You are on page 1of 10

1.

PENGERTIAN ANC (ANTE NATAL CARE)


ANC (Ante Natal Care) adalah Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim

2. TUJUAN ANC (ANTE NATAL CARE):


1. 2. 3. 4. 5. Pengawasan : Kesehatan Ibu Deteksi dini penyakit penyerta dan komplikasi kehamilan, menetapkan resiko kehamilan (tinggi, meragukan dan rendah) Menyiapkan persalinan well born baby dan well health mother Mempersiapkan pemeliharaan bayi dan laktasi Mengantarkan pulihnya kesh. Ibu optimal

Definisi ANC adalah pemeriksaan/pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Tujuan ANC 1. Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial ibu. 3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan. 4. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengans elamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif. 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.

Pre-eklampsia dapat mendorong Anda tekanan darah dan mempengaruhi bagaimana ginjal berfungsi. Limbah produk yang harus dihapus dari darah dan dikeluarkan melalui urin Anda akan tetap dalam sistem darah Anda. Protein yang harus tinggal di kebocoran darah ke dalam urin Anda, menyebabkan proteinuria. Bidan akan memeriksa kombinasi dari tekanan darah yang meningkat dan proteinuria. Jika sampel urin Anda berisi tingkat tinggi protein, bidan Anda kemudian akan mengambil sampel darah untuk memeriksa jumlah darah Anda, pembekuan, ginjal dan fungsi hati. Anda dapat melihat keluar untuk gejala lain dari pre-eklampsia dari pertengahan kehamilan dan seterusnya, termasuk:

masalah dengan visi Anda, seperti kabur atau berkedip di depan mata Anda

tiba-tiba bengkak dari, Anda kaki tangan dan wajah

sakit kepala dan muntah

rasa sakit yang buruk tepat di bawah tulang rusuk Anda

merasa tidak sehat pada umumnya

Gejala ini dapat datang dengan cepat. Hubungi dokter atau bidan segera jika Anda melihat salah satu dari mereka. Ini terutama terjadi dari 27 minggu kehamilan, atau dalam beberapa minggu pertama setelah lahir . Read more: http://www.babycentre.co.uk/pregnancy/complications/proteinurine/#ixzz26dmJhyp0

A. PENGERTIAN PREEKLAMPSIA Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri, 2007). Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005). Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari Preeklampsia yang ringan sampai Preeklampsia yang berat (geogre, 2007). Preeklampsia terbagi atas 2 bagian, yaitu : a. Preeklampsia ringan, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut : a) Tekanan darah 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pelaksanaan 6 jam. b) Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pelaksanaan 6 jam. c) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu d) Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 urin keteter atau midstream. b. a) b) c) d) e) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut : Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih Oligouria, urin kurang dari 40 cc/24 jam Proteinuria lebih dari 3gr/liter Adanya gangguan selebral, gangguan virus dan rasa nyeri di epigastrium. Terdapat edema paru dan sianosis. (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).

B. EPIDEMIOLOGI PREEKLAMPSIA a. Frekuensi Preeklampsia Di Indonesia frekuensi kejadian Preeklampsia sekitar 3-10% (menurut Triadmojo, 2003) sedangkan di Amerika serikat dilaporkan bahwa kejadian Preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan (23,6 kasus per 1.000 kelahiran). (menurut Dawn C Jung, 2007). Pada primigravida frekuensi Preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda, pada (tahun 2000) mendapatkan angka kejadian Preeklampsia dan eklamsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1413 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan Preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklamsia 13 kasus eklamsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun dengan primigravida (17,5%). b. Faktor Risiko Preeklampsia a) Riwayat Preeklampsia b) Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia c) Kegemukan d) Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai bayi kembar atau lebih. e) Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis atau lupus. C. ETIOLOGI PREEKLAMPSIA Etiologi Preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teoriteori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut penyakit teori, namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab Preeklampsia adalah teori

iskemia plasenta. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini. D. PATOFISIOLOGI PREEKLAMPSIA Pada Preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Perubahannya pada organ-organ : a) Perubahan hati perdarahan yang tidak teratur terjadi rekrosis, thrombosis pada lobus hati rasanya nyerim epigastrium b) Retima c) Metabolism air dan elektrout d) Mata e) Otak, pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri. f) Uterus aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta. g) Paru-paru, kematian ibu pada preeclampsia dan eklamsia biasanya disebabkan oleh edema paru. E. GAMBARAN KLINIS PREEKLAMPSIA a. Gejala Subjektif Pada Preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah karena perdarahan subkapsuer spasme areriol. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada Preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia akan timbul. Tekanan darahpun akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat. b. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolic 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan darah pada Preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan takikarda, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, perdarahan otak. F. DIAGNOSIS PREEKLAMPSIA Diagnosis Preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka Preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu : 1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut : a) Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal. b) Proteinuria kuantitatif 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter atau midstearm. 2) a) b) c) d) e) f) g) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut : Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+. Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium. Terdapat edema paru dan sianosis Trombositopenig (gangguan fungsi hati) Pertumbuhan janin terhambat.

GEJALA Gejala terjadinya preklamsia adalah naiknya tekanan darah (hipertensi) dan kadar protein dalam urin yang berlebihan (proteinuria), setelah kehamilan mencapai 20 minggu. Kelebihan protein akan mempengaruhi kerja ginjal. Gejala lain yang bisa terjadi, antara lain: Sakit kepala. Masalah penglihatan, termasuk kebutaan sementara, pandangan buram dan lebih sensitif pada cahaya/silau. Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah rusuk sebelah kanan. Muntah. Pusing. Berkurangnya volume urin. Berat badan yang naik secara cepat, biasanya di atas 2 kg per minggu. Pembengkakan (edema) pada wajah dan tangan, sering menyertai pre-eklamsia walau tidak selalu, sebab edema kerap terjadi pada kehamilan yang normal.

PENYEBAB Pre-eklamsi dulunya dikenal sebagai toksemia, karena diperkirakan adanya racun dalam aliran darah ibu hamil. Meski teori ini sudah dibantah, tetapi penyebab preeklamsia hingga kini belum diketahui. Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah: - Kelainan aliran darah menuju rahim. - Kerusakan pembuluh darah. - Masalah dengan sistim ketahanan tubuh. - Diet atau konsumsi makanan yang salah. FAKTOR RISIKO Preeklamsia hanya terjadi pada saat hamil, sehingga faktor risikonya, antara lain: A) Sejarah preklamsia. Ibu hamil dengan sejarah keluarga menderita preeklamsia akan meningkatkan risiko ikut terkena preeklamsia. B) Kehamilan pertama. Di kehamilan pertama, risiko mengalami preeklamsia jauh lebih tinggi. C) Usia. Ibu hamil berusia di atas 35 tahun akan lebih besar risikonya menderita preklamsia. D) Obesitas. Preeklamsia lebih banyak menyerang ibu hamil yang mengalami obesitas. E) Kehamilan kembar. Mengandung bayi kembar juga meningkatkan risiko preeklamsia. F) Kehamilan dengan diabetes. Wanita dengan diabetes saat hamil memiliki risiko preeklamsia seiring perkembangan kehamilan. G) Sejarah hipertensi. Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia. Penelitian di tahun 2006 terhadap ibu hamil dengan kadar protein tinggi, diketahui mempengaruhi perkembangan dan fungsi pembuluh darah. Kesimpulan ini membantah teori preeklamsia yang disebabkan akibat ketidaknormalan pembuluh darah menuju plasenta. Tetapi pemeriksaan darah tetap merupakan alat yang efektif untuk mendiagnosa preeklamsia.

2.2 Etiologi

Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan menderita preeklampsia. Akan tetapi ada beberapa faktor resiko yang berkaitan dengan perkembangan penyakit : primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas (Bobak, 2004). Adapun faktor maternal yang menjadi predisposisi terjadinya Preeklampsia: 1. Usia ekstrim ( 35 th) : resiko terjadinya Preeklampsia meningkat seiring dengan peningkatan usia (peningkatan resiko 1,3 per 5 tahun peningkatan usia) dan dengan interval antar kehamilan (1,5 per 5 tahun interval antara kehamilan pertama dan kedua). Resiko terjadinya Preeklampsia pada wanita usia belasan terutama adalah karena lebih singkatnya lama paparan sperma. Sedang pada wanita usia lanjut terutama karena makin tua usia endothel makin berkurang kemampuannya dalam mengatasi terjadinya respon inflamasi sistemik dan stress regangan hemodinamik. 2. Riwayat Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya: riwayat Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya memberikan resiko sebesar 13,1 % untuk terjadinya Preeklampsia pada kehamilan kedua dengan partner yang sama. 3. Riwayat keluarga yang mengalami Preeklampsia: eklampsia dan Preeklampsia memiliki kecenderungan untuk diturunkan secara familial. Hasil studi di Norwegia menunjukkan bahwa mereka yang saudara kandungnya pernah alami Preeklampsia, estimasi OR (odds ratio) adalah sebesar 2,2. Sedangkan bagi mereka yang satu ibu lain ayah OR-nya sebesar 1,6. Bagi mereka yang satu ayah lain ibu OR-nya adalah 1,8. Sementara itu hasil studi lain menunjukkan bahwa riwayat keluarga dengan Preeklampsia menunjukkan resiko tiga kali lipat untuk mengalami Preeklampsia. Contoh dari gen-gen yang diturunkan yang berkaitan dengan Preeklampsia adalah: gen angiotensinogen, gen eNOS (endothelial NO synthase), gen yang berkaitan dengan TNF, gen yang terlibat dalam proses koagulasi seperti factor V Leiden, MTHFR (methylenetetrahydrofolate reductase) dan prothrombin. 4. Paparan sperma, primipaternitas: Paparan semen sperma merangsang timbulnya suatu kaskade kejadian seluler dan molekuler yang menyerupai respon inflamasi klasik. Ini yang kemudian merangsang produksi GM-CSF sebesar 20 kali lipat. Sitokin ini selanjutnya memobilisasi lekukosit endometrial. Faktor seminal yang berperan adalah TGF-1 dalam bentuk inaktif. Selanjutnya plasmin dari semen sperma dan faktor uterus mengubahya menjadi bentuk aktif. Sitokin TGF-1 akan merangsang peningkatan produksi GM-CSF (granulocyte macrophage-colony stimulating factor) . Bersamaan dengan itu sperma yang diejakulasikan juga mengandung antigen-antigen yang turut berperan dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup zigot.
5. Penyakit yang mendasari a. Hipertensi kronis dan penyakit ginjal b. Obesitas, resistensi insulin dan diabetes c. Gangguan thrombofilik d. Faktor eksogen: Merokok, mnurunkan resiko PE,Stress, tekanan psikososial yang berhubungan dengan pekerjaan, latihan fisik,Infeksi saluran kemih. 2.3 Patofisiologi

Perubahan pokok yang terjadi pada Preeklampsia adalah spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Dengan biopsy ginjal, Altchek dkk. (1968) menemukan spasmus yaang hebat pada arteriola glomerulus. Bila dianggap bahwa spasmus arteriola juga ditemukan di seluruh tubuh maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat tampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi. Kenaikan berat badan dan odema yang disebabkan prnimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang intersititas belum diketahui sebabnya. Telah diketahui bahwa pada Preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi daripada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada Preeklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat. 2.4 Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala

Menurut Mitayani (2009) Preeklamsi dapat di klasifikasikan menjadi 2 macam : 1) Preeklamsi Ringan dengan tanda gejala a) TD 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu b) Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ dispstick 2) Preeklamsi Berat disertai dengan satu atau lebih gejala berikut : a) TD 160/110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu b) Proteinuria 2.0 g/24 jam 2+ (dispstick) c) Serum Creatinine > 1.2 mg/dL (kecuali bila sebelumnya sudah abnormal ) d) Trombosit < 100.0000 / mm3 e) Microangiopathic hemolysis ( increase LDH ) f) Nyeri kepala atau gangguan visual persisten g) Nyeri epigastrium 2.5 1) Penatalaksanaan Medis Menurut Mansjoer,dkk (2000) penatalaksanaan medis pre eklamsi dibagi menjadi : Pre eklampsia ringan Secara klinis, pastikan usia kehamilan, kematangan cerviks, dan kemungkinan pertumbuhan janin lambat. Pada pasien rawat jalan, anjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur 8 jam malam hari. Bila sukar tidur dapat di berikan fenobarbital 1-2 x 30 mg atau asesotal 1 x 80 mg. Rawat pasien bila tidak ada perbaikan dalam 2 minggu pengobatan rawat jalan, BB meningkat berlebihan > 1 kg/minggu, selama dua kali berturut-turut atau tampak tanda-tanda preeclampsia berat . beri obat antihipertensi metildopa 3 x 125 mg, nifedipine 3-8 x 5-10 mg, adalat retard 2-3 x 20 mg, pidodol 1-3 x 5 mg. tak perlu diberikan diit rendah garam. Tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100 mmHg. 2) Pre eklampsia Berat Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital pada keadaan normal, dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi. Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4 , dalam infuse Dextrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal MgSO4 2 g intravena dalam 10 menit selanjutnya 2 g/jam dalam drip infuse sampai tekanan darah stabil 140-150/90-100 mmHg. Ini diberikan sampai 24 jam pasca persalinan atau dihentikan 6 jam pasca persalinan ada perbaikan nyata ataupun tampak tanda-tanda intoksikasi. Sebelum memberikan MgSO4 perhatikan reflek patella, pernapasan 16 kali/menit. Selama pemberian parhatikan tekanan darah, suhu, perasaan panas, serta wajah merah. Berikan nefidipine 3-4 x 10 mg oral (dosis maksimum 80 mg/hari), tujuannya adalah untuk penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam. Periksa tekanan darah, nadi, pernapasan tiap jam. Pasang kateter kantong urin setiap 6 jam.

Preeklamsia Hipertensi karena kehamilan


Pengertian Preeklamsia adalah suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Keluhan ini muncul saat tekanan darah menjadi tidak normal, tinggi, selama kehamilan, bersama dengan meningkatnya kadar protein di urin dan berbagai gejala umum lainnya seperti kaki bengkak. Hal seperti ini juga disebut sebagai toxemia atau pregnancy induced hypertension (PIH). Preeklamsia paling sering ditemukan sesudah usia kehamilan 28 minggu. Penyebab pasti terjadinya kasus preeklamsia tidak diketahui. Pre-eklamsia jika tidak ditangani dengan baik dapat membawa efek yang buruk untuk ibu dan janin yang sedang dikandung. Ibu Hamil yang berisiko menderita Preeklamsia Berikut ini daftar ibu hamil yang memiliki resiko tinggi mengalami preeklamsia: Baru pertama kali hamil Ibu hamil yang ibunya atau saudara perempuannya pernah mengalami preeklamsia Ibu hamil dengan kehamilan kembar; ibu hamil usia remaja; dan ibu hamil berusia lebih dari 40 tahun Ibu hamil yang sebelum kehamilannya memiliki penyakit darah tinggi atau penyakit ginjal Gejala-gejala preeklamsia Preeklamsia digolongkan preeklampsia ringan dan preeklamsia berat dan gejala serta tanda sebagai berikut: Preeklamsia ringan 1. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm Hg dengan interval pemeriksaan 6 Jam 2. Tekanan darah diastole 90 atau kenaikan 15 mm Hg dengan interval periksaan jam. 3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam satu minggu. 4. proteinuria (protein dalam urin) 0,3 gr setelah kehamilan 20 minggu : partikel protein yang padat ditemukan dalam urin sesudah urin dididihkan ; sebagai akibat dari kerusakan yang sebenarnya pada ginjal, proteinuria merupakan tanda bahwa peristiwa preeklamsia tersebut serius. 5. Edema : pada wajah, tangan (menggunakan cincin yang terlalu ketat) Preeklamsia berat: 1. Sakit kepala 2. Pandangan kabur 3. Tidak dapat melihat cahaya yang terang, 4. Kelelahan, mual/muntah, 5. Sedikit buang air kecil (BAK), 6. Sakit di perut bagian kanan atas,

7. Napas pendek dan cenderung mudah cedera. Segera hubungi dokter bila mengalami pandangan kabur, sakit kepala yang parah, sakit di bagian perut, dan jarang sekali BAK.

Pemeriksaan penunjang Pada pemerikasaan penunjang dilakukan sebelum kelahiran untuk menegakkan diagnosis dapat mencangkup:

o o o o

Pemeriksaan spesimen urin mid-steam untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi urin. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kada ureum darah (untuk menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin. Pemeriksaan retina: untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah retina. Pemeriksaan kadar human laktogen plasental (HPL) dan estriol di dalam plasma serta urin untuk menilai faal unit fetoplasental.

Dokter juga dapat melakukan beberapa tes, termasuk diantaranya: pemeriksaan ginjal, fungsi pembekuan darah; pemeriksaan dengan USG untuk melihat pertumbuhan janin, dan penilaian dengan alat Doppler untuk mengukur efisiensi aliran darah ke plasenta. Pengobatan untuk preeklamsia Pengobatan yang dilakukan tergantung pada seberapa dekat tanggal perkiraan kelahiran. Bila sudah dekat dengan tanggal perkiraan kelahiran, dan bayi sudah dianggap sudah cukup berkembang, maka dokter mungkin akan menyarankan untuk mengeluarkan bayi sesegera mungkin. Bila seseorang mengidap preeklamsia sedang dan bayi belum berkembang secara penuh, dokter mungkin akan merekomendasikan agar melakukan hal-hal berikut ini: Istirahat total ( bed-rest ) Sering melakukan pemeriksaan sebelum kelahiran. Tujuan kunjungan adalah deteksi dini sehingga tidak perlu dirawat dan kondisi ibu-anak baik pada akhirnya. Mengurangi makan garam Minum 8 gelas air per hari Dokter juga akan menyarankan untuk berbaring pada sisi kiri saat beristirahat. Hal ini akan meningkatkan aliran darah dan mengurangi beban pembuluh darah besar Bila mengidap preeklamsia berat, dokter mungkin akan mengobatinya dengan memberikan obatobat untuk menekan tekanan darah sampai perkembangan bayi cukup untuk dapat dilahirkan dengan selamat. Contoh obat yang diberikan yaitu dengan penyuntikan sodium fenobarbital (200 mg setiap 8 jam), sodium fenitoin (100 mg setiap 8 jam) dan diazepam( 10 mg setiap 6 hingga 8 jam) dapat dilakukan dengan pemberian tunggal atau kombinasi. Preeklamsia dapat mempengaruhi bayi Preeklamsia dapat membuat plasenta tidak mendapatkan darah dalam jumlah yang cukup. Bila plasenta tidak mendapatkan cukup darah, maka bayi tidak akan mendapatkan cukup oksigen dan makanan. Ini dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan rendah.

Kebanyakan ibu hamil yang menderita preeklamsia dapat melahirkan bayi yang sehat bila preeklamsia dapat dideteksi secara dini dan ditangani dengan perawatan teratur sebelum kelahiran. Bahaya bagi ibu adalah gagal jantung, perdarahan otak, kerusakan mata, gagal hati dan ginjal, perdarahan hingga meninggal. Cara mencegah preeklamsia: Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. Ada faktor-faktor yang dapat penyebab terjadinya tekanan darah tinggi yang dapat dikontrol, ada juga yang tidak. Ikuti instruksi dokter mengenai diet dan olahraga diantaranya: Gunakan sedikit garam atau sama sekali tanpa garam pada makanan anda Minum 6-8 gelas air sehari Jangan banyak makan makanan yang digoreng dan junkfood Olahraga yang cukup Angkat kaki beberapa kali dalam sehari Hindari minum alkohol Hindari minuman yang mengandung kafein Dokter mungkin akan menyarankan untuk minum obat dan makan suplemen tambahan

You might also like