Professional Documents
Culture Documents
salah
satu wilayah
yang saat
ini
berkembang menjadi suatu wilayah permukiman yang secara tidak langsung berfungsi untuk mengimbangi arus urbanisasi yang terjadi di Jakarta. Selain perkembangan wilayah permukiman, perkembangan Kota Tangerang Selatan yang juga terjadi dalam bidang pendidikan, perkantoran dan perdagangan.
Perubahan fisik yang terjadi begitu cepat dengan pola kehidupan kota besar memberikan pengaruh dalam perkembangan perkotaan
Tangerang Selatan secara keseluruhan yang meliputi pembangunan sarana dan prasarana fisik seperti jalan, sekolah, perkantoran dan
PT Satwindu Utama | 1
perdagangan mulai dari skala kecil, sedang dan besar. Semakin maraknya fasilitas diatas dan fasilitas umum lainnya, dibeberapa ruas jalan terjadinya kemacetan dan kepadatan didaerah permukiman.
Kota Tangerang Selatan yang dibentuk dengan Undang-undang Nomor : 51 Tahun 2008 merupakan kota pemekaran Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan yang meliputi : Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang, kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara dan Kecamatan Setu.
Dan dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, mempunyai implikasi yang luas bagi Pemerintahan Daerah (Pemerintah Kota/Kabupaten) antara lain dalam penyelenggaraan bidang
Transportasi. Pemerintah Kota mempunyai kewenangan lebih luas dan mempunyai peranan yang strategis dalam penyelenggaraan bidang transportasi, namun dalam pelaksanaannya tidak mengesampingkan kewenangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Potensi daerah Kota Tangerang Selatan berupa perdagangan/perekonomian dan pusat jasa penuntut adanya transportasi yang seimbang antara demand dan supply kondisi ini membuat Pemerintah Kota Tangerang Selatan harus merencanakan, mendesain jalan yang mampu dengan optimal dalam menampung arus lalu lintas yang ada. Sehingga infrastruktur yang disediakan dapat dengan optimal mendukung mobilitas/pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan yang ada.
Survey Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) merupakan perhitungan jumlah arus lalu lintas yang melewati suatu ruas jalan untuk mengetahui volume lalu lintas dan fluktuasinya yaitu jumlah arus lalu lintas (demand) jam puncak (peak Hours) dan demand di luar jam puncak (Off Peak Hours) suatu ruas jalan, dapat melihat karakteristik lalu lintas
PT Satwindu Utama | 2
dan mengukur tingkat pelayanan suatu ruas jalan (Level Of Service). Oleh karena itu, diperlukan Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian RataRata (LHR), sehingga dalam merencanakan, mendesain dan
Konsultan sangat memahami bahwa kondisi perkembangan suatu wilayah mempunyai pengaruh terhadap kinerja transportasi di wilayah tersebut dimana sistem transportasi dan pengembangan lahan (land use development) saling terkait.
Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa transportasi merupakan penggerak, pendorong dan pemicu roda perekonomian dan transportasi darat, serta menjadi tulang punggung dari penunjang pengembangan suatu daerah. Suatu daerah dapat berkembang dan menjadi kawasan yang berpotensi jika didukung dengan adanya infrastruktur yang memadai (trade follow the ship) merupakan prasarana jalan yang merupakan media penghubung baik antara simpul-simpul transportasi maupun antara moda transportasi serta pusat-pusat kegiatan.
Menurut konsultan latar belakang ini sangat relevan dan menjadi alasan perlunya dilakukan upaya penataan transportasi kota yang diawali dengan mengetahui kondisi lalu lintas pada sejumlah lokasi penting.
PT Satwindu Utama | 3
1) Mengetahui jam puncak lalu lintas pada ruas-ruas jalan di wilayah Kota Tangerang Selatan. 2) Mengetahui fluktuasi lalu lintas dan karakteristik lalu lintas. 3) Mengetahui kapasitas jalan. 4) Mengetahui kinerja ruas jalan. 5) Sebagai informasi bagi pengambilan keputusan dalam mengambil kebijakan terkait merencanakan, mendesain serta pengoptimalan suatu ruas jalan.
Maksud dan tujuan tersebut menguatkan pentingnya diperlukan Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR), sehingga dalam merencanakan, mendesain dan pengoptimalan ruas jalan dapat dilakukan dengan baik.
11) Jl. Cirendeu Raya. 12) Jl. Raya Jombang. 13) Jl. Raya Aria Putra 14) Jl. Raya Pondok Aren 15) Jl. Raya Cianter (Simpang Tiga Maruga Simpang Tiga Exit tol BSD). 16) Jl. Bukit Indah Sarua (Simpang Tiga Maruga Simpang Tiga Bukit Indah). 17) Jl. Pondok Benda. 18) Jl. Astek. 19) Jl. H. Taif. 20) Jl. Merpati Raya. 21) Jl. Cenderawasih. 22) Jl. Tegal Rotan. 23) Jl. Ki Hajar Dewantara. 24) Jl. Kompas. 25) Jl. WR. Supratman (Node Simpang Tiga Kompas Simpang Empat Plaza Bintaro). 26) Jl. Pahlawan. 27) Jl. Purnawarman. 28) Jl. Bintaro Utama 3A. 29) Jl. Bintaro Utama 3. 30) Jl. Pondok Jaya. 31) Jl. Jelupang. 32) Jl. Pondok Jagung. 33) Jl. Lengkong Wetan. 34) Jl. Pondok Kacang. Untuk lingkup materi kegiatan penyusunan lalu lintas harian rata-rata dari 34 (tiga puluh empat) ruas jalan dilakukan pendekatan dan metodologi yang antara lain akan mencakup :
PT Satwindu Utama | 5
1) Pengumpulan Data Sekunder/informasi yang ada dari instansi terkait berupa peta jaringan jalan, inventarisasi jalan dan fungsi serta kewenangan jalan serta data-data dukung lainnya. 2) Pengumpulan Data Primer berupa survey
pendahuluan/inventarisasi ruas jalan, survey volume lalu lintas terklasifikasi dan survey kecepatan kendaraan. 3) Pengambilan data survey perhitungan lalu lintas pada masingmasing ruas jalan mewakili karakteristik lalu lintas pada saat hari kerja dan hari libur (sabtu/minggu). 4) Melakukan input data, rekapitulasi dan tabulasi hasil survey serta melakukan pengolahan dan analisis data hasil survey baik data sekunder maupun data primer. Penyajian data-data hasil survey dapat dilakukan dengan menggunakan grafik/diagram dan kinerja ruas jalan diplot dalam satu peta jaringan jalan. 5) Melakukan analisis kinerja lalu lintas atau tingkat pelayanan jalan (Level Of Service atau LOS) berupan penentuan V/C ratio dan kecepatan kendaraan.
Proses pengumpulan data terdiri dari : 1. Pengumpulan data primer. Data primer diambil langsung dari lapangan melalui inventarisasi ruas jalan, survey volume lalu lintas terklasifikasi dan survey kecepatan kendaraan. 2. Pengumpulan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi seperti: Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Tangerang Selatan, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang Selatan serta instansi terkait lainnya. Dan data sekunder dapat juga diperoleh dari literatur-literatur yang ada. Lihat bagan tahapan metodologi pada gambar berikut ini:
PT Satwindu Utama | 6
Persiapan
Keluaran tersebut adalah bentuk langkah kongkrit data lokasional yang menunjukan kinerja lalu lintas sebagai bahan pemecahan masalah guna mengoptimalkan kinerja ruas jalan pada lokasi yang
bersangkutan.
PT Satwindu Utama | 7
1.5. Manfaat
Kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal : 1. Mendorong Pemerintah Daerah untuk lebih fokus terhadap upaya penilaian kinerja lalu lintas dan terkait dalam landasan kebijakan manajemen rekayasa lalu lintas yang sesuai pada lokasi dimaksud. 2. Menjadi langkah yang positif bagi upaya mengatasi dan
menciptakan kondisi lalu lintas yang lebih baik. 3. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran analisis kawasan ruas jalan dan simpang serta membuat suatu rumusan alternative guna meningkatkan kinerja lalu lintas pada kawasan tersebut.
PT Satwindu Utama | 8
Berisi
tentang
rencana
kerja
pelaksanaan
pekerjaan
penyusunan lalu lintas harian rata-rata sesuai dengan kontrak yang telah di tandatangani.
Spesifikasi teknis pembuatan buku Laporan Pendahuluan adalah: Cover buku pelaporan dibuat dalam Soft Cover atau Hard Cover berwarna. Kertas HVS ukuran A-4 atau F-4. Untuk CD yang berisi soft copy laporan diberi kertas label minimal berisi/tertulis judul pekerjaan dan tahun anggaran. Keseluruhan laporan yang diminta sebagaimana disebutkan diatas sudah secara utuh menggambarkan keseluruhan rangkaian kegiatan dalam pelaksaan pekerjaan ini.
PT Satwindu Utama | 9
BAB II TEMUAN AWAL DAN GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA
2.1. Temuan Awal
Kajian psikologi suatu permukiman perkotaan dapat memberikan
gambaran perilaku warga permukiman dan baik buruknya keadaan sosial, ekonomi dan budaya yang bermukim. Keberadaan lingkungan permukiman perkotaan yang sarat dengan permasalahan transportasi banyak dijumpai di Indonesia sebagai negara berkembang, demikian pula di Tangerang Selatan. Faktor ekonomi, sosial dan budaya diduga menjadi penyebab timbulnya kemacetan di kawasan perkotaan.
Permasalahan transportasi jalan merupakan fakta yang dihadapi oleh masyarakat di kawasan perkotaan. Perkembangan kota Tangerang Selatan yang cukup pesat ditandai oleh semakin bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal di kawasan permukiman kota Tangerang Selatan. Laju pertumbahan penduduk sebesar 4,74% berdasarkan perhitungan BPS dari tahun 2000 sampai dengan 2010 membawa implikasi terhadap volume kendaraan yang digunakan oleh masyarakat. Jumlah kendaraan berbanding lurus dengan perkembangan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk.
Seiring dengan perkembangan kota Tangerang Selatan, pertumbuhan pembangunan juga meningkat dan memberi dampak pertumbuhan volume kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat. Pola ini terus berlanjut sehingga perlu ada tindakan yang tepat untuk menangani masalah ini, agar tidak menyebabkan masalah yang lebih serius.
PT Satwindu Utama | 10
Di Kota Tangerang Selatan, kepadatan jalan di ruas-ruas tertentu menjadi masalah utama. Sehingga ditemukan permasalahan
diantaranya: Volume kendaraan yang tinggi menjadikan kapasitas jalan tidak menampung sehingga mengakibatkan kemacetan di jam-jam sibuk (peak hours). Belum adanya sistem rekayasa lalu lintas yang optimal guna menanggulangi kemacetan. Ruas jalan yang terbatas . Kapasitas pelayanan angkutan umum yang tidak maksimal.
PT Satwindu Utama | 11
Kota Tangerang Selatan merupakan sebuah kota yang berada di Banten yang belum lama berdiri. Kota ini terdiri dari 7 kecamatan yakni Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara,
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang dan Kecamatan Setu. Berikut ini adalah tabel mengenai jumlah kecamatan dan kelurahan yang ada di Kota Tangerang Selatan.
Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota Depok Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang
2.2.2. Kepadatan Penduduk Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Luas Wilayah (Ha) 2.404 1.784 1.838 1.543 2.682 Prosentase terhadap luas kota (%) 16.33 12.12 12.49 10.48 18.22
No 1 2 3 4 5
PT Satwindu Utama | 12
6 7
Dengan luas wilayah 147,19 kilometer persegi, kepadatan penduduk Kota Tangerang Selatan mencapai 8.856 orang/km , sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Setu yaitu 4.391 orang/km . Berdasarkan data yang diperoleh BPS Kabupaten Tangerang dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk berada di Kecamatan Pondok Aren dan Pamulang dengan jumlah penduduk diatas 200.000 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Setu dengan jumlah penduduk kurang dari 70.000 jiwa. Kepadatan penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010 sebesar 8.856 orang/km , yaitu dengan Kecamatan Ciputat Timur mempunyai kepadatan terbesar yaitu 11.881 orang/km . Sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Setu 4.391 orang/km
2 2 2 2 2
Tabel. 2. Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Kecamatan Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Jumlah Penduduk (Jiwa) 64.985 137.398 288.511 195.900 183.330 Luas Wilayah (km2) 15.61 24.87 27.66 18.54 16.42 Kepadatan (Jiwa) 4.163 5.525 10.431 10.566 11.165
PT Satwindu Utama | 13
Kepadatan
penduduk
tinggi
di
Kota
Tangerang
Selatan
disebabkan peningkatan jumlah dari waktu ke waktu selain peningkatan secara alami dan faktor daya tarik wilayah yang berdampak migrasi penduduk Kota DKI Jakarta. Wilayah Tangerang Selatan yang berbatasan langsung dengan provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah limpahan penduduk kota Jakarta.
menghubungkan antara Tangerang Selatan dengan Parung Kabupaten Bogor, terdapat kemacetan Cisauk, dimana pada ruas ini
beberapa yaitu
titik simpang
Pasar
Serpong
PT Satwindu Utama | 14
Jl. Raya Serpong (Putar Balik BSD Simpang Tiga Gading). Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 20,00 meter dengan lebar dengan tipe jalan 6 lajur 2 arah dan memiliki ROW 24 meter. Ruas ini termasuk dalam jalan propinsi yang menghubungkan Tangerang Bogor, terdapat kemacetan antara Kota
dengan pada
dimana
beberapa yaitu
titik depan
rawan WTC,
bunderan Plaza BSD. Jl. Kapten Soetopo. Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 20,00 meter dengan tipe jalan 6 lajur 2 arah dan memiliki ROW 30 meter. Ruas ini termasuk dalam jalan kota yang dimulai dari simpang BSD Junction sampai
dengan Exit Tol Ciater, dimana pada ruas ini terdapat titik rawan kemacetan Santa Ursula. Jl. Puspiptek. Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 8,00 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 11 meter. Ruas ini termasuk dalam jalan propinsi yang dimulai dari simpang tiga Pamulang 2 yaitu simpang tiga
PT Satwindu Utama | 15
sampai dengan simpang empat muncul, dimana pada ruas ini terdapat kemacetan beberapa yaitu titik simpang rawan tiga
Pamulang 2, simpang empat viktor dan simpang empat Muncul. Jl. JLS Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 7,00 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 10 meter. Ruas ini termasuk dalam jalan kota yang dimulai dari simpang empat Muncul sampai dengan arah menuju Cisauk dimana
Kabupaten
Tangerang,
pada ruas ini terdapat titik rawan kemacetan yaitu simpang empat Muncul. Jl. Pondok Jagung. Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 4,50 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 7 meter. Ruas ini termasuk dalam jalan kota yang dimulai dari simpang tiga Graha Bhayangkara sampai Bintaro dengan
menuju tanpa
Jalan melalui
Raya Alam
Jl. Jelupang. Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 4,50 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 6 meter. Ruas ini termasuk dalam jalan kota yang dimulai dari simpang tiga Lengkong Wetan sampai dengan Graha Bintaro.
Ruas ini nampak tidak terlalu padat namun pada simpang lengkong wetan agak tersendat karena lebar jalan cukup sempit pada saat
kendaraan akan berbelok. Jl. Lengkong Wetan. Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 4,50 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 6 meter. Ruas ini termasuk dalam jalan kota yang dimulai dari jalan Raya Serpong Binus BSD dengan Kelurahan Parigi dan
Perumahan Bintaro. Jl. Raya Ciater. ( Simpang Tiga Maruga Simpang Tiga Exit Tol BSD) Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 5,50 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 7 meter. Ruas ini termasuk dalam jalan kota yang dimulai dari simpang tiga Maruga dengan
PT Satwindu Utama | 17
simpang tiga exit Tol BSD dengan ruas yang sempit serta adanya proyek perlebaran jalan turut jalan
mempengaruhi tersebut.
kemacetan
Jl. Pondok Kacang Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 5,20 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 7 meter. Ruas ini termasuk dalam jalan propinsi yang dimulai dari Kelurahan Pondok Kacang Timur dengan Ciledug Kota
Tangerang. Jl. Pondok Aren Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 7,00 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 9 meter. Ruas ini termasuk dalam jalan kota yang dimulai dari Jl. Raya Jombang dan Jl. Ceger yang akan tembus pada Tanah Kusir Jakarta. Dimana titik rawan kemacetan terjadi pada simpang tiga Jl. Pondok Aren dan simpang Tiga Pondok Jaya karena
pertemuan arus lalu lintas dan tidak terdapat merah. rambu maupun lampu
PT Satwindu Utama | 18
Jl. Pondok Jaya Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 5,20 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 7 meter. Ruas ini termasuk dalam jalan kota yang dimulai dari Jl. Raya Pondok Aren dan Jl. Bintaro sektor 9 Jl. Bintaro Utama 3A Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 12,00 meter dengan tipe jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki ROW 15 meter. Ruas yang terdapat ditengah
Perumahan Bintaro sektor 3 yang telah menjadi jalan utama dengan sisi kanan dan kiri dipenuhi dengan toko-toko. Potensi kemacetan
terhubung dengan Bintaro Sektor 5 Pusat Bisnis Bank Mega serta akses tol JORR Jl. Bintaro Utama 3 Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 14,00 meter dengan tipe jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki ROW 18 meter.
PT Satwindu Utama | 19
Merupakan
ruas
jalan
terusan
Bintaro Utama 3A yang menuju ke Bintaro sektor 1, dan ruas ini juga bukanlah padat. termasuk lalu lintas
Jl. WR Supratman Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 14,00 meter dengan tipe jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki ROW 18 meter. empat Dimulai Bintaro dari Plasa
simpang
sampai dengan Jl. Ir H. Juanda kampus UIN, ruas ini termasuk lebar jalan yang cukup sempit dengan volume kendaraan yang cukup tinggi. Sehingga terdapat titik-titik beberapa diantaranya simpang kemacematan pada
deplu
kereta api pondok ranji. Jl. Kompas Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 5,00 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 7,00 meter. Penghubung
termasuk kemacetan
yang
tidak
rawan
Jl. Merpati Raya Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 6,00 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 8,00 meter. Ruas ini dimulai dari simpang empat Duren sampai dengan Jl. Raya Jombang, kondisi jalan sudah relatif baik sehingga tidak terdapat potensi kemacetan yang berarti. Jl. Tegal Rotan Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 6,80 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 9,00 meter. Memiliki potensi kemacetan sedang karena ada
beberapa titik sedang mengalami perbaikan jalan terutama di exit tol Pondok Aren JORR. Ruas ini
menghubungkan exit tol Pondok Aren dengan Perumahan Bintaro sektor 9. Jl. Cendrawasih Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 6,10 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 9,00 meter. Ruas ini dimulai dari exit tol Pondok Aren sampai dengan simpang empat Duren yang
PT Satwindu Utama | 21
juga terkena dampak perbaikan jalan di exit tol Pondok Aren, dimana lebar jalan yang sempit serta menjadi akses utama dari wilayah ciputat untuk menuju tol JORR. Jl. Ki Hajar Dewantoro Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 6,10 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 9,00 meter. Ruas jalan ini menuju langsung ke Pasar Ciputat dari simpang empat Duren, kondisi rawan kemacetan pada pagi , siang dan sore hari. Karena terdapat pasar, sekolah dan terminal
kemacetan yang cukup tinggi pada waktu-waktu tertentu Jl. Ir. H, Juanda Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 14,00 meter dengan tipe jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki ROW 20,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan negara, yang berfungsi sebagai ruas jalan utama menuju DKI Jakarta dari Ciputat dan Depok, sehingga ruas ruas ini
merupakan
yang
padat
PT Satwindu Utama | 22
Jl. Pahlawan Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 6,00 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 8,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota dimana terletak di wilayah rempoa menuju Jl Ir. H. Juanda. Pada pagi dan sore hari merupakan jalur padat dimana banyaknya warga yang berangkat dan pulang pada peak hours. Jl. Raya Cirendeu Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 7,30 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 10,00 meter. Ruas ini
perumahanmenjadikan
area yang rawan kemacetan, selain banyak juga angkot yang berhenti mencari penumpang. Jl. Purnawarman Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 5,50 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 8,00 meter. Ruas ini
PT Satwindu Utama | 23
termasuk dalam jalan kota yang merupakan sebagai penghubung atau jalan pintas dari Ciputat
menuju Jl. Cirendeu menjadikan ruas favorit warga untuk melintasi jalan ini, selain mulai banyak
cluster perumahan kelas menengah pada jam sibuk terjadi kemacetan hanya di simpang cirendeu saja. Jl. Dewi Sartika Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 15,00 meter dengan tipe jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki ROW 20,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan negara yang terletak di Pasar Ciputat sehingga selain jumlah kendaraan yang
sekitarnya dan arah sebaliknyanya mengakibatkan rawan kemacetan baik di pagi, siang, sore dan malam hari. Jl. Pajajaran Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 9,00 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 12,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota dengan ruas penghubung Ciputat menuju Pamulang dan beberapa titik
PT Satwindu Utama | 24
terdapat lubang dan bergelombang turut memicu hambatan perjalanan pengendara terutama di simpang menuju Jombang melalui Jl H. Taif, sementara rambu-rambu masih
sangat minim terpasang. Jl. H. Taif Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 5,00 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 8,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota dan berfungsi sebagai jalan pintas dari Pamulang yang akan menuju
Jombang menjadikannya alternatif masyarakat dari pada memutar melalui pasar Ciputat. Sehingga ruas ini relatif selalu ramai. Jl. Aria Putra Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 10,00 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 12,00 meter. Ruas ini
dengan pasar Jombang dengan ruas yang cukup mampu kendaraan lebar masih
anggap kapasitas
menampung kecuali di
ujung ruas Jl. Aria Putra yang bertepatan di Pasar Ciputat relatif
PT Satwindu Utama | 25
kondisi jalan yang kurang baik. Jl. Bukit Indah Serua ( Simpang Tiga Maruga Simpang Tiga Bukit Indah) Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 7,20 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 11,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota adalah akses dari Serua menuju exit tol BSD menjadikan jalur ini ramai pada jam-jam sibuk, kemacetan terjadi biasanya pada simpang
pamulang 2 Jl. Raya Jombang Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 5,70 meter dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki ROW 9,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan propinsi yang merupakan ruas jalan yang cukup panjang dimulai dari pasar
Jombang hingga Ciledug sehingga terdapat ruas-ruas padat dan tidak terlalu padat. Terutama simpangsimpang yang bersinggungan ruas jalan potensial seperti simpang
PT Satwindu Utama | 26
Jl. Kapten Soebiyanto Ruas jalan ini memiliki lebar jalur lalu lintas 20,00 meter dengan tipe jalan 6 lajur 2 arah dan memiliki ROW 32,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan propinsi yang terletak di depan German Center yang dimulai dari BSD Junction sampai dengan exit tol Serpong. Pada ruas ini terdapat titik rawan kemacetan di traffic light German Center.
PT Satwindu Utama | 27
tenaga ahli sesuai dengan kualifikasi dalam KAK. Tenaga ahli akan bekerja sesuai dengan porsi yang sesuai dengan perhitungan usulan biaya.
Tahun Pengalaman
Rekomendasi Spesifik Keahlian S2 Teknik Sipil Transportasi S1 Teknik Sipil Transportasi S1 Teknik Sipil D3 D3 Teknik sipil SMA/sederajat
6 Tahun 6 Tahun -
PT Satwindu Utama | 28
Nama Personil
Lingkup Pekerjaan
Memimpin dan mengkoordinasikan pekerjaan secara efektif dan efisien agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancer guna mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan sesuai dengna yang direncanakan oleh Pemberi Kerja. Mengkoordinir dan mengakolasikan pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing tenaga ahli. Mempertanggungjawabkan secara keseluruhan penyelenggaraan pelaksanaan pekerjaan ini dan menjaga mutu pekerjaan sesuai dengan maksud dan tujuan, serta sasaran pekerjaan dari awal sampai akhir pelaksanaan. Menyusun rencana kegiatan dengan tenaga ahli serta mengarahkan pelaksanaan. Mengawasi pelaksanaan secara rutin dan menjamin setiap pelaporan kemajuan proyek agar tepat waktu Memberikan petunjuik pada tim kerja konsultan Bertanggungjawab untuk seluruh lingkup kegiatan Menyusun metodologi dan rencana kerja.
PT Satwindu Utama | 29
Mobilisasi tenaga ahli dan penyelesaian pekerjaan serta kualitas pekerjaan secara keseluruhan. Bertanggung jawab atas semua bentuk laporan dan menterjemahkan apa yang diminta oleh pemberi tugas (yang terdapat dalam TOR), termasuk aspek administrasi, teknik dan keuangan. Bertanggung jawab terhadap seluruh proses kegiatan pada pekerjaan ini dari tahap awal sampai dengan pekerjaan selesai. Membuat analisis kerja (LOS) dan rekomendasi pemecahan permasalahan lalu lintas. 2. Romli Rais Soaib, ST PT Sat Windu Utama Lokal Ahli Muda Teknik Sipil Ahli Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Bersama-sama melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan dalam bentuk pemantapan rencana kerja dan metodologi pelaksanaan serta tenaga pelaksana. Bertanggung jawab dalam pengendalian/pengaturan personil serta pelaksanaan pengambilan data primer (survey-survey lapangan) dan memberikan masukan tentang metode, format serta jenis survey lapangan dan data yang dibutuhkan dalam melakukan analisis manajemen. Rekayasa lalu lintas Bertanggung jawab atas hasil pengumpulan data sekunder dan data primer. Bertanggung jawab atas hasil analisis berupa perhitungan kepasitas lalu lintas dan hasil analisis/ gambar penampang melintang jalan. Membantu team leader dalam melakukan analisis kinerja lalu lintas Menyusun laporan yang dibutuhkan
PT Satwindu Utama | 30
PENDUKUNG (Personil Lainnya) Tenaga Ahli Perusahaan Lokal/ Asing PT. Sat Windu Utama Lokal Lingkup Keahlian Sajana/ Diploma Posisi Yang Diusulkan Surveyor Jumlah Orang Bulan Masingmasing 1,5 OB
Nama Personil
Lingkup Pekerjaan
A. Supardi, ST 1. Yanti Armila Dewi, ST 2. Dede E. Riswandi, ST 3. Octavian M, ST 4. Moch, Rieza Azmil, ST 5. A. Nugroho PP, ST 6. Heri Samsul Bahri, ST 7. Budi Santoso, ST 8. Fajar Erismoko, ST 9. Abdilah Mauludi, ST 10. RW. Bagus W., ST 11. Rudi WIjaya, ST 12. Ali Zaenal A, SEI 13. Abdilah Mauludi, ST 14. M. Asri, ST 15. KM. Sutawijaya, ST 16. Marimin, ST 17. Yuhendi Alamsyah 18. Margono, BE 19. Lusi Kurnianingsih, ST 20. Andi Budiyanto, ST
Surveyor adalah tenaga yang melakukan pengambilan data sesuai yang dibutuhkan dalam analisis pekerjaan ini. Tanggung jawab koordinasi di lapangan dilaksanakan oleh Kepala Surveyor
PT Satwindu Utama | 31
PENDUKUNG (Personil Lainnya) Nama Personil Tenaga Ahli Perusahaan Lokal/ Asing PT. Sat Windu Utama PT. Sat Windu Utama Lokal Lingkup Keahlian Sarjana/ Diploma Sarjana/ Diploma Posisi Yang Diusulkan Lingkup Pekerjaan Jumlah Orang Bulan 2
1.
Alia S. Puspita, ST
Juru Gambar Tugas utama adalah mendukung penyajian gambargambar dan berkemampuan sebagai ahli desai/gambar teknik (CAD Design) Operator Komputer a. Mambantu tim tenga ahli dalam mempersiapkan pelaporan; b. Membantu tim tenaga ahli melakukan kompilasi data; c. Membantu tenga ahli dalam menyiapkan kebutuhan pelaksanaan diskusi/pembatasan.
Lokal
PT Satwindu Utama | 32
Menurut pemahaman konsultan pekerjaan ini lebih bersifat basis data. Upaya recording/perekaman melalui pengamatan lapangan akan lebih mendominasi pekerjaan, maka komposisi tenaga ahli yang diminta dirasakan belum mencukupi. Keseluruhan tenga surveyor merupakan ujung tombak kegiatan utama, yakni pengumpulan data lapangan.
3.3. Organisasi Pelaksana Prinsip Dasar Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan organisasi pelaksanaan Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) ini menyangkut hubungan antara pemberi kerja dengan pelaksana kerja (konsultan), yang terdiri dari tenagatenaga ahli dari berbagai bidang.
Organisasi pelaksanaan dalam pekerjaan ini menyangkut hubungan antara pemberi tugas dengan pelaksana kerja. Pemberi tugas adalah PPK SKPD Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan. Adapun pelaksanaan kerja dalam hal ini adalah PT. Satwindu Utama.
Dalam
melaksanakan
kegiatan
ini,
dimana
antara
pemberi
kerja/pengguna jasa dengan konsultan sebagai pelaksana kegiatan terjalin suatu garis koordinasi dan hubungan kerja yang digambarkan dalam suatu organisasi pekerja. Untuk memudahkan koordinasi pelaksanaan pekerjaan, kedua belah pihak membentuk tim pelaksana. Pemberi kerja/pengguna jasa menunjuk pemimpin proyek dan
membentuk satu tim teknis yang menangani pekerjaan ini, sedangkan konsultan membentuk tim yang atas ketua tim, tenaga ahli, dan tenaga pendukung lainnya, dalam struktur organisasi yang terbentuk, terdapat jalur koordinasi dan komando sebagai berikut : Ketua Tim (Team Leader) dibantu dengan manajemen konsultan bertanggung jawab terhadap pejabat pembuat komitmen beserta tim teknis yang dibentuknya dalam hal pelaksanaan pekerjaan.
PT Satwindu Utama | 33
Dalam struktur organisai Konsultan, Ketua Tim (Team Leader) juga bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan pekerjaan kepada manajemen konsultan.
Tim ahli yang terdiri dari berbagai disiplin keilmuan yang terkait bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya kepada ketua tim (team leader) dan bersama-sama dengan ketua tim (team leader) melakukan serangkaian pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun dan disepakati.
Staf pendukung bertugas membatu kelancaran pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan studio dan pekerjaan kantor lainnya.
Hubungan tim teknis dengan konsultan pelaksana dalam pekerjaan ini disusun berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain : 1. Lingkup pekerjaan dan volume pekerjaan 2. Pemahaman atas tugas dan koordinasi di lokasi 3. Kondisi dan permasalahan yang akan dihadapi 4. Tujuan dan hasil akhir pekerjaan 5. Jangka waktu pelaksanaan
PT Satwindu Utama | 34
KONSULTAN
Tim Teknis
TEAM LEADER
1. Merencanakan, mengkoordinasikan serta melaksanakan pekerjaan; 2. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengambilan data primer (survey-survey lapangan) dan data sekunder; 3. Melakukan analisis kinerja lalu lintas; 4. Menyusun detail perencanaan.
TENAGA PENDUKUNG
PT Satwindu Utama | 35
Nama TENAGA AHLI Ir. Oenteong kartono, MT Ir. Romli Rais TENAGA PENDUKUNG Supardi, ST (Kepala) 1. Yanti Armila Dewi, ST 2. Dede E. Riswandi, ST 3. Octavian M., ST 4. Moch, Rieza Azmil, ST 5. A. Nugroho PP, ST 6. Heri Samsul Bahri, ST 7. Budi Santoso, ST 8. Fajar E., ST 9. Abdilah mauludi, ST 10. RW. Bagus W., ST 11. Rudi WIjaya, ST 12. Ali Zaenal A, SEI 13. Abdilah Mauludi, ST 14. M. Asri, ST 15. Km. Sutawijaya, ST 16. Marimin, ST 17. Yuhendi Alamsyah 18. Margono, BE
Jabatan
Bulan Penugasan 1
Bulan Penugasan 2
MM 4
Ketua Tim Ahli Perenc. Transportasi Ahli Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Surveyor
2 2
B. I
... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... .. ... ..
1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
PT Satwindu Utama 36
II III
19. Lusi Kurniawan, ST 20. Andi Budiyanto, ST 1. Alia Saksia Puspita, ST 1. A. Fathoni, S.Sos.i 2. Cahya baskoro
... .. ... ..
... ..
PT Satwindu Utama 37
3.5. Keluaran/Produk Sebagai hasil produk kegiatan konsultan , akan dituangkan dalam 3 jenis laporan kegiatan yang harus diserahkan sesuai dengan tahapan dan jadwal pelaksanaan. Laporan kegiatan pekerjaan Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata yang harus diserahkan konsultan terdiri dari : 1. Laporan Pendahuluan Garis besar Laporan Pendahuluan berisi tentang : a. Temuan awal dan gambaran umum lokasi; b. Jadwal penugasan Tenaga Ahli dan Tanggung Jawabnya; c. Metodologi dan Pendekatan; d. Rencana kerja dan Jadwal pelaksanaan kegiatam konsultan. 2. Laporan Antara Laporan ini merupakan laporan draft akhir pekerjaan dengan mengakomodir semua masukan-masukan hasil diskusi dari konsep laporan akhir yang sudah disetujui Tim Teknis.
PT Satwindu Utama 38
Sedangkan istilah Rekayasa lalu lintas yang banyak digunakan di Indonesia adalah salah satu cabang dari tiknik sipil yang menggunakan pendekatan rekayasa untuk mengalirkan lalu lintas orang dan barang secara aman dan effisien dengan merencanakan, membangun dan mengoperasikan geometrik jalan, dan dilengkapi dengan rambu lalu lintas, marka jalan serta alat pemberi isyarat lalu lintas.
Lalu lintas didalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedangkan yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dan fasiltas pendukung.
Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat lancar tertib dan
PT Satwindu Utama 39
teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas
Tata cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan meyangkut arah lalu lintas, perioritas
menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan pengendalian arus di persipangan. 4.1.2. Teori Manajemen Lalu Lintas Manajemen lalu lintas meliputi kegiatan prencanaan, pengaturan, pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas, dan dilakukan antara lain dengan : a. Usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan, dan/atau jaringan jalan; b. Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu; c. Penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar moda; d. Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan. 4.1.3. Kegiatan Perencanaan Lalu Lintas Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah merupakan kemampuan ruas jalan dan persimpangan untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor kecepatan dan keselamatan. Penetapan tingkat pelayanan yang
PT Satwindu Utama 40
diinginkan.
Dalam
menentukan
tingkat
pelayanan
yang
diinginkan dilakukan antara lain dengan memperhatikan : rencana umum jaringan transportasi jalan; peranan, kapasitas, dan karakteristik jalan, kelas jalan, karakteristik lalu lintas, aspek lingkungan, aspek sosial dan ekonomi. Penetapan pemecahan permasalahan lalu lintas, penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudannya. Maksud rencana dan program perwujudan dalam ketentuan ini antara lain meliputi : penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan, usulan aturan-aturan lalu lintas yang akan ditetapkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan, usulan pengadaan dan pemasangan serta pemeliharaan rambu-rambu lalu lintas marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan alat pengendali dan pengaman pemakai jalan; usulan kegiatan atau tindakan baik untuk keperluan penyusunan usulan maupun penyuluhan kepada masyarakat.
4.1.4. Kegiatan Pengaturan Lalu Lintas Kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas jalan tertentu. Termasuk dalam pengertian penetapan kebijaksanaan lalu lintas dalam ketentuan ini antara lain penataan sirkulasi lalu lintas, penetuan kecepatan maksimum dan/atau minimum, larangan penggunaan dan/atau perintah bagi pemakai jalan. jalan, larangan
4.1.5. Kegiatan Pengawasan Lalu Lintas Meliputi 1. Pemantauan kebijaksanaan dan lalu penilaian lintas. terhadap pelaksanaan dan
Kegiatan
pemantauan
penilaian dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas dari kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut untuk mendukung pencapaian tingkat pelayanan yang telah ditentukan.
PT Satwindu Utama 41
Termasuk dalam kegiatan pemantauan antara lain meliputi inventarissasi mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan lalu lintas yang berlaku pada ruas jalan, jumlah pelanggaran dan tindakan-tindakan koreksi yang telah dilakukan atas
pelanggaran tersebut. Termasuk dalam kegiatan penilaian antara lain meliputi penentuan criteria penilaian, analisis tingkat pelayanan, analisis pelanggaran dan usulan tindakan perbaikan. 2. Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Tindakan korektif dimaksudkan untuk menjamin tercapainya ditentukan. sasaran Termasuk tingkat dalam pelayanan tindakan yang telah adalah
korektif
peninjauan ulang terhadap kebijaksanaan apabila di dalam pelaksanaannya diinginkan. menimbulkan masalah yang tidak
4.1.6. Kegiatan Pengendalian Lalu lintas Meliputi 1. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan
kebijaksanaan lalu lintas. Pemberian arahan dan petunjuk dalam ketentuan ini berupa penetapan atau pemberian pedoman dan tata cara untuk keperluan pelaksanaan manajemen lalu lintas, dengan maksud agar diperoleh keseragaman dilaksanakan dalam pelaksanaannya mestinya serta untuk dapat
sebagaimana
menjamin
tercapainya tingkat pelayanan yang telah ditetapkan. 2. Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam
pergerakan
kendaraan
yang
memenuhi
persyaratan
kelaikan
dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan geometric. Lihat gambar berikut ini :
Manusia
Kendaraan
Jalan
a) Manusia sebagai pengguna Manusia sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi atau pejalan kaki yang dalam keadaan normal mempunyai kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi, konsentrasi dll). Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan fisik dan psikologi, umur serta jenis kelamin dan pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca, penerangan/lampu jalan dan tata ruang. b) Kendaraan Kendaraan digunakan oleh pengemudi mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, percepatan perlambatan, dimensi dan muatan yang membutuhkan ruang lalu lintas yang cukup untuk bisa bermanuver dalam lalu lintas. c) Jalan Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui
kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor termasuk pejalan kaki. Jalan aliran tersebut lintas direncanakan dengan lancar untuk dan mampu mampu
mengalirkan
lalu
PT Satwindu Utama 43
mendukung beban muatan sumbu kendaraan serta aman, sehingga dapat meredam angka kecelakaan lalu lintas.
4.2.1. Lalu Lintas Harian Rata-rata Lalu lintas harian rata-rata adalah jumlah kendaraan yang melewati satu titik dalam satu ruas dengan pengamatan selama satu tahun dibagi 365 hari. Besarnya LHR akan digunakan sebagai dasar perencanaan jalan dan evaluasi lalu lintas pada masa yang akan datang. Untuk memprediksi volume LHR pada tahun rencana, digunakan persamaan regresi.
[
Dimana :
( )
)]
dan
= volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) = tahun = konstanta = lalu lintas harian rata-rata pada tahun ke-n = jumlah tahun = pertumbuhan lalu lintas
4.2.2. Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melintas di suatu titik pada suatu ruas jalan dengan interval waktu tertentu yang dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp). Dalam perencanaan, digunakan perhitungan volume puncak yang dinyatakan dalam volume per jam perencanaan. Perhitungan volume lalu lintas digunakan rumus berdasarkan MKJI No. 036/T/BM/1997.
PT Satwindu Utama 44
dimana : = arus lalu lintas yang digunakan untuk perancangan. = faktor peubah dari LHRT ke lalu lintas jam puncak. = lalu lintas harian rata-rata tahunan.
4.2.3. Kapasitas Jalan Kapasitas jalan didefinikan sebagai arus maksumum yang dapat dipertahankan per satuan jam yang melewati suatu titik pada suatu ruas jalan dalam kondisi yang ada. Besarnya kapasitas jalan menurut MKJI 1997:
dimana : = = = = =
kapasitas (smp/jam) kapasitas dasar (smp/jam) factor penyesuaian lebar jalur lalu lintas factor penyesuaian pemisah arah factor penyesuaian hambatan samping
Kapasitas Dasar 1900 1850 1800 1700 1650 1600 3100 3000 2900 Smp/jam/lajur Smp/jam/lajur Smp/jam/lajur Smp/jam/lajur Smp/jam/lajur Smp/jam/lajur Smp/Jam/total kedua arah Smp/Jam/total kedua arah Smp/Jam/total kedua arah
PT Satwindu Utama 45
Tabel 3. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Tipe Jalan Empat Lajur Terbagi Enam lajur terbagi Lebar efektif Jalur Lalu Lintas (m) 3,00 3,25 3,50 3,75 3,00 3,25 3,50 3,75 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00 FCw 0,91 0,96 1,00 1,03 0,91 0,96 1,00 1,03 0,69 0,91 1,00 1,08 1,15 1,21 1,27
Per lajur
Per lajur
Tabel 4. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah Arah (FCSP) Pemisah Arah SP%-% FCSP Dua Lajur 2/2 Empat Lajur 4/4 50-50 1,00 1,00 55-45 0,97 0,975 60-40 0,94 0,95 65-35 0,91 0,925 70-30 0,88 0,90
Untuk jalan berbagi dan jalan satu arah, faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah tidak dapat diterapkan dan bernilai 1,0.
Tabel 5. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat hambatan Samping (FCSF) Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Kelas Samping (FCSF) Tipe Jalan Hambatan Lebar bahu efektif Ws Samping 0,5 1,0 1,5 2,0 Very Low 0,99 1,00 1,01 1,03 Low 0,96 0,97 0,99 1,01 4/2 D Medium 0,93 0,95 0,96 0,99 High 0,90 0,92 0,95 0,97 Very High 0,88 0,90 0,93 0,96 Very Low 0,97 0,99 1,00 1,02 Low 0,93 0,95 0,97 1,00 2/2 UD Medium 0,88 0,91 0,94 0,98 4/2 UD High 0,84 0,87 0,91 0,95 Very High 0,80 0,83 0,88 0,93
Sumber : MKJI No.036/T/BM/1997
PT Satwindu Utama 46
4.2.4. Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation) Derajat kejenuhan di definisikan sebagai ratio arus lalu lintas terhadap kapasitas jalan, digunakan sebagai faktor kunci dalam penentuan prilaku lalu lintas pada suatu simpang dan segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan akan menunjukkan apakah segmen jalan itu akan mempunyai suatu masalah dalam kapasitas atau tidak. Besarnya nilai derajat kejenuhan ditunjukkan pada rumus berikut :
Dimana : = Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation) = Volume lalu lintas yang melewati suatu segmen jalan per satuan waktu (smp/jam) = Kapasitas jalan (smp/jam)
Nilai DS tidak boleh melebihi angka satu, karena jika nilai DS lebih dari satu maka akan terjadi masalah yang serius karena pada jam puncak rencana arus lalu lintas yang ada akan melebihi nilai kapasitas jalan dalam menampung arus lalu lintas. Nilai DS yang paling ideal adalah di bawah angka 0,75.
suatu daerah, atau pada titik-titik yang dipilih pada daerah tersebut melalui sistem jalan raya. Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan melalui titik yang ditentukan selama priode waktu tertentu atau jumlah kendaraan yang melewati bagian/potongan jalur atau jalan selama priode waktu tertentu. Informasi mengenai volume lalu lintas adalah sangat penting untuk rencanaan lalu lintas, perancangan, operasional dan riset. Tipe informasi volume berbeda-beda tergantung pada data. 1) Annual Total Trafic Volume; dipakai untuk: Mengukur dan menetapkan arah kenaikan volume lalu lintas Menentukan perjalanan tahunan untuk pembiayaan Menghitung nilai kecelakaan Menaksir pendapatan dari pemakai jalan
2) AADT/ADT Volumes; dipakai untuk: Aktifitas perencanaan jalan raya, seperti: mengembangkan system freeway, major, atau arterial, penetuan jalan menerus route jalan terbaik dan lain-lain. 3) Peak Hour Volume; dipakai untuk: Perancangan geometrik dengan memperhatikan jumlah lebar jalur, perancangan persimpangan, perancangan ramp, dan bentuk geometrik lainnya. Menentukan ketidakefisienan kapasitas Pertimbangan, perencanaan dan penempatan alat pengatur lalu lintas, rambu, marka, lampu dan lain-lain. Klasifikasi jalan raya.
4) Classified Volume (tipe, berat, dimensi, dan jumlah as kendaraan); dipakai untuk: Perancangan geometric dengan perhatian pada jejak berputar minimum, kebebasan, kelandaian dan sebagainya. Perancangan struktur perkerasan jalan, jembatan dan lain-lain. Analisa kapasitas dalam menentukan efek kendaraan komersial
PT Satwindu Utama 48
5) Intersectional Volume Counters, dibuat untuk menentukan: Jumlah lalu lintas memasuki persimpangan untuk semua kaki persimpangan. Jumlah lalu lintas yang melakukan setiap kemungkina gerakan berbelok Jumlah lalu lintas pada priode waktu tertentu Klasifikasi tipe kendaraan
Metode Untuk Mengatur Perhitungan Kendaraan 1) Mechanical Counters / machine Counts a) Fixed/permanent counters: dipergunakan untuk perhitungan menerus, mencatat distribusi lalu lintas tiap jam per hari, per minggu, per bulan, per tahun dan dari tahun ke tahun. Perhitungan ini sangat penting untuk menghasilkan arah kenaikan (trend) lalu lintas dan karakteristiknya, joga untuk mengembangkan factor penyesuaian terhadap perhitungan waktu pendek (short-term count) untuk penaksiran AADT. Untuk mendeteksi kendaraan, dipakai perhitungan permanen yaitu : Elektric Contact Device : berupa detektor dibawah permukaan jalan pada tiap jalur, dengan sistem kontak listrik tiap sumbu roda. Photeolectric Device : deteksi didapat dari kendaraan yang melewati sumber cahaya dan photocell dipasang diatas muka jalan. Radar Device : deteksi didapat dari perbandingan frekuensi menerus rasiosinyal yang dipancarkan dan diterima
kembali. Unit ini dpasang pada pertengahan atas jalur lalu lintas.
PT Satwindu Utama 49
Magnetic Device : deteksi didapat dari impuls karena kendaraan melewati medan magnet. Unit ini dipasang dibawah permukaan jalan.
Ultrasonic Device : sejenis dengan radar unit hanya berbeda pada sumber sinyal. Infra Red Device : unit ini memakai pick up cell sejenis dengan photo cell tetapi sensitive terhadap infra merah (panas). Biasanya dipasang diatas jalan (jembatan, tiang rambu, dan lain-lain).
Lokasi detektor adalah penting yang biasanya ditentukan berdasarkan kegunaannya, type detektor, tipe kendaraan dan pejalan kaki serta cara pemasangannya. b) Portable Counter : dipergunakan untuk penghitungan lalu lintas jangka pendek, priodik. Dijalankan dengan battery dan mempergunakan pneumatic detector yang dipasang melintang di jalan. System pemompaan udara di dalam selang karet oleh roda mobil yang menggilas akan menjalankan unit
penghitungan. Terdapat dua macam unit penghitung: Rekording Counter (dicetak pada tape) Non Recording Counter (tidak dicetak)
2) Manual Counters a) Umum : banyaknya petugas survai yang dibutuhkan tergantung pada volume lalu lintas dan jenis kendaraan yang akan dicacah. Secara kasar, seorang petugas survai dapat
mencacah 500-600 kendaraan/jam dengan baik. Periode waktu pencacahan disesuaikan dengan tujuan survai. Untuk
mendapatkan volume lalu lintas setiap pergerakan pada pertemuan jalan dengan lampu lalu lintas, periode tersebut dalam detik. Sedangkan untuk mengetahui pola arus lalu lintas, periode tersebut antara 15 menitan sampai jam-jaman. Pencacahan tanpa alat dilakukan dengan mencoretkan garis pada formulir survey. Satu garis digunakan untuk satu
PT Satwindu Utama 50
kendaraan. Pencacahan dengan alat (counter) dilakukan secara kumulatif dan angka kumulatif tersebut dituliskan di formulir survai pada setiap akhir priode. Satu formulir survai digunakan untuk satu penggal waktu tertentu yang telah ditetapkan, misalnya untuk pencatatan selama 120 detik pada mulut jalan dengan lampu lalu lintas, atau selama 1 jam untuk pencatatan diruas jalan. Kendalaman formulir survai juga perlu dicatat berbagai kondisi di lapangan yang mempengaruhi volume lalu lintasnya, misalnya: Cuaca : cerah, mendung, hujan. Pekerjaan fisik di jalan: pelapisan jalan, penggalian jalan untuk kabel, pembuatan marka jalan. Pengaturan lalu lintas sementara : pengalihan lalu lintas iring-iringan mobil penjabat. Kecelakaan lalu lintas.
b) Pencacahan Kendaraan Berdasarkan Jenisnya Pembagian jenis kendaraan dalam lalu lintas disesuaikan dengan tujuan survai, misalnya: dibedakan antara yang bermotor dan tidak bermotor, dibedakan antara yang bermesin diesel dengan yang bukan diesel, dibedakan antara tiap jenis kendaraan yang ada, dibedakan atas satuan mobil penumpang tiap kendaraan. Berikut ini diberikan contoh pembagian kendaraan bermotor: Kendaraan bermotor beroda dua Mobil penumpang: sedan, taxi, micab (Suzuki, Mitsubishi), vans (combi kijang, panther) jeep (jimmy, taft, hardtop, dll) Bus Kendaraan angkutan barang sampai dengan 2 ton Kendaraan angkutan barang sampai dengan 2-8 ton Kendaraan angkutan barang sampai dengan 8 ton
PT Satwindu Utama 51
c) Pencacahan Kendaraan Dalam Waktu Pendek Pencacahan ini bertujuan untuk memperkirakan volume lalu lintas secara kasar. Misalnya pencacahan volume lalu lintas selama 4 jam untuk memperkirakan LHR secara kasar.
d) Jadwal Priode Penghitungan Periode penghitungan pada lokasi tertentu tergantung pada metode yang digunakan untuk mendapatkan data dan
kegunaannya. Metode penghitungan harus menghindari: Kondisi waktu khusus : liburan, pertandingan olah
raga/sepak bola, pertunjukkan/pekan raya, pemogokan karyawan angkutan umum dan lain-lain. Cuaca tidak normal Halangan/perbaikan dijalan didekat daerah tersebut
Penghitungan secara manual disesuaikan dengan kondisi negara/tempat dimana jadwal berangkat dan pulang kerja dan sekolah, belanja, maupun rekreasi sore/malam hari berbeda satu dengan yang lain. Pada periode penghitungan supaya diperhatikan periode waktu puncak (peak hours) dimana volume terbesar terdapat pada saat-saat itu.
Data-data jadwal yang dapat dipakaikan sebagai pedoman adalah Periode 12 jam : 06.00-18.00 Periode 8 jam Periode 4 jam : 06.00-10.30 dan 14.00-17.30 : 06.00-08.00 dan 14.00-16.00
Selain itu dipakai periode : 24 jam, 16 jam dan waktu puncak/peak hour.
PT Satwindu Utama 52
e) Program pernghitungan Volume Secara Acak Untuk mendapatkan data volume yang selalu up to date maka diperlukan penghitungan secara periodik yang harus diprogram, cara, tempat dan jadwal penghitungan yang paling efisien pada suatu daerah. Sistem penghitungan volume secara periodik adalah sebagai berikut: 1) Rural Counting Program Permanent station Control count station a) Major control counts b) Minor control counts Coverage count station Classification count 2) Urban Counting Program a) Street Classification 1. Major street: expressway, major arterial, collector 2. Minor streets b) Selecting Control Station 1. Major control stations 2. Minor control stations 3. Key counts c) Coverage counts on major street systems d) Coverage counts on minor street system e) Central traffic distric cordon count f) Screen line study street: residential, commercial, industrial
f)
Karakteristik Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas tidak akan pernah bersifat statis, sehingga harus akurat pada waktu penghitungannya, meskipun demikian secara garis besar volume berulang secara berirama, dikenal
PT Satwindu Utama 53
sebagai karakteristik volume. Hal ini penting untuk penjadwalan penghitungan. 1) Pola Lalu Lintas (traffic pattern) Pola lalu lintas adalah presentasi fluktuasi lalu lintas berupa table atau grafik, pada periode waktu tertentu. Volume dapat dinyatakan yang dalam penting jumlah harus atau prosentase. untuk
Pengertian
dimengerti
operasional dan perencanaan adalah volume dalam: waktu puncak (peak hours), jam dalam hari, hari dalam minggu, minggu dalam bulan, bulan dalam tahun, distribusi arah (directional distribution) 2) Pola Lalu Lintas Jam-an (hourly traffic pattern) Volume lalu lintas untuk kenaikan waktu teratur kurang dari satu jam (missal 1, 5, 15 menit) ditujukkan untuk seluruh jam, biasanya waktu puncak (peak hour) 3) Pola Lalu Lintas Minggu (weekly traffic pattern) Volume lalu lintas harian ditunjukkan untuk tiap hari berurutan dalam seminggu, apabila ditunjukkan dalam 365 mingguan, maka disebut: pola lalu lintas mingguan dalam setahun (weekly traffic pattern for one year) 4) Pola Lalu Lintas Bulanan (monthly traffic pattern) Volume lalu lintas tiap bulan dalam satu tahun 5) Distribusi Arah (directional distribution) Distribusi pergerakan menunjukkan variasi dalam arus selama waktu puncak (peak hours), kondisi distribusi bervariasi diantara fasilitas dan lokasi. Pada saat peak hour dapat terjadi volume lalu lintas sangat tidak berimbang sehingga 80% kendaraan berjalan ke satu arah. 6) Distribusi jalur (Line distribution) Distribusi volume lalu lintas diantara bermacam jalur dan jalur banyak (multilane) bervariasi dengan adanya distribution), dan distribusi jalur (lane
PT Satwindu Utama 54
lokasi/letak jalur (tepi atau tengah) dan perubahan jalur dan jumlah lalu lintasnya.
PT Satwindu Utama 55
4.6.1. Tahapan Persiapan Tahap persiapan ini merupakan tahap awal dalam rangkaian kegiatan manajemen lalu lintas. Dalam tahap persiapan ini pada intinya meyiapkan segala keperluan terkait dengan pelaksanaan pekerjaan. Dalam tahap persiapan ini terdapat 3 kegiatan yaitu pemantapan rencana kerja, metode pelaksanaan pekerjaan, dan penyiapan rencana kerja dan pembangian peran, dimana untuk masing-masing kegaitan tersebut menggunakan pendekatan dan metode pengerjaan sebagai berikut.
KEGIATAN Pemantapan Rencana Kerja Metode Pelaksanaan Pekerjaan Penyiapan Rencana Kerja & Pembagian Peran PENDEKATAN METODE
Desk study
Diskusi
Diskusi
PT Satwindu Utama 56
4.6.2. Tahapan Pengumpulan Data Pada tahap dilakukan pengimpulan data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan/lalu lintas. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi seperti : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Tangerang Selatan, Dinas Bina marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang Selatan serta instansi terkait lainnya. Dan data sekunder dapat juga diperoleh dari literatur-literatur yang ada. Data primer diambil langsung dari lapangan melalui
inventarisasi ruas jalan, survey volume lalu lintas terklasifikasi dan survey kecepatan kendaraan.
Untuk
masing-masing
kegiatan
tersebut
menggunakan
PENDEKATAN
METODE
4.6.3. Tahap Analis Data dan Penyajian Data Melakukan input data, rekapitulasi dan tabulasi hasil survey serta melakukan pengolahan dan analisis data hasil survey baik data sekunder maupun data primer. Penyajian data-data hasil survey dilakukan dengan menggunakan grafik/diagram dan kinerja ruas jalan diplot dalam satu peta jaringan jalan
PT Satwindu Utama 57
Hasil kegiatan tersebut ditindak lanjuti dengan penyusunan konsep/manajemen rekayasa lalu lintas, dimana untuk masingmasing kegiatan tersebut menggunakan pendekatan dan metode pengerjaan sebagai berikut:
KEGIATAN
PENDEKATAN
METODE
Bank Data
Comprehensive Approach
Compilation
Comprehensive Approach
Hipotetic, Comparasi
4.6.4. Tahapan akhir (penyelesaian) Seluruh upaya rekayasa lalu lintas hasil dari kegiatan
sebelumnya diperbaiki dan disempurnakan sesuai masukan dari pengguna jasa, menggunakan pendekatan dan metode
Comprehensive Approach
Diskusi, Korektif
PT Satwindu Utama 58
BAB V RENCANA KERJA DAN JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN KONSULTAN STUDI LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA
Rencana Kerja Pekerjaan survey LHR ini pada dasarnya terdiri dari 4 kegiatan utama sebagaimana diuraikan pada metode, yaitu Persiapan, Pengumpulan Data, Analisis dan Penyajian data, dan Tahap Akhir (Finalisasi). Sesuai dengan alokasi waktu selama 2 bulan yang diberikan oleh Pemberi Kerja disusun rencana kerja sebagaiman penjelasan berikut ini.
5.1. Tahap persiapan Persiapan merupakan tahapan paling awal dalam keseluruhan kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan kegitannya, dalam tahapan ini akan dilakukan persiapan administrasi pekerjaan dan persiapan survey. Persiapan administrasi meliputi: 1. Koordinasi tim pelaksana dengan tim supervisi, dimana dilakukan koordinasi antara tim supervise dengan seluruh tim pelaksana terkait dengan rencana kerja. 2. Kegiatan persiapan dokumen dan instrument pendukung 3. Mobilisasi tenaga ahli 4. Inventarisasi data dan surat-menyurat 5. Penyusunan rencana kerja tim pelaksanaan pekerjaan.
Rencana kerja akan dilengkapi pula dengan alur kegiatan yang menggambarkan hubungan (interrelation) dan ketergantungan
(interdependency) antara bagian kegiatan dan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang memuat tahapan kegiatan berdasarkan waktu untuk mengetahui secara pasti target yang harus dipenuhi konsultan dalam
PT Satwindu Utama 59
tiap waktu penugasannya. Pengisian jadwal kegiatan pada alur kegiatan akan melahirkan jaringan kerja (networkplan). Setelah persiapan administrasi, tahapan berikutnya adalah persiapan teknis. Mencakup persiapan survey yang sudah lebih banyak melibatkan para Tenaga Ahli. Persiapan survey terdiri dari 4 sub kegiatan, yaitu: 1. Penetapan awal batas/lingkup lokasi 2. Pengumpulan data-data sekunder awal 3. Indetifikasi kondisi awal 5. Penyusunan daftar kebutuhan data yang akan dilengkapi dari survei lapangan, baik survey primer, maupun survey sekunder (instansional).
Pada tahapan persiapan ini dilakukan juga kegiatan koordinasi, baik berupa koordinasi administrasi maupun terkait dengan materi
pekerjaan. Koordinasi administrasi lebih bersifat intern pihak Konsultan, sedangkan koordinasi materi akan terkait dengan Pihak Pemberi Kerja untuk memperoleh kesamaan visi dan langkah dalam melakukan kegiatan. Kegiatan persiapan ini dilakukan selama 2 minggu dimulai dari minggu ke-1 (pertama) sampai minggu ke-2. 5.2. Tahapan Pengumpulan Data Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah: a. Pengumpulan data sekunder b. Pengumpulan data lapangan/lalu lintas c. Pembutan bank data (kompilasi)
Kegiatan ini dilakukan selama 4 minggu dimulai dari minggu ke-3 (ketiga) sampai minggu ke-6 bulan ke-2 5.3. Tahapan Analisis Data dan Penyajian Data Pada tahap ini dilakukan: Karakteristik / kinerja ruas jalan
PT Satwindu Utama 60
Penyajian Data Lapangan Kegitan ini dilakukan selama 1 minggu pada minggu ke-7 bulan ke-2 5.4. Tahap Akhir (Penyelesaian) Pada tahap ini dilakukan: Perbaikan laporan Penggandaan laporan Kegiatan ini dilakukan selama 1 minggu pada minggu ke-8 bulan ke-2
Waktu Pelaksanaan pekerjaan jasa konsultan ini dilaksanakn 6 bulan kalender. Sesuai dengan metodologi pendekatan yang dilakukan, maka jadwal waktu pelaksanaan kegiatan pekerjaan yang dibagi dalam beberapa tahap pekerjaan seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
TAHAPAN KEGIATAN I. I.A I.B TAHAPAN PERSIAPAN Kajian Awal, Pemahaman KAK & Pengadaan Desain dan Penggadaan Formuli Pengambilan data I.B.1 Survey Pendahuluan & Pengarahan I.B.2 Perumusan Laporan Pendahuluan I.B.3 Diskusi Pendahuluan II. II.A II.B II.C II.D III III.A III.B IV. IV.A IV.B IV.C IV.D TAHAPAN PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS Survey Data Sekunder Survey Data Primer Input Data (Kompilasi) Analisis Data Dan Penyajian Data TAHAPAN PENYELESAIAN Proses Perbaikan Finalisasi PENYERAHAN LAPORAN Diskusi Laporan Pendahuluan Laporan Antara Laporan Akhir 1 1 2 3 4 5 6 2 7 8
PT Satwindu Utama 61