Professional Documents
Culture Documents
Aplikasi Terapis
Aplikasi terapis menggunakan ultrasound untuk memberi panas atau agitasi pada tubuh.
Oleh karena itu, energi yang digunakan lebih banyak daripada saat diagnostic
ultrasound. Pada banyak kasus, frekuensi yang digunakan juga sangat berbeda.
• Ultrasound dapat digunakan untuk membersihkan gigi pada dental hygiene.
• Ultrasound dapat digunakan untuk menghasilkan pemanasan regional dan perubahan
mekanik pada jaringan biologis, cth: pada occupational therapy, physical therapy dan
pengobatan kanker. Tapi, penggunaan ultrasound pada penanganan kondisi
musculoskeletal tidak dapat digunakan.
• Ultrasound yang terfokus dapat digunakan untuk menghasilkan pemanasan lokal
untuk menangani cyst atau tumor (benign atau malignant), ini diketahui sebagai
Focused Ultrasound Surgery (FUS) atau High Intensity Focused Ultrasound (HIFU).
Prosedur ini biasanya menggunakan frekuensi yang lebih rendah daripada medical
diagnostic ultrasound (250 kHz – 2000 kHz), tapi energi yang lebih besar secara
signifikan. Treatment menggunakan HIFU seringkali dipandu oleh MRI.
• Focused ultrasound dapat digunakan untuk menghancurkan batu ginjal dengan
lithotripsy.
• Ultrasound juga dapat digunakan pada penanganan katarak dengan
phacoemulsification
• Efek fisiologis tambahan dari ultrasound berintensitas rendah baru-baru saja
ditemukan, cth: kemampuannya untuk menstimulasi pertumbuhan tulang dan
potensinya untuk mengganggu blood-brain barrier untuk administrasi obat.
• Procoagulant pada frekuensi 5-12 MHz
Kelemahan
• Mempunyai masalah dalam penetrasi tulang. Sperti misalnya, sonography pada otak
orang dewasa sangat terbatas meski sedang dilakukan pengembangan dalam
transcranial ultrasonography
• Sonography bekerja dengan sangat buruk saat ada gas antara transducer dan organ
yang akan diperiksa, disebabkan karena perbedaan impedansi akustik yang ekstrim.
Contohnya, gas yang terdapat dalam GI tract seringkali membuat scanning
ultrasound pada pancreas menjadi sulit, dan tidak memungkinkan pencitraan paru-
paru.
• Meski dalam keadaan tidak ada tulang atau gas, kedalaman penetrasi dari ultrasound
mungkin terbatas, bergantung pada frekuensi pencitraan. Oleh karena itu, mungkin
terdapat kesulitan dalam pemcitraan struktur yang dalam pada tubuh, terutama pada
pasien obese.
• Metodenya nergantung pada operator. Skill dan pengalaman yang tinggi diperlukan
untuk mencapai citra yang berkualitas dan dan untuk membuat diagnosis yang
akurat.
• Tidak ada gambar penunjuk seperti pada CT dan MR. Sekali gambar telah diperoleh
,tidak ada cara tepat untuk menentukan bagian mana dari tubuh yang dicitrakan.
Gynecologic ultrasonography
• Gynecologic ultrasonography atau Gynecologic sonography menyinggung kepada
aplikasi medical ultrasonography pada organ pelvis wanita, terutama uterus, ovarium,
tuba Fallopi, begitu juga dengan bladder, adnexa, Pouch of Douglas, dan berbagai
penemuan yang bersangkutan dengan pelvis diluar kehamilan.
• Eksaminasi dapat dilakukan secara:
1. Transabdominal, biasanya dengan bladder yang penuh sebagai jendela akustik
untuk mendapatlan visualisasi yang lebih baik terhadap organ pelvis. Keadaan
bladder penuh unutk transabdominal portion dari tes sangat menolong karena
suara berjalan melalui cairan dengan penurunan yang lebih sedikit unutk
visualisasai yang lebih baik dari uterus dan ovarium yang berada secara posterior
dari bladder. Lesi yanglebih besar yang mencapai abdomen lebih mudah dilihat
secara transabdominal. Prosedur dipandang tidak menyakitkan, non invasiv, dan
relatif aman karena tidak menggunakan radiasi.
2. Transvaginal, dengan vaginal transducer yang didesain secara khusus. Pencitraan
transvaginal menggunakan pencitraan dengan frekuensi yang lebih tinggi, yang
memberikan resolusi lebih baik dari ovarium, uterus, dan endometrium (tuba
Fallopi biasanya tidak terlihat, kecuali membengkak), tapi terbatas pada hal
kedalaman pencitraan. Pada ujung probenya dipasang sebuah kondom dan diberi
gel
3. Transperineal atau translabial, pemeriksaan ini hanay dilakukanpada keadaan
tertentu, misalnya seorang nona ata seorang wanita yang tidak mungkin dilakukan
pemeriksaan transvaginal atau transrektal. Dianjurkan kandung kemih pasien
cukup terisi, hal ini untuk memudahkan pemeriksaan dan sebagai petunjuk
anatomis. Probe dilapiasi kondom dan diberi jeli, kemudian diletakkan di daerah
perineum, lalu digerakkan ke atas dan bawah untuk mencari gambarna organ
genitalia. Cara ini memang tidak dapat memberikan gambaran organ genitalia
sebaik pemeriksaan USG transvaginal atau transrektal.
4. Transrectal, hampir sama dengan transvaginal. Perbedaannya terletak pada bentuk
dan ukuran diameter probe. Transducer yang telah sibungkus 2 lapis kondom dan
dibubuhi jelly dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam rektum.
5. Pemeriksaan USG invasif. USG dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa atau
efek terapeutik, misalnya biopsi vili khoriales, amniosentesis, kordosentesis, ovum
pick-up (OPU), atau transfusi intra uterine. Pada umumnya hanya diperlukan
anestesi lokal untuk memasukkan jarum punksi, tapi dapat juga anestesi umum
pada tindakan OPU. Teknik yang diapaki bisa secara free-hand atau dipandu SG
melalui marker punksi yang ada pada transducer.