang ditayangkan, yaitu Hutanku Hilang Bencana Datang, Atraksi Hiu Paus (Whale Shark) dan film animasi Better Fishing. Pesan yang disampaikan dari film Hutanku Hilang Bencana Datang adalah bagaiman a dampak yang dihasilkan akibat dari penebangan kayu ilegal dan pembakaran/kebakaran hutan. Setelah menyaksikan film ini siswa diharapkan bisa memahami dan mengetahui akibat hilangnya hutan serta diharapkan tertanam dalam d iri m asing -m asi ng pengunjung untuk mau menjaga/ melestarikan hutan. Pada film kedua, Atraksi Hiu Paus, para siswa diajak mengenal keberadaan hiu paus di kawasan TNTC (perairan Kw atisore, Nabire), mengetahui peraturan-

Gambar 1. Antusiasme Pengunjung Pameran Konservasi

peraturan dalam berinteraksi dengan hiu paus dan menanamkan kecintaan akan fauna yang semakin langka di muka bumi ini. Film animasi Better Fishing menggambarkan bagaimana 2 orang nelayan yang awalnya mencari ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan (memakai bom dan bius) mau merubah perilakunya menjadi menangkap ikan dengan peralatan yang ramah lingkungan. Menangkap ikan menggunakan

cara yang tidak ramah lingkungan dap at m eru sak e ko si ste m sehingga ikan semakin sukar ditangkap dan jumlahnya pun semakin berkurang. Menangkap ikan deng an car a ramah lingkungan sangat menguntungkan baik dari segi ekologi maupun ekonomi. Hal ini karena tetap memperhitungkan aspek keberlanjutan sehingga ketersediaan ikan yang didukung kesehatan ekosistem tetap dapat dipertahan kan . Tak h any a berhenti di situ, ekosistem yang

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

LIPUTAN.
bibit. Semoga hal ini mampu memberikan perubahan yang cukup berarti bagi kelangsungan kehidupan di bumi ini. Sebelum pulang, para pengunjung diberi kesempatan untuk kembali mengunjungi masing-masing stand yang menurut mereka paling menarik. Usai mengikuti seluruh kegiatan pameran, setiap siswa diberi sebuah bibit untuk ditanam dan dirawat di sekolah ataupun di rumah mereka masing-masing. Beberapa poster dan kalender diserahkan panitia kepada pihak sekolah sebagai media informasi bagi siswa tentang TNTC dan konservasi. Semoga dengan diselenggarakannya pameran konservasi ini, kesadaran generasi muda mengenai pentingnya upaya konservasi semakin meningkat dan dapat memberikan perubahan bagi dunia.

Gambar 2. Antusiasme Pengunjung Pameran Saat Penanaman Bibit

sehat dapat memberikan tambahan penghasilan dari sektor pariwisata mengingat keindahan alam mulai menjadi obyek daya tarik wisata alam yang digemari. Di akhir pemutaran film, beberapa pertanyaan terkait film yang diputar dilontarkan kepada para pengunjung. Mereka sangat antusias dalam menjawab setiap pertanyaan. Sebagai bentuk penghargaan atas keberanian mereka dalam menjawab, kepada mereka diberikan beberapa souvenir dari pihak Balai Besar TNTC. Berbeda dengan kegiatan serupa di tahun sebelumnya, tahun ini kegiatan penanaman dan pembagian bibit turut memeriahkan kegiatan pameran konservasi. Kegiatan penanaman bibit sangat ditunggu-tunggu oleh para pengunjung pameran. Mereka berebut ingin menanam bibit di halaman Balai Besar TNTC. Kebanggaan muncul di hati para pemandu dan segenap panitia melihat antusiasme serta semangat para pengunjung dalam menanam

*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC

P a g e

1 0

B u l l e t i n

t r i t o n is

ARTIKEL

R e a l i ta

P e n d i d i k a n

P e s i s i r

T N T C

Mereka pun punya hak yang sama .

Esie Mega Wangi, S.Si*) Kondisi Pendidikan Wajib Belajar Sembilan Tahun merupakan tujuan pembangunan pemerintah saat ini di bidang pendidikan secara umum, tidak terkecuali masyarakat pesisir di kawasan TNTC. Pada kenyataannya masyarakat di daerah ini belum memperoleh pelayanan yang maksimal baik dalam hal sarana dan prasarana pendidikan maupun tenaga pendidik. Tingkat pendidikan formal masyarakat pesisir dalam kawasan TNTC masih tergolong rendah. Pilot project WWF-Indonesia dan TNTC dalam program Pendampingan Sekolah Tahap I dan II di beberapa kampung diketahui bahwa masyarakat pesisir TNTC memiliki tingkat pendidikan yang beragam. Hal ini juga mengungkap begitu rendahnya jumlah siswa yang berhasil mencapai pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas, apalagi Perguruan Tinggi. Sebagian masyarakat hanya menyelesaikan pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar, dan masih terdapat masyarakat yang buta aksara. Rendahnya tingkat kualitas pendidikan ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya : Ketersedian fasilitas sekolah, Akses pendidikan, Kualitas tenaga pengajar dan Tingkat ekonomi keluarga. Beberapa permasalahan yang perlu menjadi perhatian utama dalam memperbaiki kondisi pendidikan di kawasan pesisir TNTC diantaranya yang pertama adalah kualitas dan kuantitas tenaga

dara pantai pagi hari yang segar, dan suara ombak yang ditemani kicauan burung membentuk alunan khas alam pesisir. Mama-mama bersiap mendayung kole-kole menuju kebun di seberang teluk, sementara anakanak berlari di tepi pantai dengan menggunakan seragam bersiap menuju sekolah SD YPK Kwatisore yang terletak di kawasan Kepala Burung Papua. Lebih tepatnya, kampung ini berada di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) yang nyatanya merupakan Taman Nasional laut terluas di Indonesia. Kwatisore adalah satu dari puluhan kampung di Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang jauh dari akses informasi maupun transportasi dan mengalami keterbatasan pelayanan pendidikan dan kesehatan. Di sisi lain, Kwatisore saat ini menjadi daerah destinasi utama wisatawan lokal maupun mancanegara karena potensi yang dimilikinya salah satunya yaitu wisata hiu paus/whale shark. Wisatawan banyak berdatangan ke kawasan TNTC khususnya kampung Kwatisore untuk berwisata, dan mau tidak mau masyarakat harus mempersiapkan diri akan dampak adanya kegiatan pariwisata ini. Pemberdayaan masyarakat dan peningkatan pendidikan dirasa menjadi alternatif paling rasional untuk memperbaiki kondisi kesejahteraan dan pemahaman konservasi pada masyarakat di sekitar kawasan.

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

1 1

ARTIKEL .
pengajar yang masih rendah, banyak guru yang hanya lulusan SMA atau D3 dan statusnya sebagai guru bantu yang diambil dari masyarakat setempat. Akibatnya. Guru bantu hanya mampu memfasilitasi siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan kemampuan seadanya. Sistem mengajar dengan memberikan hukuman fisik pun masih kerap ditemukan. Selain itu, masih terdapat beberapa guru yang mengajar 3 (tiga) kelas sekaligus dalam satu waktu. Beberapa sekolah sama sekali tidak melibatkan peran orang tua murid dalam bentuk komite sekolah. Hal ini menimbulkan tidak adanya pengawasan dalam sistem/manajemen pengelolaan sekolah, sehingga menjadi hal yang biasa jika kita bertemu dengan orang di kampung yang telah bersekolah selama 6 tahun tapi belum bisa baca tulis. Permasalahan kedua yang perlu menjadi perhatian adalah sarana prasarana sekolah yang jauh dari standar. Banyak sekolah yang masih kekurangan ruang kelas, beberapa diantaranya mempergunakan satu ruangan untuk dua kelas sekaligus. Keterbatasan jumlah bangku dan meja, papan dan kapur tulis, minimnya bukubuku penunjang serta sarana kebersihan dan kesehatan seperti toilet dan UKS adalah hal yang kerap dijumpai di sekolah-sekolah di kawasan TNTC. Permasalahan ketiga adalah minimnya jumlah sekolah lanjutan yang berada dikawan kwatisore, sehingga murid harus tinggal di kampung seberang atau kota kabupaten agar bisa melanjutkan sekolah. Konsekuensinya adalah mereka tidak berada dibawah pengawasan orang tua, dan ada diantara mereka yang terjerumus dalam pergaulan bebas sehingga harus putus sekolah dan kembali ke kampung halamannya. Peluang Perubahan Masih Tetap Ada Ketika mengunjungi beberapa sekolah yang ada di beberapa kampung di pesisir TNTC, antusiasme anak-anak dalam proses pembelajaran sangatlah tinggi. Bahkan terkadang apabila guru-guru mereka tidak hadir, kerap kali mereka meminta petugas di Pos jaga (PEH atau POLHUT) untuk memberikan pelajaran di kelas. Mereka sebenarnya merindukan suasana belajar mengajar yang nyaman, guru-guru yang selalu siap mengajarkan ilmu dan hal-hal baru kepada mereka. Mereka punya cita-cita dan harapan yang tinggi terhadap masa depannya. Meskipun tinggal di daerah pesisir yang sulit terjangkau, mereka adalah bagian dari Bangsa Indonesia, pilar penerus kemajuan bangsa. Pendidikan, pengetahuan dan pemahaman mereka tentang konservasi sangat mempengaruhi bagaimana mereka memperlakukan dan memanfaatkan setiap potensi sumber daya alam yang ada di kawasan. Pendidikan merupakan kunci kemandirian bangsa dan salah satu aspek utama untuk membangun peradaban bangsa. Salah satu dari delapan poin MDGs (Millenium Development Goals) di bidang pendidikan adalah pemerataan pendidikan dasar, baik perempuan maupun laki-laki. Semangat belajar yang cukup tinggi, tidak diimbangi dengan fasilitas dan sarana pendidikan yang mereka butuhkan. Keadaan ini tidak sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 45 Ayat 1 yang menyatakan bahwa Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga sebenarnya diatur tentang Pendidikan Layanan Khusus bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. Oleh kerena itu, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai pengemban amanat dalam UndangUndang Sisdiknas harus segera mengupayakan berbagai kebijakan yang dapat mempercepat pencapaian kualitas pendidikan dan perbaikan dalam pola pendidikan masyarakat pesisir di TNTC.
*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC

P a g e

1 2

B u l l e t i n

t r i t o n is

ARTIKEL

Kondisi Pariwisata di Taman Nasional Teluk Cender awasih

Wisata alam tetap mendapatkan tempat bagi para wisatawan .

Yoslianto*) Asal Wisatawan Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara Jumlah 2008 2009 2010 2011 1 39 40 19 35 54 3 36 39 400 341 741

aman Nasional Teluk Cenderawasih memiliki salah satu fungsi untuk tujuan pariwisata alam, berkenaan dengan hal tersebut maka berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor:SK.121/IV-KK/2009 tentang Zonasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang salah satunya Zona Pariwisata dengan luas 15.240 Ha. Dari data 4 (empat) tahun terakhir jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara yang masuk ke Kawasan TNTC, terlihat adanya peningkatan dari segi jumlah wisatawan. Hal ini terjadi oleh karena Taman Nasional Teluk Cenderawasih mulai dikenal dunia luar akan keindahan alam dan potensinya yang cukup tinggi dan terlebih lagi mulai tereksposenya Perairan Kwatisore yang menjadi salah satu tujuan wisatawan untuk melihat Hiu Paus / Whale Shark. Tersaji pada tabel berikut:

Semakin tingginya jumlah jumlah wisatawan berkunjung ke Taman Nasional Teluk Cenderawasih membawa dampak positif terhadap Pendapatan Asli Daerah dan income bagi masyarakat kampung juga peningkatan terhadap Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Berikut tabel dan diagram realisasi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor wisata pada Balai Besar TN. Teluk Cenderawasih.
Tahun 2008 2009 2010 2011 Jumlah Realisasi (Rp.) 5.015.000 6.844.000 13.894.500 80.254.000 106.007.500

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

1 3

ARTIKEL .

D. PEMASARAN PARIWISATA ALAM Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih bekerjasama dengan WWF Indonesia dan CI (Concervation International) telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk memasarkan Taman Nasional Teluk Cenderawasih ke masyarakat lokal maupun mancanegara dan cukup merespon khalayak ramai untuk berkunjung ke Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Beberapa langkah yang telah ditempuh dalam pemasaran objek dan daya tarik wisata TNTC adalah dengan membuat brosur / leaflet, buku informasi dan spanduk yang ditempatkan dititik-titik strategis yang sering dikunjungi/didatangi

wisatawan (hotel, bandara), melalui website Teluk Cenderawasih yang dapat diakses oleh siapa saja yang tertarik untuk menggali informasi akan Taman Nasional Teluk Cenderawasih, melalui email kepada operator-operator jasa pariwisata yang sudah merencanakan trip mereka ke Teluk Cenderawasih, dan mengikuti pameran skala nasional yang merupakan moment penting dalam memasarkan objek dan daya tarik wisata Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

*)PEH Pelaksana pada Balai Besar TNTC

P a g e

1 4

B u l l e t i n

t r i t o n is

ARTIKEL

E kow i s a ta B e r k e l a n j u ta n S e b a g a i I n v e s ta s i M a s a D e p a n

Ekowisata tetap dapat dikembangkan tanpa meninggalkan prinsip ekologi dan sosial .

Widia Nur Ulfah, S.Pi*) akan kelestarian lingkungan hidup, telah mendorong pola hidup kembali ke alam (back to nature). Kecenderungan global pola hidup kembali ke alam belum sepenuhnya ditanggapi oleh bangsa Indonesia sebagai peluang untuk memperoleh devisa dari kegiatan ekoturisme. Di negara-negara maju potensi ekowisata telah memberikan devisa yang berarti dan memberi kesempatan kerja bagi masyarakatnya, disamping memberi pengaruh ganda (multiplier effect) atas aktivitas ekonomi di sekitarnya (Suprayitno, 2009). Setiap orang memiliki motivasi berbeda dalam melakukan wisata seperti motivasi fisik, maupun motivasi budaya. Berbagai motivasi yang berbeda itu menyebabkan tujuan wisata masing-masing orang juga berbeda. Salah satu jenis wisata alam yang banyak diminati adalah ekowisata bahari, seperti snorkeling dan diving. Dalam perkembangannya, ekowisata bahari perlu memperhatikan aspek keberlanjutan(sustainable). Faktor utamapengembangan sustainable ecotourism, yaitu lingkungan,

ndustri pariwisata saat ini semakin marak terutama yang berhubungan dengan pariwisata alam. Meningkatnya minat masyarakat terhadap industri pariwisata ini mendorong banyak pihak untuk mengembangkannya. Pariwisata alam berkaitan erat dengan jasa lingkungan. Pariwisata dengan memanfaatkan jasa lingkungan keindahan bentang alam disebut juga dengan ekowisata. Ekosistem hutan dengan potensi keanekaragaman hayati maupun fenomena alam lingkungannya merupakan basis industri pariwisata alam yang tumbuh secara cepat di dunia. Banyak pengunjung ke hutan tropis, untuk menikmati indahnya flora dan fauna hidupan liar, serta mencari pengalaman dan mempelajari keunikan dan keajaiban hidupan liar yang sudah sangat langka dan belum pernah mereka saksikan di daerah/negaranya, disamping menikmati lingkungan alam dan panorama alam yang masih alami, bersih, indah dan menarik. Meningkatnya penghasilan dan kesejahteraan masyarakat di sebagian belahan dunia dan meningkatnya kesadaran

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

1 5

ARTIKEL .
masyarakat, pendidikan dan pengalaman, berkelanjutan, dan manajemen. Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah: Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat; Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi); Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata); Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi); Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi). Ecotourism bertumpu pada alam dan budaya yang masih relatif alami. Ecotourism harus memberikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi secara langsung kepada masyarakat. Jangan sampai masyarakat sekitar wilayah yang dijadikan lokasi ekowisata malah tidak mendapatkan keuntungan. Hal ini bisa diatasi dengan cara melibatkan masyarakat sekitar sebagai pemandu wisata atau menjual hasil kerajinannya di lokasi ekowisata. Ecotourism juga harus dapat meningkatkan pemahaman akan alam dan budaya melalui penjelasanpenjelasan yang disampaikan oleh pemandu wisata sehingga para wisatawan mendapatkan informasi baru yang dapat dibawa pulang setelah berwisata. Kepuasan wisatawan secara otomatis akan membantu promosi karena wisatawan yang puas akan menceritakan hal-hal yang mereka alami (yang memberikan kepuasan) kepada orang lain dan pada akhirnya akan memacu rasa ingin tahu dan rasa ingin berkunjung orang lain ke lokasi yang diceritakan. Ecotourism harus dapat memberikan sumbangan posistif bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang Sehingga manfaat tersebut dapat dirasakan saat ini dan di masa yang akan datang. Ecotourism harus dikelola secara baik dengan menjamin sustainability alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekarang maupun generasi mendatang. Dalam perjalanannya, ekowisata yang dikembangkan akan memberikan dampak positif bagi lokasi yang dikembangkan, bahkan tidak dapat dipungkiri juga akan memberikan dampak negatif jika tidak dikelola dengan ramah lingkungan. Mungkin pada awalnya pengembangan ekowisata bertujuan meningkatkan pemasukan bagi masyarakat dan wilayahnya, namun jika tidak memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan berkelanjutan, kerusakan tidak dapat dihindari. Contoh sederhana, sampah dan kurangnya perawatan lokasi wisata, dapat menurunkan kemampuan lokasi wisata untuk menarik para wisatawan dalam jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan dalam konteks pengelolaan pembangunan kelautan secara teknis didefinisikan sebagai berikut: Suatu upaya pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalam kawasan pesisir dan lautan untuk kesejahteraan manusia, terutama stakeholders, sedemikian rupa, sehingga laju (tingkat) pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan termaksud tidak melebihi daya dukung (carrying capacity) kawasan pesisir dan laut untuk menyediakannya. Dalam penerapan ekowisata, tentunya harus didukung dengan kebijakan yang sesuai. Kebijakan konservasi yang diterapkan harus relevan dengan kondisi alam dan masyarakatnya. Penerapan kebijakan ini haruslah konsisten dan didukung oleh semua pihak. Masyarakat juga harus terlibat aktif dalam pengelolaan. Keterkaitan ekowisata dengan kebijakan konservasi : Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga kehidupan) Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, iptek yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia

P a g e

1 6

B u l l e t i n

t r i t o n is

ARTIKEL .
yang menggunakan SDA laut untuk kesejahteraan (pelestarian sumber plasma nutfah ) Mengendalikan cara-cara pemenfaatan SDA laut sehingga terjamin kelestariannya (pemanfaatan secara lestari) Kriteria Arahan Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat 1. Keputusan akan bentuk wisata di setiap tempat harus dibuat berdasarkan konsultasi dengan masyarakat lokal dan dapat diterima 2. Masyarakat harus mendapat pembagian keuntungan yang sesuai dari pengembangan wisata di daerahnya 3. Pengembangan kawasan wisata harus didasarkan pada prinsip-prinsip lingkungan dan ekologis, peka terhadap budaya lokal dan tradisi religi, serta tidak mendudukkan setiap anggota masyarakat pada posisi inferior 4. Jumlah wisatawan yang mengunjungi suatu area disesuaikan dengan daya dukung lingkungan. Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) sebagai salah satu Taman Nasional Laut yang luas memiliki potensi ekowisata bahari yang cukup baik. Sebagai Taman Nasional dengan potensi bahari yang melimpah, pulau-pulau dan keindahan bawah laut yang masih bagus, TNTC sangatlah potensial sebagai lokasi pengembangan ekowisata bahari. Pemanfaatannya yang telah dikembangkan selama ini diharapkan akan semakin meningkat. Tentunya kita berharap, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor ekowisata bahari akan semakin besar. Hal ini tentu tidaklah instan mengingat upaya semua pihak terkait sangat dibutuhkan. Saat ini obyek ekowisata yang sedang banyak diminati di TNTC adalah ekowisata Hiu Paus ( Whale Shark). Hal ini memberikan nilai positif dan diharapkan potensi lain yang ada di TNTC juga dapat dikembangkan. Pengembangan ekowisata di kawasan TNTC perlu dilakukan dan haruslah dengan melibatkan masyarakat. Staf Balai Besar TNTC dan Masyarakat sekitar kawasan bisa menjadi pemandu wisata jika ada wisatawan yang masuk kawasan. Kegiatankegiatan yang mendukung peningkatan keterampilan masyarakat di bidang ini sangatlah dibutuhkan, seperti pelatihan pemandu wisata. Pelatihan kerajinan tangan atau produk perikanan juga bisa menambah keterampilan masyarakat. Seperti beberapa waktu terakhir, masyarakat di beberapa kampung diberikan pelatihan pengelolaan hasil laut. Masyarakat diharapkan bisa menjual produk keterampilannya kepada pengunjung, dan diharapkan akan menambah penghasilan mereka. Kita semua berharap kawasan TNTC semakin dikenal banyak pihak karena kekayaan keanekaragaman hayati yang masih bagus, dan hal ini membutuhkan peran serta aktif berbagai pihak. Kekhasan kawasan TNTC dan kearifan masyarakat setempat haruslah dijaga, sehingga prinsip ekowisata yang berkelanjutan di kawasan TNTC dapat diterapkan. Daftar Pustaka : Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. 2009. Kerjasama Direktorat Produk Pariwisata Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia. Suprayitno, 2008. Teknik Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam. Bahan Bacaan. Pusat Diklat Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor Yulianda, Fredinan. 2006. Konsep Wisata. Bahan Ajar. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
*)PEH Pertama pada Balai Besar TNTC

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

1 7

ARTIKEL

Kondisi Terumbu Kar ang di Pulau Nuana K awasan TNTC

Keberadaannya perhatian .
Terumbu Karang

pun

perlu

mendapat
Yoslianto*)

onitoring coral reef health di pulau Nuana dilaksanakan dengan menggunakan metode PIT (Point Intercept Transect) dimana pengambilan data lifeform karang dengan transek sepanjang 150 meter. Penyelaman dilakukan pada kedalaman 10 meter, pada kedalaman ini terlihat bahwa pertumbuhan (life form) yang paling dominan adalah Coral brancing (CB) dengan persentase 8 %, sedangkan yang terkecil adalah Coral Heliopora (CHL) dengan nilai persentase 0.3%. Secara keseluruhan persentase karang hidup pada kedalaman ini adalah 46,33%, sedangkan persentase karang mati adalah 1%, jadi persentase penutupan karang pada kedalaman ini masuk dalam kategori sedang.

Indeks kematian (IM) pada terumbu karang di pulau Nuana diperoleh angka yang kecil (0.02), ini berarti bahwa tidak ada perubahan yang berarti dari karang hidup menjadi mati. Dari hasil monitoring tahun 2011 di Pulau Nuana terlihat persentase tutupan karang hidup sebesar 43,33 %, dan hasil monitoring pada tahun 2012 dengan persentase tutupan karang hidup sebesar 46,33%. Dengan membandingkan hasil monitoring tahun sebelumnya terlihat bahwa ada peningkatan tutupan karang hidup sebanyak 3 %, hal ini berarti adanya peningkatan kearah yang lebih baik dari pengelolaan kawasan TNTC dan peningkatan kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya ekosistem terumbu karang sehingga hewan karang dapat

P a g e

1 8

B u l l e t i n

t r i t o n is

ARTIKEL .
bertumbuh dan membentuk koloni karang. Beberapa kerusakan terumbu karang di pulau Nuana diakibatkan oleh faktor alam dan aktivitas manusia. Faktor alam yang terjadi berupa tekanan arus dan gelombang yang berlebihan mengakibatkan patahan pada terumbu karang. Faktor alam lainnya berupa kondisi surut air laut yang berlangsung lama dapat berakibat kematian pada terumbu karang. Selain faktor alam terdapat aktivitas manusia yang juga berpengaruh terhadap kerusakan terumbu karang yaitu penggunaan bom, penambatan jangkar perahu, penggunaan alat pendorong perahu. Ikan Karang Pengambilan data ikan di dilakukan dengan menggunakan dimana pengambilan data dibagi kategori yaitu: kategori ikan kecil kategori ikan besar (>30 cm). Kategori Ikan Kecil (<30 Cm) Pengambilan data ikan kecil dilakukan dikedalaman 10 meter dengan metode transek garis, pada kedalaman ini terlihat jenis yang paling banyak ditemukan adalah jenis Caesio cuning. Untuk nilai keanekaragaman diperoleh nilai 0,74 yang menunjukkan keanekaragaman ikan kecil di pulau Nuana rendah, untuk nilai kemerataan diperoleh nilai 0,74 yang menunjukkan sebaran ikan cukup merata, untuk nilai dominansi diperoleh nilai 0,28 yang menunjukkan bahwa tidak ada jenis pulau Nuana transek garis, atas 2 (dua) (<30 cm) dan

yang paling mendominasi jenis lainnya. Kategori Ikan Besar (>30 Cm) Pengambilan data ikan kecil dilakukan dikedalaman 20 meter dengan interval waktu setiap 5 menit naik 5 meter dari kedalaman sebelumnya, pada kedalaman ini terlihat jenis yang paling banyak ditemukan adalah jenis Epinephelus fuscoguttatus. Untuk nilai keanekaragaman diperoleh nilai 0,51 yang menunjukkan keanekaragaman ikan besar di pulau Nuana rendah, untuk nilai kemerataan diperoleh nilai 0,61 yang menunjukkan sebaran ikan cukup merata, untuk nilai dominansi diperoleh nilai 0,45 yang menunjukkan bahwa terdapat jenis yang paling mendominasi jenis lainnya yaitu jenis Epinephelus fuscoguttatus sebanyak 39 individu.

*)PEH Pelaksana pada Balai Besar TNTC

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

1 9

ARTIKEL

B U D A Y A

M E N A N A M

P O H O N

D A N
A L A M

K E B E R L A N G S U N G A N

K E L E S T A R I A N

Sudahkah Kita menanam pohon Tahun ini.?

Muhibbuddin Danan Jaya *) yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia Megawati Soekanorpoetri pada tahun 2003 di desa Karangduwet, Kecamatan Paliyan, Kabupaten gunungkidul Yogyakarta. Pelaksanaan GERHAN dengan melakukan penanaman di sekitar hulu daerah aliran sungai yang kondisinya kritis, sehingga setelah dilakukan penanaman tanaman kayu daerah hulu dapat menjadi daerah resapan air. Tema kegiatan GERHAN ini "Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan Sebagai Komitmen Bangsa Untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan dan Kesejahteraan Rakyat". Harapan besar dari Pemerintah pada saat dicanangkan kegiatan GERHAN, kesejahhteraan rakyat bisa terangkat dengan dilakukannya kegiatan penanaman lahan-lahan kritis yang ada di daerah aliran sungai, kedepannya ketersediaan air sebagai kebutuhan pokok pemenuhan kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi serta aktifitas pertanian juga bisa berjalan. Sebagai upaya peningkatan dari GERHAN selama lima tahun terakhir (2003-2007), Tahun 2007 dan 2008 diadakan aksi Penanaman Serentak Indonesia dan Gerakan Perempuan Tanam dan pelihara Pohon. Tanggal 28 November 2008, pada kegiatan HMPI yang dilaksanakan di Cibinong Jawa Barat, Presiden Republik Indonesia memperkenalkan istilah One man One Tree, yaitu satu orang menanam minimal satu pohon dalam satu tahun terakhir. Bapak Presiden memberikan mandate kepada

erbukanya lahan hutan akibat dari kegiatan illegal loging menyebabkan kemampuan tanah untuk menahan curahan air hujan menjadi berkurang dan akhirnya memberikan dampak terjadinya banjir, tanah longsor pada saat musim penghujan. Sedangkan pada musim kemarau memberikan dampak terjadinya kekeringan di sejumlah wilayah, karena keberadaan tanaman yang mampu menahan dan membantu menyimpan air di dalam tanah semakin berkurang. Dengan berkurangnya jumlah tanaman kayu yang ada di muka bumi ini berkontribusi terhadap perubahan iklim global dengan meningkatnya suhu muka bumi. Sebagai upaya mengantisipasi perubahan iklim global, degradasi dan deforestasi hutan dan lahan, serta kerusakan lingkungan yang mengakibatkan penurunan produktivitas alam dan kelestarian lingkungan ini, pada tanggal 21 Oktober 2008 telah ditandatangani keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2008 tentang Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI), yang menetapkan Hari Menanam Pohon Indonesia setiap tanggal 28 November. Sebagai rangkaian dari HMPI, pada bulan Desember juga ditetapkan sebagai Bulan Menanam Pohon Nasional (BMPI). Rekam Jejak Kegiatan Menanam Pohon Nasional Sebelum ditetapkannya HMPI serta BMPI, sudah ada gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) atau bisa diistilahkan dengan GERHAN),

P a g e

2 0

B u l l e t i n

t r i t o n is

BERITA GAMBAR

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

2 1

BERITA GAMBAR

P a g e

2 2

B u l l e t i n

t r i t o n is

ARTIKEL .
seluruh rakyat Indonesia agar setiap warga dapat menanam satu pohon dalam kurun waktu 2008 sampai tahun 2009. Istilah One man One Tree ini lebih popular disebut OMOT. Kegiatan OMOT ini terasa lebih efektif, karena dapat merangsang setiap warga negara Indonesia untuk bisa menanam satu pohon. Dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009 sebesar 230 juta orang, diharapkan dalam kurun waktu tahun 2009 dapat tertanam minimal 230 juta batang pohon. Melihat keberhasilan kegiatan penanaman Omot tahun 2009, maka pemerintah melalui Kementerian kehutanan pada tahun 2010 meluncurkan program One Billion Indonesian Trees atau lebih dikenal dengan istilah OBIT, dengan mengambil Tema One Billion Indonesian Trees for the Word. Melalui program OBIT ini diharapkan satu orang menanam satu pohon setiap bulannya. Jika asumsi ini berjalan sesuai dengan yang dihaparkan, maka dalam satu tahun dapat tertanam sekitar 2,76 Miliar pohon. Sehingga diharapkan dapal kurun waktu 5 10 tahun mendatang akan tercipta hutan-hutan baru dipermukaan bumi Nusantara ini. Kegiatan Menanam Tahun 2012 Puncak HMPI pada tahun 2012 ini dilaksanakan di Komplek bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, dengan mengangkat tema Hutan Kota Mendorong Terwujudnya Indonesia Hijau. Pemilihan lokasi penanaman disekitar bandara, salah satu alasannya untuk menciptakan ruang terbuka hijau disekitar bandara sebagai pintu gerbang memasuki Ibu Kota Jakarta, sehingga dapat mengurangi pencemaran udara yang terjadi akibat polusi kendaraan. Kegiatan ini dihadiri oleh Presiden serta Wakil Presiden Republik Indonesia beserta beberapa menteri dalam kabinetnya. Kehadiran presiden dalam kegiatan HMPI ini menunjukkan komitmen serius dari Pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Hijau. Selain kegiatan upacara penanaman, perlu juga adanya aksi nyata keseharian yang akhirnya menjadi budaya setiap warga masyarakat untuk selalu menanam pohon setiap ada lahan kosong, sehingga tujuan menciptakan Indonesia Hijau yang berkontribusi pengurangan emisi karbon dan pengurangan degradasi lahan di muka bumi nusantara ini dapat tercapai. Aktifitas Menanam pohon harus menjadi budaya kita. Tanam dan Pelihara Untuk mewujudkan Kelestarian Alam Dampak jangka panjang aksi penanaman pohon yang dilakukan selama ini akan kurang terasa jikalau hanya aksi penanaman semata. Aksi penanaman perlu dilakukan, namun yang tidak kalah penting, perlunya dilakukan pemeliharaan terhadap tanaman muda, mengingat kemampuan perakaran tanaman yang masih muda belum kuat, sehingga memerlukan adanya campur tangan manusia supaya tanaman yang sudah ditanam bisa tumbuh secara optimal. Pemilihan jenis bibit tanaman juga harus diperhatikan, karena kemampuan tumbuh masingmasing tanaman berbeda. Untuk kegiatan penanaman di daerah pasir di pesisir pantai, bisa dilakukan penanaman tanaman cemara udang (Casuarina equisetifolia ). Sedangkan penanaman di lahan tandus setidaknya harus ditanam jenis tanaman pioneer. Tanaman jati ( Tectona grandis L.f.) juga dapat menjadi alternatif, karena tanaman ini bisa ditanam di lahan tandus berkarang/berbatu. Dengan membudayakan menanam tanaman kayu di setiap lahan kosong yang ada serta memeliharanya, harapan kita 5-10 tahun kedepan bisa terwujud alam Hijau, nyaman, asri, serta terjaga kelestariannya. Sudahkah kita menanam pohon tahun ini..? Sumber bacaan:
http://www.irwantoshut.net/menebang_gerhan.html http://alamendah.wordpress.com/2009/11/05/gerakan-oneman-one-tree/ http://www.antaranews.com/berita/1269228537/sukseskanpenanaman-1-miliar-pohon-tahun-2010-one-billion-indonesiantrees-for-the-world Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008 Tentang Hari Menanam Pohon Indonesia 000-

*)Penyuluh Kehutanan pada Balai Besar TNTC

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

2 3

KABAR KAWASAN

B i n t a n g L a u t M a h k o t a D u r i ( A c a n t h a s t e r p l a n c i ) M e n g a n c a m Z o n a I n t i d i T a n j u n g M a n g g u a r

Meskipun pemangsa alami, ledakan populasinya juga perlu mendapat perhatian dan penanganan...

Rahmat Hidayat, A.Md*)

ampai saat ini belum pernah dilakukan pemantauan khusus terkait populasi bintang laut pemakan karang (Acanthaser planci) yang masyarakat lokal biasa menyebut Bintang Laut Mahkota Duri pada kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih, bisa jadi karena belum ada laporan atau penelitian yang spesifik terhadap jenis hewan tersebut. Namun beberapa waktu lalu seorang wisatawan mancanegara berkebangsaan Inggris yang juga instrukstur selam dan pemerhati biota laut khususnya karang laut Benjamin James Farrar, yang akrab di sapa Mr Ben, kepada kantor Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Nabire beliau melaporkan telah menemukan Bintang Laut berduri di perairan kampung Napan Yaur dalam jumlah yang cukup besar dan membahayakan bagi pertumbuhan karang karena Acanthaser planci merupakan hewan pemangsa karang yang cukup ganas. Beberapa ratus ekor Acanthaser planci ini dapat mematikan berhektarhektar terumbu karang dalam kurun waktu yang cepat. Selain itu beliau menambahkan bahwa Acanthaser planci merupakan salah satu masalah besar yang potensial dihadapi di dalam pengelolaan terumbu karang. Diantara pemangsa karang yang ada, Acanthaser planci pemangsa karang yang paling berbahaya ketika terjadi peledakan populasi sehingga hampir seluruh karang hidup dimangsa oleh Acanthaser planci. Yang lebih mengkhawatir-

kan lagi lokasi dimana ditemukannya banyak Acanthaser planci tersebut hanya berjarak beberapa ratus meter dari zona inti di Tanjung Mangguar yang memiliki potensi karang masih cukup baik dan menjadi salah satu tempat kumpulnya ikan maupun beberapa jenis kima. Untuk memakan karang laut Acanthaser planci memiliki cara yang unik dengan membuat jaringan karang menjadi bubur dan menyedotnya. Ketika sedang memangsa karang Acanthaser planci mengeluarkan perutnya lewat mulut dan menempelkannya langsung pada karang. Enzimenzim pencernaan yang terdapat di dinding perut membuat jaringan karang melunak menjadi semacam bubur. Ketika perutnya yang terbalik tersebut masuk kembali ke dalam tubuh, ikut masuk pula bubur yang telah dicernanya. Karang yang menjadi mangsa Acanthaser planci mati berdiri, dengan kerangka yang tidak berubah. Kerangka karang yang mati menjadi tempat penempelan larva dan spora penghuni terumbu karang lainnya. Dengan pemangsaan tersebut, Acanthaser planci satu sisi berjasa memberi kesempatan kepada hewan baru untuk tumbuh menempel di terumbu karang yang sudah padat. Pemangsaan karang dalam populasi rendah bersifat selektif dengan preferensi pada Pocilloporidae dan Acroporidae yang tumbuh cepat dan cenderung mendominasi ruang di terumbu. Meskipun hal ini memberikan dampak positif

P a g e

2 4

B u l l e t i n

t r i t o n is

KABAR KAWASAN .
secara ekologi dengan membantu karang yang tumbuh lambat untuk tetap tinggal di terumbu tersebut, tetapi jika populasinya melebihi kemampuan karang untuk pulih kembali, maka yang terjadi adalah sebuah bencana kerusakan terumbu karang. Dari hasil pengamatan yang Mr Ben lakukan di perairan Taman Nasional Teluk Cenderawasih, beliau memberikan beberapa catatan penting terkait Acanthaser planci di Napan Yaur, antara lain: 1. Menurut Mr. Ben, ledakan populasi Acanthaser planci di Napan Yaur tidak terlepas dari campur tangan manusia yang sering memburu hewan pemangsa alaminya. Beberapa pemangsa utama yang mulai langka karena sering diburu untuk dikonsumsi oleh masyarakat diantaranya adalah Kima Kepala Kambing (Cassis cornuta), Triton Terompet (Choronia tritonis), Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus), Kepiting dari famili Xanthidae (merupakan pemangsa anakan yang masih kecil). Selain itu lobster Panilurus pencillatus juga merupakan pemangsa anakan kecil Acanthaser planci. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan terhadap perburuan hewan pemangsa alami Acanthaser planci, yang beberapa diantaranya telah dilindungi oleh Undang -undang. 2. Sebagai pemerhati biota laut dan karang laut yang hobi menyelam, Mr. Ben memiliki pengalaman dalam upaya pengendalian hama alami terumbu karang.. Di perairan Taman Nasional Wakatobi beberapa tahun sebelumnya beliau bersama petugas dari TN. Wakatobi dan sejumlah aktivis LSM lingkungan melakukan pengumpulan dan pemusnahan Acanthaser planci. Beliau menjelaskan bahwa untuk mengangkat bintang laut tersebut harus menggunakan penjepit panjang dari bambu ataupun logam dan penangkapannya dilakukan dengan cara khusus. Jika Acanthaser planci dicabut dari karang tempatnya menempel biasanya ia akan memuntahkan jutaan anakannya. Kalaupun sudah diambil secara aman dan benar, Acanthaser planci yang telah terkumpul harus dikubur agak jauh dari laut atau dibakar, Jika dikubur dipinggir pantai besar kemungkinan hewan tersebut akan kembali ke laut dan kembali mengancam pertumbuhan karang. Cara lain dengan membunuh sebanyak mungkin Acanthaser planci dewasa, dengan menyuntikkan larutan sodium bisulfate atau kupri-sulfat ke dalam tubuh Acanthaser planci dan biasanya akan mati dalam beberapa hari setelah terkena suntikan sodium bisulfat. Dengan cara ini penyelam dapat menyuntik ratusan Acanthaser planci dengan sekali penyelaman. 3. Sebagai pemangsa potensial terumbu karang, Acanthaser planci memiliki kemampuan beradaptasi, berkembang biak dan daya jelajah yang cukup luas sehingga memungkinkannya untuk menyerang dan memakan habis terumbu karang hingga ke zona inti di Tanjung Mangguar yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari Napan Yaur. Langkah Penting Pencegahan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah rusaknya ekosistem terumbu karang akibat ledakan populasi Acanthaser planci antara lain mengurangi tingkat konsumsi akan beberapa hewan pemangsa alaminya yang beberapa diantaranya telah dilindungi oleh undang-undang. Selain itu, saat diketahui di suatu lokasi telah terjadi peningkatan populasi Acanthaser planci, perlu dilakukan upaya pengurangan populasi dengan membunuhnya dengan metode yang tepat sehingga menghindari penyebaran dan peningkatan populasi ke area yang lebih luas yang dapat menambah luasan terumbu karang yang rusak. Pada terumbu karang yang telah rusak, perlu dilakukan upaya pemulihan. Ledakan populasi spesies ini dikhawatirkan Lanjut ke halaman 27

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

2 5

KABAR KAWASAN

Crustacea Terestrial Terbesar dari Pulau Yenemberei

Keberadaanya memerlukan perhatian jika kita tidak menginginkan kepunahannya .

Eko Setyawan, S.Si*) Tanjung Inuri di sebelah Timur dan Daratan Tanah Besar Pulau Papua di sebelah Barat. Sarana transportasi yang dapat digunakan untuk menjangkau pulau ini adalah dengan menggunakan longboat/perahu fiber dengan motor tempel 15 PK selama 1,5 jam dari Dermaga Gunung Botak, Sendasi atau 15 20 menit dari Kampung Iseren tergantung pada kondisi angin dan cuaca. Vegetasi yang dominan adalah Kelapa (Cocosnucifera), Ficussp., Nyireh (Piperaduncum), Pandan (Pandanussp.), Kayu Besi (Instiasp.), Mangga (Mangiferaindica) dan beberapa jenis mangrove. Sebagian lokasi merupakan bekas kebun masyarakat dengan tanaman pisang, pepaya, keladi dan sebagian berupa padang rumput ilalang. Batuan berupa batuan karang yang tajam dan banyak rongga sehingga dapat digunakan sebagai lubang perlindungan bagi hewan liar termasuk ketam kenari. Pada pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di Pulau Yenemberei pada siang hari ditemukan 6 ekor ketam kenari sedangkan pada malam hari ditemukan 29 ekor ketam kenari. Frekuensi perjumpaan umumnya lebih sering pada malam hari karena pada siang hari ketam kenari

etam kenari (Birgus latro) merupakan satwa liar yang juga dikenal dengan nama robber crabs atau cocconut crabs. Hewan ini adalah kelompok Arthropoda terestrial terbesar yang tergolong crustacea dalam famili Coenobitidae. Penyebarannya terutama di wilayah kepulauan Indo-Pasifik dan terbatas di kepulauan yang tidak berpenghuni. Di Indonesia, secara hukum telah dilindungi oleh PP No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan satwa liar, akan tetapi masih terus dieksploitasi oleh sebagian masyarakat sebagai sumber protein hewani. Aktivitas eksploitasi yang terus menerus berlangsung dan tanpa mempertimbangkan aspek keberlanjutan regenerasinya dapat mempercepat penurunan jumlah populasinya. Pulau Yenemberei terletak dalam gugusan kepulauan Rumberpon dan termasuk dalam kawasan pengelolaan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Rumberpon. Secara geografis pulau ini terletak pada koordinat 1341235 1341252 BT dan 014344 - 014408 LS. Secara Astronomis Pulau ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Manokwari di sebelah Utara, Pulau Rumberpon di sebelah Selatan, Wilayah

P a g e

2 6

B u l l e t i n

t r i t o n is

KABAR KAWASAN .
banyak bersembunyi dalam liang/ lubang sarang untuk berlindung dari predator dan mengurangi hilangnya air dari dalam tubuh karena panas. Dilihat dari jenis kelamin ketam kenari yang berhasil diamati dapat diketahui jumlah ketam kenari jantan adalah 29 ekor dan ketam kenari betina adalah 6 ekor. Ketam jantan umumnya berukuran lebih kecil dari pada ketam kenari jantan. Dalam Abubakar (2009) dijelaskan bahwa ketam kenari/ ketam kelapa jantan dapat mencapai berat tiga kilogram sedangkan ketam kenari betina sekitar satu kilogram. Perbedaan ketam kenari jantan dan betina di Pulau Yenemberei dapat dilihat pada gambar 1 berikut. Menurut kriteria IUCN Red List, sekarang tidak terdapat cukup data untuk memutuskan ketam kenari sebagai spesies terancam, oleh karena itu ketam sementara terdaftar sebagai DD (data deficient /data kurang), menandakan bahwa hal ini perlu diperbarui. Dipercaya bahwa ketam kenari umum ditemukan pada beberapa pulau namun

Gambar 1. Bagian bawah abdomen ketam kenari jantan (kiri) dan betina (kanan)

berukuran panjang (cephalothoraxdan abdomen) rata -rata 19,50 cm dan massa total rata-rata 0,8 kg sedangkan ketam betina berukuran panjang ratarata 18,42 cm dan massa total rata-rata 0,47 kg. Perbedaan antara jantan dan betina yang paling jelas dapat diamati adalah adanya pleopod (kaki yang berfungsi untuk menginkubasi atau melindungi telur sebelum dilepaskan ke laut) pada abdomen bagian bawah sebelah kiri pada ketam kenari betina, sedangkan pada jantan tidak mempunyai pleopod tersebut. Perbedaan lain yaitu dari ukurannya, ketam kenari betina

Di Pulau Yenemberei kemungkinan besar kelapa merupakan makanan utama dari ketam karena tumbuhan kelapa banyak ditemukan hampir di semua bagian pulau. Makanan ketam kenari terutama terdiri dari buah, termasuk kelapa dan beringin. Tetapi, mereka akan memakan hampir semua yang organik, seperti daun, buah busuk, telur penyu, hewan mati, dan cangkang hewan lain, yang dipercaya menyediakan kalsium. Mungkin mereka juga makan hewan hidup lain yang terlalu lambat untuk lari, seperti tukik penyu yang baru menetas(http:// id.wikipedia.org/wiki/ketam ).

jarang pada pulau lainnya. Pembangunan daerah pantai pada banyak pulau mengurangi habitat ketam ini. Ketam kenari muda rentan terhadap karnivora yang didatangkan dari luar seperti tikus dan babi, dan semut seperti semut gila kuning (Anoplolepis gracilipes). Ketam kenari dewasa mempunyai sedikit pemangsa, dan kebanyakan dimakan oleh manusia. Hewan dewasa mempunyai penglihatan yang buruk, dan mendeteksi musuh berdasarkan getaran tanah ( http://id.wikipedia.org/wiki/ ketam). Di Pulau Yenemberei satwa liar lain yang mungkin

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

2 7

KABAR KAWASAN .
berpotensi sebagai pemangsa atau predator bagi ketam adalah biawak dan tikus. Secara keseluruhan, nampaknya populasi manusia yang besar berdampak negatif bagi populasi ketam kenari, dan di beberapa daerah, populasinya dilaporkan menurun karena penangkapan berlebih. Ketam kenari dilindungi dibeberapa areal, dengan ukuran minimum untuk ditangkap serta periode perkembangbiakan yang dilindungi. Di Pulau Yenemberei kadang ada aktivitas manusia karena pulau ini dijadikan sebagai tempat persinggahan sementara untuk berlindung nelayan jika cuaca buruk. Namun belum ada penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh aktivitas manusia di Yenemberei terhadap populasi ketam di pulau ini dan belum ada juga penelitian tentang populasi ketam di pulau ini. Perilaku bersarang dan mencari makan dari ketam kenari sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu udara dan kelembaban. Jika udara panas maka ketam kenari akan cenderung beristirahat atau bersembunyi dalam lubang sarangnya. Ketam kenari akan beraktifitas mencari makan saat malam hari dimana udara lebih lembab. Namun kadang ada beberapa ketam yang beraktifitas pada siang hari misal saat hujan turun. Di Pulau Yenemberei pada siang hari rata-rata suhunya adalah 30,3 C (suhu tertinggi 32 C dan terendah 28 C) dengan kelembaban rata-rata 75,3 % (kelembaban tertinggi 80 % dan terendah 70%). Sedangkan pada malam hari suhu udara rata-rata adalah 27 C dengan kelembaban ratarata 82,9 %. DAFTAR PUSTAKA : Abubakar, Y. 2009. Studi Biologi Reproduksi Sebagai Dasar Ketam Pengelolaan Ketam Kelapa (Birgus latro) di Pulau Yoi, Kecamatan P. Gebe, Maluku Utara. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih. 2009. Zonasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Yogyakarta: Andi Offset. http://id.wikipedia.org/wiki/ketam (2012). Internet Online dikunjungi pada tanggal 2 Mei 2012 Jahidin. 2010. Estimasi Populasi Ketam Kenari (Birgus latro) di Pulau Siompu. Berkala Penelitian Hayati 15: 139 142. Pratiwi, R. 1989. Ketam Kelapa, Birgus latro (Linnaeus 1767) (Crustacea, Decapoda, Coenobitidae) dan Beberapa Aspek Biologinya . Oseana, Volume XIV, Nomor 2 : 47 53.

Gambar 2. Morfologi Ketam Kenari ysng dijumpai di Pulau Yenemberei

Gambar 3. Kelapa sebagai umpan penangkapan ketam kenari

*)PEH Pertama pada Bidang PTN Wilayah III Ransiki

Lanjutan dari halaman 24 akan berdampak buruk bagi ekosistem terumbu karang dan bagi usaha pariwisata. Oleh karenanya, ledakan populasi spesies ini perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius baik dari pemerintah, stakeholders maupun dari masyarakat. Sumber Bacaan: Hand out AIMS (Australian Institute of Marine Science) dalam seminar "Proceeding of The National Academy o Science" selasa 2 oktober 2012. TN.Bunaken Terancam Binatang Pemakan Coral Meningkat" Harian Umum Sinar Harapan, kolom Komentar 3 oktober 2005. Yusuf.S (2008) "Fenomena Ledakan Populasi Ledakan Acanthaser Planci & Pola Pemangsaan pada Karang Keras P.Kapoposang SulSel" pada simposium terumbu karang nasional di jakarta 18-20 nov 2008.
*)Polhut Pelaksana Pada BPTN Wilayah I Nabire

P a g e

2 8

B u l l e t i n

t r i t o n is

KABAR KAWASAN

Inventarisasi Teripang di K ampung Isenebuai Pada Bidang PTN Wilayah III R ansiki

Dengan meningkatnya tekanan, maka dihkawatirkan keberadaan teripang semakin lama semakin berkurang.

Imam Setyo Hartanto, S.Hut*)

Latar Belakang Sebagai salah satu jenis hewan laut yang masuk ke dalam jenis invertebrata (tidak bertulang belakang), secara nomenklatur, teripang masuk ke dalam filum Echinodermata dengan kelas Holothuroidea. Kingdom Phylum Classis Familly 1 Familly 2 Familly 3 : Animalia : Echinodermata : Holothuroidea : Aspidochirotida : Dendrochirotida : Apodida

tekanan, baik oleh faktor lingkungan maupun manusia. Teripang mempunyai banyak manfaat baik digunakan sebagai obat, makanan maupun untuk pembuatan kosmetik, sehingga teripang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dengan meningkatnya tekanan, maka d i k h aw at i r k an k e b e r ad aa n teripang semakin lama semakin berkurang. Maksud dan tujuan dari kegiatan Inventarisasi Jenis Teripang di Kampung Isenebuai pada BPTN Wilayah III Ransiki yaitu untuk mengetahui kemelimpahan jenis dan kondisi teripang di wilayah tersebut dan menyediakan data serta informasi mengenai jenis teripang yang ada di sekitar perairan Kampung Isenebuai. Metode survey awal lokasi yang digunakan pada kegiatan

inventarisasi teripang yaitu dengan metode Manta Tow untuk melihat letak/sebaran teripang yang dianggap dapat mewakili suatu lokasi dan akan menjadi acu an p e n e n t u an st asi u n pengamatan. Metode pengambilan sampel data yaitu dengan Transek Sabuk (Belt Transect). Hasil analisa dengan pendekatan ini akan menyajikan data serta informasi secara kuantitatif tentang jumlah dan jenis teripang pada lokasi pengamatan. Kegiatan inventarisasi Teripang ini dilaksanakan di perairan sekit ar Kampung Isenebuai, Seksi PTN Wilayah V Rumberpon pada Bidang Pengelolaan Taman Nasional wilayah III Ransiki dengan mengambil 3 (tiga) stasiun pengamatan (Gambar 1). Kondisi perairan di sekitar Kampung

Tidak seperti hewan laut dilindungi lainnya yang jumlah spesiesnya terbatas (ex: Penyu dan Kima), teripang justru memiliki jenis yang beragam. Selain faktor geografis dan lingkungan, perbedaan jenis teripang juga diakibatkan dari pola adaptasi terhadap makanannya. Keberadaannya di perairan mengalami banyak

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

2 9

KABAR KAWASAN .
Komposisi Jenis dan Kerapatan Relatif Dari hasil pengambilan data ditemukan sebanyak 33 individu teripang yang terbagi sebanyak 20 individu pada transek 1 (kedalaman 3 m) dan 13 individu pada transek 2 (kedalaman 20 m). Setelah dilakukan identifikasi ternyata terdapat 10 (sepuluh) spesies teripang yang berbeda, antara lain: Actinopyga miliaris, Actinopyga palaunensis, Thelenota anax, Holothuria nobilis, Bohadschia marmorata, Stichopus "variegatus", Bohadschia sp., Pearsonothuria graffei, Holothuria atra dan Holothuria edulis. Identifikasi dilakukan mengacu pada buku karangan Patric L. Collin dan Charles Arneson yang berjudul Tropical Pacific Invertebrates: A Field Guide to The Marine Invertebrates Occuring on Tropical Pacific Coral Reefs, Seagrass Beds and Mangroves. Dari perhitungan nilai kerapatan relatif masingmasing spesies, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 2, terlihat bahwa kerapatan relatif spesies teripang yang paling besar adalah Actinopyga miliaris dan Actinopyga palaunensis dengan nilai yang sama besar yaitu 24,24% sedangkan nilai yang paling kecil adalah spesies Holothuria nobilis, Sti-

Gambar 1. Peta Lokasi Transek Inventarisasi Teripang

Isenebuai saat dilakukan kegiatan inventarisasi jenis teripang berada pada suhu 30C dengan tingkat salinitas sebesar 35 dan kecerahan 10. Pada setiap stasiun diambil 2 transek dimana kedalaman masing-masing adalah 3 dan 10 meter. Namun setelah dilakukan penyelaman dan pengamatan beberapa kali (4 kali pengamatan), ternyata pada kedalaman 10 m sama sekali tidak ditemukan spesies teripang. Teripang banyak ditemukan di atas kedalaman 18 m. Oleh karenanya agar didapatkan data akurat dan objektif maka tetap dilakukan perbandingan kedalaman. Sebagai solusi dilakukan pengamatan pada kedalaman 20 m. Sehingga transek yang dibuat adalah kedalaman 3 dan 20 m.

Tidak ditemukannya teripang pada kedalaman 10 m diduga kemungkinan terjadi akibat pengambilan secara berlebihan oleh para nelayan atau masyarakat sekitar. Hal ini dapat terlihat dari perbedaan ukuran fisik teripang pada kedalaman 3 dan 20 m. Pada kedalaman 3 m, rata-rata Gambar 2. Perbandingan Kerapatan Relatif Spesies Teripang teripang berukuran panjang 19,85 cm dan diameter 13,55 cm. Sedangkan di kedala- chopus "variegatus" dan Bohadschia sp. dengan man 20 m teripang rata-rata berukuran panjang nilai sebesar 3,03%. Nilai Dominasi dan Nilai Penting 38,15 cm dan diameter 17,38 cm. Perhitungan selanjutnya adalah menentukan dominasi masing-masing spesies pada masing-

P a g e

3 0

B u l l e t i n

t r i t o n is

KABAR KAWASAN .
masing stasiun pengamatan. Hal ini dilakukan guna melihat banyak sedikitnya spesies yang mendominasi pada suatu wilayah/teritori. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa spesies teripang yang mendominasi adalah Actinopyga miliaris dan Actinopyga palaunensis dengan nilai dominasi yang sama yaitu sebesar 0,5. Namun jika dilihat pada masing-masing stasiun pengamatan, ternyata terjadi perbedaan yang cukup signifikan. Pada stasiun pengamatan pertama banyak didominasi oleh jenis teripang Actinopyga miliaris (0,4) yang diikuti oleh Pearsonothuria graffei (0,2) sedangkan jenis yang lain berkisar 0,1 saja. Namun pada stasiun kedua dan ketiga hampir tidak ada jenis yang dominan disana karena nilai dominasinya hampir rata berkisar 0,1 dan 0,2. Berdasarkan hasil perhitungan Nilai Penting (NP) masing-masing spesies (Tabel 1), terlihat bahwa spesies teripang yang memiliki pengaruh paling besar dalam ekosistem perairan di sekitar kampung Isenebuai adalah Actinopyga miliaris dan Actinopyga palaunensis. Hal ini terjadi karena kedua spesies ini memang dikenal memiliki kelimpahan yang cukup tinggi serta pola regenerasi yang cukup cepat dibandingkan spesies yang lain. Kesimpulan dan Saran Dari hasil kegiatan Inventarisasi Teripang di Kampung Isenebuai pada BPTN Wilayah III Ransiki dapat disimpulkan bahwa dari titik pengambilan data teripang pada koordinat 1 54 21.76 LS dan 134 1125.34 BT sampai dengan 01 53 56.40 LS dan 134 11 42.11 BT terdapat 10 jenis spesies teripang dari 33 individu teripang yang berhasil dilakukan pengamatan. Sedangkan jenis teripang yang paling banyak dan mendominasi adalah Actinopyga miliaris serta Actinopyga palaunensis. Saran yang bisa diusulkan demi perbaikan pengelolaan biota Teripang ke depan adalah perlunya dilakukan penelitian yang kontinu dan berkesinambungan guna mengetahui perkembangan dan persebaran populasi teripang yang ada di sana. DAFTAR PUSTAKA

Collin, Patric L. dan Charles Arneson. 1995. Tropical Pacific Invertebrates: A Field Guide to The Marine Invertebrates Occuring on Tropical Pacific Tabel 1. Hasil Perhitungan Nilai Penting (NP) Coral Reefs, Seagrass Beds and Mangroves. Coral Reef Press. California-USA. Nilai Penting (NP) Nama Spesies English, S., Wilkinson, C., dan Baker, V., Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Total Stasiun 1994. Survey Manual For Tropical Marine Actinopyga miliaris 1,39 0,40 0,66 Resources. ASEAN-Australian Marine Science Project : Living Coastal Resources. Actinopyga palaunensis 0,44 0,64 0,90 0,66 Australian Institute of Marine Science. Thelenota anax 0,29 0,42 0,26 Townsville. Holothuria nobilis 0,32 0,11 Tim BTNTC. 2003. Inventarisasi Biota Laut Bohadschia marmorata 0,32 0,40 0,23 Teripang pada Kawasan Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih. BTNTC (tidak Stichopus variegates 0,32 0,11 dipublikasikan). Manokwari. Bohadschia sp. 0,29 0,11
Pearsonothuria graffei Holothuria atra Holothuria edulis 3,00 0,59 0,64 0,32 3,00 0,79 3,00 0,51 0,29 0,23 0,34 3,00

*)PEH Pertama pada Bidang PTN Wilayah III Ransiki

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

3 1

PENELITIAN

K a j i a n E k o l o g i s W i l a y a L a u t U n t u k A t r a k s i B a h a r i d i T a m a n N a s i C e n d e r a w a s

h P e s i s i r d a n E k o w i s a t a o n a l T e l u k i h

Pulau Pepaya memiliki Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) lebih tinggi.

Muhammad Wahyudi, SP., M.Sc*) Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi ekologis ekosistem wilayah pesisir dan laut (ekosistem terumbu karang) di Pulau Pepaya dan Pulau Nurage-Manimage Taman Nasional Teluk Cenderawasih Kabupaten Nabire dan menganalisis kesesuaian ekosistem terumbu karang di Pulau Pepaya dan Pulau Nurage-Manimage sebagai atraksi ekowisata bahari di Taman Nasional Teluk Cenderawasih Kabupaten Nabire. Berdasarkan pengamatan kondisi terumbu karang di Pulau Pepaya diperoleh data tutupan karang hidup pada kedalaman 5 meter sebesar 50,67 % (kategori lebih) yang lebih baik dibandingkan pada kedalaman 10 meter sebesar 39,67 % (kategori sedang). Adanya aktivitas manusia dapat ditunjukan dari bekas patahan

esatnya pertumbuhan ekowisata dalam beberapa tahun terakhir ini disebabkan oleh banyak negara membuat promosi dan atraksi ekowisata besar-besaran dalam rangka meraup manfaat dan kesempatan dalam pasar ekowisata yang terus tumbuh. Berdasarkan laporan World Travel Tourism Council (WTTC) tahun 2000, pertumbuhan rata-rata ekowisata sebesar 10 persen per tahun. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pariwisata rata-rata per tahun yaitu sebesar 4,6 persen per tahun. Di Eropa dan Amerika Latin pertumbuhan ekonomi sektor jasa ekowisata mencapai 40 persen dan di Asia Pasifik mencapai 25 persen, lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi rata-rata setiap negara (Eagles, et.al, (2002) dalam Nugroho (2011)).

P a g e

3 2

B u l l e t i n

t r i t o n is

PENELITIAN .
karang karena jangkar perahu masyarakat yang lokasi snorkeling dengan memiliki nilai IKW kadang memancing di sekitar pulau ini. tertinggi. Berdasarkan pengamatan terumbu karang di Pulau Tabel 2. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Kategori Nurage Manimage diperoleh data tutupan karang Wisata Snorkeling hidup pada kedalaman 5 meter sebesar 30,33 % (kategori sedang) dan pada kedalaman 10 Lokasi Kedalaman N Nmax IKW Kategori meter sebesar 34 % (kategori sedang). 44 57 77,2 Sesuai(S2) P. Pepaya 5 meter Secara keseluruhan jumlah jenis lifeform 10 meter 37 57 64,9 Sesuai(S2) hard coral yang ditemukan di Pulau Pepaya 29 57 50,8 Sesuai(S2) dan Pulau Nurage Manimage pada P. Nurage- 5 meter Manimage kedalaman 5 meter dan 10 meter yaitu 10 meter 28 57 54,3 Sesuai(S2) antara 8 jenis sampai dengan 12 jenis. Hasil perhitungan matriks kesesuaian wisata Hasil pengamatan terhadap ikan karang di Pulau pantai menunjukan bahwa pulau Pepaya lebih Pepaya menunjukan Keanekaragaman ikan (H')= sesuai untuk dijadikan lokasi wisata rekreasi pantai 2.761 (melimpah sedang) dan kelimpahan spesies dengan memiliki nilai IKW tertinggi. ikan (0.035 jenis/m) pada kedalaman 10 meter Tabel 2. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Kategori dengan nilai tertinggi untuk kelompok ikan Target, Wisata Pantai sedangkan kelimpahan individu tertinggi (3,835 N Nmax IKW Kategori ekor/m) dari ikan Mayor pada kedalaman 5 meter . Lokasi Begitu pula keanekaragaman ikan (H')= 3.001 P. Pepaya 81 84 96,4 Sangat Sesuai (S1) (melimpah tinggi) dan kelimpahan spesies ikan (0.033 jens/m) di pulau Nurage Manimage ditunjukan dengan nilai tertinggi untuk kelompok ikan Target, sedangkan kelimpahan individu tertinggi (2.036 ekor/m) dari ikan Mayor yang kesemuanya pada kedalaman 10 meter . P. NurageManimage 29 84 34,5 Tidak Sesuai (N)

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain: 1). Ada keterkaitan antara persentase penutupan karang hidup dengan Hasil perhitungan matriks kesesuaian wisata kelimpahan ikan karang di pulau Pepaya, di selam menunjukan bahwa pulau Pepaya pada kedalaman 5 meter memiliki nilai tertinggi 50,67% kedalaman 5 meter lebih sesuai untuk dijadikan (baik) berkaitan dengan kelimpahan individu ikan lokasi penyelaman dengan memiliki nilai Indeks karang tertinggi untuk kelompok ikan mayor, juga di Kesesuaian Wisata (IKW) tertinggi. kedalaman 5 meter. Untuk penutupan karang hidup Tabel 1. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Kategori di Pulau Nurage Manimage (kedalaman 10 meter) Wisata Selam memiliki nilai tertinggi 34% (sedang) berkaitan Lokasi Kedalaman N Nmax IKW Kategori dengan Indeks Keanekaragaman (H') dan kelimpahan spesies ikan karang tertinggi 42 54 77,8 Sesuai(S2) P. Pepaya 5 meter untuk kelompok ikan target sedangkan 10 meter 42 54 64,9 Sesuai(S2) kelimpahan individu tertinggi untuk ikan 29 54 53,7 Sesuai(S2) mayor, semuanya pada kedalaman 10 P. Nurage- 5 meter Manimage 10 meter 29 54 59,2 Sesuai(S2) meter. 2 ). Hasil analisis kesesuaian ekowisata pulau Pepaya dan pulau Nurage Hasil perhitungan matriks kesesuaian wisata Manimage untk atraksi ekowisata bahari snorkeling menunjukan bahwa pulau Pepaya pada menunjukan pulau Pepaya memiliki Indeks kedalaman 5 meter lebih sesuai untuk dijadikan Kesesuaian Wisata (IKW) lebih tinggi daripada

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

3 3

PENELITIAN .
pulau Nurage Manimage yaitu IKW wisata selam 77,8% (sesuai), wisata snorkeling 77,2% (sesuai) di kedalaman 5 meter, dan wisata pantai 96,4% (sangat sesuai). Daftar Pustaka English, S.E, Wilkinson, C., Baker, V. 1997. Survey manual for tropical marine resources. ASEANAustralia Marine Science Project: Living Coastal Resources, Australian Institut of Marine Science Nugroho I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, suatu pendekatan ekologis. Terjemahan : H.M Eidman, Koesoebiono, D.G Bengen, M.Hutomo, S.Sukardjo. Gramedia Jakarta. Orams, M. 1999. Marine tourism; development, impact and Management. Routledge 11 New Fetter Lane, London EC4P 4EE. Yulianda F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya pesisir berbasis konservasi. Seminar Sains Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB Bogor.

*)Staf Balai Besar TNTC

P a g e

3 4

B u l l e t i n

t r i t o n is

BIODIVERSITY

Black-capped Head Lory

Keberadaan mereka terhimpit keegoisan kita .

Lidia T. Vitasari Seputro,S.Si*) bersarang. Burung Kasturi Kepala Hitam yang lebih dikenal dengan sebutan Nuri Kepala Hitam merupakan jenis burung paruh bengkok yang memiliki warna bulu cerah. Sama seperti burung nuri lainnya, jenis ini memiliki bulu dengan warna dominan merah. Namun demikian, warna bulu di bagian kepalanya menjadi cirri khas jenis yang satu ini. Warna bulu hitam di bagian kepalanya, seperti topi, menjadikannya sering disebut sebagai Black-capped head Lory. Lorius lory, nama ilmiah jenis burung ini, memiliki suara yang nyaring dan sangat unik. Rangkaian pendek siulan atau pekikan yang merdu, lebih menyerupai suara perancah daripada suara nuri. Nyanyian berupa rangkaian frase yang panjang, masingmasing nadanya diulang berulang kali sebelum memulai frase yang baru. Kadang mengeluarkan

urung paruh bengkok merupakan suku yang besar (337 jenis), tersebar di kawasan tropis di seluruh dunia, tetapi juga mencapai ke kawasan beriklim sedang di Amerika, Australia, Selandia Baru dan Asia. Suku ini mencapai perkembangan evolusi yang terbesar di Australasia, khususnya di Pulau Papua (46 jenis), di mana terdapat nuri, nuri-ara, nuri-kate, kakatua, Nuri kabare, serindit, dan juga nuri umum lainnya. Burung paruh bengkok beradaptasi untuk memakan nectar, buah dan biji-bijian. Burung-burung dalam suku ini terlihat pendek gemuk karena otototot terbangnya yang kuat, yang memampukan terbang jarak jauh untuk mencari makan, kakiknya sangat pendek untuk mengaduk dan menguak dedaunan, kepalanya besar, paruhnya melengkung tajam ke bawah dan kebanyakan sangat besar untuk mengunyah biji-bijian dan menggali lubang di pohon, di mana burung-burung ini bertengger atau

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

3 5

BIODIVERSITY.
rangkaian nada identik yang monoton menyerupai suara elang-alap. Anggota Ordo Psittaciformes dan Famili Psittacidae ini berukuran sekitar 28 cm dengan deskripsi warna bulu dominan merah dan hijau, berekor pendek, tudung hitam, sayap hijau, kerah belakang hitam (tidak ada pada populasi Karimui), dan sera hitam. Pola sayap bawah merah dan bercak kuning besar pada bulu terbang. Daerah persebaran satwa ini berada di seluruh Pulau Papua, kelompok Pulau Papua Barat (Waigeo, Batanta, Salawati, Misool) dan beberapa pulau di Teluk cenderawasih (Yapen, Meos Num, dan Biak) dari ketinggian permukaan laut sampai 1200 m (jarang sampai 1750 m). Jenis ini dikenal memiliki 7 (tujuh) sub-spesies, yaitu: 1. Lorius lory lory. Ciri yang nyata pada anak jenis ini adalah warna biru pada daerah tengkuk dan melebar ke arah punggung sampai ke bagian dada, perut, serta tungging. Pada sayap bagian bawah mulai dari pangkal sayap sampai ke bagian ujung berwarna merah, kuning, dan hitam. Pada burung yang belum dewasa, mantel ungu di tengkuk belum menyatu dengan daerah perutnya. Penyebarannya meliputi bagian kepala burung Papua dan Papua llnral. 2. Lorius lory erythrothorax (red breasted lory). Ciri yang mudah dilihat adalah mantelnya berwarna ungu melingkar tidak penuh pada bagian leher. Pada bagian punggung, dada, dan tungging terdapat warna biru yang terpisah satu sama lain. Pada sayap bagian bawah mempunyai warna yang mirip dengan L. l. lory. Penyebarannya meliputi Papua bagian selatan yang meluas ke arah Papua Nugini (di utara sampai Semenanjung Onin dan di selatan sampai Semenanjung Huon). 3. Lorius lory somu (lori somu). Ciri pada anak jenis ini adalah tiadanya mantel ungu di tengkuk. Penyebarannya meliputi P. Papua bagian tengah dan daerah bagian selatan Papua Nugini. 4. Lorius lory salvadorii (nuri salvadori). Ras nuri ini mirip dengan L. l. erythrothorax , tetapi warna ungunya lebih dominan dibanding hitam. Warna ungu ini meluas sampai daerah bawah sayap. Penyebarannya meliputi P. Papua bagian utara, dari Aitape sampai Teluk Astrolabe. 5. Lorius lory viridicrissalis. Anak jenis viridicrissalis mirip dengan anak jenis salvadorii, tetapi warna daerah dadanya lebih dominan hitam serta meluas sampai bawah sayap. Penyebarannya meliputi P. Papua bagian utara, dari Teluk Humboldt sampai Sungai Memberamo. 6. Lorius lory jobisiensi. Ciri nuri jobi hampir mirip dengan L. l. salvadorii, tetapi warna merah di dada dan ungu di bagian mantelnya lebih pucat. Penyebarannya meliputi P. Yapen dan Mios Num di Teluk Geelvink. 7. Lorius lory cyanauchen (nuri biak). Ciri khas nuri biak adalah warna biru pada bagian tengkuknya bersatu dengan warna hitam di mahkotanya. Mantel ungu ini melingkar tidak penuh. Pada bagian punggung terdapat pula warna biru yang melebar ke bagian dada teras ke arah tungging. Pada sayap bagian bawah terdapat warna biru, kuning, dan hitam yang tersusun dari pangkal sampai ke ujung sayap. Penyebarannya hanya terdapat di P. Biak di Teluk Geelvink. Nuri kepala hitam biasanya berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil. Bunga, nektar, polen serta beberapa jenis buah dan serangga kecil dan larva serangga menjadi makanannya. Mereka mencari makan di kanopi hutan dan tepi hutan. Tingginya minat untuk memiliki hewan ini sebagai hewan peliharaan, menyebabkannya menjadi satwa yang sering diburu untuk kemudian diperjualbelikan dan atau dipelihara meskipun mereka masuk dalam deretan jenis satwa yang dilindungi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih termasuk dalam daerah persebaran burung paruh bengkok jenis ini. Kegiatan operasi pengamanan kawasan beberapa kali telah mendapati beberapa satwa ini dalam kondisi siap diperjual-belikan. Sungguh ironis jika melihat kejadi-

P a g e

3 6

B u l l e t i n

t r i t o n is

BIODIVERSITY.
Hal ini akan sangat berbeda ketika kita harus menikmati atau melihat mereka di balik sangkar. Keegoisan manusia menyebabkan mereka terbelenggu dalam sangkar, terjerat dalam eratnya rantai di kaki mereka. Keegoisan kita juga yang menyebabkan rusaknya habitat alami mereka. Sebagai manusia yang peduli akan kelestarian dan keseimbangan alam, perlu bagi kita untuk mengubah keadaan dengan mengurangi atau menyingkirkan keegoisan kita dan memikirkan kelangsungan dan kebebasn hidup berbagai satwa di habitat alaminya karena seisi dunia pun tak akan sanggup memuaskan keegoisan kita. Daftar Pustaka Beehler, Bruce M., Thane K. Pratt, dan Dale A. Zimmerman. 2001. Birds of New Guinea. Edisi Bahasa Indonesia: Burung-burung di Kawasan Papua papua, Papua Nugini dan Pulau-pulau Satelitnya. Puslitbang Biologi LIPI. Palguna, Hari. 2011. http://lintangluku.com/nurikepala-hitam/#.UJi8clK-fiI (diakses tanggal 5 November 2012)
*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC

an ini mengingat satwa ini memiliki habitat alami yang tergolong masih baik di Pulau Papua. Pengambilan mereka dari alam seolah-olah melarang mereka untuk tinggal di rumah mereka sendiri. Suatu kejadian yang patut mendapatkan perhatian dari semua pihak agar kelestarian satwa ini dapat tetap terjaga di habitat aslinya. Keberadaan satwa di alam akan lebih menyenangkan untuk dinikmati. Keindahan warna, suara serta perilaku alami mereka digabungkan dengan suara alam serta rimbunnya pepohonan mampu menambah kepuasan para penikmat alam.

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

3 7

SERBA-SERBI

K e r a j i n a n Ku l i t I k a n Pa r i , P e l u a n g U s a h a ya n g M e n j a n j i k a n

Sebuah alternatif usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Hartatik, S.Si*) Kerajinan kulit ikan pari mempunyai kelebihan yaitu teksturnya yang kuat, motifnya yang indah, dan nilai jualnya yang tinggi. Hal ini tentu sangat menguntungkan, karena biasanya ikan pari hanya dijadikan ikan asap dan kulitnya dibuang Dalam proses pembuatan kerajinan ikan berbuntut panjang ini, pertama-tama kulit ikan dipilih, dicuci, dan diberi pewarna. Set el ah di keri ngk an , kul it tersebut dihaluskan dan dipotong sesuai bentuk yang diinginkan.

aman Nasional sebagai salah satu kawasan pelestarian alam, memiliki fungsi dan peranan sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati harus dilakukan secara optimal. Masyarakat sekitar kawasan tidak bisa dipisahkan dari kawasan taman nasional karena masyarakat sebagai penghuni kawasan menjadi pemeran penting dalam upaya konservasi kawasan. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Taman Nasional, kesejahteraan masyarakat harus menjadi perhatian dari taman nasional.Dalam upaya itu, perlu digali potensi yang ada di kawasan untuk dimanfaatkan

secara optimal. Salah satunya adalah pemanfaatan ikan pari untuk dipakai kulitnya sebagai bahan kerajinan. Kerajinan ini banyak digemari konsumen di luar negeri karena keunikan motif asli kulit ikan laut berbuntut panjang tersebut. Lapisan terluarnya mirip bi nt i k- bi nt i k kr i st al un tu k melindungi tubuh sang ikan. Tekstur inilah yang biasa dimanfaatkan untuk menambah nilai eksotis produk. Ikan pari biasanya memiliki bintik besar berdekatan di daerah punggung. Bintik ini lebih besar dari bintik yang lain. Kalau sudah dalam barang jadi, kedua bintik inilah yang menjadi aksen penggaet per h at i an k o nsu m en , d an membuat motif jadi lebih menarik.

P a g e

3 8

B u l l e t i n

t r i t o n is

SERBA-SERBI.
kerajinan ini. Peluang usaha kerajinan kulit ikan pari ini masih terbuka karena permintaan yang besar dari dalam dan luar negeri serta belum banyaknya pelaku usaha di bidang ini. Untuk dapat diterapkan di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih perlu disiapkan sumber daya manusia, salah satunya dengan dengan pelatihan dan juga perlunya pengadaan alat untuk prosesnya. Jika hal ini dapat dilakukan dan dikembangkan maka kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan akan meningkat. Sumber:

Potongan-potongan itulah yang kemudian dirangkai menjadi beragam aksesori kulit ikan pari berupa tas, dompet, ikat pinggang, dan souvenir lainnya. Memang tak mudah mengolah kulit ikan pari menjadi barang kerajinan. Perlakuannya tidak bisa disamakan dengan kulit sapi atau kulit domba. Karena tekstur serat binatang yang satu ini lain dengan mamalia yang biasanya membujur, satusatu. Sedangkan kulit ikan pari, teranyam dan amat padat. Struktur semacam ini membuat kulit ikan pari kuat luar biasa, sekitar dua setengah kali kekuatan kulit sapi. Tetapi, dengan kerumitan dalam pengolahan sebanding dengan hasil yang akan diperoleh. Pada pembuatan dompet kulit ikan pari, biasanya dibutuhkan satu lembar kulit pari ukuran kecil. Sedangkan untuk pembuatan tas, diperlukan dua sampai tiga lembar kulit. Untuk pembuatan sabuk diperlukan empat lembar kulit, yang mata di sepanjang kulitnya harus disambung secara lurus. Potongan kulit ikan pari yang tidak terpakai pun, masih bisa dimanfaatkan sebagai barang kerajinan lain, semisal tempat korek api, gelang jam, tempat handphone, gantungan kunci dan hiasan penutup kotak. Kerajinan dari kulit ikan pari seperti ikat pinggang, dompet, tas, dan sebagainya memiliki harga antara 200 ribu sampai dengan 1,5 juta rupiah. Padahal, kulit ikan pari yang berukuran 6 s.d 7 cm persegi dapat dibeli dengan harga mulai 35 ribu rupiah. Dapat dibayangkan betapa besar keuntungan yang dapat diperoleh dari pembuatan

http://www.surabayapost.co.id (13 November 2010) http://kuncifinance.blogspot.com/2011/06/ prospek-bisnis-kulit-ikan-pari.html (19 Juni 2011)


*)Calon PEH pada BPTN Wilayah I Nabire

E d is i

I I I ,

D e s e m b e r

20 1 2

P a g e

3 9

UCAPAN P i m p i n a n d a n s e g e n a p s t a f f r e d a k s i B u l l e t i n T r i t o n i s B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h m e n g u c a p k a n :

Selamat Jalan, Selamat Mengabdi di Tempat Kerja yang Baru


1. Ir. Djati Witjaksono hadi, M.Si, ,selamat mengabdi di tempat kerja yang baru sebagai Inspektorat Wilayah IV. 2. Drs. Atus Hans Atururi, M. H, selamat mengabdi di tempat kerja yang baru sebagai Kepala Balai TN. Lorenz 3. Ir. Herman Remetwa, selamat mengabdi di tempat kerja yang baru di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Papua Barat. Semoga tetap sukses di tempat kerja yang baru. Terima kasih atas pengabdian, kerjasama, dan kebersamaan yang terjalin selama bertugas di Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Selamat Datang, Selamat bergabung di keluarga Besar BBTNTC


1. Ir. Ben Gurion Saroy, M.Si, sebagai Kepala Balai Besar TN. Teluk Cenderawasih; 2. Ir. Abraham kaya, sebagai Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Nabire; 3. Arijan Prasojo, S.Hut, sebagai Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Kwatisore. selamat datang dan kami siap bekerjasama untuk menjaga Kelestarian alam di Tanah Papua.

Selamat atas kelahiran :


Ahmad Zaky Azlam, putra kedua Muhammad tasdiq (29 September 2012); Damarendra Rahaditama & Danarendra Rahadinata, putra Ibu Febriana W. handayani, S. Si (7 Desember 2012) Semoga menjadi anak yang soleh, berbakti pada orang tua dan berguna bagi bangsa, negara dan agama.

You might also like