You are on page 1of 26

UV Filters in Sunscreens: Regulatory Aspects & Analytical Methods

KELOMPOK 1

Baharudin Taufik, 0906640740 Farah Fauzia, 0906640791 Irene Ariani, 0906556944 Latifani Chaerunisa, 0906640822 Maria Regina S, 1006661273 Nafian Awaludin, 1006686654

Mata Kuliah Teknologi Obat & Kosmetik Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

MATA KULIAH TEKNOLOGI OBAT & KOSMETIK

TUGAS 4

UV FILTERS IN SUNSCREENS: REGULATORY ASPECTS & ANALYTICAL METHODS (PENAHAN SINAR UV PADA TABIR SURYA: ASPEK REGULASI DAN METODE ANALITIK)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1: Baharudin Taufik, 0906640740 Farah Fauzia, 0906640791 Irene Ariani, 0906556944 Latifani Chaerunisa, 0906640822 Maria Regina S, 1006661273 Nafian Awaludin, 1006686654

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2013

DAFTAR ISI DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Definisi & Sejarah ........................................................................................ 1 1.2 Produk Tabir Surya ...................................................................................... 2 1.3 Mekanisme Aksi .......................................................................................... 3 1.4 Klasifikasi & Sifat Penahan Sinar UV ......................................................... 3 1.4.1 Penahan Sinar UV Organik/Kimia ....................................................... 4 1.4.1.1 UVA .............................................................................................. 4 1.4.1.2 UVB............................................................................................... 6 1.4.2 Penahan Sinar UV Anorganik/Fisik ..................................................... 8 1.5 Khasiat & Keamanan Produk Tabir Surya ................................................. 10 BAB 2 ASPEK REGULASI ............................................................................... 11 2.1 Produk Tabir Surya di Amerika Serikat ..................................................... 11 2.2 Produk Tabir Surya di European Union .................................................... 12 2.3 Produk Tabir Surya di Jepang .................................................................... 12 2.4 Produk Tabir Surya di Australia ................................................................ 12 BAB 3 METODE ANALITIK ........................................................................... 14 3.1 Analisis Produk Tabir Surya ...................................................................... 14 3.2 Teknik Analitik untuk Karakterisasi Penahan Sinar UV ........................... 14 3.2.1 Teknik Kromatografi .......................................................................... 15 3.2.2 Teknik Spektroskopi ........................................................................... 16 3.2.3 Teknik Elektrokimia ........................................................................... 17 3.3 Pertimbangan dalam Preparasi Sampel ...................................................... 17 BAB 4 KESIMPULAN ....................................................................................... 20 REFERENSI .......................................................................................................... v

ii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Struktur Kimia Senyawa Benzophenone dan Turunannya ................. 5 Gambar 1.2 Struktur Kimia Senyawa PABA dan Turunannya............................... 6 Gambar 1.3 Struktur Kimia Senyawa Sinamat ....................................................... 7 Gambar 1.4 Struktur Kimia Senyawa Salisilat ....................................................... 8 Gambar 3.1 Presentase Publikasi Terkait Penahan Sinar UV Berdasarkan Teknik Analitik yang Digunakan ...................................................................................... 15 Gambar 3.2 Contoh Kromatogram LC dari Separasi Penahan Sinar UV (a) 12 penahan larut lemak dan (b) 6 penahan larut air ................................................... 16

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi Tabir Surya ........................................................................... 4 Tabel 2.1 Daftar Penyusun Tabir Surya yang Diizinkan FDA ............................. 11 Tabel 2.2 Daftar Penahan Sinar UV dan Maksimum Konsentrasi yang Diizinkan menurut Legislasi di European Union, Amerika Serikat, dan Jepang .................. 13

iv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Definisi & Sejarah Radiasi sinar ultraviolet, atau UVR (Ultraviolet Radiation), yang sampai ke permukaan bumi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: UVA (320-400 nm) dan UVB (290-320 nm). Adapun UVA dapat dibagi lebih jauh menjadi UVA I (340-400 nm) atau UVA jauh, dan UVA II (320-340 nm) atau UVA dekat. Secara umum UVR terdiri dari UVA (98%), UVB (2%) dan UVC. Radiasi UVC merupakan yang paling berbahaya (100-290 nm) namun tidak mencapai permukaan bumi.. Radiasi sinar UV dalam jumlah kecil dapat berguna untuk meningkatkan produksi vitamin D pada tubuh manusia, meningkatkan absorpsi kalsium sehingga mencegah osteoporosis, meningkatkan mood dan memberikan efek baik pada artritis, tekanan peredaraan darah, diabetes dan kekuatan otot. Dahulu lapisan ozon mampu memantulkan sebagian besar sinar ultraviolet dari matahari hingga sampai 6,2% dari seluruh radiasi yang masuk ke Bumi. Namun kerusakan lapisan ozon dapat menyebabkan kenaikan intensitas dari radiasi sinar UV yang sampai ke permukaan Bumi. Hal ini menyebabkan banyak penyakit akibat terlalu lama terpapar sinar matahari seperti, tumor kulit, inflamasi pada kulit atau kulit terbakar, menurunkan kekebalan tubuh, penuaan pada kulit dan reaksi alergi. Oleh karena itu, penggunaan produk tabir surya dapat melindungi kulit dari radiasi matahari yang berbahaya dan dapat meminimalisir atau mencegah efek-efek yang telah disebutkan pada kulit manusia. Produk tabir surya terdiri dari beberapa produk kimia yang dapat menyerap radiasi sinar UV atau biasa disebut penahan sinar UV (UV filter). Faktor perlindungan dari sinar matahari, atau SPF (Sun Protection Factor), didefinisikan sebagai dosis dari UVR yang dibutuhkan untuk memproduksi satu MED (Minimal Erythema Dose) pada kulit yang terlindungi setelah menggunakan 2 mg/cm2 dari produkdibagi dengan UVR untuk memproduksi satu MED pada kulit tidak terlindungi. Produk anti-air biasanya mempertahankan tingkat SPF bahkan setelah 40 menit terendam air, sementara produk yang sangat anti-air diuji setelah perendaman selama 80 menit. Tingkat SPF dapat diklasifikasi lebih jauh, di mana tabir surya yang melindungi dari UVB dan UVA dapat termasuk.

1
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

Dua jenis penahan sinar UV pertama yang diproduksi adalah benzyl salicylate dan benzyl cinnamate, yang pertama kali komersial dalam bentuk emulsi tabir surya di Amerika Serikat pada tahun 1928. Selanjutnya pada awal 1930, produk lain yaitu phenyl salicylate digunakan di Australia. Pada 1943, produk Para-aminobenzoic acid (PABA) dipatenkan dan produk penahan sinar UV turunannya mulai berkembang. Pada masa Perang Dunia II, digunakan red veterinary petrolatum (RVP) pada militer, dan selanjutnya setelah perang produk pengembangan diteruskan. Mulai 1970-an, terjadi peningkatan minat terhadap produk tabir surya komersial dan selanjutnya meningkatkan penerimaan produk dari konsumen terhadap ini. Seiring meningkatnya kepedulian akan bahaya dari UVR, produk dengan SPF yang lebih tinggi mulai semakin umum. Sekarang ini, produk konsumen yang mengandung penahan UV seperti: pelembab, kosmetik pewarna, dan produk perawatan rambut, mulai umum digunakan. Selanjutnya belakangan mulai populer terkait proteksi tabir surya untuk pencegahan melanoma dan penuaan dini, sehingga pengembangan produk mulai menjamah spectrum proteksi sinar UV yang lebih luas, termasuk keseluruhan rentang UVA.

1.2 Produk Tabir Surya Produk tabir surya awalnya dikembangkan untuk digunakan saat orang pergi ke pantai, namun kemudian berkembang sesuai kebutuhan konsumen. Biasanya bentuk produk konvensional adalah berupa krim dan susu, yang merupakan emulsi water-in-oil (W/O) atau oil-in-water (O/W), dengan viskositas tertentu, atau berbentuk minyak. Sekarang ini sudah banyak produk berbahan dasar air dan lotion hidroalkohol dan mikroemulsi yang disebut juga tabir surya mudah pakai, karena dapat digunakan dengan disemprot. Sekarang ini penahan sinar UV telah ditambahkan ke dalam produk kosmetik untuk melindungi kosmetik dari cahaya. Penahan sinar UV dapat dimasukkan ke hampir seluruh jenis matriks kosmetik. Hal ini menunjukkan adanya variasi yang luas dari desain penahan sinar UV dengan karakteristik kelarutan yang berbeda, yaitu yang larut dalam lemak dan larut dalam air pada fasa emulsi. Untuk yang larut dalam lemak biasanya digunakan dalam produk lipstik, minyak, lotion hidroalkohol dan alas bedak. Sementara yang larut dalam air biasanya digunakan dalam lotion berair, krim, susu, dan mikroemulsi.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

3 1.3 Mekanisme Aksi Secara umum, penahan sinar UV berdasarkan mekanisme aksinya dibagi menjadi: Penyerap kimia (chemical absorber): Tabir surya kimia biasanya merupakan senyawa aromatis yang terusun dari gugus karbonil. Senyaa ini menyerap sinar UV intensitas tinggi dengan eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Energi yang hilang ini menyebabkan konversi energi yang tersisa menjadi gelombang energi yang lebih rendah ketika kembali ke keadaan awal. Pengembangan tabir surya kimia modern direpresentasikan dengan studi terkait hubungan struktur dan aktivitas untuk merekayasa zat aktif baru. Penahan fisika (physical blocker): Penahan fisika memiliki prinsip memantulkan atau menghamburkan UVR. Penahan fisika ini disebut juga sebagai tabir surya nonkimia, yang biasanya didesain sebagai partikulat anorganik pada bahan tabir surya. Riset terbaru mengindikasikan ukuran mikro dari jenis penahan fisika dapat mengambil fungsi lebih pada absorpsi.

1.4 Klasifikasi & Sifat Penahan Sinar UV Klasifikasi dari produk tabir surya cukup rumit. Selain diacu menurut nama kimia atau nama dagangnya, ada berbagai penamaan spesifik di berbagai Negara. Misalnya di Amerika Serikat, zat penyusun tabir surya diatur melalui OTC Monograph. Tabel 1.1 mencantumkan nama umum yang digunakan, termasuk daftar yang ada dalam INCI (International Cosmetic Ingredient Dictionary). Sesuai klasifikasi berdasarkan mekanisme aksinya, penahan sinar UV dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu penahan sinar UV anorganik atau penahan sinar UV fisik yang bekerja dengan memantulkan atau menghamburkan radiasi UV, serta penahan sinar UV organik atau penahan sinar UV kimia yang bekerja dengan menyerap cahaya.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

4 Tabel 1.1 Klasifikasi Tabir Surya

Sumber: Levy, 2001

1.4.1 Penahan Sinar UV Organik/Kimia Penahan sinar UV organik ini merupakan senyawa organik dengan kapasitas penyerapan molar yang tinggi dalam rentang sinar UV. Senyawa ini biasanya mencakup struktur aromatik tunggal atau banyak, biasanya tersusun dari ikatan rangkap karbon atau gugus karbonil. Beberapa jenis senyawa ini memiliki struktur dengan gugus terionisasi seperti sulfonic atau karboksilat, sehingga menunjang sifat kelarutannya dalam air. Biasanya kosmetik dengan kandungan ini lebih diterima oleh konsumen daripada produk penahan fisik, meski menyebabkan beberapa efek samping dermatologis. Berdasarkan sinar radiasi yang dilemahkannya, penahan sinar UV kimia ini dapat diklasifikasi menjadi UVA dan UVB. Selain itu, terdapat juga penahan sinar UV gabungan UVA dan UVB, biasanya berupa BDM, EDP, dan BZ3.

1.4.1.1

UVA UVA adalah radiasi pada daerah 320-360 nm. UVA dapat dibagi lebih jauh

menjadi UVA I (340-400 nm) atau UVA jauh, dan UVA II (320-340 nm) atau UVA dekat. UVA lebih mudah untuk berpenetrasi ke dalam lapisan kulit terdalam dibandingkan dengan UVB, UVA tidak dapat tersaring oleh gelas dan diperkirakan sekitar 50% dari pemaparan UVA timbul dalam tempat teduh.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

5 Pemaparan terhadap UVA dapat menyebabkan photoaging serta fotodermatosis akut dan kronik. Untuk menahan jenis UV ini, ada beberapa bahan yang dapat digunakan, di antaranya seperti berikut: Benzophenone Benzophenone dapat digunakan baik sebagai penahan UVA maupun UVB. Oxybenzone atau benzophenone-3 merupakan salah satu penyerap paling efektif pada spektrum UVB, dan mencapai spektrum UVA II. Umumnya oxybenzone ini digunakan sebagai penyerap UVA, dan dapat meningkatkan nilai SPF tabir surya melalui kombinasi dengan penyerap UVB lain. Oxybenzone ini merupakan material solid yang sulit larut. Turunan yang larut air adalah sulisobenzone atau benzophenone-4, namun cenderung kurang stabil sehingga jarang digunakan. Gambar 1.1 berikut menunjukkan struktur senyawa benzophenones beserta turunannya.

Gambar 1.1 Struktur Kimia Senyawa Benzophenone dan Turunannya


Sumber: Chrisvert & Salvador, 2007

Butylmethoxydibenzoylmethane (BDM) Butylmethoxydibenzoylmethane dikenal juga sebagai avobenzone, atau Parsol 1789. Senyawa ini baru saja diizinkan penggunaannya oleh FDA di Amerika Serikat dan sudah lebih lama digunakan di Eropa. Avobenzone menyerap secara kuat pada rentang spektrum UVA I dengan puncak absorpsi pada panjan gelombang 360 nm. Penggunaan bahan ini dalam tabir surya hanya boleh berkisar pada 2-3% konsentrasi.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

6 1.4.1.2 UVB UVB adalah radiasi pada daerah 290-320 nm. Lebih besar energinya, dapat menimbulkan efek seperti eritema, udema, tanning, penipisan lapisan epidermis dan dermis, dan sintesis vitamin D. Pemaparan kronis terhadap UVB dapat menghasilkan photoaging (efek penuaan kulit oleh cahaya), imunosupresi, dan fotokarsinogenesis. Untuk menahan jenis UV ini, ada beberapa bahan yang dapat digunakan, diantaranya: PABA dan Turunannya Asam paraaminobenzoat atau PABA (Para-aminobenzoic acid) digunakan sebagai penahan sinar UVB dikarenakan PABA dapat menghambat sinar UV. Umumnya, PABA ini sangat larut dalam air. Biasanya, jenis PABA yang digunakan dalam produk tabir surya adalah oktil dimetil PABA, amil dimetil PABA, dan gliseril PABA dimana formulasi PABA di dalam produk tabir surya harus diatur lebih jelas dalam peraturan di berbagai negara dikarenakan formulasi yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Beberapa klaim telah menolak penggunaan turunan PABA, meski oktil dimetil PABA merupakan penyerap UV paling potensial dalam spektrum UVB tengah. Gambar 1.2 menunjukkan struktur kimia dari PABA dan turunannya.

Gambar 1.2 Struktur Kimia Senyawa PABA dan Turunannya


Sumber: Chrisvert & Salvador, 2007

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

7 Cinnamate Sinamat merupakan zat aktif tabir surya yang paling banyak digunakan, dan merupaka alternatif filter UVB menggantikan PABA. Biasanya, sinamat yang digunakan dalam produk tabir surya adalah Oktil metoksisinamat atau etilheksil, Octinoxate, dan metoksisinamat oktil. Gambar 1.3 menunjukkan struktur kimia dari sinamat.

Gambar 1.3 Struktur Kimia Senyawa Sinamat


Sumber: Chrisvert & Salvador, 2007

Salisilat Salisilat merupakan penyerap UVB yang lebih lemah dan biasanya digunakan sebagai campuran dengan absorber UVB lainnya. Pada jaman dahulu, salisilat digunakan sebagai bahan filter UVB karena dapat menahan masuknya sinar UV ke dalam kulit, namun salisilat jarang digunakan pada zaman sekarang sebagai filter U B dikarenakan kurang efektif dalam menahan masuknya sinar UVB dibandingkan dengan PABA dan sinamat. Salisilat sangat larut dalam air, oxybenzone, dan avobenzone. Biasanya, salisilat yang digunakan dalam produk tabir surya adalah oktil salisilat, trolamine salisilat, dan homomentil salisilat. Gambar 1.4 menunjukkan struktur kimia dari salisilat:

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

Gambar 1.4 Struktur Kimia Senyawa Salisilat


Sumber: Chrisvert & Salvador, 2007

Oktokrilen Oktokrilen merupakan 2-ethylhexyl-2-cyano-3,3 diphenylacrulate dan secara kimia berkaitan dengan sinamat. Oktokriline dapat meningkatkan SPF dan ketahanan terhadap air dalam suatu formulasi. Bahan ini juga bersifat fotostabil dan dapat meningkatkan fotostabilitas tabir surya lainnya. Meski demikian, bahan ini sangat mahal dan sulit dalam formulasinya.

Asam Sulfonat Fenilbenzimadazole Asam sulfonat fenilbenzimadazole merupakan penyerap UVB yang larut dalam air dan dapat menjadi fasa air dari emulsi (hal ini sangat kontras dengan kebanyakan senyawa tabir surya yang bersifat larut dalam minyak). Sifatnya ini memberi keuntungan formulasi yang lebih mudah dan dapat diaplikasikan dalam pelembab yang mengandung tabir surya serta dalam gel transparan. Senyawa ini mampu meningkatkan nilai SPF dari tabir surya organik maupun anorganik.

1.4.2 Penahan Sinar UV Anorganik/Fisik Beberapa jenis sunblock dapat berupa formula tidak tembus cahaya yang mampu memantulkan atau menghamburkan sinar UVR. Biasanya fungsi ini diaplikasikan pada kosmetik pewarna melalui kandungan pigmen anorganik yang bervariasi. Contoh jenis ini adalah titanium dioksida dan zinc oksida yang inert dan mampu melindungi dari seluruh spektrum UVR. Namun demikian, jenis ini cukup sulit diterima oleh konsumen. Pengembangan jenis ini adalah usaha pengurangan ukuran partikel hingga mikro sehingga semakin tidak terlihat pada permukaan kulit.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

9 Jenis lain adalah sunblock dengan mikropigmen, yang tidak hanya memantulkan dan menghamburkan sinar UVR tapi juga menyerapnya. Dengan memvariasikan ukuran partikel, dapat diperoleh proteksi untuk berbagai spektrum UV. Contoh jenis ini adalah mikropigmen titanium dioksida dan zinc oksida yang menunjukkan proteksi terbaik dalam rentang spektrum UVA II. Penggunaan kedua jenis bahan yaitu titanium oksida dan zinc oksida ini memiliki sejarah panjang yang cukup aman. Fotoreaktifitas menjadi isu yang cukup berperan dalam penggunaan kedua bahan semikonduktor ini. Untuk mengurangi reaktifitas fotokimianya, material ini dapat dilapisi dengan material lain. Adapun kedua jenis bahan ini dapat dijelaskan lebih jauh sebagai berikut: Titanium Dioksida (TiO2) Merupakan jenis mikropigmen pertama yang digunakan. Kelebihan utamanya adalah proteksi dalam spektrum yang luas dan tidak menyebabkan dermatitis pada kontak. Pengambangan bahan ini dapat bersifat amfifilik, dirancang untuk mampu terdispersi baik dalam fasa air maupun fasa minyak. Ukuran partikel dan keseragaman dispersitas mempengaruhi SPF. Untuk mencapai transparasi, ukuran partikel perlu kurang dari 200 nm. Masalah dalam bahan ini adalah residu pigmen dan efek pemutihan yang terjadi. Biasanya dilakukan penambahan pigmen lain untuk mengkamuflasi efek ini, dengan resiko nilai SPF yang menurun. Formulasi hybrid berupa kombinasi dengan absorben kimia juga bisa dilakukan. Zinc Oksida Zinc oksida telah diizinkan oleh FDA dalam OTC Sunscreen Monograph sebagai agen aktif tabir surya. Dengan mengurangi ukuran partikel di bawah 200 nm, penghamburan cahaya dapat diminimisasi sehingga partikel dapat terlihat seperti transparan dalam film tipis. Indeks refraktifnya lebih kecil dari pada titanium oksida, yaitu sekitar 1.9, sehingga tidak lebih menyebabkan pemutihan. Zinc oksida lebih efektif melemahkan UVR pada rentang spektrum UVA I.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

10 1.5 Khasiat & Keamanan Produk Tabir Surya Pada umumnya, penggunaan produk tabir surya adalah untuk melindungi pemakainya dari bahaya sinar matahari. Untuk melakukan hal ini, penggunanya harus diinfomasikan mengenai kapasitas pelindung dari produk yang digunakan. Parameter yang berbeda telah digunakan untuk mengevaluasi efektifitasi dari produk melalui informasi yang tersedia pada label kemasan dimana efektifitas dari produk tabir surya dapat dinilai melalui nilai Sunscreen Protection Factor (SPF) pada label kemasan. Nilai SPF dapat memberitahu pengguna tabir surya mengenai berapa lamakah pengguna dapat berada di bawah sinar matahari tanpa terbakar sinar matahari ketika menggunakan produk tersebut. Biasanya, orang awam dapat berada dibawah sinar matahari secara normal selama 15 menit tanpa kulitnya terbakar, tetapi jika menggunakan tabir surya dengan nilai SPF 15, maka orang tersebut dapat bertahan 15 kali lebih lama daripada sebelumnya dibawah sinar matahari tanpa kulitnya terbakar. Umumnya, nilai SPF sangat bergantung pada keberadaan bahan-bahan penyusun didalam produk penahan sinar UV dan komposisi dari bahan-bahan penyusun tersebut dimana jumlah dan konsentrasi maksimumnya diatur dalam undangundang dari masing-masing negara. Di sisi lain, penggunaan tabir surya yang berlebihan dapat menimbulkan iritasi dan alergi pada kulit mereka. Dalam studi yang dilakukan oleh Frans pada tahun 2006, 60% relawan yang menggunakan tabir surya dengan dosis tinggi, ditemukan warna kemerahan pada kulit mereka yang disertai dengan timbulnya rasa gatal pada kulit mereka dibandingkan dengan relawan yang menggunakan tabir surya dengan dosis rendah. Hal ini dikarenakan keberadaan bahan tambahan lain, seperti PABA ester, dibenzoylmethanes, benzophenones, dll yang cukup besar komposisinya di dalam produk tabir surya dimana penggunaan yang berlebihan dari bahan tambahan lain dalam produk tabir surya akan menyebabkan reaksi alergi dan iritasi pada kulit. Oleh karena itu, jumlah dan konsentrasi maksimum dari bahan-bahan tambahan tersebut harus diatur dengan jelas dalam regulasi dan perundang-undangan di berbagai negara agar produk tabir surya dapat secara aman untuk digunakan.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

BAB 2 ASPEK REGULASI

Produk tabir surya ini diklasifikan dalam beberapa kategori oleh beberapa negara. Hal ini bergantung pada kebijakan dari masing-masing negara.

2.1 Produk Tabir Surya di Amerika Serikat Di Amerika Seikat, produk tabir surya diatur oleh Food and Drug Administration (FDA) dalam Code of Federal Regulations Nomor 21 sebagai obat over-the-counter (OTC). Tabir surya didefinisikan sebagai zat yang mampu menyerap, memantulkan, atau menghamburkan radiasi dalam rentang spektrum UV pada panjang gelombang 290 sampai 400 nm. FDA mengeluarkan aturan khusus berupa Final Monograph for Sunscreen Drug Products for Over-the-Counter Human Use pada tahun 1999 sebagai aturan yang mengatur kondisi untuk keamanan, penggunaan, dan pelabelan produk. FDA tidak memperbolehkan kombinasi bebas dari penahan sinar UV, kecuali yang telah diatur. Tabel 2.1 menunjukkan daftar penyusun yang diizinkan. Konsentrasi minimum yang diperbolehkan dikurangi, sehingga konsentrasi setiap zat aktif cukup untuk menyumbang minimum SPF sebanyak 2 dari produk akhir. Produk tabir surya harus memiliki SPF tidak kurang dari jumlah zat aktif yang digunakan dikali dengan 2. Produk dengan SPF di atas 30 diperbolehkan, namun hanya boleh disebut sebagai SPF 30 plus. Istilah sunblock sudah tidak digunakan, dan produk diperbolehkan mengandung titanium oksida. Tabel 2.1 Daftar Penyusun Tabir Surya yang Diizinkan FDA

Sumber: Levy, 2001

11
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

12 2.2 Produk Tabir Surya di European Union Di Eropa, produk tabir surya dianggap sebagai kosmetik, dengan fungsi melindungi kulit dari terbakar akibat sinar matahari. Regulasinya diatur melalui EU Cosmetics Directive yang dikeluarkan European Economic Community (EEC). Penahan sinar UV didefinisikan sebagai zat yang terkandung dalam produk kosmetik tabir surya, yang secara spesifik ditujukan untuk menahan sinar UV tertentu untuk melindungi kulit dari efek berbahaya, dan dapat ditambahkan pada produk kosmetik lainnya dengan kondisi tertentu. Berbeda dengan FDA Monograph di Amerika Serikat, EEC Directive tidak memuat daftar penahan sinar matahari fisik, meski produk tersebut juga digunakan untuk meningkatkan proteksi. Sebagai pembanding, Tabel 2.2 menunjukkan daftar penahan sinar UV yang diizinkan dan konsentrasinya.

2.3 Produk Tabir Surya di Jepang Di Jepang, produk tabir surya dianggap sebagai kosmetik, dan diatur melalui Pharmaceutical Affairs Law (PAL). Penahan sinar UV didefinisikan sebagai penyerap sinar UV, yaitu material yang secara spesifik menyerap sinar UV dan dimasukkan ke dalam kosmetik dengan tujuan melindungi kulit atau rambut dari efek berbahaya sinar UV. Penahan sinar UV yang dapat digunakan dalam kosmetik dicantumkan dalam Standards for Cosmetics yang dikeluarkan oleh Ministry of Health and Welfare (MHW). Tabel 2.2 menunjukkan daftar penahan sinar UV yang diizinkan dan konsentrasinya dengan perbandingan di tiga negara, yaitu Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Dapat dilihat bahwa setidaknya hanya 10 senyawa yang diatur oleh ketiga legislasi.

2.4 Produk Tabir Surya di Australia Pada tahun 1992, Australia mengelompokkan tabir surya sebagai produk obat. Namun dalam Standard 2604 pada tahun 1993 yang dipublikasikan oleh Austraila bersama New Zealand, tabir surya diklasifikasikan sebagai kelompok primer atau sekunder, bergantung dari fungsi uatamanya, untuk melindungi dari UVR, atau berbeda dengan produk yang memiliki fungsi primer sebagai kosmetik. Nilai SPF yang diizinkan tidak boleh melebihi 15. Secara umum, aturan Australian Approved Names (AAN) untuk zat aktif tabir surya yang diperbolehkan mengadopsi dari klasifikasi FDA dengan beberapa modifikasi.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

13 Tabel 2.2 Daftar Penahan Sinar UV dan Maksimum Konsentrasi yang Diizinkan menurut Legislasi di European Union, Amerika Serikat, dan Jepang
INCI name 3-benzylidene camphor Benzylidene camphor sulphonic acid Butyl methoxydibenzoylmethane Benzophenone-1 Benzophenone-2 Benzophenone-3 Benzophenone-4 Benzophenone-6 Benzophenone-8 Benzophenone-9 Camphor benzalkonium methosulfate Cinoxate Diethylhexyl butamido triazone 1-(3,4-Dimethoxyphenyl)-4,4-dimethyl-1,3pentanedione Diethylamino hydroxybenzoyl hexyl benzoate Diisopropyl methyl cinnamate Drometrizole trisiloxane Ethylhexyl dimethyl PABA Ethylhexyl dimethoxybenzylidene dioxoimidazolidine propionate Ethylhexyl methoxycinnamate bis-Ethylhexyloxyphenol methoxyphenyl triazine Ethylhexyl salicylate Ethylhexyl triazone Ferulic acid Glyceryl ethylhexanoate dimethoxycinnamate 4-(2-beta-Glucopyranosiloxy) propoxy-2hydroxybenzophenone Homosalate Isoamyl p-methoxycinnamate Isopropyl methoxycinnamate Isopentyl trimethoxycinnamate trisiloxane Menthyl anthranilate 4-Methylbenzylidene camphor Methylene bis-benzotriazolyl tetramethylbutylphenol Octocrylene Polysilicone-15 PEG-25 PABA PABA Polyacrylamidomethyl benzylidene camphor Phenylbenzimidazole sulphonic acid Pentyl dimethyl PABA (mixed isomers) Disodium phenyl dibenzimidazole tetrasulfonate Terephthalylidene dicamphor sulphonic acid Titanium dioxide TEA-salicylate Zinc oxide Eropa 2 6 5 Amerika Jepang

10 5

6 10 3

10 10 10 5 10 10 10

6 3 10 7 10 15 8 10 15 10 3 20 10 5 10 10 5 10 10 7,5 5 4 10 10 (sebagai asam) 10 10 5 6 8 10 (sebagai asam) 10 25 10 10 10 5

10 10 5 5

7,5 5

10 10

15

15 4

4 3 10

10 25 12 25

Sumber: Chrisvert & Salvador, 2007

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

BAB 3 METODE ANALITIK

3.1 Analisis Produk Tabir Surya Meskipun kontrol analitik produk tabir surya diperlukan, hingga saat ini, menurut metode analisis yang dipublikasikan oleh European Commission pada 1999 hanya terdapat 2 metode resmi untuk menentukan penahan sinar UV, yaitu: penentuan kualitatif kromatografi lapis tipis dan penentuan kuantitatif kromatografi cair. Association of Analytical Communities (AOAC) juga menerbitkan sebuah metode analisis untuk menentukan lain UV filter, bernama pentil dimetil PABA, yang didasarkan pada prosedur ekstraksi cair cair, diikuti dengan melewatkannya melalui kolom kromatografi, dan akhirnya UV / spektrum VIS dari eluat tersebut terdaftar. Namun hingga saat ini penggunaan filter UV, contohnya adalah glyceryl PABA, hanya disetujui di Jepang. Pada tahun 2006 lalu, telah diperbarui mengenai database kimia analitik. Kepustakaan tersebut mengungkapkan hampir 90 penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan penahan UV dalam produk kosmetik. Beberapa publikasi diantaranya adalah dari Salvador dan Chisvert yang merevisi mengenai metode analisis yang digunakan untuk filter UV penentuan dalam produk kosmetik dan jenis-jenis sampel baru. Namun, harus ditekankan bahwa sebuah studi rinci dari makalah yang diterbitkan menunjukkan dua aspek yang diperlukan perbaikan. Pertama, meskipun sebagian besar metode yang diterbitkan menyajikan sifat analitis yang baik, sebagian besar penelitian tidak berhubungan dengan tingginya jumlah penahan sinar UV dan campuran yang digunakan. Terlebih lagi hanya beberapa jenis utama formulasi kosmetik yang digunakan, seperti krim atau lotion. Di sisi lain, sebagian besar tidak terlalu cocok untuk pengendalian produksi berkala karena memerlukan prosedur persiapan sampel yang sulit analisis dalam waktu yang lama serta menggunakan pelarut organik beracun.

3.2 Teknik Analitik untuk Karakterisasi Penahan Sinar UV Berdasarkan tabel yang merangkum publikasi terkait penahan sinar UV dalam Chrisvert & Salvador (2007), berbagai teknik analitik berbeda telah digunakan untuk mengkarakterisasi penahan sinar UV. Perbedaan ini umumnya dipengaruhi sifat berbeda antara jenis penahan sinar UV organik dan anorganik. Presentase jumlah publikasi yang terkait dengan teknik analitik yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.1.

14
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

15

Gambar 3.1 Presentase Publikasi Terkait Penahan Sinar UV Berdasarkan Teknik Analitik yang Digunakan
Sumber: Chrisvert & Salvador, 2007

Seperti yang dapat dilihat pada gambar, teknik kromatografi paling banyak digunakan, mencakup: Thin-layer chromatography (TLC), Gas chromatography (GC), Liquid chromatography (LC), dsb. Hal ini dikarenakan terdapat penahan sinar UV organik lebih banyak dan lebih sering digunakan. Berikut merupakan teknik analitik yang sering digunakan:

3.2.1 Teknik Kromatografi Di antara semua teknik kromatografi, teknik kromatografi liquid atau LC adalah yang paling banyak digunakan sebagai analisisi kuantitatif untuk mementukan UV filters. Hal ini terjadi karena LC dapat bekerja dengan campuran campuran tidak mudah menguap, selain itu campuran campuran tersebut memiliki titik didih yang tinggi, misalnya saja ionized UV filters, sehingga teknik kromatografi gas tidak sering digunakan. Contoh kromatogram LC dari separasi penahan sinar UV ditunjukkan pada Gambar 3.2. Kromatografi gas ini tetap digunakan pada beberapa paper mengenai penentuan penahan sinar UV ini. Namun dalam pengunaannya kromatografi gas ini tidak bekerja sendiri. Dalam pengunaannya, diperlukan reagen reagen tertentu yang bisa meningkatkan volatilitas campurannya. Tidak hanya penambahan reagen saja, namun detektor detector (FID) juga digunakan sebagai detektor pada pengunaan kromatografi gas. Selain itu juga, ada peneliti yang menggunakan gabungan kerja antara kromatografi gas dengan spektrometri massa yang dapat mengidentifikasi penahan sinar UV pada formulasi kosmetik dengan akurat.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

16

Gambar 3.2 Contoh Kromatogram LC dari Separasi Penahan Sinar UV (a) 12 penahan larut lemak dan (b) 6 penahan larut air
Sumber: Chrisvert & Salvador, 2007

Namun kromatografi lapisan, LC dan juga spektrometri UV/VIS adalah yang paling sering digunakan. Hal ini disebabkan penahan sinar UV memiliki daerah absorbansi yang signifikan pada range UV. Dalam pengunaannya, sering ditambahkan berbagai bahan kimia lainnya yang bisa berperan sebagai reagen yang berfungsi untuk pelarut ataupun untuk membantu pergerakan UV filter saat berada di kolom kromatografi. Penambahan bahan bahan kimia ini berfungsi juga untuk membantu absorbansi dari penahan sinar UV tersebut. Kolom kromatografi juga sering dilengkapi dengan DAD atau Diode Array Detector yang bisa memungkinkan spectrum UV untuk diperoleh pada setiap puncaknya.

3.2.2 Teknik Spektroskopi Teknik ini digunakan tidak sebanyak dan sesering teknik kromatografi, namun biasanya teknik ini digunakan secara besar besaran sebagai dtetektor setelah separasi penahan sinar UV organik dengan menggunakan kromatografi. Hal ini disebakan sulitnya pengukuran secara langsung akibat adanya gangguan dari setiap penahan sinar UV organik dan gangguan yang dihasilkan oleh komponen matriks pada saat pengukuran, sehingga perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu. Berbagai artikel menyebutkan beberapa jenis spektroskopi yang digunakan seperti UV/VIS, DUVS, NMR, SERS. Beberapa artikel yang menentukan penahan sinar UV anorganik sangatlah jarang, sebab umumnya bahan anorganik pada penahan sinar UV tersebut hanya ada dua campuran yaitu TiO2 dan ZnO, yang umumnya digunakan. Untuk menentukan kandungan anorganic tersebut biasanya digunakan spektroskopi atomic, seperti AAS, ICP-AES, X-ray Fluorescence Spectrometry (XRFS).

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

17 3.2.3 Teknik Elektrokimia Teknik elektrokimia jarang dibahas di dalam artikel, di dalam Chrisvert & Salvador (2007), disebutkan bahwa hanya ada tiga artikel yang menyebutkan bahwa dalam penentuan penahan sinar UV di dalam produk kosmetik menggunakan teknik elektrokimia. Salah satu teknik elektrokimia yang digunakan adalah Differential Pulse Votammetry (DPV) mengunakan elektroda komposit epoxy-carbon atau karobn gelas dan elektroda lapisan merkuri. Selain itu sekitar tahun 2006 Da Silva berhasil menggunakan metode analisisi berbasis Differential Pulse Polarography (DPP) di daam media micellar untuk menentukan EMC atau suatu campuran EMC dengan MBC atau BZ3 di dalam komsetik.

3.3 Pertimbangan dalam Preparasi Sampel Persiapan sampel tergantung pada berbagai aspek, seperti jenis sampel, target analit,dan teknik analisis yang akan digunakan. Jadi, seperti yang disebutkan sebelumnya, kosmestik khususnya kosmetik tabir surya, bisa sangat berbeda dengan kosmetik lainya (krim, lipstik, lotion, foundation, susu, minyak, air, dll), dengan demikian persiapan sampel diharapkan akan berbeda, karena terdapat penahan sinar UV anorganik (titanium oksida dan zink oksida yang merupakan senyawa-senyawa yang sulit dipecah) dan penahan sinar UV organik, dan juga terdapat senyawa yang berbeda dari yang organik. Memang, dalam keluarga tertentu, penahan sinar UV memiliki gugus yang berbeda yang sangat mengubah sifat fisiko-kimia mereka (misalnya BZ3 adalah penahan sinar UV yang larut dalam lemak, sadangkan BZ4 larut dalam air). Hal ini jelas mempengaruhi proses persiapan sampel. Di sisi lain, teknik analitis yang digunakan juga memainkan peranan penting dalam persiapan sampel. Karena ada pelarut atau reagen yang bisa bertentangan dengan teknik ini. Makalah ini memberikan gambaran umum persiapan sampel dari penahan sinar UV dalam kosmetik. Secara umum, kosmetik tabir surya tidak memerlukan metodologi persiapan sampel yang kompleks, karena pelarutan dari persiapan yang paling umum (yaitu krim, lotion, susu, air, atau minyak) biasanya mudah, yakni dengan cara mencampurkan bahanbahan tersebut dengan penahan sinar yang sesuai yang juga perlu melarutkan target analit. Namun demikian, meskipun filter UV organik biasanya tidak menimbulkan masalah, namun karena sifat yang berbeda dari bahan kimia ini, kadang-kadang sangat sulit untuk mengusulkan metodologi analitis untuk menentukan simultan dari kebanyakan penahan sinar UV.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

18 Hal ini dikarenakan sulitnya menemukan pelarut tunggal (atau campuran pelarut) untuk dapat menyelesaikan semua penahan sinar UV yang larut dalam air dan larut dalam lemak yang juga kompatibel dengan teknik yang akan digunakan. Dengan demikian, metode analisis berdasarkan pemisahan larut dalam air dan larut dalam lemak penahan sinar UV yang telah diusulkan. Penentuan pemisahan ini terlihat pada contoh yang ditunjukkan pada gambar 3.2 sebelumnya. Terkadang, meskipun pelarutan sampel secara lengkap tidak mugkin, diperoleh larutan homogen yang sedikit berawan karena adanya beberapa zat terlarut yang dapat dihilangkan dengan cara penyaringan atau sentrifugasi. Namun, masalah yang berbeda menyangkut sulitnya memecahkan sampel, seperti lipstik atau foundation. Dalam kasus lipstik, matriksnya sangat berlemak, maka tidak cukup larut dalam pelarut yang biasa digunakan (EtOH, MeOH, MeCN, THF, etc). Sebaliknya dalam kasus foundation, juga mengandung logam oksida dan pigmen dalam formulasinya yang tidak mudah untuk memecahkan sampel.Dengan demikian, pelarutan lengkap tidak mungkin terjadi, dibutuhkan pencucian analit dari matriks. Disisi lain, pencucian analit target juga bisa menjadi menarik dalam kemudahan memecahkan sampel untuk menghindari ganggugan dari matriks. Sonikasi selama waktu yang berbeda, yang dapat bervariasi dari 5 meit digunakan oleh Dutra dkk. (2002) untuk 60 bekerja dalam dua langkah oleh Cheng et al. (1997), adalah teknik favorit dalam proses pencucian. Diusulkan juga Supercritical Fluid Extraction (SFE), yang memakan waktu kurang dari ekstraksi tersebut dengan ultrasound, karbon dioksida superkritis digunakan sebagai efisien ekstraktan, meskipun laju ekstraksi dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan sedikit pelarut lainnya, seperti 0.5% MeOH dan 2% AcOH (Wang dan Chen, 2000), 15% EtOH (Salvador et al, 2001b) atau 2.5% MeOH: 10% larutan asam fosfat(1:1). Mengenai Microwave Assisted Extraction (MAE), hal ini diklaim bahwa itu adalah lebih cepat dari SFE, karena hanya membutuhkan beberapa menit (atau urutan 12 menit) untuk iradiasi, perlu diketahui bahwa setelah iradiasi perlu mencapai suhu lingkungan dan langkah ini biasanya memakan waktu 10 min. Akhirnya, dengan sonikasi atau metodologi MAE, biasanya larutan perlu difilter atau disentrifugasi untuk menghilangka partikel dalam suspensi yang tidak diperlukan dalam SFE karena partikel tersebut tidak dapat melewati sel ekstraksi.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

19 Teknik ekstraksi klasik, seperti ekstraksi cair-cair digunakan oleh Pietta et al (1995) untuk menghindar dari gangguan matriks, dan Gagliardi s kelompok riset (1987, 1989) mengusulkan ekstraksi cair-cair untuk memisahkan target penahan sinar UV menjadi dua kelompok, menghindari gangguan beberapa penahan sinar UV yang disebabkan pada orang lain. Selain itu, Wang (1999) digunakan MeOH sebagai pelarut ekstraksi cair-cair untuk mengekstrak penahan sinar UV sasaran dari kloroform yang digunakan untuk melarutkan sampel lipstik untuk disuntikkan ke dalam sistem LC fase terbalik. Disisi lain, untuk menentukan penahan sinar UV anrganik, kelompok kami mengusulkan metodologi (Salvador et al, 2000) didasarkan pada pencernaan asam dalam oven microwave, dan setelah melakukan perpaduan dari residu dengan pemanasan KHSO4 dengan api bunsen dan melarutkan residu dalam asam sulfat pekat, untuk penentuan TiO2 oleh ICP AES, dan penggunaan surfaktan untuk menentukan secara langsung ZnO dengan AAS. Sebuah langkah persiapan tambahan dilakukan oleh Cumpelik (1982) dan Ro et al. (1994), yang mengusulkan derivatisasi dari penahan sinar UV dengan agen silylating berbeda untuk mendapatkan senyawa yang lebih stabil untuk diukur dengan GC.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

BAB 4 KESIMPULAN

Produk tabir surya dan penahan sinar UV di dalamnya telah berkembang semakin luas. Penahan sinar UV dapat diklasifikasikan menjadi organik (chemical absorber) dan anorganik (physical blocker) berdasarkan mekanisme aksinya, di mana chemical absorber dapat diklasifikasi lebih jauh berdasarkan spektrum yang diserapnya, UVA atau UVB. Berbagai opsi penahan sinar UV dalam produk tabir surya dan kosmetik lain dapat diformulasikan secara kimia, dengan bergantung pada persyaratan dari regulasi yang diberlakukan pada suatu negara. Regulasi negara-negara mengatur apakah produk tabir surya termasuk produk obat atau kosmetik, dengan daftar penahan sinar UV yang diizinkan dicampurkan telah ditentukan konsentrasi maksimumnya. Tingginya permintaan terhadap SPF yang lebih tinggi telah memacu perkembangan agen dalam produk yang lebih bervariasi. Penelitian terkait khasiat tabir surya terus dilakukan dengan tujuan menemukan produk yang mampu memproteksi dari spektrum sinar UV yang luas dengan jumlah zat aktif yang lebih sedikit. Khasiat tabir surya bergantung pada formulasi sistem, di mana pelarut dan emolien dapat mempengaruhi absorbansi sinar UV dari zat aktif pada panjang gelombang tertentu. Estetika produk juga berpengaruh pada penerimaan produk, khususnya untuk jenis tabir surya yang menjadi bagian dari kosmetik sehari-hari. Berbagai teknik analitik untuk penentuan penahan sinar UV telah dikembangkan dalam penelitian, di antaranya adalah teknik kromatografi, spektroskopi dan elektrokimia, di mana preparasi sampel juga mendai pertimbangan yang harus dikonsiderasi.

20
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia 2013

REFERENSI

Chrisvert, A. and A. Salvador. UV Filters in Sunscreens and other Cosmetics: Regulatory Aspects and Analytical Methods, in Analysis of Cosmetic Products, Salvador, A. and A. Chrisvert, Editors. 2007, Elsevier: Italy. Levy, Stanley B. UV Filters, in Handbook of Cosmetic Science and Technology, Barel, A.O, Marc P., and Howard I.M., Editors. 2001, Marcel Dekker, Inc.: New York.

You might also like