You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem indera yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba. Kelima indera tersebut berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan luar, oleh karenanya disebut eksoreseptor.Reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri, kadar oksigen atau karbon dioksida, kadar glukosa dan sebagainya, disebut interoreseptor. Sel-sel interoreseptor misalnya terdapat pada sel otot

tendon,ligamentum, sendi, dinding saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia. Interoreseptor yang membantu koordinasi dalam sikap tubuh disebut kinestesis. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dicantumkan di atas maka penulis dapat merumuskan berbagai masalah sebagai berikut : 1. Apa yang di maksud dengan sistem indera ? 2. Fungsi sistem indera ? 3. Hubungan sistem indera dengan homeostasis ?

4. Struktur makroskopik dan mikroskopik sistem indera ? 5. Bagaimana mekanisme membau ? 6. Bagaimana mekanisme pendengaran ? 7. Bagaimana mekanisme Pengecapan ? 8. Bagaimana mekanisme meraba ? 9. Bagaimana mekanisme melihat? 10. Bagaimana mekanisme menjaga keseimbangan ? 11. Apa definisi dan manfaat vitamin A ? 1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan laporan skenario kedua blok premedical science in homeostastic setting II, agar mahasiswa : 1. Untuk menegetahui makroskopis dan mikroskopis sistem indera 2. Untuk mengetahui mekanisme melihat 3. Untuk mengetahui mekanisme mendengar 4. Untuk mengetahui mekanisme mengecap 5. Untuk menegetahui mekanisme penciuman 6. Untuk mengetahui mekanisme melihat 7. Untuk mengetahui tujuan pemberian vitamin A 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penulisan laporan tutorial kedua ini adalah sebagai berikut 1. Mampu menjelaskan struktur makroskopis dan mikroskopis dari indera penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecap, dan peraba 2. Mampu menjelaskan mekanisme sistem indera penglihatan, pendengaran, penghidu, dan pengecap. 3. Mampu menjelaskan mekanisme adaptasi terang dan gelap. 4. Mampu menjelaskan mekanisme menjaga keseimbangan

BAB II STUDI PUSTAKA

2.1

Definisi Sistem Indera Indera adalah suatu reseptor atau alat tubuh yang mampu menerima rangsangan tertentu. Sedangkan sistem indera merupakan sistem yang mempelajari tentang organ-organ reseptor yang ada di tubuh. Baik itu penglihatan, pendengaran, keseimbangan, peraba, pengecap, dan penghidu. (Bagod sudjadi, 2007)

2.2

Fungsi Sistem Indera Indera dapat berfungsi dengan sempurna apabila tidak ada gangguan pada alat penerima rangsangan, urat saraf penghubung dengan pusat saraf, dan pusat saraf di otak. Jadi, pada prinsipnya sistem indera terdiri dari bagianbagian yang berfungsi menerima, mengolah, dan menjawab rangsangan. (Saktiyono,2007)

2.3

Hubungan Sistem Indera dengan Homeostsis Sistem indera memberi respon terhadap perubahan lingkungan luar. Sistem indera dapat memberi informasi tentang kondisi fisik tubuh manusia. (Sherwood, 2001)

2.4 1.

Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Sistem Indera MAKROSKOPIS INDRA PENGLIHATAN a. Struktur makroskopis dan mikroskopis indera penglihatan 1) Mata, terdiri atas 3 lapisan Tunika fibrosa, terdiri atas

a.

sklera yang memiliki jaringan ikat padat kuat, berkas kolagen gepeng yang berselang-seling namun tetap paralel.

b.

Kornea tidak berwana dan transparan, mempunyai lima lapisan yaitu epitel squamous kompleks non kornifikasi, membran Browman, stroma, membran descemet, dan endotel. Berperan penting dalam kemampuan refraktif mata.

Tunika faskulosa, terdiri atas tiga bagian a. Koroid, merupakan lapisan yang sangat vaskular, dengan jaringan ikat longgar di antara pembuluh darahnya, banyak mengandung firoblas, makrofag, limfosit, sel mast, sel plasma, serat kolagen, dan serat elastin. b. Korpus Siliaris, merupakan pelebaran koroid di tingkat lensa. Pada dasarnya adalah jaringan ikat longgar (yang kaya akan serat elastin, pembuluh darah, dan melanosit) yang mengelilingi muskulus siliaris. c. Prosessus Siliaris, bagian pusatnya adalah jaringan ikat longgar dengan banyak kapiler bertingkap dan ditutupi oleh sel-sel epitel berpigmen dan tidak berpigmen. Sel-sel tak berpigmen secara aktif mentrasfer unsur-unsur plasma

tertentu untuk ke dalam kamera posterior sehingga terbentuk aqueous humor. d. Iris, adalah perluasan koroid yang menutupi sebagian lensa, dan menyisakan lubang bundar di pusat yang disebut pupil. Permukaan anterior iris tidak teratur dan kasar, mempunyai lapisan sel pigmen dan firoblas. Permukaan posterior iris dilapisi oleh dua lapisan epitel, lapisan epitel dalam berhubungan dengan bilik posterior penuh dengan granul melanin. Lapisan epitel luar memiliki juluran mirip lidah yang dipenuhi miofilamen yang tumpang tindih, yang membentuk muskulus dilatator pupil di iris. Iris

mengandung berkas otot polos yang tersusun melingkari pupil, dan membentuk muskulus konstriktur pupil di iris. Lensa, memiliki tiga komponen utama a. Kapsul lensa,merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan glikoprotein b. Epitel Subkapsular, terdiri atas selapis sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada permukaan anterioor lensa. c. Serat lensa, tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan gepeng. Sel-sel ini berisikan sekelompok protein yang disebut kristalin. Badan Vitreus (Badan kaca), merupakan gel transparan yang terdiri atas air, kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Tunika nervosa, yang terdiri dari retina, terdiri atas dua bagian yaitu bagian posterior yang bersifat fotosensitif dan bagian anterior yang tidak fotosensitif. Retina pars optika terdiri atas

lapisan luar sel-sel fotosentitif yaitu, sel batang dan sel kerucut. (Snell, 2006) 2. MIKROSKOPIS INDRA PENDENGARAN Indera pendengaran a. Struktur makroskopis dan mikroskopis indra pendengaran Telinga Luar : mengangkap/menerima gelombang suara 1) Aurikula (pinna), terdiri atas suatu lempeng yang tak teratur di tulang rawan elastik, yang ditutupi secara erat oleh kulit di semua sisinya. 2) Meatus auditorius eksternus, yaitu saluran yang agak gepeng dari permukaan sampai ke dalam tulang temporalis. Terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa. Kelenjar seruminosa merupakan kelenjar tubular bergelung yang

menghasilkan serumen atau lilin telinga. 3) Membrana timpani, merupakan membran lonjong yang menutupi ujung bagian dalam meatus auditorius eksternus. Permukaan luar dilapisi epidermis tipis dan bagian dalam dilapisi epitel selapis kuboid, yang menyatu dengan lapisan rongga timpani. Telinga Tengah (R. Timpani) : tempat gelombang suara diteruskan dari udara ke tulang dan tulang ke telinga dalam 1) Tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes),

meneruskan getaran mekanis yang dihasilkan di membran timpani ke telinga dalam. Maleus menempel di membran timpani dan stapes melekat pada membrane tingkap lonjong. 2) Muara tuba auditiva, lumennya gepeng, saling melekat, epitel berlapis-selapis silindris , sel goblet. L. propria dekat faring ; kelenjar seromukosa. Fungsi: menyamakan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani

Telinga Dalam (labyrinth) : sistem saluran dalam pars petrosa labirin tulang oseos temporalis, (tulang) di

dalamnya labirin membranosa yang berisi cairan endolimf. Antara labirin oseosa dan membranosa terdapat ruang sempit (spatium perilimfatikum) yang berisi perilimf, berhubungan dengan ruang subarakhnoid..

Ada 2 organ reseptor 1. Vestibulum (utrikulus , sakulus dan 3 kanalis semisirkularis ): reseptor untuk rangsangan posisi kepala dan perubahan gerak) 2. Kokhlea : reseptor rangsangan pendengaran dengan frekuensi 20 20.000 Hz. Area Sensoris 1. Makula (utrikuli dan sakuli) Area sensoris pada utrikulus dan sakulus. Terdiri 2 jenis sel : Sel reseptor (sel rambut) : kolumner/ botol, inti basal, gelap. Permukaannya mikrovili, stereosilia dan 1 kinosilia, banyak mitokondria. Permukaannya diliputi lapisan gelatinous

glikoprotein dengan endapan kristal kalsium karbonat (otolit, otokonia)

Sel penyokong (sustentakuler) : silindris tinggi, inti basal, oval, gelap. Mempunyai mikrovili dan granula skretorik.

2.

Krista Ampularis Area sensoris pada ampula kanalis semisirkularis. Penonjolan memanjang sepertu makula, lapisan glikoprotein lebih tebal, bentuk kerucut disebut kopula, tidak diliputi otolit. Arahnya menyilang ampula berhubungan dengan dinding yang berlawanan. Terdapat reseptor dan sel penyokong.

3. Kokhlea Kokhlea bagian tulang berjalan spiral 2 3/4 lingkaran , sumbunya merupakan tulang spongius berbentuk konus (modilus). Pembuluh darah, saraf N. kohklearis dan ganglion spiralis terdapat di dalam modiolus. Kanalis kokhlearis terbagi menjadi 3 bagian : (1) Skala Vestibuli (atas) : perilimf, membrana Vestibularis/ Reisners, fenestra ovalis (2) Skala Media (tengah) atau duktus keokhlearis : endolimf, lamina spiralis oseus dan membranseus membrana basilaris, organon Corti, duktus reuniens-vestibulum (3)Skala Timpani (bawah: perilimf, fenestra rotundum Organon Corti : Sel Penyokong, Sel Rambut (reseptor) dalam berbentuk piriformis inti di basis lebar dan leher ramping, 50-60 stereosilia tanpa kinosilia, bagian luar lebih tinggi, kolumner dengan 100 stereo silia, Membran Tektorial : Membran gelatinous di atas sel-sel rambut.(www.medicastore.com) 3. MAKROSKOPIS INDRA PEMBAU Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak bergerombol seperti tunas pengecap. Epitelium pembau mengandung 20 juta

sel-sel olfaktori yang khusus dengan akson-akson yang tegak sebagai serabut-serabut saraf pembau. Rongga hidung, terdiri atas dua struktur : Vestibulum : epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis Fosa Nasalis (Kavum Nasi) Di dalam tengkorak terletak 2 bilik kavernosa yang dipisahkan oleh septum nasi oseosa. Dari masing-masing dinding lateral keluar 3 tonjolan bertulang mirip rak yangdikenal sebagai konka. Menghidu (olfaction) Kemoreseptor olfaktorius terletak pada epitel olfaktorius, yaitu pada daerah khusus membrane mukosa konka superior yang terletak di atap rongga hidung. Sel penyokong memiliki apeks siliandris yang lebar dan basis yang lebih sempit. Terdapat mikrovili yang terendam dalam selapis cairan. Sel-sel ini mengandung pigmen kuning muda yang menimbulkan warna mukosa olfaktorius ini. Sel-sel basal berukuran kecil,bentuk bulat atau kerucut. Di antara sel basal dan sel penyokong terdapat sel-sel olfaktorius. (Junquiera, 2007) 4. MAKROSKOPIS INDRA PENGECAP Lidah disusun oleh ikatan-ikatan otot seran lintang yang berjalan dalam tiga arah dan tegak lurus satu sama lain. Permukaan lidah terbagi menjadi dua oleh sulkus terminalis yang berbentuk seperti huruf V. Permukaan dorsal lidah banyak terdapat papilla yang dapat berbentuk filiformis, fungiformis, Pada foliata, dan epithelium

sirkumvalata.

permukaannya terdapat alat pengecap. Alat pengecap atau kalikulus

gustatorius/ taste buds umumnya terdapat pada permukaan atau pada sisi papilla. Alat ini terdapat di antara sel-sel epithelium dan tersusun dua macam sel yaitu sel neuroepitel dan sel penyangga (sustentakuler). (Scanlon,2007) 5. MAKROSKOPIS INDRA PERABA Epidermis terutama terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk (keratinosit) tetapi juga mengandung tiga jenis sel yang jumlahnya tidak sebanyak jumlah sel epitel melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel. Dari dermis ke atas, epidermis terbagi atas lima lapisan sel penghasil keratin yaitu stratum basale, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, stratum korneum. a. Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya pada subkutan (hipodermis). Dermis terdiri atas dua lapisan yaitu stratum papilare tipis terdiri atas jaringan ikat longgar dan stratum retikulare yang terdiri jaringan ikat padat longgar tak teratur. Selain itu, mengandung beberapa turunan epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. b. Jaringan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar pada organ-organ di bawahnya. Selain banyaknya ujung saraf bebas di dalam epidermis, folikel rambut, dan kelenjar kutaneus, reseptor yang melebar dan bersimpai terdapat di dalam jaringan dermis dan subkutis, reseptor ini lebih banyak ditemukan di papila dermis. Ujung saraf bebas bersifat sensitif terhadap rabaan-tekanan , sensasi taktil, suhu tinggi dan rendah, nyeri, gatal, dan sensasi lainnya. Ujung yang melebar mencakup ujung Ruffini, dan akhiran bersimpai mencakup badan vater-pacini, badan Meissner, dan badan Krause. (Junqueira, 2007) 2.5 Mekanisme Penciuman

Gas masuk ke hidung dalam udara yang dihirup. Kemudian molekul yang dihirup ini harus dilarutkan agar dapat dideteksi oleh reseptor penghidu. Pengikatan suatu molekul odoriferosa ke tempat perlekatan khusus silia menyebabkan pembukaan saluran Na+ dan K+. Terjadi perpindahan ion yang menimbulkan depolarisasi potensial reseptor yang menyebabkan terbentuknya potensial aksi di serat aferen. Serat-serat aferen berjalan melalui lubang halus di lempeng tulang datar yang memisahkan mukosa olfaktorius dari jaringan otak dasarnya. Serat tersebut segera bersinaps di bulbus olfaktorius. Seratserat keluar dari bulbus olfaktorius melalui 2 rute : 1. Rute subkortikal yang menuju ke daerah sistem limbik, khususnya sisi medial bawah lobus temporalis ( yang dianggap sebagai korteks olfaktorius primer), dan 2. Rute talamus-kortikal. (Sherwood, 2001)

2.6

Mekanisme Pendengaran Gelombang suara getaran membrane timpani getaran tulang-tulang telinga tengah getaran jendela oval gerakan cairan di dalam koklea getaran membrana basilaris pembengkokan rambut sel-sel rambut reseptor organ korti pada saat pergerakan membrana basilaris menyebabkan perubahan-perubahan posisi rambut-rambut tersebut dalam kaitannya dengan membrana tektorial di atas tempat rambut-rambut tersebut terbenam perubahan potensi berjenjang di sel reseptor perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang terbentuk di saraf auditorius perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara. (Sherwood, 2001)

2.7

Mekanisme Pengecapan

Kemoreseptor untuk sensasi pengecapan terkemas dalam papil-papil kecap (taste bud). Setiap papil kecap memiliki lubang kecil, pori-pori kecap tempat berkontaknya cairan mulut dengan permukaan sel reseptor. Pengikatan zat kimia dengan sel reseptor menyebabkan perubahan saluran ion dan menimbulkan depolarisasi potensial reseptor. Potensial reseptor ini kemudian memulai potensial aksi ujung-ujung terminal saraf aferen yang bersinaps dengan reseptor tersebut. Ujung-ujung terminal aferen beberapa saraf kranialis bersinaps dengan papil-papil pengecap di berbagai bagian mulut. Sinyal dimasukkan sensorik ini dikirimkan melalui perhentian-perhentian sinaps di batang otak dan talamus ke daerah gustatorik korteks. (Guyton, 2008) 2.8 Mekanisme Peraba Reseptor taktil terdapat pada beberapa ujung saraf bebas yang dapat dijumpai di semua bagian kulit dan jaringan-jaringan lainnya, dapat mendeteksi rabaan dan tekanan. Reseptor taktil ujung saraf bebas menjalarkan sinyalnya melalui serabut saraf kecil jenis A bermielin yang mempunyai kecepatan penjalaran hanya 5 sampai 30 m/s. Serabut saraf ini mengirimkan sinyalnya ke medulla spinalis dan batang otak bagian bawah. Kemudian sinyal sensorik akan dibawa melalui salah satu dari dua jaras sensorik bolakbalik : (1) sistem kolumna dorsalis-lemnikus medialis atau (2) sistem anterolateral yang sebagian bertemu di thalamus. Sistem kolumna dorsalislemnikus medialis menjalarkan sinyal naik ke medulla otak terutama dalam kolumna dorsalis medulla spinalis. Setelah sinyal itu bersinaps dan menyilang ke sisi berlawanan di dalam medula, sinyal itu naik melalui lemnikus medialis di batang otak menuju talamus. Sinyal dalam sistem anterolateral setelah memasuki medulla spinalis dari radiks saraf spinalis dorsalis, bersinaps di dalam kornu dorsalis substansia grisea medulla spinalis, lalu menyilang ke sisi yang berlawanan dan naik melalui substansia alba anterior dan lateral medulla

spinalis. Sinyal tersebut lalu berakhir pada seluruh tingkat batang otak yang lebih rendah dan juga di talamus. (Guyton,2008)

2.9

Mekanisme Melihat

Gelap : Minim cahaya lensa retina sel batang, sel kerucut sel fotoreseptor konsentrasi GMP siklik tinggi saluran Na terbuka depolarisasi membrane menyebar ke terminal sinap membuka saluran Ca peningkatan pengeluaran zat perantara inhibitorik neuron bipolar dihambat tidak terjadi potensial aksi di sel ganglion tidak terjadi perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan. (Guyton,2008). Terang : Cahaya lensa retina sel batang, sel kerucut sel fotoreseptor fotopigmen penyerapan cahaya disosiasi retinen dan opsin penurunan GMP siklik penutupan saluran Na hiperpolarisasi membrane menutup saluran Ca++ penurunan pengeluaran zat perantara inhibitorik neuron bipolar tidak mengalami inhibisi perubahan potensial berjenjang di sel bipolar potensial aksi di sel ganglion perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di lobus oksipitalis otak (area 18-19) (Guyton,2008).

2.10

Mekanisme Keseimbangan

a. Utrikulus dan sakulus : kantong membranosa dalam vestibulus. Masingmasing mengandung sel rambut yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Posisi kepala berubah otolit menekuk sel rambut menghasilkan impuls di sepanjang vestibulus pada nervus kranialis ke 8 menuju serebellum, otak tengah, dan cerebrum. Impuls diinterpretasi sebagai posisi kepala saat istirahat. (Scanlon,2007) b. Kanalis semi sirkularis : tiga membrane lonjong pada tiga bidang. Bagian yang membesar pada dasar disebut ampula yang berisi sel rambut (krista) yang dipengaruhi oleh gerakan.

Rambut rambut pada sel rambut vestibularis terdiri dari 20 sampai 50 stereosilia, yaitu mikrovilus yang diperkuat oleh aktin, dan satu silium, kinosilium. Setiap sel rambut berorientasi sedemikin rupa sehingga sel tersebut mengalami depolarisasi stereosilianya

membengkok kearah kinosilium; pembengkokan kearah berlawanan menyebabkan hiperpolarisasi sel. Sel-sel rambut membentuk sinaps zat perantara kimiawi dengan ujung-ujung terminal neuron aferen yang akson-aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis lain untuk membentuk saraf vestibularis.sarf ini bersatu dengan saraf auditorius dari koklea untuk membentuk saraf vestibulokoklearis. Depolarisasi sel-sel rambut meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di serat-serat aferen; sebaliknya, ketika sel-sel rambut

mengalami hiperpolarisasi, frekuensi potensial aksi di serat aferen menurun. Sementara kanalis semisirkularis memberikan informasi mengenai perubahan rotasional gerakan kepala kepada SSP, organ otolit memberiakn informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan juga mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan linier (bergerak dalam garis lurus tanpa memandang arah). (Sherwood, L. 2001 ) Tubuh bergerak sel rambut menekuk kearah yang berlawanan menghasilkan impuls sepanjang cabang vestibulus nervus cranialis ke 8 serebellum, otak tengah, dan cerebrum. Impuls diinterpretasi sebagai gerakan tubuh, perubahan kecepatan, berhenti, atau mulai bergerak. c. Berawal dari rangsangan di crista ampularis dan macula saculi serta macula utriculi akibat perubahan tekanan endolymphe. Serabut sensoris dari reseptor ini badan selnya terletak di glandula vestibulare, di teruskanoleh nervus vestibulis ke pusat keseimbangan di cerebellum. (Scanlon,2007) 2.11 Definisi, Fungsi, Sumber dan Akibat kekurangan/kelebihan Vitamin A Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A karotenoid yang mempunyai aktivitas biologi sebagai retinol. Sedangkan fungsi dari vitamin A sendiri adalah untuk kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, pencegahan kanker dan penyakit jantung dan lain-lain. Sumber vitamin A terdapat di dalam pangan hewani (hati, kuning telur, susu dan mentega/margarin)

sedangkan karoten terutama didalam pangan nabati yaitu sayuran yang berwarna hijau tua dan bhah-buahan yang berwarna kuning-jingga (daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga nangka dan jeruk). Kekurangan vitamin A menyebabkan buta senja, perubahan pada mata, perubahan pada kulit, gangguan pertumbuhan dan banyak lagi. Kelebihan vitamin A pada orang dewasa anoreksia, sakit pada tulang, pusing, tidak nafsu makan, pusing, rambut rontok, kulit kering dan menstruasi berhenti(pada wanita). Pada anakanak terjadi pembesaran kepala, hidrosefalus dan mudah tersinggung. (Sunita Almatsier, 2009)

BAB III PEMBAHASAN

A. Skenario Sore ini umi sibuk membuat makanan di dapur untuk persiapan Posyandu besok pagi. Program Posyandu besok ada tambahan pemberian vitamin A. Ibu menyuruh Fatimah mengambilkan cetakan kue yang berwarna hijau di gudang. Fatimah menyalakan lampu gudang, kemudian naik kursi untuk mengambil cetakan kue di atas almari gudang. Dia tahu bahwa dia harus menjaga keseimbangannya supaya tidak jatuh. Setelah berhasil mengambilnya, tiba-tiba listrik mati sehingga ruangan menjadi gelap. Fatimah ketakutan tetapi dia berusaha turun dari kursi dengan hati-hati. Selama bebrapa detik dia tidak dapat melihat apa-apa, kemudian lambat laun dia mulai dapat melihat benda sekitarnya meskipun remang-remang. Sambil meraba-raba, dia berusaha untuk keluar. Alhamdulilah tidak lama kemudian listrik menyala. Saat Fatimah kembali ke dapur, telepon berbunyi. Umi menyuruh untuk menerima telepon tersebut. Selesai menerima telepon, Fatimah mendengar adzan maghrib dan bergegas ke masjid. Sepulang dari masjid, Fatimah mencium aroma kue yang lezat. Mmm... Baunya sedap sekali Umi... pasti enak rasanya,kata Fatimah. Dia pun mengambil secuil roti dengan jarinya. Roti itu masih panas tetapi dia tetap mencicipinya. Bisamillah, manis dan lezat, Umi sorak Fatimah senang. B. Analisis Skenario Vitamin A Adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Viatmin A banayak terdapat pada bahan-bahan nabati, seperti sayuran dan

buah-buahan yang berwarna hijau atau kuning. Fungsi vitamin A sendiri adalah untuk pembentukan pigmen retina mata untuk mencegah rabun senja, pertumbuhan normal sel tubuh, pertumbuhan dan poliferasi normal berbagai jenis epitel berbeda. Jumlah kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk bayi 0-5 tahun adalah 1500 IU/hari, bayi sampai anak-anak dibawah 10 tahun adalah 1200-2400 IU/hari, orang dewasa adalah 3500-4000 IU/hari dan untuk wanita hamil adalah 4000 IU/hari. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin A.Penyakit tersebut adalah: - Penyakit Seliak - Fibrosa kistik - Penyumbatan saluran empedu. Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek yang sama. Gejala pertama dari kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun senja. Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam bagian putih mata (sklera) dan kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan parut (xeroftalmia), yang bisa menyebabkan kebutaan yang menetap. Malnutrisi pada masa kanak-kanan (marasmus dan kwashiorkor), sering disertai dengan xeroftalmia; bukan karena kurangnya vitamin A dalam makanan, tetapi juga karena kekurangan kalori dan protein menghambat pengangkutan vitamin A.

Kulit dan lapisan paru-paru, usus dan saluran kemih bisa mengeras. Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit (dermatitis) dan meningkatkan kemungkinan terkena infeksi.

Aparatus

vestibular

merupakan organ sensoris

untuk

mendeteksi

keseimbangan. Organ ini dibungkus oleh sistem tabung tulang yang disebut tulang labirin. Dan di dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan yang disebut labirin membranosa yang terdiri atas koklea yang merupakan organ sensorik utama untuk pendengaran serta kanalis semisirkularis, utrikulus dan sakulus yang merupakan bagian integral dari mekanisme keseimbangan. Pada bagian sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut makula akustika (sebagai indera keseimbangan statis). Setiap makula akustika ditutupi oleh lapisan gelatinosa (statokonia). Pada keadaan gelap, refleks cahaya pupil akan terhambat sehingga pupil mengalami dilatasi agar dapat beradaptasi dalam keadaan gelap. Bila seseorang berada di tempat gelap, retinal dan opsin yang terdapat di dalam sel batang dan kerucut diubah kembali menjadi pigmen yang peka cahaya. Selanjutnya vitamin A diubah kembali menjadi retinal untuk terus menyediakan lebih banyak pigmen peka cahaya. Kepekaan mata perlahan-lahan meningkat, sehingga kita mulai bisa melihat dalam keadaan gelap. Keadaan ini disebut adaptasi gelap. Bila seseorang berada ditempat yang terang, maka banyak sekali fotokimiawi yang terdapat di sel batang dan kerucut menjadi berkurang karena diubah menjadi retinal da opsin. Selanjutnya, sebagian besar retinal dalam sel batang dan kerucut akan diubah menjadi vitamin A. Oleh karena efek ini, konsentrasi bahan kimiawi fotosensitif yang menetap di dalam sel batang dan kerucut akan banyak sekali berkurang, akibatnya sensitivitas mata terhadap cahaya juga menjadi berkurang. Keadaan ini disebut adaptasi terang. Daya akomodasi mata Perlu diketahui bahwa jarak antara lensa mata dan retina selalu tetap. Sehingga dalam melihat benda-benda pada jarak tertentu perlu mengubah kelengkungan lensa mata. Untuk mengubah kelengkungan lensa mata, yang

berarti mengubah jarak titik fokus lensa merupakan tugas otot siliar. Hal ini dimaksudkan agar bayangan yang dibentuk oleh lensa mata selalu jatuh di retina. Pada saat mata melihat dekat lensa mata harus lebih cembung (otot-otot siliar menegang) dan pada saat melihat jauh lensa harus lebih pipih (otot-otot siliar mengendor). Peristiwa perubahan-perubahan ini disebut daya akomodasi. Daya akomodasi (daya suai) adalah kemampuan otot siliar untuk menebalkan atau memipihkan kecembungan lensa mata yang disesuaikan dengan dekat atau jauhnya jarak benda yang dilihat.Manusia memiliki dua batas daya akomodasi (jangkauan penglihatan) yaitu : 1. titik dekat mata (punctum proximum) adalah jarak benda terdekat di depan mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal (emetropi) titik dekatnya berjarak 10cm s/d 20cm (untuk anak-anak) dan berjarak 20cm s/d 30cm (untuk dewasa). Titik dekat disebut juga jarak baca normal. 2. titik jauh mata (punctum remotum) adalah jarak benda terjauh di depan mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal titik jauhnya adalah tak terhingga.

a. Akomodasi mata saat melihat jauh b. Akomodasi mata saatmelihat dekat

Saat Fatimah kembali ke dapur terdengar suara telepon dan Fatimah kemudian berlari untuk mengankat telepon maka saat itu terjadi mekanisme mendengar. Frekuensi suara yang dapat didengar oleh manusia berkisar antara 2020.000 siklus per detik. Ambang telinga manusia beragam sesuai nada suara dengan kepekaan tertinggi dalam rentang 1000-4000 Hz. Nada suara pria ratarata dalam percakapan adalah sekitar 120 Hz dan wanita sekitar 250 Hz. Dan pada saat Fatimah mencium aroma kue dan merasakan kue tersebut berarti saat itu terjadi mekanisme membau dan meraba.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Dari materi yang telah diuraikan pada Studi Pustaka dan dalam kaitannya dengan kasus skenario, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1) Sistem Indera merupakan suatu system yang terdiri dari indera-indera yang berfungsi sebagai reseptor yang menangkap rangsang tertentu. Terdiri dari indera penglihatan, indera penglihatan, indera penciuman, indera peraba, indera pendengaran 2) Tujuan pengindraan adalah untuk mendeteksi perubahan yang terjadi pada lingkungan interna maupun eksterna untuk memampukan tubuh bereaksi secara tepat dalam menjaga homeostasis. 3) Mata adalah struktur khusus tempat reseptor-reseptor peka cahaya yang penting untuk persepsi penglihatan. Yaitu sel kerucut dan sel batang ditemukan di lapisan retina. Iris mengontrol ukuran pupil dan mengatur jumlah cahaya yang diperbolehkan masuk ke mata. Kornea dan lensa adalah struktur refraktif utama yang membelokkan berkas cahaya masuk agar bayangan terfokus diretina. Kornea merupakan penentu utama kemampuan refraktif mata. Kekuatan lensa dapat diubah-ubah melalui kerja otot siliaris agar mata dapat berakomodasi untuk penglihatan jauh atau dekat. 4) Telinga melaksanakan dua fungsi yang berbeda. Pertama mendengar yang melibatkan telinga luar, telinga tengah dan koklea telinga dalam. Dan sensasi keseimbangan yang melibatkan apparatus vestibularis telinga dalam.

5)

Pengecapan dan penghidu adalah indera kimiawi. Pada keduanya, perlekatan molekul larut tertentu ke tempat pengikatan membrane reseptor menyebabkan potensial reseptor, yang pada gilirannya, menimbulkan impuls saraf yang memberi sinyal adanya zat kimia yang bersangkutan.

6)

Organon auditus terbagi ke dlm : Auris externa (auricula, meatus acusticus ext.us), Auris media (cavum tympani), yang di dalamnya terdapat ossicula auditiva (os malleus, os incus dan os stapes), m.tensor tympani dan m.stapedius, Auris interna (labyrinthus osseus dan labyrinthus membranaceus)

B.SARAN 1) Kepada orangtua yang memiliki balita sebaiknya rajin untuk melakukan imunisasi ke pukesmas terdekat untuk memberikan vitamin kepada anak 2) Saat anak sakit flu berat segera lakukan pemeriksaan kepada dokter, karena apabila terjadi peradangan maka akan menimbulkan gangguan pada anak 3) Apabila membersihkan telinga, hendaknya tidak membersihkan terlalu dalam karena dikhawatirkan akan merobek membran timpani (gendang telinga) yang akan mengganggu pendengaran 4) Hendaknya menjaga kesehatan dan kebersihan tubuh, serta merawat tubuh 5) Ketika keadaan terang kemudian gelap atau lampu mati, berdiam sejenak agar mata dapat beradaptasi sehingga dapat melihat dalam keadaan gelap walaupun remang-remang. 6) Sebaiknya makan ketika makanan sudah hangat, jangan terlalu panas agar lidah tidak terasa nyeri

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Ganong,W.F., 2008. Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta : EGC Guyton, A.C. & Hall, A.J. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC Junqueira,L.C. & Carneiro,J., 2007. Histologi Dasar Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC Saktiyono.,2007.IPA Biologi untuk SMA kelas XI.Edisi 2. Surakarta : Erlangga Scanlon, Valerie C. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 3. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC Snell, R.S.,2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC Sudjadi, Bagod et al.,2007.Biologi Sains dalam Kehidupan SMA kelas XI.Semester 2.Surabaya : Yudistira www.medicastore.com diakses pada tanggal 6 Desember 2009

LAPORAN TUTORIAL BLOK III SKENARIO III


Pentingnya Menjaga Sistem Indra Untuk Menanggapi Suatu Rangsangan

OLEH :

Nama Nim Nama tutor

: Suman Yus Mei Hadiana : J500090110 : dr. Iin Novita

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

You might also like