You are on page 1of 18

EVALUASI PERMASALAHAN REGULASI ALIH FUNGSI LAHAN (Studi Kasus Alih Fungsi Lahan RTH Menjadi Bangunan Apartemen

Di Kelurahan Sidosermo)

Tugas III Mata Kuliah Hukum dan Administrasi Pembangunan Oleh : RYSKA ZARETTA N. RAHARDINI MEGA INDRI HASTUTI AYU KEMALA GHANA FAJAR FITRA ANUGRA PANJI ANINDITO RAHMATYAS ADITANTRI JUSTIN PUTRI P. VOLARE AMANDA W. 3608100004 3608100016 3608100028 3608100033 3608100039 3608100041 3608100044 3608100058 3608100063

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hukum adalah segala peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam kehidupan bersama yang dapat dipaksakan dengan suatu sanksi dalam pelaksanaannya. Hukum mengatur dan berkaitan dengan banyak hal, tak terkecuali yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota. Jika hukum dipenuhi oleh pihak-pihak yang terkait maka keteraturan yang diinginkan akan tercapai. Tetapi bagaimana bila pihak-pihak yang terkait dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota tidak memenuhi hukum-hukum yang berlaku?, maka sudah pasti berbagai bencana, persengketaan dan kekacauan lain akan terjadi.

Di Kota Surabaya, kasus mengenai persengketaan tanah, penggusuran bangunan, reklame roboh, alih fungsi lahan dan berbagai kasus serupa sudah kerap terjadi di kota ini. Hal tersebut tentu disebabkan oleh adanya pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang akibatnya dirasakan oleh banyak pihak yang tidak bersalah. Selain itu, pengawasan terhadap pelanggaran hukum yang dilakukan juga dirasa sangat kurang karena pengetahuan hukum masyarakat sekitar yang kurang.

Dalam permasalahan pelanggaran hukum ini yang menjadi fokus utama adalah permasalahan menegenai alih fungsi lahan. Menurut Lestari (2009), alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.

Kasus yang akan dikaji adalah kasus alih fungsi lahan RTH menjadi apartemen. Hal ini terjadi dikarenakan penyimpangan dalam terbitnya IMB untuk pembangunan apartemen di Kelurahan Sidosermo. Menurut warga setempat di lingkungan tersebut diketahui bahwa lahan ini pernah difungsikan sebagai lapangan. Data di pemkot Termasuk di pemkot juga tercatat sebagai fasum dalam bentuk RTH.

Namun, dikeluarkan IMB yang menyatakan bahwa pemkot mengeluarkan izin untuk membangun apartemen. Warga setempat yang mengetahui rencana pembangunan itu

melakukan protes. Sebab, yang mereka mengetahui bahwa tanah tersebut milik kelurahan.

1.2

Rumusan Masalah Berbagai kasus pelanggaran hukum yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota telah banyak terjadi di Surabaya. Jika para pelanggar hukum tersebut terus menjalankan aksinya tanpa ada pengawasan dari masyarakat dan pemerintah, maka akan lebih banyak pihak yang dirugikan.

Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini terangkum dalam pernyataan sebagai berikut : 1. Apa saja dasar hukum atau regulasi yang berkaitan dengan permasalahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kelurahan Sidosermo? 2. Sejauhmana implementasi peraturan yang berkaitan dengan permasalahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kelurahan Sidosermo? 3. Bagaimana arahan penyelesaian masalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kelurahan Sidosermo sesuai dengan arahan regulasi? 1.3 Tujuan dan Sasaran Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah mengidentifikasi permasalahan regulasi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota di Surabaya. Sedangkan sasaran dari penulisan makalah ini adalah: 1. Mengevaluasi apakah implementasi dari suatu peraturan perundangan (undangundang, peraturan pemerintah, perda) pada kasus alih fungsi lahan di Kelurahan Sidosermo sesuai atau menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundangan. 2. Menjelaskan pada klausul mana kesesuaian atau penyimpangannya. 3. Menjelaskan arahan penyelesaian dari kasus alih fungsi lahan Ruang Terbuka Hijau di Kelurahan Sidosermo.

1.4

Ruang lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Penulisan Ruang lingkup penulisan yang dibahas dalam makalah ini adalah permasalahan regulasi dalam perencanaan wilayah dan pembangunan pada Kasus Alih Fungsi Lahan di Kelurahan Sidosermo.

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah Lingkup wilayah yang diambil dalam makalah ini adalah lahan yang bermasalah pada Ruang terbuka Hijau di Kelurahan Sidosermo

1.5

Sistematika Penulisan Sistematika dalam pembahasan ini sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. BAB II Permasalahan Regulasi, Evaluasi dan Penyelesaian dalam Kasus Alih Fungsi Lahan Ruang Terbuka Hijau Pada Kelurahan Sidosermo Berisi mengenai gambaran mengenai kasus studi, evaluasi kasus terhadap regulasi arahan penyelesaian secara regulasi. BAB III Penutup Berisikan mengenai kesimpulan dari permasalahan regulasi, evaluasi dan

penyelesaian dalam kasus alih fungsi lahan pada Kelurahan Sidosermo.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

GAMBARAN MENGENAI KASUS STUDI

Kelurahan Sidosermo terletak di Kecamatan Menanggal, Surabaya Selatan. Salah satu kasus yang terjadi di kelurahan ini yang menjadi sorotan adalah alih fungsi lahan pada ruang terbuka hijau. Dalam kasus ini, terjadi penyimpangan dalam terbitnya IMB untuk pembangunan apartemen di Kelurahan Sidosermo. Sebuah lahan di Kelurahan Sidosermo yang seharusnya disediakan untuk kepentingan sosial nyaris berubah menjadi apartemen. Luas lahan dengan peruntukan yang dialihfungsikan itu sekitar 1.000 meter persegi. Dilihat dari fisik, bangunan tersebut akan dibuat bertingkat. Lahan itu telah dikelilingi pagar tembok. Di sisi depan terdapat dua pintu masuk yang diberi terali dan digembok. Hampir semua warga di lingkungan itu mengetahui bahwa lahan tersebut pernah difungsikan sebagai lapangan. Data di pemkot Termasuk di pemkot juga tercatat sebagai RTH. Namun, muncul izin mendirikan bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh dinas tata kota dan permukiman (sekarang dinas cipta karya dan tata ruang). Warga yang mengetahui rencana pembangunan itu langsung protes. Penyebabnya adalah selama ini yang mereka tahu tanah tersebut milik kelurahan.

Polemik muncul di internal pemkot ketika warga di sekitar lokasi pembangunan melaporkan bahwa peruntukan yang sebenarnya adalah RTH. Terbitnya IMB lantas dipermasalahkan. Dampaknya, pembangunan apartemen dihentikan. Pemkot juga kelabakan karena telanjur mengeluarkan IMB. Jika izin itu dicabut, pemohon IMB bisa protes. Penyimpangan dalam hal penerbitan izin juga bisa terungkap. Solusinya, masalah tersebut dibiarkan

mengambang. Indikasi keterlibatan pejabat pemkot juga dikuatkan oleh KPK. Seperti sebelumnya, beberapa pejabat pemkot memilih bungkam saat dikonfirmasi. Hal tersebut berlangsung sejak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turun untuk mengusut dugaan penyimpangan tersebut. Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Surabaya Hendro Gunawan beberapa kali gagal ditemui di ruang kerjanya.

Tidak hanya pejabat, Wali Kota Surabaya pada saat itu Bambang Dwi Hartono pun hanya bisa pasrah ketika penyalahgunaan fasum di Surabaya masuk ke agenda penyelidikan KPK. "Biar dituntaskan dulu penyelidikannya. Nanti dievaluasi," kata beliau di GOR Kodam V Brawijaya, Jalam Hayam Wuruk. Dia tidak memungkiri bahwa penerbitan IMB untuk tersebut menyalahi aturan. Bambang juga memastikan, IMB itu bisa ditarik kembali. Pencabutan sah

dilakukan jika penerbitan izin memang tidak sesuai prosedur. Setelah dicabut, fungsi lahan tersebut dikembalikan seperti semula.

. 2.1.1 Permasalahan Kasus Dalam kasus pembangunan apartemen di Kelurahan Sidosermo tersebut terdapat dua permasalahan, yaitu : 1. Permasalahan pertama adalah pengalihfungsian lahan RTH menjadi apartemen. Menurut dokumen rencana tata ruang, lahan tersebut diperuntukkan sebagai RTH, namun tiba-tuba ada pengembang yang melakukan pembangunan apartemen di lahan tersebut. 2. Permasalah kedua adalah terbitnya IMB apartemen yang bertentangan dengan penggunaan lahan yang tertera pada dokumen rencana tata ruang. Belum ada keterangan mengapa IMB apartemen tersebut bisa keluar sehingga sampai sekarang pembangunan apartemen terpaksa ditelantarkan. 2.2 EVALUASI KASUS TERHADAP REGULASI

Berdasarkan kasus yang telah dijelaskan pada sub bab di atas secara garis besar permasalahan kasus ruang terbuka hijau di kota surabaya adalah pengalihan fungsi dari ruang terbuka yang telah ditetapkan oleh pemerintah kota surabaya menjadi fungsi lainnnya seperti menjadi fasum atau bahkan menjadi ijin milik swasta untuk mendirikan bangunan sebagai apartemen. Dalam beberapa regulasi yang pernah disahkan dan telah ditetapkan untuk mengikat dan mengatur tentang ruang terbuka hijau serta hal-hal yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau diantaranya Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung, dalam Undang-Undang ini disebutkan mengenai pembangunan gedung dalam hal ini semua jenis dan fungsi bangunan gedung tidak boleh boleh mengganggu keseimbangan lingkungan. Seperti pada pasal 11 ayat 2 menyebutkan bahwa : Bangunan gedung yang dibangun di atas, dan/atau di bawah tanah, air, dan/atau prasarana dan sarana umum tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum yang bersangkutan. Bangunan gedung dimungkinkan dibangun di atas atau di bawah tanah, air, atau prasarana dan sarana umum seperti jalur jalan dan/atau jalur hijau setelah mendapatkan izin dari pihak yang berwenang dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana yang bersangkutan, dengan pertimbangan tidak bertentangan dengan rencana tata ruang, rencana tata bangunan dan

lingkungan, tidak mengganggu fungsi prasarana dan sarana yang ber-sangkutan, serta tetap mempertimbangkan keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya. Pemberian izin terhadap pembangunan gedung yang akan dibangun diatas lahan ruang terbuka hijau pun perlu diawasi secara ketat, hal ini dikarenakan masih banyak oknumoknum yang menggunakan wewenangnya untuk kepentingannya sendiri sehingga izin yang seharusnya tidak dkeluarkan karena bangunan yang akan dibangun tersebut dapat mengurangi keseimbangan lingkungan dan secara langsung dapat mengurangi porsi serta fungsi dari ruang terbuka tersebut. Selain itu terdapat regulasi lain yang masih mengatur penataan ruang terbuka hijau yang ada yaitu Perda Surabaya nomor 7 tahun 2002 yang mengatur mengenai pengelolahan ruang terbuka hijau di kota Surabaya mencakup pemanfaataan, pengelolahan, serta pengendalian ruang terbuka hijau yang ada di kota Surabaya. Dalam Peraturan dareah tersebut disebutkan bahwa penyediaan ruang terbuka hijau di kota Surabaya telah diatur porsi-porsinya untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Untuk itu penyimpangan fungsi lahan untuk ruang terbuka hiijau harus memiliki izin dari pihak yang memiliki wewenang mengenai hal tersebut. Hal ini juga tercantum pada pasal 10 ayat 1 yang berbunyi. : Guna pengendalian, pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau, setiap usaha atau kegiatan oleh dan/atau untuk kepentingan perorangan atau Badan yang memakai lokasi Ruang Terbuka Hijau tidak boleh menyimpang dari fungsinya dan harus memperoleh izin dari Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam Peraturan daerah nomor 7 tahun 2002 dimungkinkan untuk terjadi pengalihfungsian lahan ruang terbuka sejauh kepentingan atau manfaatnya dinilai lebih besar dan untuk kepentingan umum dan telah mendapatkan izin dari Kepala Daerah dengan ketentuan yang berlaku. Di Permendagri nomor 1 Tahun 2007 juga terdapat regulasi yang mengatur mengenai kasus yang ada yaitu dalam hal pemanfaatan, dan dalam regulasi tersebut diatur dalam Pasal 12 ayat 3 yang berbunyi : RTHKP publik tidak dapat dialihfungsikan. Dalam Permendagri no 1 Tahun 2007 lahan ruang terbuka hijau yang telah ditetapkan tidak dapat dialih fungsikan. Hal ini berkaitan dengan Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 mengenai penataan ruang yang menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau publik untuk wilayah perkotaan harus mencapai 30% dari luas lahan yang ada diperkotaan tersebut. Dengan adanya pengalihfungsian lahan ruang terbuka hijau yang ada dan telah ditetapkan

pada rencana tata ruang yang ada maka porsi untuk ruang terbuka hijau di kota Surabaya akan berkurang sehingga akan mengganggu keseimbangan lingkungan. Oleh karena itu dalam permasalahan kasus ruang terbuka hijau di Kelurahan Sidosermo yang mengalami pengalihan fungsi dari ruang terbuka yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya menjadi fungsi lainnnya seperti menjadi fasum atau bahkan menjadi ijin milik swasta untuk mendirikan bangunan sebagai apartemen menyalahi aturan yang ada dalam Permendagri nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Kawasan Perkotaan. 2.3 ARAHAN PENYELESAIAN SECARA REGULASI

Berdasarkan kasus di atas, dilihat dari keterlibatan pejabat pemkot Surabaya dalam pengalihfungsian lahan tersebut terletak pada permasalahan ijin mendirikan bangunan. Sesuai data Pemkot Surabaya tercatat bahwa lahan di kelurahan Sidosermo difungsikan sebagai lapangan atau fasum dalam bentuk RTH. Namun faktanya adalah peruntukkan lahan sebagai RTH ini dibangun gedung tinggi seperti aparteman. Seharusnya, pejabat yang bersangkutan menolak pengajuan IMB tersebut karena tidak sesuai peruntukan. Tapi entah bagaimana, ijin itu bisa keluar. Arahan penyelesaian masalah menurut regulasi adalah : Menurut Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung, pelanggaran undang-undang ini dikenakan sanksi sesuai dengan bab VIII pasal 44 tentang sanksi. Yang menyebutkan bahwa : Setiap pemilik dan/atau pengguna yang tidak memenuhi kewajiban pemenuhan fungsi, dan/atau persyaratan, dan/atau penyelenggaraan bangunan gedung

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi pidana. Sedangkan sanksi administratif disebutkan dalam pasal 45 ayat 1, sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 dapat berupa : (1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dapat berupa: a. peringatan tertulis, b. pembatasan kegiatan pembangunan, c. penghentian pembangunan, d. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung; e. pembekuan izin mendirikan bangunan gedung; f. pencabutan izin mendirikan bangunan gedung; g. pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung; sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan

h. pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung; atau i. perintah pembongkaran bangunan gedung. Dalam Perda Surabaya no 7 tahun 2002 mengenai penyelesaian masalah alih fungsi lahan dengan dikenakan sanksi baik sanksi administratif maupun sanksi pidana, yaitu terdapat dalam pasal : Pasal 14 ayat 1 dan 2 (1) Barang siapa memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau tanpa memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (2) dan pasal 10 ayat (1) maka orang atau Badan tersebut harus menghentikan, mengosongkan dan mengembalikan sesuai keadaan semula atas beban yang bersangkutan ; (2) Dalam hal ketentuan tersebut tidak dipenuhi maka Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk berwenang melaksanakan penghentian kegiatan secara paksa, pengosongan lokasi Ruang Terbuka Hijau dan mengembalikan sesuai keadaan semula atas beban pelanggar yang bersangkutan dengan ketentuan biaya yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. Pasal 15 Barang siapa memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau yang

menyimpang/bertentangan dari izin yang diberikan maka izin dicabut. Pasal 18 tentang ketentuan pidana Barang siapa karena kesalahannya mengakibatkan rusaknya Ruang Terbuka Hijau atau melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tersebut dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). Dalam pasal 13 menyebutkan bahwa Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pengawasan dan penertiban terhadap pengelolaan, pemanfaatan dan pengendalian Ruang Terbuka Hijau. Dan pengendalian yang diperlukan adalah diatur dalam pasal 10 ayat 1, yaitu : (1) Guna pengendalian, pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau, setiap usaha atau kegiatan oleh dan/atau untuk kepentingan perorangan atau Badan yang memakai lokasi Ruang Terbuka Hijau tidak boleh menyimpang dari fungsinya dan harus memperoleh izin dari Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sesuai dengan rancangan peraturan daerah kota surabaya tentang rencana tata ruang wilayah kota surabaya tahun 2010-2030 untuk sanksi bagi pelaku, pemberi izin, dan pengguna lahan yang tidak sesuai rencana tata ruang maka disebutkan adalah sebagai berikut : Sanksi administratif - Pasal 118, yaitu : (1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran di bidang penataan ruang dikenakan sanksi administratif. (2) Pelanggaran di bidang penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat berwenang; c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang;dan/atau d. menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.

- Pasal 119 Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (2) huruf a meliputi: a. memanfaatkan ruang dengan izin pemanfaatan ruang dilokasi yang tidak sesuai dengan peruntukkannya; b. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi yang sesuai peruntukannya; dan/atau c. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi yang tidak sesuai peruntukannya.

- Pasal 120 Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (2) huruf b meliputi: a. tidak menindaklanjuti izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan; dan/atau b. memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang yang tercantum dalam izin pemanfaatan ruang.

Pengembalian fungsi asli tata guna lahan Sesuai dengan pasal 118 ayat (3) rancangan peraturan daerah kota surabaya tentang rencana tata ruang wilayah kota surabaya tahun 2010-2030, telah ditetapkan bahwa: (3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; c. penghentian sementara pelayanan umum; d. penutupan lokasi; e. pencabutan izin; f. pembatalan izin; g. pembongkaran bangunan; h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau i. denda administratif. Mendaftarkan fasilitas umum tersebut sebagai identitas RTH kota Surabaya Dalam hal ini untuk memperkuat nilai hukum dari RTH kelurahan Sidosermo, registerasi perlu dilakukan secepatnya. Setelah selesai dikembalikan fungsinya sebagai RTH, dilakukan pendaftaran sesuai dengan peraturan yang berlaku dan setelah terdaftar, sehingga hal yang menyimpang dari hukum dapat dikenai sanksi sebagai hukuman dari penyimpangan yang terjadi.

Sesuai dengan peraturan daerah kota surabaya tentang rencana tata ruang wilayah kota surabaya tahun 2010-2030 pengendalian pemanfaatan ruang, meliputi: 1. mengoordinasikan penetapan peraturan zonasi sistem kabupaten/kota; 2. memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang daerah; 3. melakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang daerah dengan provinsi Jawa Timur dan dengan kabupaten/kota terkait; 4. melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

penyelenggaraan penataan ruang; 5. melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang; dan 6. mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pemberian Insentif dan Disinsentif Jika fungsi RTH ini tetap digunakan untuk kegiatan yang bukan peruntukannya dalam hal ini komersial, maka pemerintah bisa memberikan disinsentif berupa kebijakan untuk mencabut IMB kepada pemiliknya. Sesuai dengan peraturan daerah kota surabaya tentang rencana tata ruang wilayah kota surabaya tahun 2010-2030 adalah: - Pasal 103 (1) Ketentuan pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 huruf c merupakan kebijaksanaan pemanfaatan ruang yang bertujuan untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan

yang tidak sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. (2) Pemberian disinsentif dapat berupa : a. peningkatan nilai pajak/retribusi; b. pemberian persyaratan khusus dalam proses perizinan; dan c. pembatasan penyediaan infrastruktur.

Sebagai sebuah komponen penting dalam perwujudan ruang kehidupan yang nyaman, produktif, dan berkelanjutan, keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan perlu diatur agar tidak terabaikan dan termarjinalisasi oleh kegiatan-kegiatan budidaya yang dipandang mampu memberikan keuntungan ekonomis secara nyata dan cepat. Fakta yang menunjukkan bahwa tujuan terciptanya lingkungan terpadu kurang terlihat dalam wujud tata ruang yang terbentuk bukan disebabkan oleh tidak adanya visi lingkungan, tetapi lebih disebabkan oleh faktor lain seperti: a. Kurangnya pemahaman para pemangku kepentingan akan pentingnya aspek

keberlanjutan lingkungan hidup (environmental sustainability), terutama dalam tahap implementasi rencana tata ruang. b. Adanya kebutuhan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berdampak pada pemberian izin pemanfaatan ruang yang melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungan, termasuk alih fungsi lahan RTH menjadi apartemen. c. Lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, akibat dari kurang tegasnya pengaturan sanksi dalam Undang-Undang Penataan Ruang. d. Adanya faktor birokrasi atau penyalahgunaan kekuasaan dalam mengeluarkan IMB.

Tabel 1. Evaluasi Kasus Terhadap Regulasi Kasus Evalusi Kasus Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung. Bangunan gedung dimungkinkan dibangun di atas atau prasarana dan sarana umum seperti jalur jalan dan/atau jalur hijau setelah mendapatkan izin dari pihak yang berwenang dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana yang bersangkutan, dengan pertimbangan tidak bertentangan dengan rencana tata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan, tidak mengganggu Terjadi konversi lahan ruang fungsi prasarana dan sarana yang ber-sangkutan. Perda Surabaya nomor 7 tahun 2002 tentang pengelolahan ruang terbuka hijau. dimungkinkan untuk terjadi pengalihfungsian lahan ruang terbuka sejauh kepentingan atau manfaatnya dinilai lebih besar dan untuk kepentingan umum dan telah mendapatkan izin dari Kepala Daerah dengan ketentuan yang berlaku. Permendagri nomor 1 Tahun 2007. Dengan adanya pengalihfungsian lahan ruang terbuka hijau yang ada dan telah ditetapkan pada rencana tata ruang yang ada maka porsi untuk ruang terbuka hijau di kota Surabaya akan berkurang sehingga akan mengganggu keseimbagan lingkungan. - Pengembalian fungsi - Identitas RTH - Penambahan fasilitas pendukung RTH dan lingkungan - Sanksi administratif/pidana - Disinsentif - Pengembalian fungsi lahan - Sanksi administratif/pidana - Identitas RTH Arahan Penyelesaian Kasus

terbuka hijau menjadi fungsi lain dan hal ini telah mendapatkan ijin oleh pemerintah kota Surabaya

REGULASI TERKAIT PERMASALAHAN

EKSISTING

Pembangunan apartemen yang sudah mengantongi IMB di atas sebuah lahan perumahan yang sebelumnya difungsikan sebagai RTH

Terjadi alih fungsi RTH menjadi apartemen yang peruntukannya tidak sesuai dengan dokumen RTR

Permendagri no.1 tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan. Pasal 12 ayat 3

SOLUSI

Disinsentif dan sanksi administratif/pidana


Perda Surabaya No. 7 tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, pasal 10 ayat 1.

Pengembalian fungsi RTH

Pemberian dan penguatan identitas RTH

Penerbitan IMB yang tidak sesuai dengan penggunaan lahan dalam dokumen RTR

UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Pasal 11 ayat 2

Penambahan fasilitas pendukung RTH dan lingkungan

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Dari beberapa penjelasan di atas secara garis besar permasalahan kasus di Kelurahan Sidosermo tersebut yaitu mengenai pengalihan fungsi dari RTH (Ruang Terbuka Hijau) yang telah ditetapkan oleh pemerintah menjadi fungsi lainnya yaitu menjadi fasilitas umum atau bahkan menjadi ijin milik swasta untuk pendirian bangunan sebagai apartemen dan terbitnya IMB apartemen bertentangan dengan penggunaan lahan yang tertera pada dokumen rencana tata ruang karena belum ada keterangan alasan IMB apartemen bisa keluar sehingga pembangunnya terhenti. Permasalahan tersebut telah diatur dalam beberapa regulasi pemerintah yang mengatur penataan ruang terbuka hijau, yaitu : a. Permendagri nomor 1 Tahun 2007 mengenai kasus dalam hal pemanfaatan ruang terbuka dan dalam regulasi tersebut diatur dalam Pasal 12 ayat 3 b. Perda Surabaya no 7 tahun 2002 mengenai penyelesaian masalah alih fungsi lahan yang terdapat dalam pasal Pasal 15 Permasalahan tersebut telah terdapat beberapa sanksi yang harus diterima untuk para pelanggar, yaitu terdapat pada Perda Surabaya no 7 tahun 2002 Pasal 18 tentang ketentuan pidana dan pada pasal 14 ayat 1 dan 2 tentang sanksi administratif maupun sanksi pidana. 3.2 SARAN Upaya untuk mengevaluasi rencana tata ruang dalam rangka menjamin keberadaan RTH perkotaan, tidak hanya perlu dilakukan dalam penguatan substansi perencanaan, tetapi juga harus menyentuh aspek-aspek lain di luar perencanaan tata ruang, antara lain: a. Peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan terhadap pentingnya aspek keberlanjutan lingkungan hidup (environmental sustainability) dalam

penyelenggaraan penataan ruang. b. Pengembangan perangkat insentif dan disinsetif yang dapat secara efektif mendorong pemanfaatan ruang agar sesuai dengan rencana tata ruang sekaligus mencegah dan mengurangi pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. c. Mempertegas ketentuan mengenai sanksi yang dapat dikenakan terhadap setiap pelanggaran rencana tata ruang yang terjadi, yang diikuti dengan upaya penegakan

hukum secara tegas dan konsisten agar menimbulkan efek jera di kalangan pemanfaat ruang yang cenderung melanggar ketentuan rencana tata ruang. Upaya ini telah dilakukan Pemerintah melalui perumusan sanksi administratif yang lebih tegas dalam Rancangan Undang-Undang Tentang Penataan Ruang. d. Perlunya kepedulian pemerintah untuk memfasilitasi kebutuhan ruang yang diperuntukkan sebagai RTH, seperti pemeliharaan RTH dan penambahan fasilitas pendukung lainnya. Jika perlu memberikan identitas pada RTH tersebut.

You might also like