You are on page 1of 14

Pendahuluan

Otot sebenarnya suatu jaringan yang terdiri atas sel-sel otot. Sel-sel otot bergabung membentuk serabut otot. Serabut otot dibungkus oleh selaput otot (sarkolemma). Serabutserabut otot bergabung membentuk kumpulan serabut otot yang disebut berkas otot. Berkasberkas otot itu bergabung membentut otot atau daging. Otot dibungkus oleh sarung otot (fascia). Otot mampu merenggang (relaksasi) dan mengerut (kontraksi). , akibatnya otot dapat menggerakkan rangka. Oleh karena itu, otot disebut alat gerak aktif. Macam-macam otot tubuh manusia dibentuk oleh lebih dari 640 otot rangka yang berbeda. Ujung-ujung otot melekat pada rangka atau tulang-tulang pembentuk rangka. Ujungujung otot yang melekat pada tulang disebut tendon atau urat otot. Tendon bersifat kuat dan kenyal serta disusun oleh jaringan ikat. Tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut insersio sedangkan tendon yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo.

Struktur Otot
Mikro Otot merupakan transduser (mesin) biokimia utama yang berfungsi mengubah energi potensial menjadi energi kinetik. Oleh karena itu, otot merupakan jaringan terbesar dalam tubuh manusia. Saat lahir, jumlah otot dalam tubuh manusia telah memiliki 25% dan akan terus bertambah saat dewasa, yaitu sebanyak 40%, namun saat mulai memasuki usia tua, jumlah jaringan otot akan mulai berkurang, yaitu 30%. Hal ini terjadi karena pada usia lanjut, aktivitas aktivitas yang dikerjakan sudah mulai berkurang sehingga otot yang berkontraksi pun mulai berkurang. Otot merupakan alat gerak aktif . Berdasarkan struktur, otot terbagi menjadi tiga macam, antara lain otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Otot polos dan otot jantung tidak bekerja di bawah kesadaran kita atau involunteer, sedangkan otot rangka bekerja di bawah kesadaran kita atau volunteer.

Otot polos dapat ditemukan pada saluran pencernaan, pembuluh darah, saluran pernafasan, saluran genital, dan pada kulit. Secara mikroskopis, otot polos terlihat seperti kumparan ( gelendong) yang panjang, berinti satu, tidak tampak seperti serabut dan garis melintang. Sedangkan pada otot jantung, hanya ditemukan di jantung. Secara mikroskopis, otot jantung mirip dengan otot rangka, hanya saja serabut otot pada otot jantung bercabang dan saling bertautan (sinsitium) dan inti berada di tengah. Otot rangka ditemukan di setiap rangka manusia karena otot rangka melekat pada tulang dan berfungsi untuk menggerakkan tulang. Ada dua tipe otot rangka, yaitu otot merah dan otot putih. Otot merah mengandung banyak sitokrom dan mioglobin. Mioglobin merupakan suatu protein yang dapat mengikat oksigen sama halnya dengan hemoglobin dalam darah. Dengan adanya mioglobin ini, proses fosforilasi oksidatif dapat terjadi. Otot merah merupakan otot skelet yang lambat. Sumber energy utama otot merah ialah asam lemak. Pada otot putih, mengandung sedikit sitokrom. Otot putih merupakan otot skelet yang cepat, serta menggunakan glikogen dan glukosa sebagai sumber energy. Secara mikroskopis, terlihat bahwa otot rangka berinti banyak dan memiliki serabut otot longitudinal di sepanjang otot lurik yang dinamakan miofibril. Selain itu, otot lurik juga terdiri dari sarkolema dan sarkoplasma. Sarkolema merupakan sel sel serabut otot yang berinti banyak yang dikelilingi oleh membran plasma yang dapat tereksitasi oleh listrik. Sedangkan sarkoplasma merupakan cairan intrasel yang di dalamnya mengandung miofibril. 2 Dalam sarkoplasma, terdapat glikogen, senyawa berenergi tinggi seperti ATP dan fosfokreatin serta enzim enzim glikolisis yang dapat digunakan sebagai sumber energi. Miofibril yang terdapat di otot lurik memiliki beberapa bagian jika diamati dengan mikroskop cahaya. Bagian bagian tersebut adalah pita A, pita H, pita I, dan pita Z. Pita A merupakan bagian pita gelap Yang tersusun dari myosin dan di bagian tengahnya terdapat pita H yang terlihat kurang padat dibandingkan bagian pita lainnya. Sedangkan pita I merupakan pita terang dan tipis yang tersusun atas akti, troponini dan tropomiosin serta terbagi menjadi dua oleh sebuah garis yang disebut pita Z yang sangat padat dan sempit. Antara pita Z satu dengan pita Z yang lainnya tersusun oleh satu unit yang kompleks, yaitu tersusun dari pita A, pita H, pita I dan pita Z yang disebut sarkomer. Sarkomer selalu berulang di sepanjang aksis sebuah fibril dengan jarak 1500 2300 nm yang bergantung pada kontraksi. Selain memiliki beberapa bagian, miofibril juga terdiri dari dua jenis filamen longitudinal, yaitu filamen tebal yang mengandung miosin dan filamen tipis yang

mengandung aktin, tropomiosin dan troposin. Jika miosin dipotong melintang, terlihat bahwa miosin terdiri dalam potongan melintang membentuk heksagon dan berdiameter kurang lebih 16 nm. Filamen tebal dan filamen tipis berinteraksi melalui jembatan silang ( cross bridge ) yang muncul setiap 14 nm di sepanjang filamen tebal. Pada tahun 1950, Henry Huxley dan Andrew Huxley serta rekan rekannya melakukan pengamatan morfologik yang cermat pada otot dalam keadaan istirahat, teregang dan berkontraksi. Sewaktu berkontraksi, susunan filamen yang saling menjalin harus bergeser melewati satu sama lain dan perlu diingat bahwa saat kontraksi tidak terjadi perubahan panjang filamen tebal tipis melainkan zona H dan pita I yang memendek. Massa otot berbentuk 75% air dan lebih dari 20% protein. Yang menjadi protein utama adalah aktin dan miosin sedangkan protein lainnya adalah troponin dan tropomiosin. Aktin merupakan protein berfilamen tipis, di mana terbagi menjadi dua, yaitu monomer aktin berbentuk globuler dan polimer berbentuk fibrous. Monomer aktin globuler disebut juga dengan G-Aktin yang pada keadaan normal terdapat ion Mg2+ dengan berat molekul 43.000. sedangkan polimer fibrous disebut dengan F-Aktin yang nanti akan membentuk double helix dengan dua fibrous. Serabut F aktin memiliki tebal 6 -7 nm dan memiliki puncak atau struktur berulang setiap 35,5 nm. Miosin membentuk 55% protein otot berdasarkan berar dan membentuk filamen tebal. Massa molekul sekitar 460 kDa. Miosin memiliki sebuah ekor fibrosa yang terdiri dari double helix yang saling menggulung dan masing masing memiliki bagian kepala berbentuk globuler yang melekat pada satu sisi. Satu heksamer terdiri dari satu pasang rantai panjang (heavy[H]) yang masing masing memiliki massa molekul 200 kDa dan dua pasang rantai pendek (light[L]) dengan berat masing masing molekul 20 kDa. Rantai L dibedakan lagi menjadi rantai ringan essential dan rantai ringan regulatik.1-2 Makro a. M. Gastrocnemeus :

Origo : caput medial yang terletak di atas condylus medialis femoris dan caput lateralis yang terletak di sebelah atas condylus lateralis femoris Insersio : tuber calcanei dengan perantara tendo calcaneus Archiles

b. M. Soleus : Origo : capitulum dan permukaan posterior fibulae, linea poplitea tibiae, dan arcus tendineus M. Solei. Insersio : tuber calcanei dengan perantara tendo calcaneus Archiles

c.

M. Plantaris :

Origo : platum popliteun femoris yang terletak di sebelah atas condylus lateralis femoris Insersio : tendo calcaneus Dan berikut adalah otot otot flexor tungkai bawah lapis dalam yang terdiri antara lain :3 a. M. Popliteu :

Origo : epicondylus lateralis femoris dan ligamentum popliteum arcuatum Insersio : planum popliteum tibiae

b. M. Flexor digitorum Longus : Origo : permukaan tibiae dan lembar dalam fascia cruris Insersio : basis phalanx distal jari kaki II V

c.

M. Tibialis posterior :

Origo : permukaan posterior tibiae, membrana interossea cruris dan permukaan medialis fibulae Insersio : tuberositas ossis navicularis dan ossa cuneiforme I, II, III

d. M. Flexor hallucis longus :

Origo : permukaan posterior fibulae dan lembar dalam fascia cruris Insersio : basis phalanx distal jari kaki I Setelah otot otot flexor , berikut adalah otot otot extensor tungkai bawah : a. M. Tibialis anterior :

Origo : condylus lateralis tibiae, permukaan lateralis tibiae, membrana interossea cruris dan fascia cruris Insersio : permukaan plantar os cuneiforme I dan permukaan plantar basis osis metatarsalis I

b. M. Extensor digitorum longus : Origo : condylus lateralis tibiae, capitulum dan crista anterior fibulae, membrana interossea cruris dan fascia cruris Insersio : apponeurosis dorsalis jari kaki II V

c.

M. Extensor hallucis longus :

Origo : membrana interossa cruris dan permukaan medialis fibulae Insersio : permukaan dorsal basis phalanx distal kari kaki I.

d. M. Peroneus profundus : Origo : bagian dari M. Extensor digitorum longus yang terletak di sebelah lateral sekali Insersio : dengan tuberositas ossis metatarsalis V Dan bagian terakhir adalah otot otot peronei yang terdiri dari : a. M. Peroneus Longus :

Origo : capitulum fibulae, permukaan lateralis fibulae dan fascia cruris

Insersio : os. Cuneiforme I dan tuberositas ossis metatarsalis I

b. M. Peroneus brevis : Origo : permukaan lateralis fibulae Insersio : tuberositas ossis metatarsalis V4-6

Penyebab Kram Otot


Kram kaki adalah nyeri akibat spasme otot di kaki yang timbul karena otot berkontraksi terlalu keras. Daerah yang paling sering kram adalah otot betis di bawah dan belakang lutut. Nyeri kram dapat berlangsung beberapa detik hingga menit dengan keparahan bervariasi. Kram kaki biasanya terjadi saat kita beristirahat, bahkan mungkin sedang tidur. Orang tua lebih sering terkena kram daripada orang muda. Pada beberapa orang tua, kram bahkan bisa terjadi setiap hari. Pada umumnya penyebab kram tidak diketahui (idiopatik). Sementara ahli berpendapat bahwa kram terjadi ketika otot yang sudah dalam posisi mengkerut dirangsang untuk kontraksi. Hal ini terjadi saat kita tidur dengan posisi dengkul setengah ditekuk, dan telapak kaki sedikit mengarah ke bawah. Pada posisi ini otot betis agak tertekuk dan mudah terkena kram. Itulah mengapa gerakan pelenturan sebelum tidur dapat mencegahnya. Pada beberapa kasus, kram mungkin terjadi karena masalah atau kondisi lainnya, misalnya: - Beberapa jenis obat dapat memberikan efek samping berupa kram. Golongan obat ini antara lain: diuretik, nifedipine, cimetidine, salbutamol, statins, terbutaline, lithium, clofibrate, penicillamine, phenothiazines, dan nicotinic acid. - Dehidrasi - Ketidakseimbangan zat garam dalam darah (misalnya, kadar kalsium atau potasium terlalu rendah) - Kehamilan, terutama pada trimester akhir

- Kelenjar tiroid yang kurang aktif - Penyempitan arteri kaki yang menghambat sirkulasi - Gangguan saraf - Sirosis hati Pada kondisi di atas, kram hanyalah satu dari beberapa gejala lainnya. Bila tidak ada gejala lain, kemungkinan besar kram bersifat idiopatik dan bukan karena kondisi di atas.

Gerakan pelemasan (stretching) dan pemijatan biasanya dapat meredakan serangan kram. Obat pengurang sakit biasanya tidak bermanfaat karena tidak cukup cepat bekerja. Namun, pengurang sakit seperti paracetamol mungkin bermanfaat meringankan nyeri dan lemas otot yang kadang masih berlangsung hingga 24 jam setelah hilangnya kram.

Pencegahan:

- Beritahu dokter bila kram kemungkinan disebabkan oleh konsumsi salah satu obat di atas. Dokter dapat memberikan obat alternatif.

- Minum setidaknya enam gelas penuh setiap hari, termasuk satu gelas sebelum tidur. Juga perbanyak minum sebelum, selama dan setelah berolah raga.

- Konsumsi makanan yang kaya kalsium, potasium dan magnesium. Makan satu atau dua buah pisang sehari sudah cukup memenuhi kebutuhan potasium Anda.

- Bila Anda sering mengalami kram saat tidur, lakukan gerakan pelemasan pada otot-otot betis sebelum tidur. Caranya adalah dengan berdiri sekitar 60-90 cm dari dinding, lalu condongkan badan ke arah dinding dengan telapak kaki tetap di tempat. Lakukanlah beberapa kali. Anda mungkin perlu beberapa hari melakukannya sampai efeknya terasa. - Tidurlah dengan posisi yang mencegah otot betis Anda tertekan tanpa disadari: gunakan bantal untuk menyangga telapan kaki saat Anda tidur telentang, bila Anda tidur tengkurap, posisikan telapak kaki menggantung di ujung kasur, usahakan selimut tetap longgar di bagian kaki agar jari-jari dan kaki telapak tidak menghadap ke bawah saat tidur.3

Mekanisme Kerja Otot


Mekanisme pergeseran filamen pada kontraksi otot. Menunjukkan mekanisme dasar terjadinya kontraksi otot. Pada keadaan relaksasi, ujung-ujung filamen aktin yang memanjang dari dua lempeng yang berurutan sedikit saling tumpang tindih satu sama lain. Sebaliknya, pada keadaan kontraksi, filamen aktin ini telah tertarik ke dalam di antara filamen miosin, sehingga unjung-ujungnya sekarang saling tumpang tindih satu sama lain dengan pemanjangan yang maksimal. Tetapi apa yang menyebabkan filamen-filamen aktin bergeser ke dalam di antara filament-filamen miosin ? hal ini disebabkan oleh kekuatan yang dibentuk oleh kekuatan yang dibentuk oleh interaksi jembatan silang dari filamen miosin dengan filamen aktin. Pada keadaan istirahat, kekuatan ini tidak aktif, tetapi bila sebuah potensial aksi berjalan disepanjangan membran serabut otot, hal ini akan menyebabkan reticulum sarkoplasma melepaskan ion kalsium dalam jumlah besar, yang dengan cepat mengelilingi miofibril. Ionion kalsium ini kemudian mengaktifkan kekuatan diantara filamen aktin dan miosin, dan mulai terjadi kontraksi. Tetapi energi juga diperlukan untuk berlangsungnya proses kontraksi. Energi ini berasal dai ikatan berenergi tinggi pada molekul ATP, yang diuraikan menjadi adenesin difosfat (ADP) untuk membebaskan energi. Berikut ini ada beberapa hal yang telah diketahui mengenai proses molukular kontraksi. Sifat Molekuler dari Filamen Kontraktil Molekul miosin terdiri atas enam rantai polipeptida, masing-masing dengan berat molekul kira-kira 200.000 dan empat rantai ringan dengan berat molekul masing-masing sekitar 20.000. Dua rantai berat saling melilit satu sama lain untuk membentuk heliks ganda, yang disebut sebagai ekor dari molekul miosin. Salah satu ujung dari masing-masing rantai ini elipat secara bilateral ke dalam suatu struktur polipeptida globuler yang disebut kepala miosin. Jadi, terdapat dua kepala bebas pada molekul miosin heliks ganda. Empat rantai ringan juga bagian dari kepala miosin, yaitu dua disetiap kepala. Rantai-rantai ringan ini membantu mengatur fungsin kepala selama kontraksi otot. Filamen miosin dibentuk oleh 200 atau lebih molekul miosin tunggal. Bagian tengah dari salah satu filamen-filamen yang memperlihatkan bagian ekor dari molekul miosin yang

terikat bersama untuk membentuk bagian badan dari filamen, sementara banyak kepala dari molekul menggantung kesamping bersama dengan kepala, sehingga menyediakan suatu lengan yang memperpanjang kepala keluar dari badan. Bagian lengan dan kepala yang menonjol bersama-sama disebut jembatan silang. Masing-masing jembatan silang ini bersifat fleksibel di dua titik yang disebut engsel, dan yang satunya tempat kepala melekat pada lengan. Lengan yang berengsel akan mempermudah lengan untuk memanjang jauh keluar dari badan filamen miosin atau memanjang jauh keluar dari badan filamen miosin atau dibawa mendekat kearah badan. Kepala yang berengsel selanjutnya berpartisipasi pada proses kontraksi yang sebenarnya, seperti yang akan dibahas di bagian berikut. Panjang total setiap filamen miosin adalah seragam, hampir tepat 1,6 mikrometer. Tetapi, diperhatikanlah bahwa tidak ada kepala jembatan silang dibagian tengah filamen miosin sepanjang kira-kira 0,2 mikrometer karena lengan berengsel memanjang menjauh dari bagian tengah. Sekarang, untuk melengkapi gambaran ini, filamen miosin itu sendiri terpilih sehingga setiap pasangan jembatan silang yang berurutan akan dipindahkan pada porosnya dari tempat semula sampai 120 derajat. Keadaan ini menjamin bahwa jembatan silang akan memanjang ke segala arah disekitar filamen. Aktivitas ATPase di Kepala Miosin Cirri-ciri lain dari kepala miosin yang sangat penting untuk kontraksi otot adalah bahwa ia dapat berfungsi seperti enzim ATPase. Seperti dijelaskan nanti, kemampuan ini menyebabkan kepala mampu memecah ATP dan menggunakan energi yang berasal dari ikatan fosfat berenergi tinggi ATP untuk menjalankan proses kontraksi. Filamen Aktin Filamen aktin juga kompleks. Filamen ini terdiri dari tiga komponen protein: aktin, tropomiosin, dan troponin. Kerangka filamen aktin adalah suatu molekul protein F-aktin untai ganda, yang dilukiskan oleh dua untai berwarna terang. Kedua untai membelit dalam suatu heliks dengan cara yang sama seperti molekul miosin. Setiap untai heliks F-aktin ganda terdiri atas molekul G-aktin terpolimerisasi, yang masing-masing mempunyai berat molekul sekitar 42.000 . Pada setiap molekul G-aktin

melekat satu molekul ADP. Diperkirakan bahwa molekul ADP ini adalah bagian aktif pada filamen aktin yang berinteraksi dengan jembatan silang filamen miosin untuk menimbulkan kontraksi otot. Bagian aktif pada kedua untai F-aktin dari heliks ganda diatur bergantian, membentuk satu tempat aktif diseluruh filamen aktin kira-kira setiap 2,7 nanometer. Seiap filamen aktin panjangnya kurang lebih 1 mikrometer. Bagian dasar dari filamen aktin disisipkan dengan kuat ke dalam lempeng Z; ujung-ujung filamen tersebut menonjol pada kedua arah untuk berada dalam ruangan antara molekul miosin. Molekul Tropomiosin Filamen aktin juga mengandung protein lain, yaitu tropomiosin. Setiap molekul tropomiosin mempunyai berat molekul 70.000 dan panjang 40 nanometer. Molekul-molekul tersebut terbungkus secara spiral mengelilingi sisi heliks F-aktin. Pada stadium istirahat, molekul tropomiosin terletak pada ujung atas tempat yang aktif dari untai aktin, sehingga tidak dapat terjadi penarikan antara filamen aktin dan miosin untuk menimbulkan kontraksi. Troponin dan Peranannya pada Kontrasi Otot Masih ada molekul protein lain yang melekat di sepanjang sisi molekul tropomiosin, yang disebut troponin. Molekul ini sebenarnya merupakan kompleks yang terdiri dari tiga subunit protein yang terikat secara longgar, yang masing-masong memiliki peran spesifik pada pengaturan kontraksi otot. Salah satu subunit (troponin I) mempunyai afinitas yang kuat terhadap aktin, yang lainnya (troponin T) terhadap tropomiosin, dan yang ketiga (troponin C) terhadap ion-ion kalsium. Kompleks ini diduga untuk melekatkan tropomiosin pada aktin. Afinitas troponin yang kuat terhadap ion-ion kalsium diduga mencetuskan proses kontraksi.2,4

Penyebab kontraksi otot


Otot terjadi apabila terjadi rangsangan. Kontraksi otot dikenal dengan nama model pergeseran filamen (sliding filament mode). Kontraksi otot diawali oleh datangnya implus saraf. Pada saat datang implus, sinapsis atau daerah hubungan antara saraf dan serabut otot dipenuhi oleh asetil-kolin. Asetil-kolin ini akan merembeskan ion-ion kalsium (Ca2+) keserabut otot. Ion kalsium akan bersenyawa dengan molekul, troponin dan tropomiosin yang menyebabkan adanya sisi aktif pada filamen tipis (aktin). Kepala miosin (filamen tebal), segera bergabung dengan filamen tipis tepat pada

sisi aktif. Gabungan sisi aktif dengan kepala miosin disebut jembatan penyeberangan (cross bridges). Segera setelah terbentuk, jembatan penyeberangan tersebut membebaskan sejumlah energy dan menyampaikan energy tersebut kearah filamen tipis. Proses ini menyebabkan filamen tipis mengerut. Secara keseluruhan sakromer ikut mengerut yang mengakibatkan otot pun berkerut. Kepala miosin akan lepas dari filamen tipis. Proses ini memerlukan ATP yang diambil dari sekitarnya. Dengan peristiwa ini, maka filamen tipis akan dilepas dari filamen tebal. Secara keseluruhan otot kana relaksasi kembali. Proses ini berulang sampai 5 kali dalam jangka waktu satu detik. Jadi, kontraksi otot akan berlangsung selama ada rangsangan. Apabila tidak ada rangsangan maka ion kalsium akan direabsorpsi. Pada saat itu pun troponin dan tropomiosin tidak memiliki sisi aktif lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat memanjang berelaksasi. Otot juga memerlukan energi yaitu ATP (adenosine trifosfat). Akan tetapi jumlah yang tersedia hanya dapat digunakan untuk kontraksi dalam waktu beberapa detik saja. Otot vertebrata mengandung lebih banyak cadangan energi fosfat yang tinggi berupa keratin fosfat seehingga akan dibebaskan sejumlah energi yang segera dipakai untuk membentuk ATP dan ADP. Persediaan keratin fosfat di otot sangat sedikit. Persediaan ini harus segera dipenuhi lagi dengan cara oksidasi karbohidrat. Cadangan karbohidrat di dalam otot adalah glikogen.glikogen dapat diubah dengan segera menjadi glukosa-6-fosfat. Perubahan tersebut merupakan tahapan pertama dari proses respirasi sel yang berlangsung dalam mitokondria yang meghasilkan ATP. Apabila kontraksi otot tidak terlalu intensif atau tidak terus-menerus, glukosa dapat dioksidasi sempurna menghasilakn CO2 dan H2O dengan respirasi aerob. Apabila kontraksi otot cukup intensif dan terus menerus maka suplai oksigen oleh darah ke dalam otot tersebut tidak cepat dan banyak untuk mengoksidasikan glukosa. Oleh karena itu, penyediaan energy bagi kontraksi otot dengan segera, walaupun jumlah energi yang diberikan relative sedikit dibandingkan proses aerob, suatu proses yang tidak memerlukan oksigen. Keuntungan proses ini dapat menyediakan energy bagi kontraksi otot dengan segera, walaupun jumlah energi yang diberikan relative sedikit dibandingkan proses aerob.

Pada respirasi anaerob, glukosa diubah menjadi asam laktat dengan sejumlah energi. Energi ini digunakan untuk membentuk kembali keratin fosfat, yang nantinya dapat menghasilkan energi untuk membentuk ATP dari ADP. Asam laktat yang tertimbun di dalam otot akan segera berdifusi pada sistem peredaran darah. Apabila penggunaan otot terus-menerus, pembentukan asam laktat yang banyak akan menghambat kerja enzim dan menyebabkan kelelahan (fatigue).2,5

Gambar 1. Kontraksi Otot

Metabolisme Otot
Metabolisme otot terjadi pada saat tibanya impuls saraf pada pertautan neuromuskular yang mengakibatkan dilepaskannya asetilkolin akan menghasilkan perubahan permeabilitas membran yang mengelilingi serabut otot. Hal ini memungkinkan aliran ion kalium keluar dari sel-sel serabut dan aliran ion natrium masuk ke dalam sel. Pertukaran ini disertai dengan depolarisasi membran yang diikuti kontraksi serabut. Melalui pemeriksaan mikroskop cahaya, sarkolema serabut otot terdiri atas nukleus yang banyak, mitokondria, sitoplasma yang tidak terdiferensiasi (sarkoplasma), dan material bersilia (cross-striated). Melalui mikroskop elektron akan terlihat bahwa silia ini terdiri atas

sarkomer, yaitu kontraktil terkecil dari serabut otot. Setiap sarkomer terdiri atas filamen tebal dan tipis yang tersusun teratur. Filamen tebal diduga terdiri atas miosin dan yang tipis terdiri atas aktin, yaitu suatu protein yang penting untuk kontraksi. Miosin memiliki sifat-sifat enzim dan dalam otot yang istirahat kecenderungan untuk membentuk aktomiosin dicegah oleh keberadaan adenosin trifosfat (ATP). Setelah otot terstimulasi, ATP terhidrolisis menjadi adenosin difosfat (ADP) dan terbentuklah aktinomiosin. Dalam reaksi ini dihasilkan asam fosfat. Reaksi ini juga diatur oleh keberadaan sarkoplasma yang mengeluarkan ion kalsium yang tinggi konsentrasinya. Jika ion kalsium berkurang, reaksi kimia antara aktin dan miosin akan berhenti dan otot berelaksasi. 2 Pada saat yang sama berlangsung tiga reaksi lain yang menyediakan energi yang diperlukan bagi kontraksi otot. Pertama, pemakaian glikolitik dari glikogen melalui aksi enzim fosforilasi dan fosfofruktokinase yang akan mengeluarkan asam piruvat dan asam laktat. Kedua, kreatinin fosfat direduksi menjadi kreatinin dan asam fosfat. Ketiga, terdapat pasokan oksigen yang mengatur reaksi biokimia ini dan pembuangan karbon dioksida, yang pada gilirannya memainkan peranannya dalam kontrol respirasi yang diperlukan untuk pemasukan oksigen. Pasokan darah arteri dan pengembalian vena jelas diperlukan untuk memasok elemen biokimia ini dan menghilangkan produk samping metabolisme. Produk-produk samping ini meliputi asam yang telah disebutkan tadi dan garam-garam yang terbentuk kemudian; semuanya berpotensi mengirtasi ujung saraf sensoris dalam otot jika dibiarkan tetap berada disana. Oleh karena itu, banyak kebutuhan agar fungsi bisa efektif dan banyak kemungkinan untuk terjadinya suatu disfungsi termasuk kelelahan, spasme dan cedera.6

Daftar Pustaka
1. Murray R.K, Granner D. K, Rodwell V. W. Harpers illustrated biochemistry, 27th Ed. The McGraw-Hill Companies Inc;2006 : h 583-90. 2. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002.h193-6 3. Kurnia Hendrawan. Kiat Jitu Tangkal Penyakit Orang kantoran. Jogjakarta: Best Publisher, 2009.h.35-7 4. 5. Setiowati Tetty. Biologi Interaktif. Jakarata: Azka Press, 2007.h.74-7 Suratun, Heryati, Manurung Santa. Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.h.13-8 6. Suta T, Juwono L. Oklusi. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007.h.56-9

You might also like