You are on page 1of 13

Jakarta, bimasislam-- Menyambut terjadinya gerhana bulan pada hari Jumat, 26 April 2013 nanti,

umat Islam diharapkan dapat melakukan shalat sunnah gerhana. Sesuai dengan tuntunan Nabi
Muhammad saw, umat Islam sangat dianjurkan (sunah muakkadah), walaupun dalam posisi
gerhana bulan sebagian. Disunnahkannya mulai fase umbra yakni dimulai pada pukul 02.54
03.21 WIB (hanya selama 27 menit). Selain itu, umat Islam dianjurkan memperbanyak zikir,
doa, istighfar, taubat, sedekah, dan amal-amal kebajikan lainnya. Berhubung shalat sunah
gerhana hanya dilakukan saat terjadi gerhana, wajar apabila banyak umat Islam yang belum
mengetahui tata cara pelaksanaannya.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa shalat gerhana hukumnya sunah muakkadah dan
dilaksanakan secara berjamaah. Pendapat ini didasarkan kepada beberapa hadits shahih, di
antaranya:















Dari Abdullah bin Umar RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya gerhana
matahari dan gerhana bulan tidak terjadi karena kematian seseorang atau kelahiran seseorang.
Namun keduanya adalah salah satu tanda kekuasaan Allah. Maka jika kalian melihatnya,
hendaklah kalian mengerjakan shalat. (HR. Bukhari)












Dari Abu Masud RA berkata: Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya gerhana matahari dan
gerhana bulan tidak terjadi karena kematian seorang manusia, melainkan keduanya adalah salah
satu tanda kekuasaan Allah. Maka jika kalian melihatnya, berdirilah kalian dan laksanakanlah
shalat! (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits yang semakna juga diriwayatkan dari jalur Abu Bakrah RA, Mughirah bin Syubah RA,
Jabir bin Abdullah RA, Aisyah RA, Abu Hurairah RA dan Ibnu Abbas RA.
Amalan-amalan yang sunah dilaksanakan saat melihat gerhana, di antaranya :
Pertama, memperbanyak dzikir, istighfar, takbir, sedekah, dan amal-amal kebajikan
Dalam hadits dari Aisyah RA tentang gerhana matahari, Rasulullah SAW bersabda:










Sesungguhnya gerhana matahari dan gerhana bulan tidak terjadi karena kematian seorang
manusia atau kelahiran seorang manusia. Maka jika kalian melihat gerhana, berdoalah kalian
kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah, dan bersedekahlah! (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Asma binti Abu Bakar RA berkata: Nabi SAW memerintahkan untuk memerdekakan
budak saat terjadi gerhana matahari.(HR. Bukhari dan Abu Daud)
Kedua, berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat gerhana secara berjamaah
Dalam hadits dari Aisyah RA dia berkata:















Rasulullah SAW pada suatu pagi menaiki kendaraannya, lalu terjadi gerhana matahari. Maka
saya bersama kaum wanita keluar menuju masjid di antara kamar-kamar kami. Rasulullah SAW
datang dengan kendaraannya, lalu menuju tempat ia biasa shalat. Beliau berdiri untuk shalat dan
masyarakat shalat di belakang beliau. (HR. Bukhari dan Muslim dengan lafal Muslim)
Ketiga, kaum wanita juga dianjurkan ikut shalat berjamaah di masjid jika aman dari bahaya
(godaan terhadap lawan jenis, dll). Dalilnya adalah hadits Asiyah RA di atas.
Keempat, Mengumandangkan ash-shalatu jamiah untuk memanggil jamaah shalat berkumpul
di masjid, namun shalat tidak didahului oleh adzan dan iqamat.
Berdasar hadits shahih:








:


Dari Abdullah bin Amru bin Ash RA berkata: Ketika terjadi gerhana matahari pada zaman
Rasulullah SAW, maka dikumandangkan seruan Ash-shalaatu jaamiah. (HR. Bukhari)
Hadits yang semakna diriwayatkan oleh imam Muslim dari jalur Aisyah RA.
Kelima, khutbah setelah shalat gerhana
Berdasar hadits-hadits shahih tentang hal itu. Antara lain hadits Aisyah RA:






Beliau selesai dari shalat dan gerhana telah selesai. Maka beliau menyampaikan khutbah. Beliau
bertahmid dan memuji nama Allah, kemudian bersabda: Sesungguhnya gerhana matahari dan
gerhana bulan tidak terjadi karena kematian seorang manusia atau kelahiran seorang manusia.
Maka jika kalian melihat gerhana, berdoalah kalian kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah, dan
bersedekahlah! (HR. Bukhari dan Muslim)

Tata cara shalat gerhana : Shalat gerhana dikerjakan secara berjamaah terdiri dari dua rakaat.
Setiap rekaat terdiri dari dua kali berdiri dan dua kali ruku. Sedangkan seluruh gerakan lainnya
sama dengan gerakan shalat biasanya. Rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Berdiri menghadap kiblat, takbiratul ihram, membaca doa istiftah, membaca taawudz,
membaca al-fatihah, dan membaca surat yang panjang, kira-kira sekitar satu surat al-Baqarah.
2. Bertakbir, ruku dalam waktu yang lama.
3. Membaca samiallahu liman hamidahu rabbana lakal hamdu, berdiri kembali, lalu membaca
taawudz dan al-fatihah, lalu membaca surat yang panjang namun kadarnya lebih pendek dari
surat yang dibaca pada saat berdiri pertama.
4. Takbir, ruku dalam waktu yang lama, namun lebih pendek dari ruku yang pertama.
5. Membaca samiallahu liman hamidahu rabbana lakal hamdu, berdiri kembali (itidal)
6. Bertakbir, lalu sujud, lalu duduk di antara dua sujud, lalu sujud.
7. Bertakbir, bediri untuk rakaat kedua, gerakannya sama seperti gerakan pada rakaat pertama,
namun kadar panjangnya bacaan surat lebih pendek.
8. Setelah tasyahud akhir lalu salam.
Berdasar hadits-hadits shahih, antara lain:











Dari Aisyah RA berkata: Terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW, maka
Rasulullah SAW melaksanakan shalat gerhana bersama masyarakat. Beliau memanjangkan
lamanya berdiri, lalu ruku dalam waktu yang lama, lalu berdiri dan memanjangkan lamanya
berdiri namun tidak sepanjang berdirinya yang pertama, lalu ruku dan memanjangkan lamanya
ruku namun tidak sepanjang ruku yang pertama, lalu sujud dalam waktu yang lama. Kemudian
dalam rakaat kedua beliau melakukan seperti apa yang beliau kerjakan pada rakaat pertama.
Beliau menyelesaikan shalat dan ternyata matahari telah nampak kembali.
Beliau lalu menyampaikan khutbah kepada masyarakat. Beliau bertahmid dan memuji nama
Allah. Beliau kemudian bersabda: Sesungguhnya gerhana matahari dan gerhana bulan tidak
terjadi karena kematian seorang manusia atau kelahiran seorang manusia. Maka jika kalian
melihat gerhana, berdoalah kalian kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah, dan bersedekahlah!
(HR. Bukhari dan Muslim)




Dari Ibnu Abbas RA berkata: Terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW, maka
Rasulullah SAW melaksanakan shalat gerhana. Beliau berdiri dalam waktu yang lama sekira
membaca surat Al-Baqarah. Lalu ruku dalam waktu yang lama, lalu berdiri dalam waktu yang
lama namun tidak sepanjang berdiri yang pertama. Kemudian ruku dalam waktu yang lama
namun tidak sepanjang ruku yang pertama. (Lalu berdiri itidal, pent) lalu melakukan sujud.
Lalu berdiri (rakaat kedua) dalam waktu yang lama namun tidak sepanjang berdiri pada rakaat
pertama. Lalu beliau ruku dalam waktu yang lama namun tidak selama ruku pada rakaat
pertama. Lalu beliau berdiri dalam waktu yang lama namun tidak selama berdiri sebelumnya,
lalu beliau ruku dalam waktu yang lama namun tidak selama ruku sebelumnya. (Lalu berdiri
itidal, pent) lalu melakukan sujud. Beliau menyelesaikan shalat dan matahari telah nampak.
Maka beliau bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari sekian banyak
tanda kekuasaan Allah. Gerhana matahari dan gerhana bulan tidak terjadi karena kematian
seorang manusia atau kelahiran seorang manusia. Maka jika kalian melihat gerhana, berdzikirlah
kalian kepada Allah! (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits-hadits tentang shalat gerhana menunjukkan bahwa waktu pelaksanaannya adalah sejak
terjadi gerhana sampai gerhana berakhir.
Dalam shalat gerhana, imam membaca surat Al-Fatihah dan surat sesudahnya dengan suara
keras. Demikian juga takbiratul ihram, samiallahu liman hamidah, dan takbir perpindahan antar
gerakan. Seperti dijelaskan dalam hadits shahih:







Dari Aisyah RA berkata: Nabi SAW mengeraskan bacaannya dalam shalat gerhana. Jika selesai
membaca surat, beliau bertakbir dan ruku. Jika bangkit dari ruku, beliau membaca dengan
keras: Samiallahu liman hamidahu, rabbana lakal hamdu. Beliau kemudian mengulangi bacaan
Al-Fatihah dan membaca surat (lain sesudahnya) dalam shalat gerhana. Beliau melaksanakan
empat kali ruku dan empat kali sujud. (HR. Bukhari.
Demikian sedikit artikel yang disampaikan oleh Kaubdit Hisab Rukyat dan Pembinaan
Syariah DR. H. Ahmad Izzuddin terkait hisab gerhana bulan sebagian dan tuntunan nabi terkait
ibadah shalat gerhana dan ibadah-ibadah lain terkait fenomena alam seperti gerhana bulan
sebagian yang terjadi. (izdn)

SOLAT SUNAT GERHANA MATAHARI DAN BULAN


(Sumber mufti.perak.gov.my)
Rujukan lain : http://ms.wikipedia.org/wiki/Solat_Sunat_Gerhana

Solat Gerhana disebut di dalam bahasa arab dengan khusuf(


) bagi bulan dan
kusuf (
) bagi matahari, iaitu hilangnya cahaya bulan atau matahari.

Ia bukanlah berlaku kerana kemurkaan Allah swt, tetapi merupakan petanda kepada
kebesaran kekuasaan Allah swt. Ia juga berupaya menjadi peringatan kepada manusia
tentang azab dan nikmat yang dijanjikan Allah swt pada hambanya kerana fenomena
gerhana ini sangat besar ertinya samada dari penghayatan iman dan sains. Ia bukan
fenomena baru yang hanya berlaku pada akhir zaman ini tapi telah berlaku sejak alam
ini dijadikan dan juga pada zaman Nabi saw yang dikenali sebagai sebaik-baik kurun.

Dalilnya :

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. bahawa Nabi SAW
bersabda:


Maksud: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua macam tanda dari tanda-tanda
kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah kerana
kematian seseorang atau kehidupannya. Maka jikalau kamu melihatnya, berdoalah
kepada Allah, bertakbirlah, bersedekahlah serta bersembahyanglah

Dalilnya :

(
.
..

..

Maksud: Dari Abu Masud Al Ansari beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya matahari dan rembulan (bulan) adalah dua di antara tanda-tanda
kebesaran Allah. Keduanya (kalau sedang gerhana) oleh Allah digunakan untuk
menakuti para hambaNya. Dan keduanya tidaklah gerhana lantaran kematian
seseorang di antara manusia. Kerana itu, apabila kalian melihatnya, maka
lakukanlah solat dan berdoalah kepada Allah sampai hal yang menakutkan itu
hilang

Solat Khusuf/Kusuf adalah sunat Muakkad sama ada bagi orang yang bermukim atau
bermusafir, merdeka atau hamba, lelaki atau perempuan dan sama ada ditunaikan
secara berjamaah atau bersendirian

i. Bagi solat Gerhana Matahari waktunya bermula apabila ternyata berlaku gerhana dan
berakhir dengan hilangnya gerhana itu, dan sehingga jatuh matahari dan gerhana
tersebut. Sekiranya gerhana berlaku ketika atau selepas terbenam matahari, maka tidak
ada solat gerhana.

ii. Bagi Solat Gerhana Bulan waktunya bermula apabila ternyata berlakunya gerhana
bulan dan berakhir dengan hilang gerhana dan naik matahari. Tidak dikira dengan naik
fajar atau jatuhnya pada malam dengan gerhananya. Sekiranya berlaku gerhana bulan
ketika terbenamnya, dan sebelum terbit fajar maka dibolehkan solat. Tetapi jika
terbenamnya bulan sesudah terbit fajar, maka terdapat dua pendapat iaitu :

i.

Qaul Qadim : Tidak ada solat gerhana kerana kekuasaan bulan telah hilang bila
terbit fajar (subuh ).

ii.

Qaul Jadid : Ada solat gerhana kerana kekuasaan bulan masih ada sehinggalah
terbit matahari ( syuruk ).

Di dalam mazhab Syafie dibolehkan bersolat walaupun ketika berlaku gerhana


tersebut adalah waktu tahrim.

Boleh dilakukan di mana-mana samada di rumah, musolla, surau atau masjid. Walau
bagaimanapun yang afdhal ialah masjid yang didirikan Jumaat.

i. Lafaz Niat Solat Sunat Gerhana Matahari :






Ertinya : Sahaja aku solat sunat gerhana matahari dua rakaat kerana Allah Taala.

ii. Lafaz Niat Solat Sunat Gerhana Bulan

Ertinya : Sahaja aku solat sunat gerhana bulan dua rakaat kerana Allah Taala.

i. Solat gerhana dilakukan sekurang-kurangnya 2 rakaat seperti solat sunat biasa. Ia


adalah yang sekurang-kurangnya. Yang akmalnya dilakukan dengan dua kali ruku dan
2 kali qiyam, pada tiap-tiap satu rakaat dengan tidak dipanjangkan bacaan pada keduadua rakaat.

ii. Yang terlebih akmal ialah dengan 2 rakaat, dengan 2 ruku dan qiyam bagi tiap-tiap
satu rakaat dengan dipanjangkan bacaan pada kedua-dua rakaat.

Kaifiatnya adalah seperti berikut:

Berdasarkan hadis :

Maksud: Dari Aisyah r.a. berkata: Sesungguhnya Rasulullah SAW berdiri (di masjid)
pada hari terjadi gerhana matahari, lalu baginda mengadakan solat gerhana dan membaca
bacaan yang panjang (seukur seratus ayat surah al-Baqarah), kemudian beliau mengangkat
kepala dan mengucapkan Sami Allahhu Liman Hamidah, dan beliau berdiri lalu membaca
bacaan yang panjang, sedang bacaan

(dalam berdiri yang kedua) ini sedikit berkurang daripada bacaan yang pertama, kemudian
beliau ruku dengan ruku yang panjang, sedang ruku ini berkurang dari ruku pertama,
kemudian beliau sujud dengan sujud yang panjang (bertasbih seukur bacaan seratus ayat),
kemudian beliau bertindak sepadan demikian (rakaat pertama) itu pada rakaat yang akhir
(kedua), Selanjutnya beliau mengakhiri solatnya dengan salam, sedang gerhana matahari telah
berakhir. Lalu baginda berkhutbah kepada manusia: Pada gerhana matahari dan bulan,
sesungguhnya keduanya adalah dua tanda (kebesaran) di antara tanda-tanda kebesaran
Allah. Keduanya tidaklah terjadi gerhana kerana kematian seseorang pula tidaklah kerana
kehidupan seseorang. Maka apabila kalian melihat keduanya (gerhana)
maka
bersyukurlah
kepada
solat
gerhana
(Riwayat Bukhari 4-hlm: 358)






(

)


.
.



.
.

. .


Maksud: Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, beliau berkata: Tatkala matahari
gerhana pada masa Rasulullah SAW, maka diserukan : as solatu jami`ah.
Lalu Rasulullah SAW melakukan dua kali ruku dalam satu rakaat.
Kemudian berdiri lagi dan melakukan dua kali ruku dalam satu rakaat.
Kemudian matahari kembali muncul. Aisyah berkata: Aku sama sekali
tidak pernah melakukan ruku ataupun sujud yang lebih lama daripada itu
(Sahih Muslim 2-hlm: 81)

Secara ringkasnya seperti berikut :

1.

Takbiratul Ihram.

2.

Membaca doa iftitah.

3.

Membaca Ta`awudz. ( )

4.

Membaca surah al-Fatihah.

5.

Membaca mana-mana surah, yang terlebih afdhal surah al-Baqarah.

6.

Ruku dan membaca tasbih kira-kira membaca 100 ayat.

7.

Iktidal serta membaca surah al-Fatihah dan membaca surah ali-Imran atau mana-mana
surah.

8.

Ruku dangan membaca tasbih kira-kira membaca 90 ayat.

9.

Iktidal.

10.

Sujud dan membaca tasbih.

11.

Duduk antara 2 sujud.

12.

Sujud kembali.

13.

Berdiri ke rakaat kedua.

b. Rakaat kedua.

1.

Membaca surah al-Fatihah.

2.

Membaca surah al-Nisa atau mana-mana surah.

3.

Ruku dan membaca tasbih kira-kira membaca 70 ayat semasa ruku.

4.

Iktidal serta membaca surah al-Fatihah dan membaca surah al-Maidah


atau mana-mana surah.

5.

Ruku dangan membaca tasbih kira-kira membaca 50 ayat.

6.

Iktidal.

7.

Sujud dan membaca tasbih.

8.

Duduk antara 2 sujud.

9.

Sujud kembali.

10.

Membaca tasyahud akhir.

11.

Memberi salam.

Tidak perlu iqamah tapi cukup sekadar ucapan : )


(

Sunat menyaringkan suara pada bacaan Fatihah dan surah ketika solat sunat
gerhana bulan dan perlahan ketika solat sunat gerhana matahari.

Disunatkan mandi untuk solat gerhana, seperti hendak solat Jumaat.

Khutbah Solat Gerhana :

Dalil dari Aisyah r.a. berkata :

Ertinya : Selanjutnya beliau mengakhiri solatnya dengan salam, sedang gerhana matahari telah
berakhir. Lalu baginda berkhutbah kepada manusia: Pada gerhana matahari dan bulan,
sesungguhnya keduanya adalah dua tanda (kebesaran) di antara tanda-tanda kebesaran Allah.

Keduanya tidaklah terjadi gerhana kerana kematian seseorang pula tidaklah kerana kehidupan
seseorang. Maka apabila kalian melihat keduanya (gerhana) maka bertandanglah kepada solat
gerhana
(Riwayat Bukhari 4-hlm: 358)

i.Sunat membaca khutbah selepas solat sunat, walaupun gerhana sudahhilang.


ii.Khutbahnya seperti khutbah hari raya tetapi tidak sunat bertakbir.
iii. Isi khutbah hendaklah menyuruh para jemaah bertaubat, bersedekah,
memerdekakan hamba, berpuasa, mengingati manusia supaya tidak lalai, jangan
leka dengan dunia dan sebagainya.
iv. Jika solat itu hanya terdiri dari wanita semata-mata, maka tidak perlu khutbah. (
Khutbah adalah seperti dilampirkan )

Secara umumnya bila pertembungan ini berlaku maka kaedahnya didahulukan yang
paling ringan. Sekiranya sama nilainya, maka didahulukan yang paling kuat.

Contoh :
i.
Jika pertembungan berlaku di antara solat gerhana dengan solat jenazah maka didahulukan
solat jenazah.

ii.

Jika pertembungan berlaku di antara solat gerhana dengan solat fardhu di awal
waktu maka didahulukan solat gerhana kerana dibimbangi matahari atau bulan
kembali cerah. Tetapi jika berlaku pertembungan itu diakhir waktu solat fardhu
maka didahulukan solat fardhu.

iii.

Jika pertembungan berlaku di antara solat gerhana dengan witir didahulukan


solat gerhana.

Matla Badrain.
Abu Ishaq Bin Ali Bin Yusuf al-Fairuzabadi, Al-Muhazzab, Juz 1, terj : Ali Achmad,
Muhammad Yasin, Abdullah & Huda, Perniagaan Jahabersa. Perniagaan Jahabersa.
Ust Hj. Fadzil Hj. Ahmad. Hidup Ibadat , Pusat Pemasaran Motivasi, K.L
Dr. Abdul Karim Zaidan, Ensiklopedia Hukum wanita dan keluarga, Kajian mendalam
masalah wanita & keluarga dalam perspektif syariat Islam. Pustaka Dini.
http://www.islamweb.net

You might also like