Professional Documents
Culture Documents
2. 3.
4.
Uterus berkontraksi ?
Ya
Teruskan KBI selama dua menit. Keluarkan tangan perlahanlahan. Pantau kala empat. dengan ketat.
Tidak
5. 6. 6. 7. 8.
Anjurkan keluarga untuk membantu melakukan kompresi bimanual eksternal. Keluarkan tangan perlahan-lahan Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal. Ergometrin tidak untuk ibu hipertensi Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc Ringer Laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin. Ulangi KBI.
Uterus berkontraksi?
Ya
Tidak
10. Segera rujuk 11. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
12.
cc larutan dengan laju 500cc/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga menghabiskan 1.5 L infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc kedua dengan
135
Langkah
Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik) Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Jika penuh dan dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi menggunakan teknik aseptik Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit
Alasan
Masase merangsang kontraksi uterus. Sambil melakukan masase sekaligus dapat dilakukan penilaian kontraksi uterus. Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik Kandung kemih yang penuh akan menghalangi uterus berkontraksi secara baik. Kompresi ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi. Jika kompresi bimanual tidak berhasil setelah 5 menit, diperlukan tindakan lain. Keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara eksternal selama penolong melakukan langkah-langkah selanjutnya. Ergometrin dan misoprostol akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan uterus berkontraksi. Jarum besar memungkinkan perberian larutan IV secara cepat atau untuk transfusi darah. Ringer Laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan. Oksitosin IV dengan cepat merangsang kontraksi uterus. KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin atau misoprostol akan membuat uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawatdarurat di fasilitas yang mampu melaksanakan tindakan bedah dan transfusi darah. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterus dan merangsang miometrium untuk berkontraksi. Ringer Laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus.
5 6 7 8
Anjurkan keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual eksternal. Keluarkan tangan perlahan-lahan Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau misoprostol 600-1000 mcg. Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc Ringer Laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin. Ulang kompresi bimanual internal Rujuk segara
9 10
11 12
Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI. Lanjutkan infus Ringer Laktat + 20 unit oksitocin dalam 500 cc larutan dengan laju 500/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 L infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minimum untuk rehidrasi.
136
Ingat: Seorang ibu dapat dalam satu jam pertama setelah melahirkan disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama kala tiga dan empat persalinan dapat menghindarkan ibu dari komplikasi tersebut
137
Tak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik.
Mukosa Vagina Komisura posterior Kulit perineum Otot perineum Otot sfingter ani Dinding depan rektum Jahit menggunakan Penolong APN tidak dibekali keterampilan teknik yang dijelaskan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga pada Lampiran 4. atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan
Mukosa Vagina Komisura posterior Kulit perineum Otot perineum Otot sfingter ani
Gambar 6-9: Derajat Laserasi Perineum Sumber: Midwifery Manual of Maternal Care dan Varneys Midwifery, edisi ke-3
138
Pencegahan Infeksi
Setelah persalinan, dekontaminasi alas plastik, tempat tidur dan matras dengan larutan klorin 0,5% kemudian cuci dengan deterjen dan bilas dengan air bersih. Jika sudah bersih, keringkan dengan kain bersih supaya ibu tidak berbaring di atas matras yang basah. Dekontaminasi linen yang digunakan selama persalinan dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian cuci segera dengan air dan deterjen. Untuk informasi lebih jauh mengenai pencegahan infeksi lihat Bab 1.
Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pascapersalinan atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi uterus secara memadai. Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan anjurkan untuk mengosongkannya setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa keinginan untuk berkemih mungkin berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tak dapat berkemih, bantu ibu dengan cara menyiramkan air bersih dan hangat ke perineumnya. Berikan privasi atau masukkan jari-jari ibu ke dalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara spontan.
139
Jika setelah berbagai upaya tersebut, ibu tetap tidak dapat berkemih secara spontan, mungkin perlu dilakukan kateterisasi. Jika kandung kemih penuh atau dapat dipalpasi, gunakan teknik aseptik saat memasukkan kateter Nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan kandung kemih. Setelah kandung kemih dikosongkan, lakukan masase pada fundus agar uterus berkontraksi baik. Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri dan keluarganya mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah darah yang keluar. Ajarkan pada mereka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda-tanda bahaya seperti: demam perdarahan aktif keluar banyak bekuan darah bau busuk dari vagina pusing lemas luar biasa penyulit dalam menyusukan bayinya nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa
Gambar 6-10: Catatan Penilaian Selama Kala Empat (halaman belakang Partograf)
Ingat: Jangan pernah meninggalkan ibu sedikitnya dua jam setelah persalinan. Sebelum meninggalkan ibu:
1. 2. 3. 4. 5. Pastikan tanda-tanda vital normal; kontraksi uterus kuat (posisinya normal); perdarahan/lokianya normal dan mampu berkemih tanpa dibantu. Ajarkan ibu dan keluarganya cara menilai kontraksi dan melakukan masase uterus (jika lembek). Selesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir (lihat Bab 4). Pastikan bahwa bayi sudah disusukan. Ajarkan ibu dan keluarganya untuk mencari asuhan segera bagi tanda-tanda bahaya berikut termasuk:
140
demam perdarahan aktif banyak keluar bekuan darah bau busuk dari vagina pusing lemas luar biasa penyulit menyusukan anaknya nyeri panggul atau abdomen yang lebih habat dari nyeri kontraksi biasa
Tabel 5-2: Indikasi-Indikasi untuk Tindakan dan/atau Rujukan Segera Selama Persalinan Kala Tiga dan Empat
141
Penilaian Plasenta
Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan Tanda atau gejala retensio plasenta: Adalah normal jika plasenta lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir
Rencana Asuhan atau Perawatan 1. Jika plasenta terlihat, lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan lembut dan tekanan dorsokranial pada uterus, minta ibu untuk meneran agar plasenta keluar. 2. Setelah plasenta lahir: lakukan masase pada uterus dan periksa plasenta (dijelaskan di awal bab ini). ATAU 1. Lakukan periksa dalam dengan lembut, jika plasenta ada di vagina, keluarkan dengan hati-hati sambil melakukan tekanan dorso-kranial pada uterus. 2. Jika plasenta masih di dalam uterus dan perdarahan minimal, berikan oksitosin 10 unit IM, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS. Segera rujuk ke fasilitas rujukan dengan kemampuan gawatdarurat obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. 3. Jika plasenta masih di dalam uterus dan terjadi perdarahan berat, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS dengan 20 unit oksitosin Coba lakukan plaasenta manual dan lakukan penanganan lanjutan (lihat Perhatikan di halaman 129) Bila tidak memenuhi syarat plasenta manual di tempat atau tidak kompeten maka segera rujuk ibu ke fasilitas terdekat dengan kapabilitas kegawat daruratan obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Tawarkan bantuan walaupun ibu telah dirujuk dan mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan rujukan 1. Palpasi uterus untuk menilai kontraksi, minta ibu meneran pada setiap kontraksi. 2. Saat plasenta terlepas, lakukan periksa dalam (hati-hati). Jika mungkin cari tali pusat dan keluarkan plasenta dari vagina sambil melakukan tekanan dorso-kranial pada uterus. Asuhan Persalinan Normal
Tanda atau gejala avulsi (putus) tali pusat: Tali pusat putus Plasenta tidak lahir
142
Penilaian Plasenta
Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan Tanda atau gejala retensio plasenta: Adalah normal jika plasenta lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir
Rencana Asuhan atau Perawatan 1. Jika plasenta terlihat, lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan lembut dan tekanan dorsokranial pada uterus, minta ibu untuk meneran agar plasenta keluar. 2. Setelah plasenta lahir: lakukan masase pada uterus dan periksa plasenta (dijelaskan di awal bab ini). ATAU 1. Lakukan periksa dalam dengan lembut, jika plasenta ada di vagina, keluarkan dengan hati-hati sambil melakukan tekanan dorso-kranial pada uterus. 2. Jika plasenta masih di dalam uterus dan perdarahan minimal, berikan oksitosin 10 unit IM, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS. Segera rujuk ke fasilitas rujukan dengan kemampuan gawatdarurat obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. 3. Jika plasenta masih di dalam uterus dan terjadi perdarahan berat, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS dengan 20 unit oksitosin Coba lakukan plaasenta manual dan lakukan penanganan lanjutan (lihat Perhatikan di halaman 129) Bila tidak memenuhi syarat plasenta manual di tempat atau tidak kompeten maka segera rujuk ibu ke fasilitas terdekat dengan kapabilitas kegawat daruratan obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Tawarkan bantuan walaupun ibu telah dirujuk dan mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan rujukan 1. Palpasi uterus untuk menilai kontraksi, minta ibu meneran pada setiap kontraksi. 2. Saat plasenta terlepas, lakukan periksa dalam (hati-hati). Jika mungkin cari tali pusat dan keluarkan plasenta dari vagina sambil melakukan tekanan dorso-kranial pada uterus.
143
Tanda atau gejala avulsi (putus) tali pusat: Tali pusat putus Plasenta tidak lahir
Penilaian Plasenta
Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan Tanda atau gejala retensio plasenta: Adalah normal jika plasenta lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir
Rencana Asuhan atau Perawatan 1. Jika plasenta terlihat, lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan lembut dan tekanan dorsokranial pada uterus, minta ibu untuk meneran agar plasenta keluar. 2. Setelah plasenta lahir: lakukan masase pada uterus dan periksa plasenta (dijelaskan di awal bab ini). ATAU 1. Lakukan periksa dalam dengan lembut, jika plasenta ada di vagina, keluarkan dengan hati-hati sambil melakukan tekanan dorso-kranial pada uterus. 2. Jika plasenta masih di dalam uterus dan perdarahan minimal, berikan oksitosin 10 unit IM, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS. Segera rujuk ke fasilitas rujukan dengan kemampuan gawatdarurat obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. 3. Jika plasenta masih di dalam uterus dan terjadi perdarahan berat, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS dengan 20 unit oksitosin Coba lakukan plaasenta manual dan lakukan penanganan lanjutan (lihat Perhatikan di halaman 129) Bila tidak memenuhi syarat plasenta manual di tempat atau tidak kompeten maka segera rujuk ibu ke fasilitas terdekat dengan kapabilitas kegawat daruratan obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Tawarkan bantuan walaupun ibu telah dirujuk dan mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan rujukan 1. Palpasi uterus untuk menilai kontraksi, minta ibu meneran pada setiap kontraksi. 2. Saat plasenta terlepas, lakukan periksa dalam (hati-hati). Jika mungkin cari tali pusat dan keluarkan plasenta dari vagina sambil melakukan tekanan dorso-kranial pada uterus. Asuhan Persalinan Normal
Tanda atau gejala avulsi (putus) tali pusat: Tali pusat putus Plasenta tidak lahir
144
Penilaian Plasenta
Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan Tanda atau gejala retensio plasenta: Adalah normal jika plasenta lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir
Rencana Asuhan atau Perawatan 1. Jika plasenta terlihat, lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan lembut dan tekanan dorsokranial pada uterus, minta ibu untuk meneran agar plasenta keluar. 2. Setelah plasenta lahir: lakukan masase pada uterus dan periksa plasenta (dijelaskan di awal bab ini). ATAU 1. Lakukan periksa dalam dengan lembut, jika plasenta ada di vagina, keluarkan dengan hati-hati sambil melakukan tekanan dorso-kranial pada uterus. 2. Jika plasenta masih di dalam uterus dan perdarahan minimal, berikan oksitosin 10 unit IM, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS. Segera rujuk ke fasilitas rujukan dengan kemampuan gawatdarurat obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. 3. Jika plasenta masih di dalam uterus dan terjadi perdarahan berat, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS dengan 20 unit oksitosin Coba lakukan plaasenta manual dan lakukan penanganan lanjutan (lihat Perhatikan di halaman 129) Bila tidak memenuhi syarat plasenta manual di tempat atau tidak kompeten maka segera rujuk ibu ke fasilitas terdekat dengan kapabilitas kegawat daruratan obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Tawarkan bantuan walaupun ibu telah dirujuk dan mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan rujukan 1. Palpasi uterus untuk menilai kontraksi, minta ibu meneran pada setiap kontraksi. 2. Saat plasenta terlepas, lakukan periksa dalam (hati-hati). Jika mungkin cari tali pusat dan keluarkan plasenta dari vagina sambil melakukan tekanan dorso-kranial pada uterus.
145
Tanda atau gejala avulsi (putus) tali pusat: Tali pusat putus Plasenta tidak lahir
Penilaian Plasenta
Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan Tanda atau gejala retensio plasenta: Adalah normal jika plasenta lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir
Rencana Asuhan atau Perawatan 1. Jika plasenta terlihat, lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan lembut dan tekanan dorsokranial pada uterus, minta ibu untuk meneran agar plasenta keluar. 2. Setelah plasenta lahir: lakukan masase pada uterus dan periksa plasenta (dijelaskan di awal bab ini). ATAU 1. Lakukan periksa dalam dengan lembut, jika plasenta ada di vagina, keluarkan dengan hati-hati sambil melakukan tekanan dorso-kranial pada uterus. 2. Jika plasenta masih di dalam uterus dan perdarahan minimal, berikan oksitosin 10 unit IM, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS. Segera rujuk ke fasilitas rujukan dengan kemampuan gawatdarurat obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. 3. Jika plasenta masih di dalam uterus dan terjadi perdarahan berat, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS dengan 20 unit oksitosin Coba lakukan plaasenta manual dan lakukan penanganan lanjutan (lihat Perhatikan di halaman 129) Bila tidak memenuhi syarat plasenta manual di tempat atau tidak kompeten maka segera rujuk ibu ke fasilitas terdekat dengan kapabilitas kegawat daruratan obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Tawarkan bantuan walaupun ibu telah dirujuk dan mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan rujukan 1. Palpasi uterus untuk menilai kontraksi, minta ibu meneran pada setiap kontraksi. 2. Saat plasenta terlepas, lakukan periksa dalam (hati-hati). Jika mungkin cari tali pusat dan keluarkan plasenta dari vagina sambil melakukan tekanan dorso-kranial pada uterus. Asuhan Persalinan Normal
Tanda atau gejala avulsi (putus) tali pusat: Tali pusat putus Plasenta tidak lahir
146
Penilaian Plasenta
Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan Tanda atau gejala retensio plasenta: Adalah normal jika plasenta lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir
Rencana Asuhan atau Perawatan 1. Jika plasenta terlihat, lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan lembut dan tekanan dorsokranial pada uterus, minta ibu untuk meneran agar plasenta keluar. 2. Setelah plasenta lahir: lakukan masase pada uterus dan periksa plasenta (dijelaskan di awal bab ini). ATAU 1. Lakukan periksa dalam dengan lembut, jika plasenta ada di vagina, keluarkan dengan hati-hati sambil melakukan tekanan dorso-kranial pada uterus. 2. Jika plasenta masih di dalam uterus dan perdarahan minimal, berikan oksitosin 10 unit IM, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS. Segera rujuk ke fasilitas rujukan dengan kemampuan gawatdarurat obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. 3. Jika plasenta masih di dalam uterus dan terjadi perdarahan berat, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS dengan 20 unit oksitosin Coba lakukan plaasenta manual dan lakukan penanganan lanjutan (lihat Perhatikan di halaman 129) Bila tidak memenuhi syarat plasenta manual di tempat atau tidak kompeten maka segera rujuk ibu ke fasilitas terdekat dengan kapabilitas kegawat daruratan obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Tawarkan bantuan walaupun ibu telah dirujuk dan mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan rujukan 1. Palpasi uterus untuk menilai kontraksi, minta ibu meneran pada setiap kontraksi. 2. Saat plasenta terlepas, lakukan periksa dalam (hati-hati). Jika mungkin cari tali pusat dan keluarkan plasenta dari vagina sambil melakukan tekanan dorso-kranial pada uterus.
147
Tanda atau gejala avulsi (putus) tali pusat: Tali pusat putus Plasenta tidak lahir
148