You are on page 1of 105

Cefadroxil 500 mg

Rating: . Direkomendasikan oleh 73 pembaca. Beri rekomendasi:

Indikasi: Cefadroxil diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif seperti: - Infeksi saluran pernafasan : tonsillitis, faringitis, pneumonia, otitis media. - Infeksi kulit dan jaringan lunak. - Infeksi saluran kemih dan kelamin. - Infeksi lain: osteomielitis dan septisemia. Kontra Indikasi: Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin. Komposisi: Cefadroxil 500, tiap kapsul mengandung cefadroxil monohydrate setara dengan cefadroxil 500 mg. Cara Kerja: Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian oral. Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel bakteri. Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus (termasuk penghasil enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis. Dosis: Dewasa: Infeksi saluran kemih: Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 2 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi, infeksi saluran kemih lainnya 2 g sehari dalam dosis terbagi. Infeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi. Infeksi saluran pernafasan: Infeksi ringan, dosis lazim 1 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Infeksi sedang sampai berat, 1 2 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Untuk

faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic : 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi, pengobatan diberikan minimal selama 10 hari. Anak-anak: Infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : 25 50 mg/kg BB sehari dalam dua dosis terbagi. Faringitis, tonsilitis, impetigo : 25 50 mg/kg BB dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi. Untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus beta-hemolytic, pengobatan diberikan minimal selama 10 hari. Efek Samping: Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan gejala kolitis pseudomembran. Reaksi hipersensitif, seperti ruam kulit, gatal-gatal dan reaksi anafilaksis. Efek samping lain seperti vaginitis, neutropenia dan peningkatan transaminase. Interaksi Obat: Obat-obat yang bersifat nefrotoksik dapat meningkatkan toksisitas sefalosporin terhadap ginjal. Probenesid menghambat sekresi sefalosporin sehingga memperpanjang dan meningkatkan konsentrasi obat dalam tubuh. Alkohol dapat mengakibatkan Disulfiram-like reactions, jika diberikan 48 72 jam setelah pemberian sefalosporin. Cara Rekonstitusi Suspensi: Tambahkan 45 ml air minum, kocok sampai suspensi homogen. Setelah 7 hari suspensi yang sudah direkonstitusi tidak boleh digunakan lagi. Cara Penyimpanan: Simpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar (15 - 30C). Kemasan: Kotak 5 strip @ 10 kapsul

VENTOLIN Nebules - Obat Batuk Untuk Inhalasi


Ventolin Nebules adalah preparat untuk obat batuk inhalasi. Dimasukkan dalam Nebulizer untuk dibuat menjadi partikel gas dan dihirup. Penggunaan Ventolin dengan alat nebulizer ini jauh lebih efektif meredakan batuk dan mencairkan lendir kental yang mennyumbat saluran pernafasan. Harga Rp. 47.500/ 5 pcs Bahan aktif generik: Salbutamol Dosis: Sesuai petunjuk dokter tergantung berat ringannya kondisi gangguan pernafasan pasien. HATI-HATI: * Wanita Hamil dan menyusui sebaiknya tidak menggunakan obat ini kecuali sesuai petunjuk dokter kandungan yang merawatnya. * Overdosis dan pemakaian jangka panjang dapat membuat tremor, kram otot, meningkatkan denyut nadi, pusing dan hiperaktivitas pada anak. Berat : 0 Detail Produk:

ANTRAIN TABLET - INJEKSI

KOMPOSISI : Tiap tablet mengandung : Metamizole Na 500 mg ANTRAINI Injeksi Tiap ml mengandung: Metamizole Na 500 mg CARA KERJA OBAT : Metamizole Na adalah derivat metansulfonat dari aminopirin yang mempunyai khasiat analgesik. Mekanisme kerjanya adalah menghambat transmisi rasa sakit ke susunan saraf pusat dan perifer. Metamizole Na bekerja sebagai analgesik, diabsorpsi dari saluran pencernaan mempunyai waktu paruh 1-4 jam. INDIKASI : Untuk meringankan rasa sakit,terutama nyeri kolik operasi. KONTRA INDIKASI : Penderita hipersensitif terhadap Metamizole Na. Wanita hamil dan menyusui. Penderita dengan tekanan darah sistolik < 100 mmHg. Bayi di bawah 3 buian atau dengan berat badan kurang dari 5 kg.

EFEK SAMPING :

Reaksi hipersensitivitas: reaksi pada kulitmisal kemerahan. Agranulositosis.

PERINGATAN / PERHATIAN : Tidak untuk mengobati sakit otot pada gejala-gejala flu dan tidak untuk mengobati rematik,lumbago,sakit punggung,bursitis,sindroma bahu lengan. Karena dapat menimbulkan agranulositosis yang berakibat fatal, maka sebaiknya tidak digunakan dalam jangka panjang. Hati-hati pada penderita yang pernah mengalami gangguan pembentukan darah/kelainan darah. gangguan fungsi hati atau ginjal. Karena itu perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati dan darah pada penggunaan yang lebih lama dari penggunaan untuk mengatasi rasa sakit akut.

Pada pemakaian jangka lama dapat menimbulkan sindrom neuropathy yang akan berangsur hilang bila pengobatan dihentikan.

INTERAKSI OBAT : Bila Metamizole Na diberikan bersamaan dengan Chlorpromazine dapat mengakibatkan hipotermia. ATURAN PAKAI : Dewasa: Tablet : 1 tablet jika sakit timbul, berikutnya 1 tablet tiap 6-8 jam,maksimum 4 tablet sehari. Injeksi : 500 mg jika sakit timbul, berikutnya 500 mg tiap 6-8 jam, maksimum 3 kali sehari, diberikan secara injeksi I.M. atau I.V. KEMASAN : ANTRAIN* Tablet Kotak berisi 10 strip @ 10 tablet Reg.No.:DKL7617611210A1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

SIMPAN DI BAWAH 30C TERLINDUNG DARI CAHAYA ANTRAIN* Injeksi Kotak berisi 5 ampul @ 2 ml netto Reg. No.: DKL0117616843A1
JAUHKAN DARI JANGKAUAN ANAK - ANAK HARUS DENGAN RESEP DOKTER

SIMPAN DI BAWAH 30C TERLINDUNG DARI CAHAYA JANGAN DISIMPAN DALAM LEMARI PEMBEKU

Curcuma
Rating: . Direkomendasikan oleh 15 pembaca. Beri rekomendasi:

Indikasi: Membantu memelihara kesehatan fungsi hati, memperbaiki nafsu makan dan melancarkan buang air besar. Kontra Indikasi: N/A Deskripsi: - Membantu memelihara kesehatan fungsi hati - Membantu memperbaiki nafsu makan. - Membantu melancarkan buang aur besar. Jenis: Tablet

Ceftriaxone
Sandika Dwi Putri - detikHealth
Selasa, 24/08/2010 09:56 WIB

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda

Info Penyakit Info Obat

Aneurisma Aorta Abdominalis Deskripsi Penyebab Gejala Pengobatan Astigmatisma Asam Urat

Ceftriaxone (dok. bedfordlabs.com)

Berita Lainnya

Nitisinone, Obat untuk Mengobati Gangguan Tyrosinemia (HT-1) Nevirapine, Obat untuk Membantu Mengendalikan Infeksi HIV Capreomycin, Antibiotik Suntik untuk Mengatasi TBC Bendamustine, Suntikan untuk Pasien Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL) Acitretin, Obati Gangguan Kulit Parah Seperti Psoriasis

Jakarta, Deskripsi: Ceftriaxone adalah kelompok obat yang disebutcephalosporin antibiotics. Ceftriaxone bekerja dengan cara mematikan bakteri dalam tubuh. Indikasi: Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau yang mengancam nyawa seperti meningitis. Dosis:
1-2 gr melalui otot (intra muscular) atau melalui pembuluh darah (intra vascular),

lakukan setiap 24 jam, atau dibagi menjadi setiap 12 jam. Dosis maksimum: 4 gr/hari

Efek Samping:
Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah seperti anaphylaxis bisa

terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi candidal)
Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS (encephalopathy, convulsion); Efek

hematologis yang jarang; pengaruh terhadap ginjal dan hati juga terjadi. Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT (activated partial thromboplastin time), dan atau hypoprothrombinemia (dengan atau tanpa pendarahan) dikabarkan terjadi, kebanyakan terjadi dengan rangkaian sisi NMTT yang mengandung cephalosporins.

Indikasi Furosemide
12.06

Indikasi

Furosemida efektif untuk pengobatan berbagai edema seperti: Edema karena gangguan jantung. Edema yang berhubungan dengan ganguan ginjal dan sirosis hati. Supportive measures pada edema otak. Edema yang disebabkan luka bakar. Untuk pengobatan hipertensi ringan dan sedang. Pendukung diuresis yang dipaksakan pada keracunan.

Komposisi

Tiap tablet mengandung furosemida 40 mg


Tiap ml injeksi mengandung furosemida 10 mg

Cara Kerja Obat Furosemida adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik. Mekanisme kerja furosemida adalah menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli ginjal. Furosemida meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang normal. Dosis

Tablet Edema dan hipertensi pada orang dewasa dan anak anak : Dewasa : sehari 1 2 kali, 1 2 tablet. Dosis maksimum adalah 5 tablet sehari. Dosis pemeliharaan adalah 1 tablet selang 1 hari. Anak anak: Sehari 1 3 mg per kg bb/hari, maksimum 40 mg/hari. Injeksi Dewasa atau > dari 15 tahun : dosis awal : 20 40 mg i.v. atau i.m. Bila hasilnya belum memuaskan, dosis dapat ditingkatkan 20 mg tiap interval waktu 2 jam sampai diperoleh hasil yang memuaskan. Dosis individual : 20 mg, 1 - 2 kali sehari. Edema paru paru akut Dosis awal : 40 mg i.v.

Bila diperlukan dapat diberikan dosis lanjutan 20 40 mg setelah 20 menit. Forced diuresis (diuresis yang dipaksakan) 20 40 mg furosemida diberikan sebagai tambahan dalam infus elektrolit. Selanjutnya tergantung pada eliminasi urin, termasuk penggantian cairan dan elektrolit yang hilang. Pada keracunan karena asam atau basa, kecepatan eliminasi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan keasaman atau kebasaan urin. Bayi dan Anak anak < 15 tahun Pemakaian parenteral hanya diberikan pada kondisi yang mengancam jiwa. i.v. atau i.m. : sehari 1 mg/kg bb, maksimum 20 mg sehari. Selanjutnya terapi parenteral harus secepatnya diganti secara oral.

Peringatan dan Perhatian Pemberian furosemida pada pasien diabetes melitus, gula darah dan urin harus diperiksa secara teratur. Pemberian perlu pengawasan ketat dan dosis harus disesuaikan dengan kebutuhan. Dianjurkan untuk memulai dosis kecil. Perlu dilakukan pemeriksaan berkala terhadap susunan elektrolit untuk mengetahui kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan. Pasien diharuskan melapor bila terjadi gejala penurunan level serum kalium (diare, muntah, anoreksia). Penderita yang diketahui sensitif terhadap sulfonamida dapat menunjukkan reaksi alergi dengan furosemida.

Hindari penggunaan pada penderita edema paru paru dan tekanan darah menurun sebagai akibat dari infark miokard, diuresis berlebih karena dapat menimbulkan shock.

Efek Samping Efek samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti : mual, muntah, diare, ruam kulit, pruritus dan penglihatan kabr, pemakaian furosemida dengan dosis tinggi atau pemberian dengan jangka waktu lama dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan elektrolit. Hiperglikemia. Reaksi dermatologik seperti : urtikaria dan eritema multiforma. Gangguan hematologik seperti : agranulositosis, anemia, trombositopenia.

Kontraindikasi Pasien dengan gangguan defisiensi kalium, glomerolunefritis akut, insufisiensi ginjal akut, wanita hamil dan pasien yang hipersensitif terhadap furosemida. Anuria. Ibu menyusui.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

LANSOPRAZOLE
.: KEMASAN & NO REG :.
Lansoprazole 30 mg (1 box berisi 2 strip @ 10 kapsul), No. Reg : GKL0308508601A1

.: FARMAKOLOGI :.
Lansoprazole adalah penghambat sekresi asam lambung yang secara spesifik menghambat H+/K+-ATPase (pompa proton) dari sel parietal mukosa lambung. Lansoprazole secara cepat diabsorpsi, kadar serum maksimum dicapai 1,7 jam setelah pemberian obat. Bioavailabilitas lansoprazole 80-90% pada dosis awal, sehingga efektifitas penghambatan sekresi asam lambung cepat dicapai.

.: INDIKASI :.
Pengobatan jangka pendek pada ulkus duodenum, Benign ulkus gaster, dan refluks esofagitis.

.: KONTRA INDIKASI :.
Penderita hipersensitif terhadap lansoprazole.

.: DOSIS :.
Ulkus duodenum : 30 mg sekali sehari selama 4 minggu. Benign ulkus gastrik : 30 mg sekali sehari selama 8 minggu. Refluk esofagitis : 30 mg sekali sehari selama 4 minggu.

Untuk mencapai efek penghambatan yang optimal, lansoprazole diberikan sekali sehari pada pagi hari sebelum makan. Kapsul harus ditelan sekaligus, jangan digerus atau dikunyah. Untuk dosis > 120 mg perhari harus dibagi 2 kali sehari.

.: EFEK SAMPING :.
Selama penelitian klinis dilaporkan kadang-kadang terjadi efek samping seperti : sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dispepsi, mual, muntah, mulut kering, sembelit, kembung, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, dan pruritus.

Terjadi kenaikan nilai-nilai fungsi hati dilaporkan pernah terjadi, hal tersebut bersifat sementara dan akan normal kembali, hubungannya dengan terapi lansoprazole belum diketahui. Dilaporkan pernah terjadi arthalgia, edema perifer, depresi, dan perubahan hematologik (trombositopenia, eosinofilia, lekopenia), walaupun jarang.

.: OVER DOSIS :.
Tidak ada laporan akibat efek dari dosis berlebihan. Jika terjadi dosis berlebihan dapat dilakukan pengobatan simtomatik dan suportif.

.: PERINGATAN DAN PERHATIAN :.


Seperti umumnya terapi anti ulkus, kemungkinan keganasan harus disingkirkan apabila dicurigai menderita ulkus gastrik, karena pemberian obat akan meredakan gejala dan memperlambat diagnosa. Penggunaan lansoprazole pada wanita hamil, wanita menyusui dan anakanak sebaiknya dihindari karena belum ada data yang cukup.

.: INTERAKSI OBAT :.
Lansoprazole dimetabolisme di hati dan merupakan penginduksi lemah dari sitokrom P-450. Interaksi dengan obat-obat lain yang dimetabolisme di hati kemungkinan dapat terjadi. Terutama harus hati-hati bila diberikan bersama dengan obat-obatan kontrasepsi oral, fenitoin, teofilin atau warfarin. Tidak ada efek klinik yang signifikan terapi lansoprazole dengan NSAIDs atau diazepam. Antasida dan sukralfat dapat menurunkan bioavailabilitas lansoprazole, oleh karena itu antasida dan sukralfat diberikan 1 jam setelah pemberian lansoprazole. Lansoprazole mengganggu penyerapan obat-obat yang absorbsinya dipengaruhi pH lambung seperti ketokonazole, ampicillin dan zat besi.

.: LAIN-LAIN :.
Penyimpanan: Simpan di tempat kering, pada suhu 1530oC HARUS DENGAN RESEP DOKTER

BRALIN AMP 1000 MG/8 ML

Tags: Kesadaran Brand:: Product Code:: Komposisi: Indikasi: Dosis: Bernofarm G Citicoline Dilihat pada dosis. Untuk penurunan kesadaran akibat cedera kepala atau bedah otak : 100-500 mg 1-2 kali/hari dengan infus IV drip atau Inj IV/IM. Untuk penurunan kesadaran karena infark serebral akut : 1000 mg 1 kali/hari secara Inj IV selama 2 minggu berturut-turut. Untuk hemiplegia sesudah apopleksi serebral : 1000 mg 1 kali/hari secara Inj IV selama 4 minggu berturut-turut atau 250 mg 1 kali/hari secara IV selama 4 minggu berturut-turut atau 1000 mg secara oral. Diberikan sebelum atau sesudah makan. Gangguan kesadaran akut, berat dan progresif; terapi bersama dengan hemostatik atau obat yang menurunkan TIK atau tindakan untuk menjaga agar suhu tubuh tetap rendah . Hindari penggunaan dosis tinggi pada perdarahan intrakranial. Hipotensi, ruam kulit, insomnia, mengantuk. Ampul 1000 mg/8 mL x 5

Pemberian Obat: Perhatian:

Efek Samping: Kemasan:

TERFACEF
DIPOSTKAN OLEH ADMIN PADA 16/06/2011 12:12:12

Indikasi : Sepsis meningitis infeksi abdomen infeksi tulang, persendian dan jaringan lunak prabedah ginjal dan saluran kemih saluran pernafasan terutama pneumonia, THT kelamin termasuk gonore. Kontra Indikasi : Hipersensitivitas. Kemasan : (HNA) Dos 1 vial serbuk + 1 ampul air steril untuk injeksi 10 ml Rp.120.000,Komposisi : Natrium seftriakson anhidrat setara seftriakson 1 g/vial. Peringatan : Efek Samping : Produsen : Sanbe Jenis Obat : Keras

Meropenem Admin Kalbe Medical posted on October 03, 2011 10:04 Komposisi Tiap vial mengandung meropenem 3H 2O yang dibuffer dengan sodium carbonate setara dengan meropenem..1 g. Indikasi Meropenem diindikasikan untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh 1 atau lebih bakteri yang sensitif terhadap meropenem seperti: Pneumonia termasuk pneumonia nosokomial Infeksi saluran kemih Infeksi intra-abdominal Infeksi ginekologi Infeksi kulit dan struktur kulit Meningitis bakterial Septikemia

Meropenem juga dapat digunakan sebagai terapi empirik untuk dugaan infeksi pada pasien dewasa dengan demam neutropenia baik sebagai monoterapi atau dalam kombinasi dengan anti-virus atau anti-jamur. Kontraindikasi Meropenem dikontraindikasikan pada pasien yang hipersensitif terhadap komponen produk ini atau terhadap antibiotik lain dalam golongan yang sama atau pasien yang menunjukkan reaksi anafilaksis terhadap antibiotik beta-lactam. Dosis Meropenem diberikan dengan cara injeksi intravena bolus selama 3-5 menit atau diinfuskan selama 15-30 menit. Dewasa Infeksi Pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi ginekologi, infeksi kulit dan struktur kulit Pneumonia nosokomial, peritonitis, dugaan infeksi pada pasien dengan neutropenia, septikemia Meningitis Anak Dosis Harian yang Direkomendasikan 500 mg IV tiap 8 jam 1000 mg IV tiap 8 jam

2000 mg IV tiap 8 jam

Anak 3 bulan : dosis yang direkomendasikan adalah 10 - 20 mg/kg tiap 8 jam tergantung jenis dan tingkat keparahan infeksi, kepekaan patogen, dan kondisi pasien. Anak > 50 kg BB : sama dengan dosis dewasa.

Meningitis : dosis yang direkomendasikan adalah 40 mg/kg tiap 8 jam. Dosis maksimum yang diberikan adalah 2 g tiap 8 jam. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, diperlukan penyesuaian dosis. Bersihan Kreatinin Dosis (Berdasar unit (mL/menit) dosis 500 mg-2 g) 26-50 1 unit dosis 10-25 unit dosis < 10 unit dosis Pasien dengan gangguan fungsi hati Frekuensi Tiap 12 jam Tiap 12 jam Tiap 24 jam

Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Peringatan dan Perhatian Kejang dan efek samping sistem saraf pusat lainnya pernah dilaporkan pada pasien dengan gangguan sistem saraf pusat (seperti lesi/luka pada otak atau riwayat kejang) atau meningitis bakteri dan/atau gangguan fungsi ginjal selama terapi dengan meropenem. Hati-hati bila diberikan pada ibu hamil (kategori B: studi pada hewan aman tetapi belum dilakukan studi pada manusia) dan menyusui.

Interaksi Obat Pemberian probenecid bersamaan dengan meropenem mengakibatkan peningkatan kadar meropenem dalam plasma. Meropenem dapat menurunkan kadar asam valproat dalam serum. Kadar subterapetik asam valproat dapat terjadi pada beberapa pasien.

Efek Samping - Lokal: yang paling sering dijumpai adalah inflamasi pada tempat injeksi (2,4%), reaksi pada tempat injeksi (0,9%) dan flebitis (0,8%). - Sistemik: yang sering dijumpai (> 1%) adalah diare (4,8%), mual/muntah (3,6%), sakit kepala (2,3%), ruam (1,9%), sepsis (1,6%), konstipasi (1,4%), apnea/henti napas (1,3%), syok (1,2%), dan gatal (1,2%). - Efek samping yang sering dijumpai pada anak (dengan dosis 10-20 mg/kg tiap 8 jam) adalah diare (3,5%), ruam (1,6%), serta mual dan muntah (0,8%). Sementara dengan dosis 40 mg/kg tiap 8 jam, efek samping yang sering dijumpai adalah diare (4,7%), ruam

di area pemakaian popok (3,1%), moniliasis (infeksi jamur) oral (1,9%), glositis/infeksi pada lidah (1%). Kemasan Dus isi 1 vial @ 1 g.

KLIRAN 4 MG KAPLET

Tags: Mual, muntah


Brand:: Product Code:: Komposisi: Indikasi: Dosis: Bernofarm G Ondansetron Penatalaksanaan mual dan muntah yang diinduksi oleh kemoterapi dan radioterapi. Pencegahan dan pengobatan mual dan muntah pasca operasi. Untuk mual dan muntah akibat kemoterapi yang sangat emetogenik 8 mg secara injeksi IV lambat segera sebelum kemoterapi, lalu lanjutkan dengan infus intra vena 1 mg/jam selama 24 jam atau 2-8 mg secara injeksi intra vena lambat tiap 2-4 jam. Kedua rejimen ini dilanjutkan dengan 8 mg peroral tiap 12 jam selama 5 hari. Untuk kemoterapi yang kurang emetogenik 8 mg secara injeksi IV lambat segera sebelum kemoterapi atau 8 mg peroral tiap 12 jam tiap 1-2 jam sebelum kemoterapi, dilanjutkan dengan 8 mg peroral tiap 12 jam selama 5 hari. Untuk mual dan muntah yang diinduksi oleh radioterapi 8 mg peroral tiap 12 jam. Dosis pertama harus diberikan 1-2 jam sebelum radioterapi.Anak 5 mg/m2 IV segera sebelum kemoterapi, dilanjutkan dengan 4 mg peroral tiap 12 jam hingga selama 5 hari. Untuk mual dan muntah pasca operasi dewasa 4 mg secara injeksi IV lambat pada saat induksi. Hamil dan laktasi. Gangguan fungsi hati. Sakit kepala, konstipasi, rasa panas dan terbakar pada kepala dan epigastrium, sedasi, diare. Fenitoin, karbamazepin, rifampisin. Kaplet 4 mg x 3 x 10

Perhatian: Efek Samping: Interaksi Obat: Kemasan:

Citicoline
Sandika Dwi Putri - detikHealth
Rabu, 25/08/2010 16:19 WIB

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda

Info Penyakit Info Obat

Aneurisma Aorta Torakalis Deskripsi Penyebab Gejala Pengobatan Angina Pektoris Amnesia

Citicoline (Foto: diolah)

Berita Lainnya

Nitisinone, Obat untuk Mengobati Gangguan Tyrosinemia (HT-1) Nevirapine, Obat untuk Membantu Mengendalikan Infeksi HIV Capreomycin, Antibiotik Suntik untuk Mengatasi TBC Bendamustine, Suntikan untuk Pasien Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL) Acitretin, Obati Gangguan Kulit Parah Seperti Psoriasis

Jakarta, Deskripsi: Citicoline adalahpsychostimulant. Citicoline ini merupakan zat kimia di otak yang terjadi secara alamiah dalam tubuh. Untuk sebagian orang, suplemen citicoline ini digunakan sebagai obat. Indikasi: Untuk meningkatkan zat kimia oatak yang disebutphosphatidylcholine. Zat kimia ini penting untuk fungsi otak. Citicoline juga bisa mengurangi kerusakan jaringan otak ketika otak terluka. Dosis:
200-600 mg/hari melalui mulut (per oral), dibagi menjadi 2-3 kali sehari, atau 250-500 mg/hari melalui otot (intra muscular) atau melalui pembuluh darah (intra

venous), hingga 1 gr/hari

Efek Samping: Stimulasi parasimpatetik, hipotensi Instruksi Khusus: Berkontraindikasi pada pasien dengan parasimpatetik hipertonia. (ir/ir)

TAXEGRAM 1 G VIAL

Tags: peritonitis, kulit, kelamin, gonore,pernafasan, urogenital, infeksi, meningitis,intraabdominal, tulang, sendi Brand:: Product Code:: Komposisi: Indikasi: Sanbe G Cefotaxime Na Infeksi saluran napas bawah, infeksi saluran urogenital, GO tanpa komplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi intra-abdominal termasuk peritonitis, infeksi tulang dan atau sendi, infeksi SSP termasuk meningitis Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 g tiap 12 jam. Infeksi serius : Maksimal : 12 g/hari. Untuk dosis > 4 g/hari diberikan tiap 12 jam. GO : 1 g/hari IM dosis tunggal. Infeksi tanpa komplikasi : 2 g/hari IM/IV, infeksi sedang sampai serius : 3-6 g/hari IM/IV, infeksi yang mengancam jiwa : 12 g/hari IV, infeksi yang memerlukan dosis tinggi : 6-8 g/hari. Pra dan pasca operasi : 1-2 g, 30-60 menit sebelum operasi Hipersensitif terhadap sefalosporin Riwayat penyakit GI, gangguan fungsi ginjal berat, hipersensitif terhadap penisilin. Hamil, menyusui Pruritus, demam, urtikaria, sindroma Steven-Johnson, syok anafilaksis. Trombositopenia, eosinofilia, leukopenia, vaginitis, moniliasis Aminoglikosida, diuretik kuat Vial 1 g x 1

Dosis:

Kontra Indikasi: Perhatian: Efek Samping: Interaksi Obat: Kemasan:

ECOTRIXON
DIPOSTKAN OLEH ADMIN PADA 16/06/2011 12:12:12

Indikasi : Sepsis meningitis infeksi abdominal infeksi tulang, persendian, jaringan lunak, kulit dan luka pencegahan infeksi prabedah infeksi pada pasien dengan gangguan mekanisme daya tahan tubuh infeksi ginjal dan saluran kemih infeksi saluran pernafasan infeksi kelamin. Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadapsefalosporin, penisilina atau antibiotika p-lactam. Kemasan : Dos 1 vial 500 mg 1 g. Komposisi : Seftriakson 500 mg 1 g/vial. Peringatan : Efek Samping : Produsen : Bernofarm Jenis Obat : Keras

Metronidazole 250 mg
Rating: . Direkomendasikan oleh 19 pembaca. Beri rekomendasi:

Indikasi: Metronidazole efektif untuk pengobatan : 1. Trikomoniasis, seperti vaginitis dan uretritis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. 2. Amebiasis, seperti amebiasis intestinal dan amebiasis hepatic yang disebabkan oleh E. histolytica. 3. Sebagai obat pilihan untuk giardiasis. Kontra Indikasi: Penderita yang hipersensitif terhadap metronidazole atau derivat nitroimidazol lainnya dan kehamilan trimester pertama. Komposisi: Tiap tablet mengandung metronidazol 250 mg. Tiap tablet salut selaput mengandung metronldazol 500 mg. Cara Kerja: Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat nitroimidazoi yang mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan trikomonosid. Dalam sel atau mikroorganisme metronidazole mengalami reduksi menjadi produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri dengan jalan menghambat sintesa asam nukleat. Metronidazole efektif terhadap Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Gierdia lamblia. Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik. Dosis: Trikomoniasis: Pasangan seksual dan penderita dianjurkan menerima pengobatan yang sama dalam waktu bersamaan. Dewasa : Untuk pengobatan 1 hari : 2 g 1 kali atau 1 gram 2 kali sehari. Untuk pengobatan 7 hari : 250 mg 3 kali sehari selama 7 hari berturut-turut. Amebiasis:

Dewasa : 750 mg 3 kali sehari selama 10 hari. Anak-anak : 35 - 50 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi 3, selama 10 hari. Giardiasis: Dewasa : 250 - 500 mg 3 kali sehari selama 5 - 7 hari atau 2 g 1 kali sehari selama 3 hari. Anak-anak: 5 mg/kg BB 3 kali sehari selama 5-7 hari. Efek Samping: Mual, sakit kepala, anoreksia, diare, nyeri epigastrum dan konstlpasi. Interaksi Obat: Metronidazole menghambat metabolisme warfarin dan dosis antikoagulan kumarin lainnya harus dikurangi. Pemberian alkohol selama terapi dengan metronidazole dapat menimbulkan gejala seperti pada disulfiram yaitu mual, muntah, sakit perut dan sakit kepala. Dengan obat-obat yang menekan aktivitas enzim mikrosomal hati seperti simetidina, akan memperpanjang waktu paruh metronidazole. Perhatian: Metronidazole tidak dianjurkan untuk penderita dengan gangguan pada susunan saraf pusat, diskrasia darah, kerusakan hati, ibu menyusui dan dalam masa kehamilan trimester II dan III. Pada terapi ulang atau pemakaian lebih dari 7 hari diperlukan pemeriksaan sel darah putih. Cara Penyimpanan: Simpan di tempat sejuk dan kering, teriindung dari cahaya. Kemasan: Metronidazole 250 mg, botol 100 tablet Jenis: Tablet Produsen: PT Indofarma

Giardiasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa patogen yaitu Giardia lamblia atau dikenal juga sebagai Giardia intestinalis atau Giardia duodenalis atau Lamblia intestinalis. Giardia lamblia berasal dari famili Hexamitidae, subfilum Mastigophora, filum Sarcomastigophora. Patogen ini hidup berkoloni di lumen usus halus manusia dan lebih sering menyerang anak usia balita dan sekolah dibandingkan orang dewasa.

Buscopan
Post under Boehringer Ingelheim, dosis, efek samping, Hyocine-N-butylbromide, indikasi, Info, Info Obat,Komposisi, kontra at 8:38 AM Posted by Winaro

Produsen : Boehringer Ingelheim Komposisi : Hyocine-N-butylbromide Indikasi : Anti spasme pada Gastro Intestinal, kandung empedu, saluran kemih dan saluran kelamin wanita. Dosis : Tablet; 1-2 tablet 3-5 x sehari. Ampul; 1 ampul IM/IV. Jika diperlukan dapat diulang setelah 1/2 jam. Kontra Indikasi : Miastenia Gravis, megakolon. Injeksi: Glaukoma, hipertrofi prostat dengan retensi urin, stenosis mekanik sal Gastro Intestinal, takikardi. Perhatian : Galukoma sudut sempit, penderita obstruksi ssaluran kemih dan usus kecil, takiaritmia.

Efek Samping : Xerostoma, dishidrosis, takikardi, retensi urin, alergi, dispnea pada pasien dengan riwayat asma bronkial. Injeksi : gangguan akomodasi penglihatan, nyeri pada tempat suntikan, reaksi anafilaksis dan syok. Interaksi Obat : Meningkatkan efek kolinergik dari anti depresan trisiklik, antihistamin, kuinidin, amantadin, disoperamid. Meningkatkan efek takikardi dari beta adrenergik. Antagonis dopamin menurunkan

efek dalam saluran cerna. Kemasan : Tablet salut gula 10 mg x 100.

Dexamethasone 0,5 mg
Rating: . Direkomendasikan oleh 38 pembaca. Beri rekomendasi:

Indikasi: Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat. Sebagai perbandingan Dexamethasone 0.75 mg setara obat sbb: 25 mg Cortisone, 20 mg hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone. Kontra Indikasi: - Dexamethasone Harsen tidak boleh diberikan pada penderita herpes simplex pada mata; tuberkulose aktif, peptio ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat menguntungkan penderita. - Jangan diberikan pada wanita hamil karena akan terjadi hypoadrenalism pada bayi yang dikandungnya atau diberikan dengan dosis yang serendah-rendahnya. Komposisi: Tiap tablet Dexamethasone Harsen mengandung: a. Dexamethasone ................. 0.5 mg. b. Dexamethasone ................. 0.75 mg. Tiap ml injeksi Dexamethasone Harsen mengandung: Dexamethasone Sodium phosphat ..... 5 mg. Uraian dan Penggunaan: Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat. Sebagai perbandingan Dexamethasone 0.75 mg setara obat sbb: 25 mg Cortisone, 20 mg hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone. Dexamethasone Harsen praktis tidak mempunyai aktivitas mineral conticoid dari cortisone dan hydrocortisone, sehingga pengobatan untuk kekurangan adrenocotical tidak berguna. Obat ini digunakan sebagai glucocorticoid khususnya: untuk anti inflamasi, pengobatan rheumatik arthritis dan penyakit colagen lainnya, alergi dermatitis dll, penyakit kulit, penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain dimana terapi glukocorticoid berguna lebih menguntungkan seperti penyakit leukemia tertentu dan lymphomas dan inflamasi pada jaringan lunak dan anemia hemolytica. Efek Samping: - Pengobatan yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid seperti kehabisan protein, osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak. - Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium jarang terjadi bila dibandingkan

dengan beberapa glucocorticoid lainnya. - Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sering terjadi. Dosis: Dewasa: Oral: 0.5 mg - 10 mg per hari (rata-rata 1.5 mg - 3 mg per hari) Parenteral: 5 mg - 40 mg per hari Untuk keadaan yang darurat diberikan intra vena atau intra muskular. Anak-anak: 0.08 mg - 0.3 mg/kg berat badan/perhari dibagi dalam 3 atau 4 dosis. Perhatian: - Kekurangan adrenocotical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis secara bertahap. - Ada penambahan efek Corticosteroid pada penderita dengan hypothyroidism dan chirrhosis.

PUMPITOR 20 MG KAPSUL

Tags: Sindroma Zollinger-Ellison, tukak usus 12 jari, tukak lambung, refluks esofagitis erosif Brand:: Product Code:: Komposisi: Indikasi: Dosis: Sanbe G Omeprazole Sindroma Zollinger-Ellison, tukak usus 12 jari, tukak lambung, refluks esofagitis erosif Untuk tukak usus 12 jari : 20 mg/hari selama 4 minggu Untuk tukak lambung ringan : 20 mg selama 8 minggu Untuk refluks esofagitis erosif : 20 mg selama 4-8 minggu Untuk sidroma Zollinger-Ellison : 60 mg/hari Diberikan segera sebelum makan Kemungkinan keganasan harus ditiadakan sebelum terapi Mual, gangguan gastritis, reaksi kulit Memperpanjang eleminasi diazepam, fenitoin, warfarin Kapsul 20 mg x 2 x 10

Pemberian Obat: Perhatian: Efek Samping: Interaksi Obat: Kemasan:

Analgetik, antihistamin
APR 9 Posted by dr.Rozi Abdullah

Kortikosteroid

&

METHYLPREDNISOLONE

MERK DAGANG
Methylprednisolone, Carmeson, Cortesa, Depo Medrol, Flameson, Hexilon, Indrol, Intidrol, Lexcomet, Medixon, Medrol, Meproson, Metasolon, Methylon

KANDUNGAN
Methylprednisolone / Metilprednisolon.

INDIKASI

Artritis reumatoid, Bursitis (radang kandung sega) akut dan subakut, Dermatitis eksfoliatif, Rinitis alerigka, Asma bronkhial, Dermatitis kontak, Konjungtivitis alergika (radang selaput ikat mata karena alergi).

KONTRA INDIKASI

Infeksi jamur sistemik, imunisasi. Menyusui.

PERHATIAN

Stres, herpes simpleks pada mata Kecenderungan psikosis Kolitis ulseratif Divertikulitis Anastomosis usus yang baru Ulkus peptikum aktif atau tersembunyi Insufisiensi ginjal Hipertensi Osteoporosis

Miastenia gravis. Tuberkulosa Kehamilan

EFEK SAMPING

Gangguan cairan & elektrolit kelemahan otot osteonekrosis aseptik osteoporosis ulkus peptikum dengan perlubangan perdarahan, peregangan perut, gangguan penyembuhan luka, peningkatan tekanan dalam mata keadaan Cushingoid pertumbuhan terhambat, haid tidak teratur katarak subkapsular posterior

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.

DOSIS

Dosis awal berkisar antara 4-48 mg sehari. Terapi dosis tinggi : 160 mg/hari selama 1 minggu dilanjutkan dengan 64 mg setiap dua hari sekali (selang sehari) selama 1 bulan.

PENYAJIAN

GITAS INJEKSI

Tags: Lambung, saluran kemih, empedu Brand:: Product Code:: Komposisi: Indikasi: Dosis: Kontra Indikasi: Perhatian: Efek Samping: Interaksi Obat: Kemasan: Interbat G Hyoscine-N-butylbromide Gangguan spastik pada saluran cerna, saluran bilier/empedu, saluran kemih. Ampul : 1 ampul IM/IV diulang setelah 30 menit jika perlu. Glaukoma, takikardi, hipertrofi prostat dengan retensi urin, stenoosis mekanis pada saluran cerna Hamil, laktasi, usia lanjut, kolitis ulseratif, ileus paralitik, stenosis pilorus. Konstipasi, palpitasi, rasa panas dan kemerahan pada kulit wajah, takikardi, bradikardi. Memperkuat efek antikolinergik dari antidepresan trisiklik. Ampul 20 mg/mL x 5

ACTRAPID HM VIAL 100 IU/ML X 10 ML

Tags: Diabetes melitus Brand:: Product Code:: Komposisi: Indikasi: Dosis: Pemberian Obat: Kontra Indikasi: Perhatian: Novo Nordisk G Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. DM yang memerlukan insulin. 0,5-1 iu/kgBB/hari. (dosis bersifat individual) Diberikan 30 menit sebelum makan. Hipoglikemia. Infeksi dan kondisi demam lain atau penyakit lain yang dapat meningkatkan kebutuhan akan insulin. Dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin. Hamil. Hipoglikemia. Obat hipoglikemik oral, MAOI, alkohol, penyekat non selektif, ACE inhibitor, salisilat, steroid anabolik dan sulfanomid dapat menurnkan kebutuhan akan insulin. Kontrasepsi oral, tiazid, glukokorikoid, hormon tiroid, simpatomimetik dan danazol dapat meningkatkan kebutuhan akan insulin. Oktreotid atau lanreotid dapat meningkatkan dan menurunkan kebutuhan akan insulin. Vial Actrapid HM 100 iu/mL x 10 mL x 1

Efek Samping: Interaksi Obat:

Kemasan:

Obat Umum (Dapat dibeli bebas)


Nama Produk Farmasi Indikasi Kontra Indikasi : VALISANBE : Sanbe : I: Neurotik, psikosomatik, reumatik & ggn otot akibat truma. status epileptikus, sblm & ssdh op. : Kl: Psikosis berat; kehamilan trimester-1; glaukoma sudut sempit. Bayi prematur; serangan asma akut.

Komposisi : Komp: Diazepam.

Perhatian : P: Hamil, laktasi, neonatus, usia lanjut. Epilepsi miastenia gravis. Peny KV, hati, ginjal. Insufisiensi pulmonal. Efek Samping Interaksi Obat Kemasan Dosis -Dewasa -Anakanak -Balita Harga Gambar : D: Ows2-5 mg, anak6-14thn2-4mg, <6thrr\-2 mg. Diberikan 3 x/hr. : : : : : ES: Ggn mental, mengantuk, amnesia, ketergantungan; penglihatan kabur; retensi urin; depresi pemapasan, hipotensi : : Tab 2 mg x 10 x 10 (Rp10,000). 5 mg x 10 x 10 (Rp16,500).

Teofilin
Sediaan: Tablet/kapsul 125 mg, 130 mg, 150 mg, 250 mg, 300 mg. Sirup 130 mg/15 ml, 150 mg/15 ml.

Cara Kerja Obat: Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma dan penyakit paru obstruktif kronik, namun tidak efektif untuk reaksi akut pada penyakit paru obstruktif kronik.

Teofilin dimetabolisme di hati. Penggunaan teofilin harus berhati-hati karena batas keamanan dosis yg cukup sempit. Dosis terapi dapat dicapai pada kadar 10-20 mg/lt, namun efek samping juga sudah muncul pada kadar tersebut dan lebih berat lagi pada kadar di atas 20 mg/lt.

Indikasi:
-

Obstruksi saluran nafas yang reversibel Serangan asma berat

Kontraindikasi:
-

Hati-hati pada pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, hipertiroid, ulkus lambung. Kehamilan : pada trimester ketiga berisiko bayi tidak bernafas. Menyusui : terdapat pada ASI, dapat muncul gejala iritabilitas pada bayi.

Dosis: - Dewasa - Anak-anak 6 12 tahun : 200 400 mg tiap 12 jam : 125 200 mg tiap 12 jam

- Anak 2 12 tahun

: 9 mg/kgbb setiap 12 jam (maksimal 200 mg)

Efek Samping: Denyut jantung meningkat, berdebar-debar, mual-muntah, gangguan saluran cerna lainnya, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan irama jantung, kejang.

Peringatan dan Perhatian: - Gangguan fungsi ginjal atau hati, pasien berusia lebih dari 55 tahun, gagal jantung, demam tinggi. - Pasien dengan hipoksemia (keadaan kadar oksigen darah yang menurun), hipertensi, pasien yang menderita riwayat ulkus peptikum. - Hamil & menyusui. Merokok.

Obat Umum (Dapat dibeli bebas)


Nama Produk Farmasi Indikasi : BRAXIDIN : Sanbe : Terapi ggn saraf otonom & kromatik krn cemas Terapi simptomatik tukak lambung & usus 12 jari, hipersekresi & hipermotilitas sal cerna, dispepsia nervosa, iritasi & spasme kolon, diskinesia ureter, sindrom iritasi usus, kolitis, diare, dismenore. : Glaukoma, syok, psikosis berat.

Komposisi : Chlordiaxipoxide 5 mg, clidium Br 2.5 mg.

Kontra Indikasi Efek Samping Interaksi Obat Kemasan Dosis -Dewasa -Anakanak -Balita Harga Gambar

Perhatian : Usia lanjut; epilepsi, peny hati, ginjal, KV, depresi nafas. : Ggn mental & penglihatan, mengantuk, amnesia, ketergantungan, retensi urin, hipotensi. : : Tab salut selaput 10 x 10 (Rp. 54,000) : Dws 3-4 tab/hr. Lansia & penderita yg lemah Awal 1-2 tab/hr, ditingkatkan bertahap s/d dosis fektif. : : : : -

Sindrom nefrotik (SN) adalah sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuri massif, hipoalbuminemia yang disertai atau tidak dengan edema dan hiperkolestrolemia

Secara klinis SN terdiri dari: 1. Edema massif 2. Proteinuria 3. Hipoalbuminemia 4. Hiperkolestrolemia atau mormokolestrolemia Pada anak kausa SN tidak jelas sehingga disebut sindrom nefrotik idiopatik (SNI). (2) Dari segi usia, sindrom nefrotik yang menyerang anak dibagi menjadi sindrom nefrotik infantile dan sindrom nefrotik congenital. Sindrom nefrotik infantil diartikan sebagai sindrom nefrotik yang terjadi setelah umur 3 bulan sampai 12 bulan sedangkan sindrom nefrotik yang terjadi dalam 3 bulan pertama kehidupan disebut sindrom nefrotik congenital (SNK) yang didasari kelainan genetik.(1) Kelainan histologis sindrom nefrotik idiopatik (SNI) menunjukan kelainan-kelainan tidak jelas atau sangat sedikit perubahan yang terjadi sehingga disebut minimal change nephrotic syndrome atau sindrom nefrotik kelainan minimal (SNKM) atau sering disebut NIL (Nothing In Light Microscopy) disease. II. INSIDENS Sindrom ini dapat mengenai semua umur, tetap sebagian besar (74%) dijumpai pada usia 2-7 tahun. (1) Kasus sindrom nefrotik pada anak paling sering ditemukan pada usia 18 bulan-4 tahun. (2) kejadian sindrom nefrotik pada anak sekitar 1-2/100.000 anak. (3) Rasio laki-laki:perempuan = 2:1, sehingga dikatakan pada masa remaja dan dewasa rasio ini berkisar 1:1. (1,2)
(2)

1. III. KLASIFIKASI Umumnya sindrom nefrotik infantil diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria seperti presentasi klinis, riwayat keluarga, hasil laboratorium, gambaran histologi, dan genetic molekular. Sindrom nefrotik infantil ini dapat bersifat primer dan sekunder. (1) 1. Sindrom nefrotik infantil primer, terdiri dari: 1. Sindrom nefrotik idiopatik yang terdiri dari: Sindrom nefrotik kelainan minimal Glomeruloskelerosis fokal segmental Glomerulonefritis membranosa

1. Sklerosis mesangial difus (SMD, diffuse mesangial sclerosis)

1. Sindrom nefrotik infantil yang berhubungan dengan sindrom malformasi: 1. Sindrom Denys-Drash (SDD) 2. Sindrom Galloway-Mowat 3. Sindrom Lowe

1. Sindrom nefrotik infantil sekunder atau didapat yang terjaid karena: 1. Infeksi : sifilis, virus sitomegalo, hepatitis, rubella, malaria toksoplasmosis, HIV. 2. Toksik : merkuri yang menyebabkan immune-complex-mediated epimembranous nephritis 3. Lupus Eritematosus sistemik 4. Sindrom hemalitik uremik 5. Reaksi obat 6. Nefroblastoma atau tumor wilms.

1. Sindrom nefrotik secara gambaran histologik (2) International Collaboratif Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) telah menyusun klasifikasi histopatologik Sindrom Nefrotik Idiopatik atau disebut juga SN Primer sebagai berikut:

1. Minimal Change= Sindrom nefrotik minimal (SNKM) 2. Glomeroluklerosis fokal 3. Glomerulonefrit is floriferatif yang dapat bersifat Difus eksudatif Fokal Pembentukan crescent (bulan sabit) Mesangial Membranoproliferatif

1. Nefropati membranosa 2. Glomerulonefritis kronik Dari kelima bentuk kelainan histologik sindrom nefrotik idiopatik.

1. Sindrom Nefrotik menurut terjadinya (2,3) 1. Sindrom Nefrotik Kongenital Pertama kali dilaporkan di Finlandia, sehingga disebut juga SN tipe Finlandia. Kelainan ini diturunkan melalui gen resesif. Biasanya anak lahir premature (90%), plasenta besar (beratnya kira-kira 40% dari berat badan). Gejala asfiksia dijumpai pada 75% kasus. Gejala pertama berupa edema, asites, biasanya tampak pada waktu lahir atau dalam minggu pertama. Pada pemeriksaan laboratorium dijumpai hipoproteinemia, proteinuria massif dan hipercolestrolemia. Gejala klinik yang lain berupa kelainan congenital pada muka seperti hidung kecil, jarak kedua mata lebar, telinga letaknya lebih rendah dari normal. Prognosis jelek dan meninggal Karen ainfeksi sekunder atau kegagalan ginjal. Salah satu cara untuk menemukan kemungkinan kelainan ini secara dini adalah pemeriksaan kadar alfa feto protein cairan amnion yang biasanya meninggi. 1. Sindrom Nefrotik yang didapat: Termasuk disini sindrom nefrotik primer yang idiopatik dan sekunder. 1. IV. ETIOLOGI

Sindrom nefrotik bisa terjadi akibat berbagai glomerulopati atau penyakit menahun yang luas. Sejumlah obat-obatan yang merupakan racun bagi ginjal juga bias menyebabkan sindroma nefrotik. Sindrom nefrotik bias berhubungan dengan kepekaan tertentu. Beberapa jenis sindrom nefrotik sifatnya diturunkan. (3,4,5) 1. Penyebab primer (1) Umumnya tidak diketahui kausanya dan terdiri dari sindrom nefrotik idiopatik dengan kelainan histologik menurut pembagian ISKDC. 1. Penyebab sekunder, dari penyakit kelainan: (1,5)

Sistematik Penyakit kolagen seperti Systemic Lupus Erythematosus, scholein-Henoch

Syndrome

Penyakit Pendarahan: Hemolitik Uremik Syndrome Penyakit Keganasan: Hodgkins disease, Leukemia Infeksi: Malaria, Schistosomiasis mansoni, lues, subacute bacterial endocarditis,

cytomegalic inclusion disease.

Metabolik: Diabetes Mellitus, amyloidosis.

Obat-obatan/allergen: Trimethadion, paramethadion, probenecid, tepung sari, gigitan ular/serangga, vaksin

polio, obat pereda nyeri yang menyerupai aspirin, senyawa emas, heroin intravena, penisilamin, racun pohon ivy, racun pohon EK, dan cahaya matahari. 1. V. PATOGENESIS Pada pemabahasan selanjutnya, yang dimaksud dengan SN adalah Sindrom Nefrotik yang idiopatik dengan kelainan histologik yang berupa SNKM. Terdapat beberapa teori yang terjadi pada anak yaitu:
(2,4)

1. Soluble Antigen Antibody Complex (SAAC)

Antigen yang mausk ke sirkulasi menimbulkan antibody sehingga terjadi reaksi antigen amtibody larut dalam darah. SAAC ini kemudian menyebabkan system komplemen dalam tubuh bereaksi sehingga komplemen C3 akan bersatu dengan SAAC membentuk deposit yang kemudian terperangkap dibawa epitel capsula bowman yang secara imunofloresensi terlihat beberapa benjolan yang disebut HUMPS sepanjang membran basalis glomerulus berbentuk granuler atau noduler. Komplemen C3 yang ada dalam HUMPS inilah yang menyebabkan permeabilitas mbg terganggu sehingga eritrosit, protein, dan lain-lain dapat melewati mbg sehingga dapat dijumpai didalam urin. 1. Perubahan elektrokemis Selain perubahan struktur mbg, maka perubahan elektrokemis dapat juga menimbulkan proteinuria. Dari beberapa percobaan terbukti bahwa kelainan terpenting pada glomerulus berupa gangguan fungsi elektrostatik (sebagai sawar glomerulus terhadap filtrasi protein) yaitu hilangnya fixed negatif ion yang terdapat pada lapisan sialo-protein glomeruli. Akibat hilangnya muatan listrik ini maka permeabilitas mbg terhadap protein berat molekul rendah seperti albumin meningkat sehingga albumin dapat keluar bersama urin.
(2,4) (2,4)

1. VI. GAMBARAN KLINIS Gejala awal Sindrom Nefrotik dapat berupa: (1,3,6) 1. Berkurangnya nafsu makan 2. Pembengkakan kelopak mata 3. Nyeri perut 4. Pengkisutan otot 5. Pembengkakan jaringan akibat penimbunan garam dan air 6. Air kemih berbusa Edema merupakan gejala utama, bervariasi dari bentuk ringan sampai berat dan merupakan gejala satu-satunya yang Nampak. Edema mula-mula Nampak pada kelopak mata terutama waktu bangun tidur. Edema yang hebat atau anasarka sering disertai edema pada genetalia eksterna. Edema pada perut terjadi karena penimbunan cairan. Sesak napas terjadi karena adanya cairan dirongga sekitar paru-paru (efusi pleura). Gejala yang lainnya adalah edema lutut dan kantung zakar (pada pria). Edema yang terjadi seringkali berpindah-pindah, pada pagi hari cairan tertimbun di kelopak mata atau setelah berjalan, cairan akan tertimbun di pergelangan kaki. Pengkisutan otot bias tertutupi oleh edema. (1,2,7) Selain itu edema anasarka ini dapat menimbulkan diare dan hilangnya nafsu

makan karena edema mukosa usus. Umbilikalis, dilatasi vena, prolaks rectum, dan sesak dapat pula terjadi akibat edema anasarka ini. 1. VII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. Urin 1. Albumin: Kualitatif: ++ sampai ++++ Kuantitatif: >50 mg/KgBB/hari (diperiksa memakai reagens ESBACH) 1. Sedimen: oval fat bodies: epitel sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, lekosit, toraks hilain dan toraks eritrosit. Hal tersebut diatas dikatakan sebagai proteinuria atau dapat juga disebut albuminuria. Albumin adalah salah satu jenis protein. Ada dua sebab yang menimbulkan proteinuria, yaitu: permeabilitas kapiler glomelurus yang meningkat akibat kelainan atau kerusakan mbg dan reabsorpsi protein di tubulus berkurang. Oleh karena proteinuria parallel dengan kerusakan mbg, maka proteinuria dapat dipakai sebagai petunjuk sederhana untuk menentukan derajat glomerulus. Jadi yang diukur adalah index selectivity of proteinuria (ISP). ISP dapat ditentukan dengan cara mengukur rasio antara clearance igG dan cleareance transferin.
(2)

ISP = Clearance / cleareance transferin Bila ISP < 0,2 berarti ISP meninggi (highly selective proteinuria) yang secara klinik menunjukan: Kerusakan glomerulus ringan Respon terhadap kortikosterois baik

Bila ISP > 0,2 berarti ISP menurun (poorly selective proteinuria) yang secara klinik menunjukan: Kerusakan glomerulus berat Tidak respon terhadap kortikosteroid baik

1. Darah (2,4,7) Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:


Protein total menurun (N : 6,2-8,1 mg/100ml) Albumin menurun (N : 4-5,8 mg/100ml). hal ini disebut sebagai hipoalbuminemia (nilai kadar albumin dalam darah < 2,5 gram/100 ml). SN kelainan ini dapat disebabkan oleh: Proteinuria Katabolisme protein yang berlebihan Nutricional deficiency

Pada SN ternyata katabolisme protein meningkat akibat katabolisme protein yang terjadi di tubuh ginjal. Peningkatan katabolisme ini merupakan faktor tambahan terjadinya hipoalbuminemia selain dari proteinuria (albuminuria). Pada SN sering pula dijumpai anoreksia akibat edema mukosa usus sehingga intake berkurang yang pada gilirannya dapat menimbulkan hipoproteinemia. Pada umumnya edema anasarka terjadi bila kadar albumin darah < 2 gram/100ml, dan syok hipovolemia terjadi biasanya pada kadar < 1 garam/100ml. 1 globulin normal (N : 0,1-0,3 gm/100ml) 2 globulin meninggi (N : 0,4-1 gm/100ml) globulin normal (N : 0,5-0,9 gm/100ml) globulin normal (N : 0,3-1 gm/100ml) Rasio albumin/globulin < 1 (N : 3/2) Komplemen c3 normal/rendah (N : 80-120mg/100ml) Ureum, kreatinin, dan klirens kreatinin normal Hiperkolestrolemia bila kadar kolestrol > 250mg/100ml. akhir-akhir ini disebut juga

sebagai hiperlipidemia oleh karena bukan hanya kolestrol saja yang meninggi dalam darah, konsituen lemak itu adalah:

Kolestrol Low density lipoprotein (LDL) Very low density lipoprotein (VLDL) Trigliserida baru meningkat bila plasma albumin < 1 gram/100ml

Akibat hipoalbuminemia, sel-sel hepar terpacu unutk membuat albumin sebanyakbanyaknya. Bersamaan dengan sintetis albumin ini, sel-sel hepar juga akan membuat VLDL. Dalam keadaan normal VLDL diubah menjadi LDL oleh lipoprotein lipase. Tetapi pada SN, aktivitas enzim ini terhambat dengan adanya hipoalbuminemia dan tingginya kadar asam lemak bebas. Disamping itu menurunnya aktivitas lipoprotein lipase ini disebabkan oleh rendahnya kadar apolipoprotein plasma sebagai akibat keluarganya protein dalam urin. Jadi hiperkolestrolemia ini tidak hanya disebabkan oleh produksi yang berlebihan, tetapi juga akibat gangguan katabolisme fosfolipid.

1. VIII. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium.
(,2,4,5,6)

1. IX. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita sindrom nefrotik adalah: 1. Infeksi sekunder hipoalbuminemia 2. Syok : terjadi terutama hipoalbuminemia berat (< 1mg/100ml) yang : mungkin karena gangguan system koagulasi sehingga menyebabkan hipovolemi berat sehingga terjadi syok 3. Thrombosis vaskuler terjadi peninggian fibrinogen atau faktor V,VII,VIII dan X. Trombus lebih sering terjadi pada sistem vena apalagi bila disertai pengobatan kortikosteroid. 4. Malnutrisi 5. Gagal ginjal 1. X. PENATALAKSANAAN
(2,5)

: mungkin karena kadar immunoglobulin yang rendah akibat

Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi penyebabnya. Mengobati infeksi penyebab sindrom nefrotik dapat menyembuhkan sindrom ini. Jika penyebabnya adalah penyakit yang dapat diobati (misalnya: penyakit Hodgkin atau kanker lainnya), maka mengobatinya akan mengurangi gejala ginjal. Jika penyebabnya adalah kecanduan heroin, maka menghentikan pemakaian heroin pada stadium awal sindrom nefrotik, bias menghilangkan gejala-gejalanya. Penderita yang peka terhadap cahaya matahari, racun pohon ek, racun pohon ivy atau gigitan serangga, sebaiknya menghindari bahan-bahan tersebut. Desensitisasi bias menyembuhkan sindrom nefrotik akibat racun pohon ek, racun pohon ivy atau gigitan serangga. Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka untuk mengatasi sindrom nefrotik, pemakaian obat harus dihentikan.
(5)

Pengobatan yang umum adalah diet yang mengandung protein dan kalium dengan jumlah yang normal dengan lemak jenuh dan natrium yang rendah. Terlalu banyak protein akan meningkatkan kadar protein dalam air kemih. ACE inhibitors (misalnya captopril, lisinopril) biasanya menurunkan pembuangan protein dalam kandung kemih dan menurunkan kosentrasi lemak dalam darah. Tetapi penderita yang mempunyai kelainan fungsi ginjal yang ringan atau berat, obat tersebut dapat meningkatkan kadar kalium darah. Jika cairan tertimbun di perut, untuk mengurangi gejala dianjurkan makan dalam porsi kecil tetapi sering.

Tekanan darah tinggi biasanya diatasi dengan diuretic. Diuretic juga dapat mengurangi penimbunan cairan dan mengurangi pembengkakan jaringan, tetapi bisa meningkatkan resiko terbentuknya pembekuan darah (5) 1. Pengobatan Umum 2. Diet harus banyak mengandung protein dengan nilai biologik tinggi dan tinggi kalori. Protein 3-5gr/kgBB/hari. Kalori rata-rata: 100kalori/kgBB/hari. Garam dibatasi bila edema berat. Bila tanpa edema diberi 1-2gr/hari. Pembatasan cairan terjadi bias terdapat gejala gagal ginjal. 3. Aktivitas: tirah baring dianjurkan bila ada edema hebat atau ada komplikasi. Bila edema sudah berkurang atau tidak ada komplikasi maka aktifitas fisik tidak memperngaruhi perjalanan penyakit. Sebaliknya tanpa ada aktifitas dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi kejiwaan anak.

4. Diuretik: pemberian diuretic untuk mengurangi edema terbatas pada anak dengan edema berat, gangguan pernapasan, gangguan gastrointestinal atau obstruksi urethra yang disebabkan oleh edema hebat ini. Pada beberapa kasus SN yang disertai anasarka, dengan pengobatan kortikosteroid tanpa diuretik, edema juga menghilang. Metode yang lebih aktif dan fisiologik untuk mengurangi edema adalah yang merangsang dieresis dengan pemberian albumin (salt poor albumin): 0,5-1gr/kgBB selama satu jam yang disusul kemudian oleh furosemid I.V 1-2mg/kgBB/hari. Pengobatan ini bias diulangi selama 6 jam bila perlu. Diuretic yang biasa dipakai adalah diuretic jangka pendek seperti furosemid atau asam etakrinat. Pemakaian diuretic yang berlangsung lama dapat menyebabkan:

Hipovolemia Hipokalemia Alkalosis Hiperuricemia

1. Antibiotik: hanya diberikan bila ada tanda-tanda infeksi sekunder 2. Pengobatan dengan kortikosteroid Pengobatan dengan kortikosteroid terutama diberikan pada SN yang sensitif terhadap kortikosteroid yaitu pada SNKM. Bermacam-macam cara yang dipakai tergantung pengalaman dari tiap senter, tetapi umumnya dipakai cara yang diajukan oleh International Colaborative Estudy of Kidney Disease in Children (ISKDC, 1976). 1. XI. PROGNOSIS Prognosisnya tergantung kepada penyebabnya, usia penderita dan jenis kerusakan ginjal yang bias diketahui dari pemeriksaan mikroskopik pada biopsi. Gejalanya akan hilang seluruhnya jika penyebabnya adalah penyakit yang dapat diobati atau obat-obatan. Prognosis biasanya baik jika penyebabnya memberikan respon yang baik dari kortikosteroid. Anak yang lahir dengan Sindrom ini jarang bertahan hidup sampai 1tahun, beberapa diantaranya bias bertahan setelah menjalani dialisa atau pencangkokan ginjal
(5)

Prognosis yang paling baik ditemukan pada Sindroma Nefrotik akibat Glomerulonefritis yang ringan 90% penderita anak memberikan respon yang baik terhadap pengobatan. Jarang yang berkembang menjadi gagal ginjal, meskipun cenderung bersifat sering kambuh. Tetapi stelah 1tahun bebas gejala, jarang terjadi kekambuhan (5).

PENDAHULUAN 1,2, Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum. Asites dapat disebabkan oleh banyak penyakit. Pada dasarnya penimbunan cairan di rongga peritoneum dapat terjadi melalui 2 mekanisme dasar yakni transudasi dan eksudasi. Asites yang ada hubungannya dengan sirosis hati dan hipertensi porta adalah salah satu contoh penimbunan cairan di rongga peritoneum yang terjadi melalui mekanisme transudasi. Cairan asites secara umum digolongkan memiliki gradien albumin serum asites (serum-ascites albumin gradient /SAAG) yang tinggi atau rendah. Asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik pada beberapa penyakit. Asites juga menyebabkan pengelolaan penyakit dasarnya menjadi semakin kompleks. Infeksi pada cairan asites akan lebih memperberat perjalanan penyakit dasarnya oleh karena itu asites harus dikelola dengan baik DEFINISI 3 Asites merupakan penumpukan cairan yang dapat ditemukan dalam cavum peritoneal. Cairan asites umumnya berasal dari kompartemen yang mendukung visera hepatosplanik. Dua faktor yang penting dalam pembentukan asites meliputi : peningkatan total sodium dalam cairan tubuh, serta peningkatan tekanan sinusoid portal. PATOFISIOLOGI 4,5 Pertukaran cairan antara darah dan cairan interstitial dikontrol oleh keseimbangan antara tekanan darah kapiler yang mendorong cairan masuk ke dalam jaringan interstitial dan tekanan osmotik dari plasma protein yang menarik cairan tetap tinggal dalam kapiler. Ada 3 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites: 1. Tekanan koloid osmotik plasma Biasanya tergantung pada kadar albumin plasma. Pada keadaan normal albumin dibentuk di hati, bila fungsi hati terganggu maka pembentukan albumin juga terganggu sehingga tekanan koloid osmotik plasma ikut menurun. 2. Tekanan vena porta Lebih banyak cairan yang masuk ke dalam kavum peritoneal daripada yang meninggalkan kavum peritoneal menyebabkan terjadinya asites 3. Perubahan elektrolit Penumpukan cairan di kavum peritoneal akan mengakibatkan pengurangan cairan dalam badan, yang akan menyebabkan terjadinya retensi natrium dan air pada ginjal Cairan yang tertimbun dalam jaringan atau ruangan karena bertambahnya permeabelitas pembuluh darah terhadap protein, maka penimbunan ini disebut dengan eksudat. Jadi, edema akibat proses peradangan merupakan eksudat. Jika cairan tertimbun dalam jaringan atau ruangan karena alasan-alasan lain dan bukan akibat dari perubahan permeabelitas pembuluh darah, maka penimbunan ini disebut transudat. Kegagalan jantung merupakan penyebab utama pembentukan transudat. Kadang secara klinis penting

untuk menentukan apakah penimbunan cairan tertentu ini merupakan eksudat atau transudat. Eksudat sifatnya mengandung banyak protein daripada transudat, sehingga mempunyai berat jenis yang lebih besar. Selain itu, protein eksudat sering mengandung fibrinogen, yang akan mengendap sebagai fibrin, sehingga dapat menyebabkan pembekuan cairan eksudat. Eksudat biasanya juga mengandung leukosit sebagai bagian dari proses peradangan, sedangkan transudat cenderung tidak banyak mengandung sel. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS 1,6,7 Manifestasi klinis dari asites dapat bervariasi mulai dari asimptomatik hingga pada keluhan yang berat. Asites dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan : 1. Grade 1 : ringan, hanya dapat dilihat pada ultrasound 2. Grade 2 : terdeteksi dengan flank bulging dan shifting dullness pada pemeriksaan fisik 3. Grade 3 : dapat terlihat secara langsung, dikonfirmasi dengan fluid thrill Analisa Cairan Asites Guna penegakan diagnosa atau jenis cairan asites, maka dapat dilakukan analisa untuk melihat Gradien albumin serum-ascites (SAAG) dihitung dengan pengurangan albumin konsentrasi cairan asites dari konsentrasi albumin dari suatu spesimen serum yang diperoleh pada hari yang sama. Konsentrasi amylase meningkat pada asites pankreatik Konsentrasi trigliserida meningkat pada asites chylous. Jumlah sel darah putih jika lebih besar dari 350/mikroliter dapat dicurigai suatu infeksi. Kebanyakan sel merupakan merupakan polimorfonuklear, harus dicurigai sebagai infeksi bakteri. Ketika sel didominasi oleh sel mononuklear, biasanya merupakan infeksi tuberculosis atau jamur. Jumlah sel darah merah lebih dari 50.000/mikroliter menandakan asites hemoragik, biasanya berkaitan dengan malignansi, tuberkulosis atau trauma. Gram stain dan kultur dapat mengkonfirmasi diagnosis dari infeksi bakteri. pH ketika kurang dari 7 menunjukkan adanya infeksi bakterial. Sitologi dapat positif pada malignansi. Tipe-Tipe Dari Asites Bergantung Pada Kadar Dari Gradien Albumin Serum-Asites Gradien Tinggi ( 1,1 g/dL ) Gradien Rendah (< 1,1 g/dL) Sirosis Karsinoma peritoneal Hepatitis alkoholik Asites pankreatik Gagal jantung Asites biliaris Gagal hepar fulminan Tuberkulosis peritoneal Trombosis vena porta Sindroma nefrotik Serositis Bowel obstruction or infarction

1. 2. 3. 4.

5. 6. 7. 8.

Gradien albumin serum-asites berkolerasi secara langsung dengan tekanan portal, dimana pasien dengan gradien lebih besar dari atau sama dengan 1,1 g/dL dapat memiliki suatu hipertensi portal (asites transudatif) dan pasien dengan gradien kurang dari 1,1 g/dL (asites eksudatif). Konsentrasi protein total dari cairan asites dan aktivitas LDH secara umum digunakan untuk mengklasifikasi cairan asites apakah eksudat atau transudat. Lihat tabel di atas dengan klasifikasi dari tipe asites bergantung pada kadar dari gradien albumin serum-asites. Asites dapat dibedakan berdasar berbagai kondisi penyakit yang mendasarinya, hal tersebut dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini :
Gradien Kondisi Penampakan kasar Protein, g/dL Albumin SerumAsites StrawSirosis coloredatau bilestained StrawNeoplasma colored,hemoragik, musinosis atau chylous Peritonitis Tuberculosa Jernih, turbid, hemoragik,chylous >25 (50%) Bila Peritonitis Pyogenik Turbid atau purulen purulen, >25 Bervariasi, 15-23 <1,1 Tidak biasa <1,1 7% >25 (75%) <1,1 20% < 25(95%) >1,1 1% Jumlah sel Sel darah merah > 10.000 / L

Sel darah putih, per L <250 (90%); predominan mesothelial >1000 (50%) tipe sel bervariasi >1000 (70%) ; biasanya 70% limfosit Didominasi limfosit polimorfonuklear < 100 (90%) ; biasanya mesothelial, mononuclear <250;

Tes Lainnya

Sitologi, cell block, peritoneal

Biopsy peritoneal,s asam

kultur untuk basil

Stain gram positif, ku

Gagal jantung kongestif

Straw-colored

>1,1

10%

Nefrosis

Strawcoloredatau Chylous pankreatik Turbid, hemoragik, atau chylous

<25 (100%) Bervariasi, biasanya >25

<1,1

Tidak biasa Bervariasi,

mesothelial, mononuclear

Bila chylous,

etherekstraksi,stainin

Asites

(pankreatitis,pseudocyst)

<1,1

mungkinblood stained

bervariasi

Peningkatan amylase

cairan asites dan seru

PENATALAKSANAAN 6

Terapi asites bergantung pada penyebabnya. Pada hipertensi portal penggunaan diuretik dan restriksi garam biasanya efektif. Sementara itu, asites yang berkaitan dengan inflamasi peritoneal atau malignansi tidak respon terhadap restriksi garam dan diuretik. Terapi dapat diberikan dengan bentuk rawat jalan, namun rawat nginap dibutuhkan pada tiga kondisi : Untuk investigasi penyebab dari kelainan hepar Edukasi intensif pasien dalam persiapan diet yang pembatasan sodium(Na) hingga 88 mmol setiap hari; Monitoring konsentrasi elektrolit serum dan urin terhadap kadar nitrogen urea dan kreatinin. Restriksi cairan hanya perlu dilakukan bila konsentrasi serum sodium jatuh di bawah 120 mmol per liter. Juga penting untuk memperkirakan keseimbangan sodium dimana dapat diperkirakan dengan monitorintake (diet, medikasi yang mengandung sodium dan cairan intravena) serta ekskresi urin, hal ini karena : keseimbangan sodium negatif merupakan suatu prediktor penurunan berat badan. Obat-obatan Kebanyakan pasien dengan asites sirosis respon terhadap diet restriksi sodium dan diuretik. Kombinasi spironolakton dan furosemid merupakan rejimen yang paling efektif untuk diminusi asites secara tepat. Dosis permulaan 100 mg sironolakton dan 40 mg furosemid bersamaan setiap pagi. Bila tidak terdapat penurunan berat badan atau peningkatan ekskresi sodium dalam urin setelah dua sampai tiga hari, dosis kedua obat tersebut harus dinaikkan. Dosis kedua obat tersebut harus dinaikkan. Dosis pengobatan harus ditingkatkan hingga 400 mg spironolakton per hari dan 160 mg furosemid tiap hari. Hanya 10% pasien tidak respon terhadap pendekatan medis ini (diuretik dan diet restriksi sodium) Asites Resisten Diuretik Bila pengobatan dengan diuretik di atas tidak memberikan kemajuan terhadap penurunan jumlah asites, maka dapat digunakan terapi : Parasentesis terapetik Shunt LeVeen atau Denver (peritoneovenous) Transplantasi hati Ekstrakorporal ultrafiltrasi dari cairan asites dengan reinfusi Transjugular intrahepatic portosystemic stent shunt Parasentesis Terapetik Parasentesis hingga 1 liter cairan dapat membantu penyembuhan gangguan nafas akut sekunder terhadap asites. Pemindahan volume dan parasintesis total (paling besar dilaporkan sebanyak 22,5 L) merupakan subjek diskusi sejak beberapa penulis menganjurkan pergantian 10 gr albumin secara intravena untuk setiap 1 L cairan asites yang dipindahkan dalam upaya untuk mencegah reduksi volume plasma, abnormalitas elektrolit dan kreatinin. Bagaimanapun tidak jelas bila penggunaan albumin atau volume expander lainnya seperti Dextran dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.

1. 2. 3.

1. 2. 3. 4. 5.

Bronkiektasis (Bronchiectasis)
Share on :

Bronkiektasis

(Bronchiectasis)

Bronkiektasis (Bronchiectasis) merupakan kondisi yang ditandai dengan dilasi abnormal di bronki dan kehancuran dinding bronkial dan bisa muncul diseluruh pohon trakeobronkial atau bisa terbatas pada satu segmen atau lobus. Akan tetapi bronkiektasis biasanya bilateral dan melibatkan segmen basilar di lobus bawah. Penyakit Bronkiektasis terdiri dari tiga bentuk, yaitu silindris (fusiform), varikosa dan sakular (sistik).

Penyakit Bronkiektasis menyerang pria dan wanita maupun semua usia. Karena tersedianya antibiotik untuk mengobati infeksi traktus respiratorik akut, insidensi bronkiektasis telah berkurang secara dramatis dalam 20 tahun terakhir. Insidensinya adalah yang tertinggi diantara inuit arktik dan suku maori di selandia baru. Dipastikan bronkiektasis tidak reversibel.

Bentuk-bentuk yang berbeda dari bronkiektasis bisa muncul terpisah atau secara simultan. Pada bronkiektasis silindris, bronki membesar secara tidak merata dengan perubahan kecil pada diameter dan tiba-tiba berhenti pada keadaan bersudut. Pada bronkiektasis varikosa, bronki yang mengalami dilatasi abnormal dan tidak beraturan menyebabkan terlihatnya vena varikosa. Pada bronkiektasis sakular banyak dilatasi besar berujung di sakus.

Penyebab Bronkiektasis (Bronchiectasis) - Kondisi yang berkaitan dengan kerusakan berulang pada dinding bronkial dan pembersihan mukosiliari abnormal yang menyebabkan keretakan di jaringan penunjang yang dekat dengan jalan napas. Kondisi tersebut meliputi : - Anomali kongenital, misal bronkomalasia, bronkiektasis kengenital, sindrom silia imotil dan sindrom kartagener yaitu salah satu jenis sindrom silia imotil yang ditandai dengan situs inversus viscerus, bronkiektasis dan polip nasal maupun sinusitis. - Gangguan imunologis (misalnya agamaglobulinemia) - Inhalasi gas korosif atau aspirasi cairan gastrik kedalam paru-paru berulang-ulang - Mukosividosis (fibrosis sistik) - Obstruksi (oleh benda asing, tumor, atau stenosis) yang berkaitan dengan infeksi rekuren - Infeksi traktus respiratorik rekuren akibat bakteri dan tidak ditangani dengan benar, misalnya tuberkulosis dan komplikasi campak, pneumonia, pertusis, atau influenza.

Tanda dan Gejala Bronkiektasis (Bronchiectasis) - Pada awalnya tidak menunjukkan gejala (asimtomatik) - Sering terjadi serangan pneumonia atau hemoptisis - Tanda klasik batuk kronis yang memproduksi sekresi yang berlebihan, berbau busuk, dan mukopurulen, mungkin bisa memenuhi beberapa cangkir tiap harinya. - Dedas kasar saat inspirasi di lobus atau segmen yang terlibat, kadang-kadang ada bunyi menciut dan dispnea. - Sinusitis - Berat badan turun - Anemia - Tidak enak badan - Terdapat pentol (tonjolan kecil dan membulat) - Demam, menggigil dan tanda serta gejala lain dari infeksi yang sering kambuh - Malnutrisi dan amiloidosis kronis dan juga gagal jantung sisi kanan dan kor pulmonale akibat vasokonstriksi pulmoner hipoksik yang disertai bronkiektasis tingkat atas.

Uji Diagnostik - Sinar X dada menunjukkan penebalan peribronkial, area atelektasis dan perubahan sistik terpencar pada pasien yang menderita infeksi bronkial rekuren, pneumonia dan hemoptisis. - Teknik CT-scan resolusi tinggi menentukan perubahan anatomik - Bronkoskopi membantu mengidentifikasi sumber sekresi dan menunjukkan tempat pendarahan dalam hemoptisis - Kultur sputum dan pewarnaan gram mengidentifikasi organisme predominan - Jumlah darah lengkap mendeteksi anemia dan leukositosis

- Studi fungsi pulmoner mendeteksi berkurangnya kapasitas vital, aliran ekspiratorik dan hipoksemia; ujiuji ini juga membantu menentukan keparahan fisiologis dari penyakit dan efek terapi dan juga mengevaluasi pasien untuk menjalani pembedahan. - Jika diduga penyebab bronkiektasis adalah fibrosis sistik, uji elektrolit keringat bisa digunakan.

Tindakan Penanganan - Antibiotik oral atau I.V. diberikan selama 7 sampai 10 hari atau sampai produksi sputum berkurang. - Untuk kasus parah, beberapa antibiotik yang berbeda bisa diigunakan secara berurutan dengan aturan yang kontinyu untuk meminimalkan resistensi bakterial - Jika pasien mengalami bronkopasma dan terus mengeluarkan sputum kental, bronkodilator yang dikombinasikan dengan drainase postural dan perkusi dada bisa membantu mengambil sekresi. Bronkoskopi bisa digunakan untuk membantu menggerakkan sekresi - Hipoksia membutuhkan terapi oksigen dan hemoptiasis parah membutuhkan lobektomi, reseksi segmental atau embolisasi arteri jika fungsi pulmoner buruk.

Gejala, Pengobatan dan Perawatan Pneumonia


Baca Juga:
Yang Harus Anda Tahu Tentang Kolesterol Minum Air Kelapa Hijau Banyak Manfaatnya Lho Lawan Kanker dengan Teh Daun Sirsak Ingat! Jangan Berkendara Saat Mengantuk [Tips] Tetap Sehat Duduk Lama di Depan Komputer Manfaat Olahraga di Pagi Buta Seperti Apa sih Seks yang Diinginkan Suami dan Istri?

Pneumonia merupakan penyakit di mana paru-paru terkena infeksi. Infeksi tersebut bisa menyerang salah satu atau kedua paru-paru. Bila infeksi menyerang kedua paru-paru, maka disebut dengan pneumonia ganda.

Paru-paru merupakan organ penting pada sistem pernapasan. Udara yang mengandung oksigen disaring oleh paru-paru pada proses pernapasan. Oksigen tersebut diedarkan ke seluruh tubuh bersama dengan aliran darah yang dialirkan dari tabung pernapasan oleh alveolus. Kapiler atau pembuluh darah dikelilingi oleh kantung-kantung udara kecil yang disebut alveolus. Udara pernapasan dipasok ke alveolus dan oksigen dilarutkan dalam darah. Dalam darah

terjadi ikatan antara oksigen dengan hemoglobin yang disebut oksihemoglobin. Oksigen lalu diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah. Oksigen sangat penting bagi pembentukan energi dalam tubuh. Fungsi alveolus dapat terganggu ketika seseorang terkena penyankit pneumonia. Pneumonia dapat menyebabkan paru-paru tidak berfungsi dengan baik karena infeksi dapat menghasilkan cairan yang menghalangi alveolus. Dengan begitu, kadar oksigen yang diedarkan oleh darah lebih rendah karena oksigen kurang mampu menembus paru-paru. Proses pernapasan bisa semakin terganggu bila kedua paru-paru terkena pneumonia.

Penyakit pneumonia tidak memandang usia, dari bayi, anak-anak, remaja hingga orang tua dapat terkena penyakit ini. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Ketika seseorang terkena flu, orang tersebut bisa berpeluang untuk terkena pneumonia. Hal ini dapat terjadi karena iritasi yang disebabkan oleh flu dapat membuat virus atau bakteri lebih mudah masuk ke dalam paru-paru yang nantinya dapat menimbulkan infeksi.

Bakteri atau virus penyebab pneumonia dapat mengakibatnkan kerusakan, yang parahnya tergantung pada kesehatan penderitanya. Bila penyebab pneumonia adalah bakteri, penderita dapat merasakan demam dengan suhu tinggi disertai menggigil. Bila pneumonia disebabkan oleh virus, maka akan berkembang lambat dan butuh waktu lama untuk mengusir virus penyebab pneumonia tersebut. Penderita juga dapat mengaami sakit kepala, sakit pada bagian dada, batuk dan sakit pada otot. Hal ini juga dapat membuat penderita mengalami sulit bernapas sehingga dapat bernapas dengan frekuensi cepat yang dapat membuatnya batuk dan mengeluarkan Pengobatan Pneumonia Pengobatan yang tepat dapat membuat penderitanya sembuh total. Pada pemeriksaan, dokter akan memeriksa paru-paru dengan menggunakan stetskop. Suara xang terdengar di stetoskop dapat membantu dokter menentukan apakah terkandung cairan atau tidak. Bila terdengar seperti berderak atau gelembung, maka hal ini bisa dijadikan indikasi bahwa seseorang terkena pneumonia. Seain itu, rontgen pada bagian dada juga diperlukan. Daerah putih yang merata menunjukkan adanya penumpukan cairan. Dengan melihat hasil rontgen, dokter dapat menentukan infeksi disebabkan oleh virus atau bakteri. Jika pneumonia disebabkan oleh bakteri, maka dokter dapat memberikan resep antiobiotik. Bila pneumonia disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak dapat bekerja. Obat yang diberikan adalah obat penurun demam dan Perawatan Pneumonia batuk. lendir.

Penderita pneumonia memerlukan tidur dan istirahat yang cukup untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penderita juga harus mencuci tangan secara teratur untuk mencegah kuman berbahaya.

BATU SALURAN KEMIH (UROLITHIASIS)


21.59.00 Bedah No comments Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu dari gejalanya adalah pembentukan batu di dalam saluran kemih. Penyakit ini diduga telah ada sejak peradaban manusia yang tua, karena ditemukan batu di antara tulang panggul kerangka mummi dari seorang berumur 16 tahun. Mummi ini diperkirakan sekitar 7000 tahun. Di berbagai tempat lain dilaporkan penemuan batu kandung kemih. Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu bagian bawah, terutama terdapat di kalangan anak. Di negara yang sedang berkembang terdapat insidensi batu yang relative rendah, baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun dari batu saluran kemih bagian atas. Di Negara yang telah berkembang terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika selatan. Abad 16 hingga abad 18 tercatat insidensi tertinggi penderita batu kandung kemih yang ditemukan pada anak di berbagai Negara Eropa. Batu seperti ini sejak abad 18 menghilang sehingga disebut batu sejarah. Berbeda dengan Eropa, di Negara berkembang penyakit batu kandung kemih seperti ini masih ditemukan hingga saat ini, misalnya di Indonesia, Thailand, India, Kamboja, dan Mesir. Karena ditemukan secara endemik, maka penyakit batu kandung kemih ini disebut batu endemik atau batu primer karena terbentuk langsung di dalam kandung kemih tanpa sebab yang jelas
(2)

Batu kandung kemih dapat juga terbentuk pada usia lanjut yang disebut batu sekunder karena terjadi sebagai akibat adanya gangguan aliran air kemih, misalnya karena hipertropi prostate II.1 Komposisi dan Pembentukan Batu Komposisi batu yang ditemukan pada seseorang perlu ditentukan, karena komposisi batu dipakai sebagai landasan untuk menelusuri etiologi penyakit batu saluran kemih. Analisa batu dapat dilakukan secara kimiawi, yaitu kualitatif, cara kualitatif dengan metode kromatografik dan autoanalisis. Cara lain ialah optik dengan diseksi mikroskopik binokuler dengan mikroskop petrografik. Juga cara instrumental melalui kristalografi radiografik, spektroskopi infra merah, termoanalitik dan mikroskopi elektron. Kristalografi radiografik merupakan cara yang dianggap paling baik ditinjau dari segi kesederhanaan dan ketepatannya.
(2)

Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis asam urat, oksalat, fosfat, sistein dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik, diantaranya berkaitan dengan sindroma alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteri yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah
(1,3)

Pada kebanyakan penderita batu kemih ditemukan penyebab yang jelas. Faktor predisposisi berupa stasis, infeksi dan benda asing. Infeksi, stasis dan litiasis merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau disebut sirkulus visiosus. Jaringan abnormal atau mati sepeti pada nekrosis papilla di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu. Batu idioptik disebabkan oleh pengaruh berbagai faktor. Misalnya batu urat pada anak di negara yang sedang berkembang. Faktor yang memegang peran kausal ialah dehidrasi dan gastroenteritis. Faktor ini mengakibatkan oliguria dengan urin yang mengandung kadar tinggi asam urin dan ikatan kimia lain. Faktor lain ialah imobilisasi lama pada penderita cedera dengan fraktor multiple atau paraplegi yang menyebabkan dekalsifikasi tulang dengan peningkatan ekskresi kalsium dan stasis, sehingga presipitasi batu mudah terjadi. Pada sebagian kecil pemderita batu kemih didapatkan kelainan kausal yang menyebabkan ekskresi kelebihan bahan dasar batu seperti yang terjadi pada hiperparatiroidisme, hiperkalsiuria, artritis urika dan sistinuria. II.2 Gambaran Klinik Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik hematuria makroskopik atau mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain Berdasarkan jenisnya bibagi dalam : II.2.1 Batu Pelvis Ginjal Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati bagian pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokaliks, sehingga bercabang menyerupai tanduk rusa. Kadang batu hanya terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat dari obstruksi aliran kemih atau infeksi .
(5) (2,3)

Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus costa pada sisi ginjal yang terkena. Sesuai dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak memberikan kelainan fisik. II.2.2 Batu Ureter Anatomi ureter menunjukkan beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan batu ureter dapat terhenti, karena adanya peristaltis maka akan terjadi gejala kolik yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu kolik akan datang sampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air kemih untuk lewat
(2)

Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. Bila keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis, sehingga menimbulkan gambaran infeksi umum II.2.3 Batu Vesika Urinaria Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri. Pada anak, menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak panjang. Bila pada saat sakit tersebut penderita berubah posisi maka suatu saat air kemih akan dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi yang sekunder, maka nyeri menetap di suprapubik II.2.4 Batu Prostat Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograde terdorong ke dalam saluran prostat dan mengendap, yang akhirnya berupa batu yang kecil. Pada umumnya batu ini tidak memberikan gejala sama sekali karena tidak menyebabkan gangguan pasase air kemih
(4) (1,4) (2)

II.2.5 Batu Uretra Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau vesika urinaria yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar. Tempat uretra yang agak lebar ini adalah di pars bulbosa dan di fossa navikular. Bukan tidak mungkin dapat ditemukan di tempat lain. Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan terasa nyeri. Penyulit dapat berupa terjadinya divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi urin II.3 Diagnosis Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologis, laboratorium, dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi jalan kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu ada yang radioopak dan ada yang radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu, sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi. Yang radiolusen umumnya adalah dari jenis asam urat murni. Pada yang radioopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu saluran kemih bila diambil foto dua arah. Pada keadaaan yang istimewa tidak jarang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat terhindar dari pengamatan. Karena itu, foto polos perlu sering ditambah dengan foto pielografi intravena atau yang biasa disebut foto BNO-IVP
(5) (3)

Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum pemeriksaan diberikan kastor oli (catharsis) atau laksans untuk membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal. Sebelumnya pasien juga harus diperiksa kadar ureum dan kreatininnya untuk mengetahui fungsi ginjal. Untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan, pasien tidak diberikan cairan (minum) mulai dari jam 10 malam sebelum pemeriksaan. Keesokan harinya penderita harus puasa. Untuk bayi dan anak diberikan minum yang mengandung karbonat, tujuannya untuk mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas. Bahan kontras Conray (Meglumine Iothalamat 60% atau Hypaque Sodium/Sodium Diatrizoate 50%), Urografin 60% atau 76%. Sebelum pasien disuntik urografin 60 mg% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan. Dapat berupa pengujian subkutan atau intravena. Jika penderita alergi terhadap bahan kontras, pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan.

Dosis Urografin 60 mg% untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu dapat diberikan dosis rangkap yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film bucky antero-posterior abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15, 30 menit dan 1 jam. Sebaiknya segera setelah pasien disuntuk kontras, kedua ureter dibendung, baru dibuat foto 7 menit. Kemudian bendungan dibuka, langsung dibuat foto dimana diharapkan kedua ureter terisi. Dilanjutkan dengan foto 15 dan 30 menit. Pada kasus tertentu dibuat foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6, 12 dan 24 jam
(15)

Pada batu yang radiolusen foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan terdapatnya defek pengisian pada tempat batu sehingga memberi gambaran pada daerah batu yang kosong
(4)

Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras tidak muncul. Dalam hal seperti ini perlu dilanjutkan dengan pielografi retrograde atau anterograd yang dilaksanakan pemasangan kateter ureter melalui sistokop pada ureter ginjal yang tidak dapat berfungsi untuk memasukkan kontras. Tehnik urografi retrograde memerlukan prosedur sistokopi. Kateter dimasukkan oleh seorang ahli urologi. Kerjasama antara ahli urologi dan radiology diperlukan, karena waktu memasukkan kontras, posisi pasien dapat dipantau (dimonitor) dengan fluoroskopi atau televise. Udara dalam kateter dikeluarkan, kemudian 25% bahan kontras yang mengandung jodium disuntikkan, dengan dosis 5-10 ml, ini dibawah pengawasan fluoroskopi. Harus dicegah pengisian yang berlebihan, sebab resiko ekstravasasi ke dalam sinus renalis atau intravasasi ke dalam kumpulan saluran-saluran (collecting duct). Ekstravasasi kontras dapat menutupi bagian-bagian yang halus dekat papilla. Rutin dibuat proyeksi frontal dan oblik. Kemudian kateter diangkat pada akhir pemeriksaan, lalu dibuat foto polos abdomen. Jika ada obstruksi dibuat lagi foto 15 menit kemudian
(5)

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang akan adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab terjadinya batu
(4)

Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal setiap ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk semua jenis batu tanpa tergantung kepada radiolusen atau radioopak. Di samping itu dapat ditentukan ruang dan lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai untuk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu. Pada pemeriksaan dengan CT-Scan, kontras dapat diberikan maupun tidak. Pemeriksaan dengan CTScan ini umumnya dilakukan untuk mengetahui batu yang ada di ginjal. Dapat bersifat informatif tentang morfologi dan kelainan ginjal, beserta morfologi batu
(4,5)

II.4 Diagnosis Banding Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut misalnya distensi usus dan pionfrosis dengan demam. Oleh karena itu jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik sakluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada wanita perlu juga dipertimbangkan kemungkinan adneksitis. Bila terjadi hematuria dipertimbangkan keganasan apalagi jika hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Khusus untuk batu ginjal dengan hidrnefrosis perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikista hingga tumor Grawitz. Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi bila disertai dengan hematuria yang tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ureter, walaupun tumor ini jarang ditemukan. Dugaan batu vesika urinaria juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan tumor kandung kemih terutama bila batu yang terdapat dari jenis radioluasen. Batu prostat yang biasanya tidak sukar didiagnosis karena gambaran radiologiknya yang khas, yang kecil seperi kumpulan pasir di daerah prostat. Tetapi pada pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan adanya keganasan, terutama bila terdapat batu yang cukup banyak sehingga teraba seperti karsinoma prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti seperti itu perlu dilakukan biopsi prostat II.5 Penatalaksanaan Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas, sehingga bukan hanya mengeluarkan batu saja, tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini karena batu sendiri hanya merupakan gejala penyakit batu, sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah merupakan terapi yang sempurna. Selanjutnya perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu baru diperlukan bila batu menyebabklan gangguan pada saluran air kemih. Bila batu ternyata tidak memberi gangguan fungsi ginjal, maka batu tersebut tidak perlu diangkat apalagi misalnya pada batu ureter diharapkan batu dapat keluar sendiri. Penanganannya dapat berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan bahan pelarut. Dapat pula dengan pembedahan atau dengan tindak bedah yang kurang invasif, misalnya nefrostomi perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali antara lain secara gelombang kejut.
(1,2,3)

Terapi medik batu saluran kemih berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri khususnya kolik yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik. Selain itu terutama untuk batu ureter yang dapat diharapkan keluar dengan sendirinya, dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong dan mengeluarkan batu II.6 Pencegahan Untuk mencegah pembentukan kristal fosfat, ammonium, magnesium, semua batu yang ada dalam saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B.Proteus dapat berada di bagian yang sulit dicapai oleh antibiotic. Karena itu untuk batu struvit mutlak harus dicegah adanya batu residu agar infeksi dapat dibasmi sempurna. Kristalisasi asam urat sangat tergantung pada pH urin. Bila pH selalu di atas 6,2 maka tidak akan terbentuk kristal asam urat. Pencegahannya adalah dengan diit dan pada penyakit asam urat yang tinggi dalam serum dapat diberikan alopurinol. Peningkatan saturasi oktokalsium fosfat sama seperti magnesium, ammonium, fosfat, yaitu tergantung pada pH. Hanya pada nilai pH di atas 6,5 nilai saturasi oktokalsium fosfat akan berada di atas daerah lewat jenuh. Kalsium oksalat terdapat pada 75% batu ginjal dan merupakan komposisi yang paling sering ditemukan pada batu saluran kemih di Negara maju, dalam keadaan normal kalsium oksalat tidak berada dalam puncak saturasi di air kemih. Faktor utama yang menentukan saturasi oksalat kalsium adalah kalsium dan oksalat. Oksalat mempunyai potensi jauh lebih besar jika dibanding dengan kalsium sebagai faktor saturasi di air kemih sehingga untuk menghindari terjadinya kristalisasi kalsium oksalat yang terpenting adalah mencegah ekskresi oksalat di air kemih. Ekskresi oksalat di air kemih sebagian berasal dari makanan, tetapi sebagian besar bersumber dari metabolisme endogen. Dari bahan makanan yang paling banyak mengandung oksalat adalah bayam, teh, kopi dan coklat. Makanan dengan rendah oksalat merupakan cara yang bermanfaat untk mengurangi ekskresi okasalat DAFTAR PUSTAKA 1. Glenn, James F. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher, 1991 2. Wim de Jong, R. Sjamsuhidajat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC, Jakarta, 1997 3. Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus, Buku Ajar bedah, EGC, Jakarta, 1995 4. Huberty, lee., Management Expertis, American Board of Radoilogy, http://www.infinityhealthcare.com/services product/radiology/radiology.html, 2003
(1,3) (3)

5. Rasyad, Syahriar, dkk., Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1998

BPH; Benign Prostatic hyperplasia atau pembesaran prostat jinak

19
POSTED BY KIOSWIKAN IN BPH

SelasaJUN 2012
2 KOMENTAR

Tag
BPH, colok, dubur,grading, grading BPH,jinak, prostat, rectal,RT, sisa, toucher, urine

PENGERTIAN 1. Hiperplasia prostat adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa hiperplasia kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang sering menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secarahistologi yang dominan adalah hyperplasia (Long, 2006). 2. Hiperplasia prostat jinak adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker (Basuki, 2000). 3. Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan (Soeparman, 2000). 4. Hiperplasi prostat adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria > 50 tahun) yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretra (Hardjowidjoto, 2000). 5. BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandungkemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra. (Schwartz, 2000). Kesimpulan BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh faktor penuaan, dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra. Prostatektomy adalah merupakan tindakan pembedahan bagian prostat (sebagian / seluruh) yang memotong uretra, bertujuan untuk memeperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut.

ANATOMI FISIOLOGI Pada pria, beberapa organ berfungsi sebagai bagian dari traktrus urinarius maupun sistem reproduksi. Kelainan pada organ-organ reproduksi pria dapat menganggu salah satu atau kedua sistem. Akibatnya, penyakit sistem reproduksi pria biasanya ditangani oleh ahli urologi. Struktur dari sistem reproduksi pria adalah testis, vas deferen (duktus deferen), vesika seminalis, penis, dan kelenjar asesori tertentu, seperti kelenjar prostat dan kelenjar cowper (kelenjar bulbo-uretral). Organ genetalia pria terdiri dari 6 komponen yaitu : a. Testis dan epididimis b. Duktus deferen c. Vesikula seminalis d. Duktus ejakulatorius dan penis e. Prostat f. Kelenjar bulbo-uretra

Gambar Prostat Prostat adalah organ genetalia pria yang terletak di sebelah interior buli-buli, di depan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 3 x 4 x 2,5 cm dan beratnya 20 gram. Sebagian prostat mengandung kelenjar grandular dan sebagian lagi otot involuter dan menghasilkan suatu cairan yang di sebut semen, yang basa dan mendukung nutrisi sperma. Cairan prostat merupakan kurang lebih 25% dari seluruh volume ejakulat. Jika kelenjar ini mengalami hiperlasia jinak atau berubah menjadi kanker ganas dapat membantu uretra posterior dan mengakibatkan obstruksi saluran kemih. ETIOLOGI Penyebab hiperplasia prostat belum diketahui dengan pasti, ada beberapa pendapat dan fakta yang menunjukan, ini berasal dan proses yang rumit dari androgen dan estrogen. Dehidrotestosteron yang berasal dan testosteron

dengan bantuan enzim 5-reduktase diperkirakan sebagai mediator utama pertumbuhan prostat. Dalam sitoplasma sel prostat ditemukan reseptor untuk dehidrotestosteron (DHT). Reseptor ini jumlahnya akan meningkat dengan bantuan estrogen. DHT yang dibentuk kemudian akan berikatan dengan reseptor membentuk DHT-Reseptor komplek. Kemudian masuk ke inti sel dan mempengaruhi RNA untuk menyebabkan sintesis protein sehingga terjadi protiferasi sel. Adanya anggapan bahwa sebagai dasar adanya gangguan keseimbangan hormon androgen dan estrogen, dengan bertambahnya umur diketahui bahwa jumlah androgen berkurang sehingga terjadi peninggian estrogen secara retatif. Diketahui estrogen mempengaruhi prostat bagian dalam (bagian tengah, lobus lateralis dan lobus medius) hingga pada hiperestrinisme, bagian inilah yang mengalami hiperplasia (Hardjowidjoto,2000). Menurut Basuki (2000), hingga sekarang belum diketahui secara pasti penyebab prostat hiperplasi, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnyahiperplasi prostat adalah : 1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut 2. Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat 3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati 4. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi selstroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan Pada umumnya dikemukakan beberapa teori yaitu : Teori Sel Stem, sel baru biasanya tumbuh dari sel stem. Oleh karena suatu sebab seperti faktor usia, gangguan keseimbangan hormon atau faktor pencetus lain. Maka sel stem dapat berproliferasi dengancepat, sehingga terjadi hiperplasi kelenjar periuretral.

Teori kedua adalah teori Reawekering menyebutkan bahwa jaringan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologi sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya. Teori lain adalah teori keseimbangan hormonal yang menyebutkan bahwa dengan bertanbahnya umur menyebabkan terjadinya produksi testoteron dan terjadinya konversi testoteron menjadi estrogen. (Sjamsuhidayat, 2005). PATOFISIOLOGI Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa 20gram. Menurut Mc Neal (1976) yang dikutip dan bukunya Basuki (2000), membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan periuretra (Basuki, 2000). Sjamsuhidajat (2005), menyebutkan bahwa pada usia lanjut akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer. Basuki (2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubahmenjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secaralangsung memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar prostat. Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya perubahan pada traktus urinarius juga terjadi perlahan-lahan. Perubahan patofisiologi yang disebabkan pembesaran prostat sebenarnyadisebabkan oleh kombinasi resistensi uretra daerah prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan kekuatankontraksi detrusor. Secara garis besar, detrusor dipersarafi oleh sistem parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem simpatis. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadiresistensi yang bertambah pada leher vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor kedalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti

balok yang disebut trahekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor. Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut Fase kompensasi otot dinding kandung kemih. Apabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga kontraksi terputus-putus (mengganggu permulaan miksi), miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran lemah, rasa belum puas setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksiwalaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan/urgency, disuria). Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu lagi menampung urin,sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence). Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter danginjal, maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinariamenjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluksmenyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005). MANIFESTASI KLINIS Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu

lama (hesitancy), harus mengejan (straining), kencing terputus-putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow. Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitasotot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria) (Mansjoer,2000) Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium: 1. Stadium I Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis. 2. Stadium II Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia. 3. Stadium III Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc. 4. Stadium IV Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes secara periodik (over flowin kontinen). Menurut Smeltzer (2002) menyebutkan bahwa : Manifestasi dari BPH adalah peningkatan frekuensi penuh, nokturia, dorongan ingin berkemih, anyang-anyangan, abdomen tegang, volume urine yangturun dan harus mengejan saat berkemih, aliran urine tak lancar, dribbing (urine terus menerus setelah berkemih), retensi urine akut. Adapun pemeriksaan kelenjar prostat melalui pemeriksaan di bawah ini : 1. Rectal Gradding Dilakukan pada waktu vesika urinaria kosong : - Grade 0 : Penonjolan prostat 0-1 cm ke dalam rectum.

- Grade 1 : Penonjolan prostat 1-2 cm ke dalam rectum. - Grade 2 : Penonjolan prostat 2-3 cm ke dalam rectum. - Grade 3 : Penonjolan prostat 3-4 cm ke dalam rectum. - Grade 4 : Penonjolan prostat 4-5 cm ke dalam rectum. 2. Clinical Gradding Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur, disuruh kencing dahulu kemudian dipasang kateter. - Normal : Tidak ada sisa - Grade I : sisa 0-50 cc - Grade II : sisa 50-150 cc - Grade III : sisa > 150 cc - Grade IV : pasien sama sekali tidak bisa kencing KOMPLIKASI Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005). PENATALAKSANAAN MEDIS Menurut Sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung pada stadium-stadium dari gambaran klinisa. 1. Stadium I Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa, seperti alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasi prostat.

Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama. 2. Stadium II Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan reseksiendoskopi melalui uretra (trans uretra). 3. Stadium III Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka.Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan perineal. 4. Stadium IV Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka. Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan dapat dilakukan pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa. Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan obat anti androgen yang menekan produksi LH. Menurut Mansjoer (2000) dan Purnomo (2000), penatalaksanaan pada BPH dapat dilakukan dengan: 1. Observasi Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan, kurangi kopi, hindari alkohol,tiap 3 bulan kontrol keluhan, sisa kencing dan colok dubur. 2. Medikamentosa A. Penghambat alfa (alpha blocker) Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-1, dan prostat memperlihatkanrespon mengecil terhadap agonis. Komponen yang berperan dalam mengecilnya prostat dan leher buli- buli secara primer diperantarai oleh reseptor alpha blocker. Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkanhasil berupa perbaikan subjektif dan objektif terhadap gejala

dan tanda BPH pada beberapa pasien. Penghambat alfa dapat diklasifikasikan berdasarkan selektifitas reseptor dan waktu paruhnya B. Penghambat 5-Reduktase (5-Reductase inhibitors) Finasteride adalah penghambat 5-Reduktase yang menghambat perubahan testosteron menjadi dihydratestosteron. Obat ini mempengaruhi komponen epitel prostat, yang menghasilkan pengurangan ukuran kelenjar dan memperbaiki gejala. Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek maksimal terhadap ukuran prostat (reduksi 20%) dan perbaikan gejala-gejala C. Terapi KombinasiTerapi kombinasi antara penghambat alfa dan penghambat 5-Reduktase memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin hanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin. Penelitian terapi kombinasi tambahan sedang berlangsung. D. Fitoterapi Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuhtumbuhan untuk tujuan medis. Penggunaan fitoterapi pada BPH telah popular di Eropa selama beberapa tahun. Mekanisme kerjafitoterapi tidak diketahui, efektifitas dan keamanan fitoterapi belum banyak diuji. 3. Terapi Bedah Indikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria, penurunan fungsi ginjal, infeksi salurankemih berulang, divertikel batu saluran kemih, hidroureter, hidronefrosis jenis pembedahan: 1. TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy) Yaitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar prostat melalui sitoskopi atau resektoskop yang dimasukkan malalui uretra 2. Prostatektomi Suprapubis Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada kandung kemih. 3. Prostatektomi Retropubis Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen bagian bawah melalui fosa prostat anterior tanpa memasuki kandung kemih. 4. Prostatektomi Peritoneal

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi diantara skrotum dan rektum. 5. Prostatektomi retropubis radikal Yaitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, vesikula seminalis dan jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada abdomen bagian bawah, uretra dianastomosiskan keleher kandung kemih pada kanker prostat. 4. Terapi Invasif Minimal 1. Trans Uretral Mikrowave Thermotherapy (TUMT) Yaitu pemasangan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar prostatmelalui antena yang dipasang melalui/pada ujung kateter. 2. Trans Uretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy (TULIP) 3. Trans Uretral Ballon Dilatation(TUBD) PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut Soeparman (2000), pemeriksaan penunjang yang mesti dilakukan pada pasien dengan BPH adalah :a. Laboratorium 1. Sedimen Urin Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran kemih. 2. Kultur Urin Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan sensitifitas kumanterhadap beberapa antimikroba yang diujikan. b. Pencitraan1). Foto polos abdomenMencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang merupakan tanda dari retensi urin. 3. IVP ( Intra Vena Pielografi) Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis,memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-buli. 4. Ultrasonografi ( trans abdominal dan trans rektal ) Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa urin dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor. 5. Systocopy Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra parsprostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum

PERAWATAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEDAHAN Persiapan Pre-Operatif A. Tanda persetujuan secara tertulis, penderita dan keluarga harus menyatakan persetujuan pembedahan (informed konsen). B. Persiapan kulit Daerah yang akan dicukur ditentukan, lebih baik kalau pencukuran langsung dilaksanakan sebelum pembedahan. Penderita harus dimandikan dan bersih malam sebelum pembedahan. C. Diet Penderia tidak boleh makan makanan padat selama 12 jam pasien dipuasakan minum cairan selama 8 jam sebelum pembedahan. D. Cairan IV Pemberian cairan intravena tidak diperlukan pada berbagai kasus tetapi pada penderita yang lansia atau lemah perlu diberi cairan penguat pada malam sebelum pembedahan. E. Pengurangan isi perut Pencahar dan enema kebanyakan dilaksanakan pada pembedahan perut, pengosongan sebagian dari usus dilaksanakan pemberian 2-3 tablet dulcolax. F. Pemberian obat-obatan Premedikasi anastetik biasanya ditangani oleh dokter ahli anastesi G. Tes laboratorium Penentuan BUN, kreatinin serum dan kalium serum, lab darah dan lainlain. I. Transfusi darah Harus disiapkan bilamana perlu J. Kandung kencing Kateter folley digunakan pada pembedahan yang lama lebih baik memasang kateter sesudah di bedah daripada sebelumnya. Persiapan Pre-Operatif A. Jenis pembedahan Sehingga perawat dan dokter yang jaga mengetahui persoalan yang dihadapi B. Tanda-tanda vital

Tekanan darah, denyut nadi, respirasi, harus dicatat tiap 15 menit sesudah operasi, tiap jam selam beberapa jam kemudian 4 jam hingga penderita sembuh C. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit setiap hari D. Aktivitas dan posisi Posisi mula-mula telentang tetapi penderita harus dimiringkan ke kiri atau ke kanan setiap 30 menit sementara ia tidak sadarkan diri. Anjurkan menggerakan kaki secara aktif atau pasif setiap jam. G. Makanan H. Cairan intra vena (catat jenis cairan dan kecepatan tetesan pemberiannya) I. Pantau drain pada luka pembedahan bila ada catat outputnya J. Monitor kateter dan pengeluaran urinenya K. Perawatan luka bersih pada daerah luka pasca bedah L. Pemberian antibiotic untuk menimimalkan infeksi pasca operasi DAFTAR PUSTAKA Basuki, Purnomo. (2000). Dasar-Dasar Urologi, Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam Terbitan (KTD): Jakarta. Hardjowidjoto, S. (2000). Benigna Prostat Hiperplasi. Airlangga University Press: Surabaya Long, Barbara C. (2006). Perawatan Medikal Bedah. Volume 1. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung. Schwartz, dkk, (2000). Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Editor : G. Tom Shires dkk, EGC: Jakarta. Sjamsuhidayat, (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta: EGC Soeparman. (2000). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. FKUI: Jakarta Smeltzer, Suzanne C, Brenda G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC.

EFUSI PLEURA
A. Definisi Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dirongga pleura (Price and Wilson, 1995). Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura bukanlah suatu disease entity tapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita. Terjadinya efusi pleura disebabkan oleh 2 faktor yaitu : 1. Infeksi : Tuberkulosis Pneumonitis 2. Non infeksi : Abses paru Abses subfrenik

Karsinoma paru - Gagal ginjal Gagal hati - Hipotiroidisme Karsinoma mediastinum - Kilotoraks Tumor ovarium - Emboli paru Karsinoma pleura : primer dan sekunder Bendungan jantung : gagal jantung, perikarditis konstruktiva.

B. Etiologi Menurut jenis cairan yang terakumulasi etiologi efusi pleura dapat dibedakan menjadi : yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh ). Penyakit yang menyertai transudat : - Asites pada serosis hati. - Sindrom meigs (asites dengan tumor r. ovarium). airan kedalam jaringan ). Cairan ini dapat terjadi karena adanya : eksi - Infark paru eoplasma/tumor C. Patofisiologi Di dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5-15 ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini

dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20 %) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan di sini mencapai 1 liter seharinya. Terkumpulnya cairan di rongga pleura (efusi pleura) terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorpsi terganggu misalnya pada hiperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotik, (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatik tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. Infeksi tuberkulosis pleura biasanya disebabkan oleh efek primer sehingga berkembang pleuritis eksudativa tuberkulosa. Pergeseran antara kedua pleura yang meradang akan menyebabkan nyeri. Suhu badan mungkin hanya sub febril, kadang ada demam. Diagnosis pleuritis tuberkulosa eksudativa ditegakkan dengan pungsi untuk pemeriksaan kuman basil tahan asam dan jika perlu torakskopi untuk biopsi pleura. Pada penanganannya, selain diperlukan tuberkulostatik, diperlukan juga istrahat dan kalau perlu pemberian analgesik. Pungsi dilakukan bila cairan demikian banyak dan menimbulkan sesak napas dan pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat. Penanganan yang baik akan memberikan prognosis yang baik, pada fungsi paruparu maupun pada penyakitnya. D. Pengkajian Anamnesis Pada umumnya tidak bergejala . Makin banyak cairan yang tertimbun makin cepat dan jelas timbulnya keluhan karena menyebabkan sesak, disertai demam sub febril pada kondisi tuberkulosis. 1. Kebutuhan istrahat dan aktifitas

- Klien mengeluh lemah, napas pendek dengan usaha sekuat-kuatnya, kesulitan tidur, demam pada sore atau malam hari disertai keringat banyak. - Ditemukan adanya tachicardia, tachypnea/dyspnea dengan usaha bernapas sekuat-kuatnya, perubahan kesadaran (pada tahap lanjut), kelemahan otot , nyeri dan stiffness (kekakuan).

2. -

Kebutuhan integritas pribadi

Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang panjang, dan kebutuhan akan pertolongan dan harapan. Dapat ditemukan perilaku denial (terutama pada tahap awal) dan kecemasan. 3. Kebutuhan Kenyamanan/ Nyeri Klien melaporkan adanya nyeri dada karena batuk. Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian yang nyeri, distraksi, dan kurang istrahat/kelelahan. 4. Kebutuhan Respirasi

Klien melaporkan batuk, baik produktif maupun non produktif, napas pendek, nyeri dada. - Dapat ditemukan peningkatan respiratory rate karena penyakit lanjut dan fibrosis paru (parenkim) dan pleura, serta ekspansi dada yang asimetris, fremitus vokal menurun, pekak pada perkusi suara nafas menurun atau tidak terdengan pada sisi yang mengalami efusi pleura. Bunyi nafas tubular disertai pectoriloguy yang lembut dapat ditemukan pada bagian paru yang terjadi lesi. Crackles dapat ditemukan di apex paru pada ekspirasi pendek setelah batuk. - Karakteristik sputum : hijau/purulen, mucoid kuning atau bercak darah. - Dapat pula ditemukan deviasi trakea. 5. Kebutuha Keamanan Klien mengungkapkan keadaaan imunosupresi misalnya kanker, AIDS , demam sub febris. Dapat ditemukan keadaan demam akut sub febris. 6. Kebutuhan Interaksi sosial Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena penyakit yang diderita, perubahan pola peran. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi pekak, fremitus vokal menurun atau asimetris bahkan menghilang, bising napas juga menurun atau hilang.Gerakan pernapasan menurun atau asimetris, lenih rendah terjadi pada sisi paru yang mengalami efusi pleura. Pemeriksaan fisik sangat terbantu oleh pemeriksaan radiologi yang memperlihatkan jelas frenikus kostalis yang menghilang dan gambaran batas cairan melengkung. Pemeriksaan Diagnostik - Kultur sputum : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis - Apusan darah asam Zehl-Neelsen : positif basil tahan asam

- Skin test : positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48 72 jam setelah injeksi. Foto thorax : pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru, deposit kalsium pada lesi primer, dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang menghilang, serta gambaran batas cairan yang melengkung. - Biakan kultur : positif Mycobacterium tuberculosis - Biopsi paru : adanya giant cells berindikasi nekrosi (tuberkulosis) - Elektrolit : tergantung lokasi dan derajat penyakit, hyponatremia disebabkan oleh retensi air yang abnormal pada tuberkulosis lanjut yang kronis - ABGs : Abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-paru Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan rasio residual udara ke total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronik tahap lanjut. E. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan primer dan sekresi yang statis 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi sekret jalan napas 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran alveolar kapiler 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan keinginan makan sekunder akibat dyspnea 5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan F. Perencanaan dan Rasionalisasi Resiko tinggi penyebaran infeksi b/d Penurunan pertahanan primer dan sekresi yang statis Batasan karakteristik : diagnosis tuberkulosis paru + Kriteria hasil : Klien akan dapat : - Mengidentifikasi cara pencegahan dan penurunan resiko penyebaran infeksi - Mendemonstrasikan teknik/gaya hidup yang berubah untuk meningkatkan lingkungan yang aman terhadap penyebaran infeksi. Intervensi Rasionalisasi 1. Jelaskan tentang patologi penyakit 1. Membantuklien menyadari/menerima secara sederhana dan potensial prosedur pengobatan dan perawatan penyebaran infeksi melalui droplet air untuk mencegah penularan pada borne orang lain dan mencegah komplikasi.

2. Ajarkan klien untuk batuk dan mengeluarkan sputum dengan menggunakan tissue. Ajarkan membuang tissue yang sudah dipakai serta mencuci tangan dengan 3. baik 4. 3. Monitor suhu sesuai sesuai indikasi.

2. Membiasakan perilaku yang penting untuk mencegah penularan infeksi

Reaksi febris merupakan indikator berlanjutnya infeksi Membantu memonitor efektif tidaknya pengonbatan dan respons klien

4. Observasi perkembangan klien setiap 5. Inh merupakan drug of choice untuk hari dan kultur sputum selama terapi. klien beresiko terhadap perkembangan TB dan dikombinasikan dengan 5. Kolaborasi pemberian INH, primary drugs lain jhususnya pada etambutol,rifampicin. penyakit tahap lanjut. 2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d Akumulasi sekret di jalan napas

Batasan karakteristik : Suara napas abnormal, ritme, kedalaman napas abnormal. Perubahan respiratory rate, dyspnea, stridor. Kriteria hasil : Klien akan dapat mempertahankan jalan napas yang paten Memperlihatkan perilaku mempertahankan bersihan jalan napas Intervensi Rasionalisasi 1. Kaji fungsi paru, adanya 1. Penurunan bunyi napas mungkin menandakan bunyi napoas tambahan, atelektasis, ronchi, wheezing menunjukkan perubahan irama dan adanya akumulasi sekret, dan ketidakmampuan kedalaman, penggunaan untuk membersihkan jalan napas menyebabkan otot-otot aksesori penggunaan otot aksesori dan peningkatan usaha bernapas. 2. Atur posisi semi fowler 2. Memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal dapat membuka area atelektasis, mempermudah pengaliran sekret keluar 3. Pertahankan intake cairan 2500 ml/hari 3. Intake cairan mengurangi penimbunan sekret, memudahkan pembersihan.

4. - Mencegah mukosa membran kering, mengurangi sekret.

4. Kolaborasi :

Menurunkan sekret pulmonal dan memfa- silitasi bersihan. Memperbesar ukuran lumen pada percabangan tracheobronchial dan menurunkan pada percabangan tracheobronchial. Mengatasi respons inflamasi sehingga tidak terjadi hipoxemia.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran akveolar kapiler. Batasan karakteristik : - Penurunan ekspansi dada - Perubahan RR, dyspnea, nyeri dada. - Penggunaan otot aksesori - Penurunan fremitus vokal, bunyi napas menurun Kriteria hasil : Klien akan dapat: - Melaporkan berkurangnya dyspnea - ABGs dalam batas normal. - Memperluihatkan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat Intervensi Rasionalisasi 1. Kaji adanya dyspnea, penuruna suara nafas, 1. Tuberkulosis pulmonal dapat menyebabkan efek bunyi nafas tambahan, peningkatan usaha untuk yang luas, termasuk penimbunan cairan di pleura bernafas, ekspansi dada yang terbatas , kelelahan sehingga menghasilkan gejala distress pernafasan.
2. Evaluasi perubahan kesadaran . Perhatikan adanya cyanosis , dan perubahan warna kulit, membran mukosa dan clubbing finger 3. Dorong/ajarkan bernapas melalui mulut saat ekshalasi 2. Akumulasi sekret yang berlebihan dapat mengganggu oksigenasi organ dan jaringan vital

3. Menciptakan usaha untuk melawan outflow udara, mencegah kolaps karena jalan napas yang sempit, membantu doistribusi udara dan menurunkan napas yang pendek 4. Mengurangi konsumsi oksigen selama periode bernapas dan menurunkan gejala sesak napas 5. Penurunan tekanan gas oksigen (PaO2) dan saturasi atau peningkatan PaCO2 menunjukkan

4. Tingkatkan bedrest / pengurangi aktifitas

5. Monitor ABGs

kebutuhan untuk perubahan terapetik 6. Mengoreksi hypoxemia yang meyebabkan terjadinya penurunan sekunder ventilasi dan berkurangnya permukaan alveolar.

6. Kolaborasi suplemen oksigen

Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall .2000. Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta: EGC Carpenito, Lynda Juall .1995. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta: EGC Doengoes, Marilyn .1989. Nursing Care Plans Second Edition. Philadelphia: FA Davis Company Long, Barbara C .1989. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran Luckmanns Sorensen .1996. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: WB Saunders Soeparman .1996. Ilmu Penyakit Dalam jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Makalah Pemeriksaan Laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang

Status kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas dalam pembangunan. Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhakn, perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan, berat, atau fatal. Dalam menentukan penyakit atau
diagnosis, membantu diagnosis, prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor pengobatan atau memantau jalanya penyakit, dokter melakukan pemeriksaan laboratorium atau tes laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen atau sampul yang diambil dari pasien. Banyak pemeriksaan spesimen dilakukan di laboratorium klinik atau lengkapnya di laboratorium patologi klinik.

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan tetrtentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lalin-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan. Pemeriksaan yang juga merupakan proses General

medical check up (GMC) meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fotafase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk. Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatanpun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tespun dapat meningkat. Oleh karena itu hasi suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa dari suatu penyakit atau keluhan pasien. Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk berbagai tujuan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis Konfirmasi pasti diagnosis Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis Membantu pemantauan pengobatan Menyediakan informasi prognostic atau perjalan penyakit Memantau perkembangan penyakit Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan Memberi ketenangan baik pada pasien maupun didapati penyakit klinisi karena tidak

Dalam pemeriksaan kesalahan pemeriksaan mungkin saja terjadi, sehingga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu:

1. Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan 2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan (analisa) sample 3. Faktor Pasca Instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan

Jenis-jenis Pemeriksaan Laboratorium: 1. Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, perlatan medis, begitupun jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba patogen 2. Parasitologi, untuk mengamati parasit 3. Hematologi, menerima keseluruhan darah dan plasma. Mereka melakukan perhitungan darah dan selaput darah. 4. Kimia klinik, biasanya menerima serum, mereka menguji serum untuk komponenkomponen yang berbeda. 5. Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksin lain. 6. Imunologi, menguji antibodi. 7. Serologi, menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis atau HIV 8. Urinalisis, menguji air seni untuk sejumlah analit. 9. Patologi, bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain yang dibiopsi pada bedah seperti masektomi payudara. 10. Sitologi,menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan lain-lain.

Efektivitas tes laboratorium Idealnya pemeriksaan laboratorium harus teliti, tepat, sensitif, spesifik cepat dan tidak mahal. Namun karena keterbatasan pengetahuan, teknologi dan biaya, keadaan ideal tidak selalu terpenuhi. Adapun penjelasaan syarat-syarat keadaan tersebut adalah : 1. Teliti berarti kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir sama pada pemeriksaan berulang-ulang dengan metode yang sama. 2. Akurat atau tapat berati kemampuan untuk mendapatkan nilai benar yang di inginkan, tatapi untuk mencapai mungkin membutuhkan waktu yang lama dan mahal. 3. Cepat berati tidak memerlukan waktu lama 4. Spesifik berarti kemampuan mendeteksi substansi yang ada pada penyakit yang diperiksa dan tidak menentukan substansi yang lain. 5. Ketepatan pemanfaatan tes laboratorium untuk mendapatkan diagnosis akurat dan cepat akan menghemat pembiayaan. Beberapa contoh gambar dalam melakukan tes laboratotium

BAB II PEMBAHASAN

A. 1.

Pemeriksaan Kimia Darah Diabetes

Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang kronik ditandai oleh hiperglikemia. Tes untuk menentukan diabetes melitus adalah: a. Glukosa puasa. Kadar glukosa darah pada waktu puasa atau di singkat glukosa darah puasa di tujukan untuk : 1. Tes saring diabetes melitus,karena tidak adanya atau defisiensi insulin,maka kadar glukosa meninggi. 2. Memonitor terapi diabetes melitus. Nilai rujukan : 70 100 mg/dl Abnormal : >140 mg/dl atau >126 mg/dl (Usulan ADA 1997)

Menunjukan peninggian nilai ambang yang perlu dikonfirmasi dengan tes glukosa 2 jam post pradial atau tes toleransi glukosa oral. Bila nilai >200 mg/dl, maka diagnosis adalah diabetes melitus. Meninggi juga pada pankreatitis,post infrak miocard, sindrom cushing, akromegali. Menurun pada hiperinsuliniisme, myxoederma, insufisiensi adrenal, dan hipopituitarisme.

b. Glukosa 2 jam PP Tes ini merupakan tes saring untuk menentukan diabetes melitus. Tes dilakukan bila ada kecurigaan DM (misalnya polydipsi dan polyuri). Atau bila glukosa darah puasa 140 mg/dl. : Makan yang mengandung karbohidrat sebelum puasa 2 jam dan hentikan merokok serta olahraga,hentikan obat-obatan pada waktu

puasa. Nilai rujukan Abnormal : <140 mg/dl : 200 mg/dl menujukan DM, namun dapat juga pada pankreatitis, sindrom cushing, akromegali, mungkin juga pada penyakit hati kronis, sindromnefrotik, tumor otak, dan anoksia. Nilai menurun seperti keadaan pada glukosa darah puasa. 2. Faal Hati Hati adalah organ tunggal dalam tubuh yang paling besar dan kompleks. Dengan bobot sekitar 2 kg, hati mempunyai tugas penting yang rumit demi kelangsungan seluruh fungsi tubuh. Fungsi hati yaitu. Membuat empedu suatu zat yang membantu pencernaan lemak, memproses dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk kolesterol. Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein (Chylomicron, VLDL, LDL, HDL), menyimpan gula dan membantu tubuh untuk mengangkut dan menghemat energi. Membantu mengurai dan mendaurulang sel-sel darah merah. Jika hati rusak, maka fungsinya dalam mengeluarkan racun tidak berfungsi. Akibatnya racun akan menumpuk dalam darah dan akhirnya ke otak. Untuk menghindari hal ini, ada baiknya menjalani gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat akan menjaga fungsi hati agar tetap optimal. a. GOT (glutamic oxal-acetic transaminase) GOT mengkatalisis konversi bagian nitrogen asam amino menjadi energi. GOT ditemukan dalam sitoplasma dann mitokondria sel hati, jantung, otot skelet, ginjal, pankreas, dan eritrosit. Pada kerusakan sel-sel tersebut di atas, GOT dalam serum meninggi. Tujuan : Test in vitro kinetik untuk penentuan secara

Kuantitatif GOT (AST =aspartat aminotransferase) dalam serum dan plasma. : 6-30 /l

ukan

al

: 20 x pada virus hepatitis akut,trauma otot, post operasi, kerusakan hati karena obat. 10-20x pada infark miokardi akut, mononukleosis infeksia dan cirrhosis karena alkohol. b. GPT (Glutamic-Pyruvic Transminase) atau Alanine Amino Transferase (ALT) ALT mengkatalisis kelompok asam amino dalam siklus Krebs untuk menghasilkan energi dijaringan. ALT terdapat di sitoplasma sel hati, jantung, dan otot skelet. Pada kerusakan sel hati ALT meninggi di dalam serum hingga merupakan indikator kerusakan sel hati. : Test in vitro kinetik untuk penentuan secara kuantitatif GPT (ALT= alanine aminotransferase) dalam serum dan plasma. : 7-32 /l : 20-50 x pada hepatitis virus atau karena obat. 10-<20 x pada hepatitis atau kolesistis dan pada penyembuhan hepatitis. c. Bilirubin. Bilirubin merupakan produk utama katabolisme hemoglobin dalam hal ini terjadi uncojugated dalm bilirubin seterusnya dalam hati akan di rubah menjadi conjugated (direct post hepatict). Bilirubin yang menumpuk di otak dapat menimbulkan bahaya yang sukar diperbaiki. : 1). Mengevaluasi fungsi hepatobilier dan

an

uan test

eritropoetik (gangguan hemolitik transfusi darah). 2). Mendeferinsial diagnosis ikterus dan memonitor progresifitasnya.

3). Mendiferensial diagnosis obstruksi bilier (bilirubin direct) dan anemia hemolitik (bilirubin indirect). : Bilirubin indirect 0,75 mg/dl Bilirubin direck 0,05-0,3 mg/dl Bilirubin total 0,2-1,0 mg/dl : Bilirubin indirek meninggi pada anemia hemolitika pada gangguan hati dan defisiensi enzim kongenital. Bilirubin direck meninggi menunjukan obstruksi biliar patitis, cirosis. Bila obstruksi menerus maka kedua bilirubin meninggi. d. Alkali Fostafase Alkali fostafase didapatkan di hati, tulang, ginjal, usus, dan plasenta. Pda orang dewasa kadar tinggi terutama dihati, tulang, usus, dan plasenta. Pada waktu trimester kehamilan. Tujuan test : Menentukan lesilokal dihati karena obstruksi

jukan

mal

bilier karena tumor,batu atau abses. Identifikasi penyakit tulang dengan aktifitas osteoblastik atau respon tyerhadap pengobatan dengan vitamin D pada riketsia. Nilai normal : < 240 /l

ormal

: Meninggi sekali (>5x) pada obstruksi bilier total,agak meninggi (<3x) pada hepatitis kronis,kehamilan awal,penyembuhan fraktur,anak yang sedang tumbuh,vitamin D dosis tinggi,penyakit jantung kongestif,menurun pada hipo-fostatemia protein dan magnesium. e. Protein : untuk menentukan kadar dan defisiensi protein total. : 6,6 -8,7 mg/dl : Meninggi ; inflamasi kronik misalnya artritis

uan

i normal

ormal

dhidrasi,DM asidosis. Menurun ; gangguan hati, malapsorpsi, malnutrisi, dan diabetes melitus.

f.

Albumin. Albumin adalah protein yang ada dalah darah yang diperlukan oleh tubuh untuk memelihara dan memperbaiki jaringan. Selama proses dialysis, albumin dalam darah membantu pembuangan cairan dengan cara menarik cairan yang berlebih dalam jaringan kembali ke dalam darah untuk kemudian disaring oleh ginjal buatan (dialyzer).

: penentuan secara kuantitatif albumin dalam : 3,4 4,8 mg/dl

serum dan plasma manusia.

Nilai normal

mal

: dapat menyebabkan penyakit kolagen, diare, kronik, malnutrisi, hipertiroid, penyakit ginjal, hati darah dan AIDS 3. a. Lemak. Kolesterol Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Tetapi kolesterol berlebih akan menimbulkan masalah, terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. : Penentuan secara kuantitatif kolesterol dalam : < 200 mg/dl. serum dan plasma.

an

Nilai normal b.

HDL Klolesterol (High Density Lipoprotein) dalam serum dan plasma.

an normal

: Penentuan secara kuantitatif HDL kolesterol : Laki-laki 35 55 mg/dl, perempuan 45 55 mg/dl.

HDL bersifat menangkap kolesterol yang sedang dalam keadaan bebas di pembuluh darah untuk kemudiannya terbawa ke dalam hati untuk diproses lebih lanjut. Oleh karenanya HDLdisebut sebagai kolesterol yang baik. c. LDL Kolesterol (Low Density Lipoprotein)

an

: Penentuan secara kuantitatif LDL kolesterol dalam serum dan plasma. : <130 mg/dl Jika pembuluh darah tersumbat oleh timbunan lemak tersebut, maka dampak lebih jauhnya diantaranya adalah stroke, serangan jantung, dan lainnya yang mengarah fatal kepada tubuh manusia. Oleh karena itu LDL dikenal sebagai sebutan kolesterol jahat. d. Trigliserida : Untuk penentuan secara kuantitatif trigliserida dalam serum dan plasma. : < 200 mg/dl

ai normal

an normal

k menmgetahui keadaan pembuluh darah dan jantung 4. Faal Ginjal Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin / air seni. Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. Sebagai sistem filter dan membuang sampah dari tubuh Menjaga keseimbangan cairan tubuh a. Ureum Ureum adalah hasil metabolesme protein,ureum di bentuk dari amonia dalam hati dan di ekskresi oleh ginjal. : Penentuan kuantitatif urea dalam serum plasma dan urin. Nilai normal : 10,0 50,0 mg/dl

b. Creatinin Creatinin merupakan hasil akhir metabolisme creatin yang di filtrasi glomeruli ginjal. : Penentuan invitro secara kuantitatif creatinin dalam serum dan plasma manusia. : laki-laki 0,70 -1,20 mg/dl, perempuan 0,50 0.90 mg/dl. c. Asam urat Asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih. : Laki-laki 3,4 7,0 mg/dl, perempuan 2,4 5,7 mg/dl. Apabila terjadi perubahan pada ginjal menyababkan kerusakan ginjal

rmal

mal

5.

Pemeriksaan Darah

a. Haemoglobin. Hemoglobin adalah metaloprotein (proteinyang mengandung zat besi) di dalam sel darah merahyang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dariparuparu ke seluruh tubuh. Tujuan Nilai normal b. Eritrosit (sei darah merah) Eritrosit adalah jenis sel darah yang paling membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Tujuan Nilai normal banyak dan berfungsi : untuk memeriks kemungkinan anemia. : Laki laki 14 16 , perempuan 12 14 gr %

: untuk menetahui kualitas darah dalam tubuh. : laki-laki 4,5 5,5, perempuan 4-5 juta/UL

c. Leukosit (sel darah putih) Leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksisebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.dan merupakan pertahanan badan terhadap benda asing Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan tubuh melawan infeksi. Nilai normal : 5-10.000/UL

d. Trombosit (keping darah) Trombosit adalah sel kecil yang beredar dalam darah. Tujuan : Untuk melihat kemampuan tubuh mengontrol pendarahan. Nilai normal : 150 -400.000/UL

B.

Urinalisis Merupakan tes saring yang paling sering diminta oleh dokter karena persiapanya tak membebani pasien.

juan

: untuk menentukan infeksi saluran kemih, terutama yang berbau busuk karena nitrit leokosit dan atau bakteri, menentukan kemungkinan gangguan metabolisme misalnya diabetes melitus atau komplikasi kehamilan dan menentukan berbagai jenis ginjal.

h hasil tes saring pada urinalisis no Pemeriksaan Nilai rujukan Contoh Tes diagnosis

kimia 1 2 Kejernian Bau jernih Tidak berbau

abnormal Keruh,berawan gelap Busuk,atau amoniak Kuning coklat

antara lain Mungkin porfirin Sesuaikan dengan hasil sedimen tua Tes faal hati Tes faal hati

Warna

Kuning mudah

pH

4.5 8.0

Merah coklat < diet protein pH darah asidosis kalau perlu < diet sayur pH darah alkalosis kalau perlu biakan kuman

Berar jenis

1.010 -1.020

Pekat diabetes Glukosa darah melitus

C. 1.

THIROID T3 (Triodotironin)

: Untuk menentukan kadar T3 di dalam serum atau plasma. : Enzime immunoassay fase padat satu tahap dengan prinsip kompetitif. Tes menggunakan antibodi momoklonal yang sangat spesifik terhadap T3. : T3 merupakan perantara sebagian besar kerja hormon tiroid tingkat molekuler. Klirens T3 dari darah jauh lebih cepat dibandingkan T4. Sehinngga penentuan kadar T3 yang di hasilkan kelenjar tiroid tidak begitu penting artinya dalam menilai fungsi. Penentuan kadar T3 serum juga tidak berguna untuk menegakan

prestasi

diagnosis hipotiroidisme,karena kadarnya baru turun bila hipotiroidisme sudah berat. : 0,8 2,0 mg/ml 2. T4 ( Tiroksin) Tujuan : Untuk menentukan kadar T4 didalam serum atau plasma. : Enzime immunoassay fase padat satu tahap yang mengukur thyroxin bentuk terikat dengan prinsip kompetitif. : Tirotoksikosis merupakan akibat peningkatan kadar T3 dan T4 dalam darah. Sedangkan hipertiroidisme adalah hiperfungsi tiroid yaitu peningkatan biosintesis dan sekresi hormon oleh kelenjar thiroid. : 50 113 mg/ml

ai normal

sip

prestasi

normal

3. FT 3 (Free Triiodothyronin) : Untuk mendeteksi FT3 dalam serum atau plasma. : Enzime immunoassay fase padat dua tahap dengan prinsip titrasi balik. : Peningkatan kadar FT3 bersama dengan meningkatnya kadar FT4 disertai penurunan TSHs didiagnosis hipertiroidisme dengan API normal atau tinggi bila FT3 normal atau tinggi didiagnosis hipertiroidisme dengan API rendah.

uan

nsip

erprestasi

ai normal

: 4,4 -9,3 Pmol/ L 4. FT4 ( Free Thyroxine) Tujuan : Untuk menentukan kadar di dalam serum atau plasma. Prinsip dengan : Enzime immunoassay prinsip titrasi balik. fase padat dua tahap

erprestasi

: Penurunan kadar FT4 di sertai peningkata TSHs dapat didiagnosis hipotiroidisme primer.

Nilai normal : 10 27 Pmol/L 5. TSHs (thyroid stimulating hormone Tujuan : Untuk menentukan kadar TSH di dalam serum atau plasma. : Enzime immunoassay fase padat dua tahap dengan prinsip sandwich. menentukan status

sip

erprestasi : TSHs dan FT4 merupakan kombinasi tes terbaik untuk thiroid. Nilai rujukan : 0,20 3,20 m IU/L D. Elektrolit.

Elektrolit dalam darah berupa kation misalnya Na+,K+,anion misalnya Cl. Kadar kation dan anion pada keadaan normal sama sehingga keadaan listrik serum adalah netral. 1. Chlorida (Cl-) Chlorida darah membantu regulasi voleme darah,tekana arteri dan keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis). Kadar chlorida menurun misalanya sekresi cairan berlebihan dapat menyebabkan alkalosis metabolik sedang retensi

chlorida atau makan dengan garam hiperchloremia dengan asidosis metabolik. Nilai normal 2. Natrium (Na+) : 9.600 106.00 gr/dl

berlebihan

dapat

menimbulkan

Natrium darah memelihara tekana osmotik cairan ekstraseluler dan berhubungan dengan cairan tubuh serta membantu fungsi neuromuskuler. Natrium juga membantu keseimbangan asam basa. Kadar natrium meninggi dapat karena kekurangan minum air kehilangan banyak air misalnya pada diabetes insifidus, fungsi ginjal terganggu atau makan yang mengadung natrium berlebihan. Nilai normal 3. Kalium (K+) Kaluim merupakan kation utama dalam sel . kalium darah memelihara keseimbangan osmotik dal;am sel, meregulasi aktifitas otot, enzim dan keseimbangan asam basa.kafar kalim meninggi bila kaluim ion masuk kedalam darah seperti pada trauma, terbakar,diabetes. Nilai normal : 3.48 5.50 g / dls : 135.37- 145.00 g/dl

You might also like