You are on page 1of 28

0

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PENERIMAAN SISTEM E-PROCUREMENT DENGAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) STUDI KASUS: KEMENTERIAN KEUANGAN

TUGAS INDIVIDU 2012SC METODOLOGI PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

BARY R. PRATAMA 1206302314

FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA 2013

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 1 DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... 2 DAFTAR TABEL ............................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 4 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang....................................................................................... 4 Identifikasi Masalah ............................................................................... 6 Ruang Lingkup ...................................................................................... 8 Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 8 Tujuan dan Manfaat ............................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 E-Procurement ..................................................................................... 10 Technology Acceptance Model (TAM) ................................................ 12 Technology Acceptance Model (TAM) 2 ............................................. 14 Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 15 Kerangka Penelitian ............................................................................. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 23 3.1 3.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ........................................... 23 Alur Penelitian ..................................................................................... 23

LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA SINGKAT ................................ 25 LAMPIRAN PETIKAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KEUANGAN 2010-2014 ................................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27

Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Diagram Analisis Fish Bone ............................................................ 7 Gambar 2. 1 Sejarah Perkembangan E-Procurement........................................... 11 Gambar 2. 2 Technology Acceptance Model (Davis, 1989)................................ 13 Gambar 2. 3 TAM 2 (Venkatesh and Davis, 2000) ............................................. 14 Gambar 2. 4 Kerangka Penelitian ....................................................................... 21 Gambar 3. 1 Rencana Alur Penelitian................................................................. 23

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbandingan Penelitian Terdahulu yang Relevan.............................. 19

Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk mendukung program Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan dan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, persaingan sehat, dan akuntabilitas di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah adalah melaksanakan pengadaan

barang/jasa yang dilaksanakan secara elektronik (e-procurement) (Sumber: Renstra Setjen Kemenkeu, 2009-2014). Pada tahun 2004, Departemen Komunikasi dan Informatika yang sekarang diubah menjadi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), mulai mengembangkan sistem pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik dengan nama Sistem e-Pengadaan Pemerintah (SePP). Aplikasi ini dikembangkan agar dapat digunakan oleh seluruh instansi pemerintah di Indonesia. Namun demikian, aplikasi SePP hingga saat ini hanya digunakan pada instansi tertentu saja, yaitu Kemenkominfo, Otorita Batam, Tabungan dan Asuransi Pensiun (Taspen), dan Poltek Batam. Pada tahun 2006 Bappenas c.q. Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa, mengembangkan sistem e-procurement untuk seluruh instansi pemerintah Indonesia baik tingkat pusat maupun daerah. Aplikasi tersebut diberi nama Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). SPSE tersebut dikelola oleh unit yang disebut dengan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Hingga Juni 2013, jumlah pengelola SPSE mencapai 574 LPSE yang tersebar di seluruh Indonesia (Sumber: www.lkpp.go.id di akses terakhir 17 Juni 2013). Salah satu instansi pemerintah yang diamanatkan untuk membentuk LPSE adalah Departemen Keuangan, sekarang diubah menjadi Kementerian Keuangan. LPSE Departemen Keuangan diresmikan pada 14 Februari 2008 berbentuk tim adhoc di bawah Biro Perlengkapan, Sekretariat Jenderal. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

73/PMK.01/2009 tanggal 8 April 2009, LPSE Kementerian Keuangan

Universitas Indonesia

berubah menjadi unit setingkat eselon II dengan nama Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik (Pusat LPSE) Kementerian Keuangan. Pada awalnya, Pusat LPSE Kementerian Keuangan memberikan layanan e-procurement hanya untuk lingkungan Kementerian Keuangan saja. Namun, sebagai upaya peningkatan layanan, Pusat LPSE Kementerian Keuangan membuka kesempatan untuk melakukan kerjasama dengan

Kementerian/Lembaga/Institusi lain dalam hal pemanfaatan fasilitas layanan pengadaan secara elektronik dan bimbingan teknis. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Keuangan tahun 2010-2014, terdapat program/kegiatan Pembinaan Teknis dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik. Salah satu tujuan dari program/kegiatan tersebut yaitu

Terlaksananya pengadaan barang/jasa secara elektronik di lingkungan Departemen Keuangan dan instansi pemerintah lain dimana indikatornya adalah Meningkatnya persentase penggunaan LPSE Departemen Keuangan oleh Lembaga Pemerintah Non Kementerian/Sekretariat Lembaga Tinggi Negara/Komisi Pemerintah dalam Pengadaan Barang/Jasa dengan target pada tahun 2014 yaitu 100%. Hingga Maret 2013, Pusat LPSE Kementerian Keuangan sudah mengadakan kerjasama dengan 46 instansi pemerintah di luar Kementerian Keuangan, baik tingkat pusat maupun daerah. Jika diambil salah satu kategori calon instansi pemerintah lain, yaitu Lembaga Pemerintah Non Kementerian, maka jumlahnya adalah 28 instansi. Dari 28 Lembaga Pemerintah Non Kementerian tersebut, hanya 8 instansi yang sudah melakukan kerjasama dengan Pusat LPSE Kementerian Keuangan, atau hanya sekitar 28% dari target 100% pada tahun 2014. Berdasarkan wawancara singkat dengan Kepala Subbidang Monitoring dan Evaluasi selaku Manajer Kinerja di Pusat LPSE Kementerian Keuangan, target yang seharusnya dicapai pada tahun 2012 adalah 60%. Oleh karena itu, capaian 28% hingga Maret 2013 tidak memenuhi target yang ingin dicapai pada tahun 2012, yaitu 60%. Salah satu yang menjadi alasan dari instansi lain melakukan kerjasama dengan LPSE Kementerian Keuangan adalah keterbatasan sumber daya yang dimiliki untuk menjalankan dan mengelola LPSE sendiri. Sumber daya yang

Universitas Indonesia

dimaksud antara lain sumber daya manusia dan anggaran yang dimiliki. Akan lebih efektif dan efisien jika instansi yang tidak terlalu besar, seperti setingkat Lembaga Pemerintah Non Kementerian, memanfaatkan kerjasama dengan Pusat LPSE Kementerian Keuangan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik di lingkungan instansinya. Kehadiran sebuah teknologi baru, khususnya di bidang teknologi informasi dapat menimbulkan reaksi bagi para penggunanya, baik reaksi menerima maupun menolak (Wibowo, 2006). Banyak model telah dikembangkan untuk mengetahui faktor penentu yang mempengaruhi penerimaan suatu teknologi, salah satunya adalah Technology Acceptance Model (TAM). Model TAM dikembangkan dari teori psikologis yang menjelaskan perilaku pengguna teknologi yang dipengaruhi oleh

kepercayaan, sikap, intensitas, dan hubungan perilaku pengguna (Abdalla, I., 2005, Lee, Y., Kozar K. A., & Larsenm, K.R.T., 2003). Teknologi TAM bertujuan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan suatu teknologi informasi baru.

1.2 Identifikasi Masalah Permasalahan pelaksanaan sistem e-procurement pada Kementerian Keuangan dengan metode Technology Acceptance Model (TAM) dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Perlu mengetahui variabel yang dominan mempengaruhi penerimaan sistem e-procurement baik di lingkungan Kementerian Keuangan maupun di Lembaga Pemerintah Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan, sehingga dapat diketahui permasalahan yang terjadi dalam penerapan sistem e-procurement tersebut. 2. Perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan sistem e-procurement pada Kementerian Keuangan dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan, sehingga dapat disusun langkah-langkah yang tepat agar target pada tahun 2014 dapat tercapai.

Universitas Indonesia

Pencarian akar permasalahan penerimaan sistem e-procurement dapat menggunakan metode cause-effect analysis dengan diagram tulang ikan (fish bone) seperti yang terlihat pada gambar 1.1 berikut ini.

Target Implementasi E-Procurement pada Lembaga Non Kementerian di tahun 2012 tidak tercapai

Gambar 1. 1 Diagram Analisis Fish Bone

Berdasarkan diagram fish bone analysis di atas, terdapat tiga domain yang mempengaruhi target implementasi e-Procurement, yaitu: 1. Sistem Aplikasi. Permasalahan yang terjadi pada domain Sistem Aplikasi adalah tidak diketahui faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap penerimaan pengguna. 2. Kebijakan. Permasalahan yang terjadi pada domain Kebijakan, antara lain: a. Belum ada kebijakan dengan level yang lebih tinggi, seperti Peraturan Presiden, yang mengatur kewajiban Lembaga Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan untuk menggunakan sistem e-Procurement Kementerian Keuangan. b. Kebijakan mengenai kewajiban untuk menggunakan aplikasi e-Procurement hanya berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan. sistem e-procurement Kementerian Keuangan oleh

Universitas Indonesia

3. Organisasi. Permasalahan yang terjadi pada domain Organisasi, antara lain: a. Tidak diketahui apakah organisasi memberikan pengaruh terhadap pengguna untuk menggunakan sistem e-procurement Kementerian Keuangan. b. Terdapat beberapa organisasi yang sebelumnya sudah melakukan MoU dengan Kementerian Keuangan c.q. Pusat LPSE memisahkan diri dan membentuk LPSE sendiri.

1.3 Ruang Lingkup Batasan masalah ditentukan oleh keterbatasan waktu penelitian dan agar penelitian menjadi lebih fokus serta spesifik. Ruang lingkup penelitian yaitu: 1. Penelitian hanya dilakukan terhadap pengguna di Kementerian Keuangan dan Lembaga Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan yang telah melakukan kerjasama lebih dari satu tahun dengan Kementerian Keuangan. 2. Penelitian mengacu pada domain permasalahan yang dipilih pada diagram tulang ikan, yaitu Sistem Aplikasi.

1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan ruang lingkup tersebut, didapat pertanyaan penelitian sebagai berikut: Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan sistem e-procurement pada Kementerian Keuangan dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian lain di luar Kementerian Keuangan?

1.5 Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui variabel yang secara dominan memberikan pengaruh terhadap penerimaan sistem e-procurement di Kementerian Keuangan dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan.

Universitas Indonesia

2. Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam penerapan sistem e-procurement di Kementerian Keuangan dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan. 3. Mengetahui faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap

penerimaan sistem e-procurement di Kementerian Keuangan dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan, sehingga dapat disusun langkah-langkah guna mencapai target 100% pada tahun 2014.

Universitas Indonesia

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi pembahasan mengenai teori, penelitian terdahulu, dan kerangka teoritis yang relevan dengan penelitian ini. 2.1 E-Procurement Turban (2004) menyebutkan bahwa e-procurement adalah kegiatan mengadakan barang dan jasa oleh perusahaan yang dilakukan secara elektronik. Menurut Chaffey (2004), e-procurement merupakan integrasi dan manajemen elektronik semua aktivitas pengadaan termasuk di dalamnya permintaan pembelian, pemberian hak pemesanan, pengiriman dan

pembayaran antara pembeli dan pemasok. Sedangkan Choudhury et al., (1998) mengemukaan bahwa e-procurement adalah proses identifikasi dan pemilihan penyedia dan melakukan transaksi dengan menggunakan jaringan telekomunikasi. Rayport dan Jaworski (2002) mendefinisikan e-procurement sebagai penggunaan sebuah fungsi dan layanan berbasis web yang mengijinkan pegawai pada organisasi pengadaan/pembelian (spending unit) untuk melakukan pembelian barang dan jasa, dan mengijinkan pemasok untuk mengelola dan menyampaikan pemenuhan terhadap permintaan pembelian yang telah disampaikan tersebut. Neef (2001) menyebutkan bahwa business-to-business (B2B)

e-commerce merupakan kegiatan yang meliputi transaksi pembelian dan penjualan secara elektronik antar organisasi, dimana e-procurement sebagai sebuah fungsi sentral untuk melakukan bisnis yang efektif. E-procurement merupakan area terpenting dari pengembangan B2B e-commerce. Sistem e-procurement menyediakan fungsionalitas seperti: manajemen katalog; permintaan, pengawasan, dan persetujuan; pengolahan penerimaan dan pengecualian (exxeption); keuangan dan proses pembayaran; logistik dan manajemen rantai pasokan (supply-chain management) (Subramani, 1999). E-procurement dapat mengefisienkan proses pengadaan, mengurangi biaya, menghemat waktu, dan memangkas birokrasi.

Universitas Indonesia

11

Pelaksanaan e-procurement di Indonesia berdasarkan pada konsolidasi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 terkait dengan pengadaan barang/jasa pemerintah. Antara tahun 1960 pertengahan tahun 1990, e-procurement dilakukan dengan menggunakan formulir pertukaran data secara elektronik (electronic data interchange). Namun, saat ini e-procurement telah didukung oleh teknologi internet (UN, 2006). (UN (2006, November).

Gambar 2. 1 Sejarah Perkembangan E-Procurement

Perkembangan e-procurement seperti yang terlihat pada gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa seiring waktu, teknologi yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pengadaan secara elektronik semakin berkembang. Pengadaan (procurement) yang pada awalnya dilaksanakan secara tradisional dan berbasis kertas, saat ini telah memanfaatkan platform dan internet tools sekaligus menggantikan pengadaan yang dilaksanakan secara tradisional tersebut. Sejarah perkembangan pengadaan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Traditional procurement. Pengadaan dilaksanakan secara tradisional, di mana sebagian besar menggunakan kertas. 2. Electronic systems to support traditional procurement. Penggunaan sistem elektronik untuk mendukung pelaksanaan pengadaan yang sifatnya masih tradisional. Misalnya: penggunaan Personal Computer

Universitas Indonesia

12

(PC), Enterprise Resource Planning (ERP), maupun Electronic Data Interchange (IDE). 3. Internet as communication channel to support traditional procurement. Komunikasi melalui internet mulai digunakan, selain penggunaan sistem elektronik, untuk mendukung pelaksanaan pengadaan yang masih bersifat tradisional. 4. Internet tools and platforms to complement traditional procurement. Penggunaan platform dan internet tools untuk melengkapi pelaksanaan pengadaan yang telah didukung oleh sistem elektronik dan komunikasi melalui internet pada tahap sebelumnya. 5. Internet tools and platforms to replace traditional procurement. Penggunaan platform dan internet tools untuk mengganti pengadaan yang sebelumnya dilaksanakan secara tradisional. Subramani, Qualls, dan Shaw (2003) menyatakan bahwa

e-procurement memberikan dampak yang positif terhadap pengukuran kinerja pengadaan pada banyak organisasi. Berdasarkan pengukuran operasional, pengurangan kesalahan dan pembelian dapat dipengaruhi secara signifikan dengan e-procurement. Pengukuran strategis yang paling berpengaruh dengan e-procurement adalah kepuasan pengguna, dimana secara pasti memberikan kemudahan dalam proses pembelian atau pengadaan barang/jasa.

2.2 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) diperkenalkan oleh Davis (1985), mengadopsi dari model Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Malhotra (2003), untuk menggambarkan penerimaan pengguna terhadap suatu sistem informasi. TAM dikembangkan untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku penggunaan komputer. Faktor pengguna merupakan aspek penting yang terkait dengan penerapan teknologi baru dalam suatu organisasi. Tingkat kesiapan pengguna berpengaruh besar terhadap penerapan teknologi baru (Dodi, 2007). Tujuan TAM adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengguna komputer.

Universitas Indonesia

13

Menurut Cheung (2001), TAM didefinisikan sebagai suatu model penerimaan terhadap suatu teknologi baru yang secara spesifik menjelaskan tentang sistem teori informasi. Tujuan utamanya adalah memberikan dasar atas pengaruh faktor eksternal terhadap faktor kepercayaan internal, sikap, dan perhatian. Sedangkan menurut Jones dan Hubona (2003), TAM yaitu sama seperti teori acceptance model yang lain dimana pengguna diasumsikan akan memilih teknologi informasi berdasarkan biaya yang rasional dan terdapat keuntungan antara berbagai pihak terkait. Model TAM digunakan pada penelitian psikologi sosial yang menjelaskan perilaku pengguna komputer, yaitu faktor kepercayaan, sikap, keinginan, dan hubungan perilaku pengguna. Faktor-faktor tersebut merupakan komponen yang digunakan dalam menentukan tingkat penerimaan suatu teknologi baru. Menurut Davis (1989), tingkat penerimaan penggunaan teknologi ditentukan oleh 6 variabel, yaitu variabel eksternal (external variable), persepsi kemudahan untuk menggunakan (perceived ease of use), persepsi pada kegunaan/manfaat (perceived usefulness), sikap dalam penggunaan (attitude toward using), keinginan untuk menggunakan (behavioural intention of use), dan pemakaian sistem yang sebenarnya (actual system usage).

Gambar 2. 2 Technology Acceptance Model (Davis, 1989)

Gambar 2.2 di atas menggambarkan pengaruh antara variabel yang terdapat pada model TAM. Variabel eksternal dinilai berpengaruh terhadap variabel persepsi kemudahan untuk menggunakan dan variabel persepsi pada kegunaan/manfaat. Persepsi kemudahan untuk menggunakan berpengaruh terhadap variabel persepsi kegunaan/manfaat. Variabel persepsi kemudahan

Universitas Indonesia

14

untuk menggunakan dan persepsi kegunaan/manfaat berpengaruh terhadap sikap dalam penggunaan. Variabel persepsi kegunaan/manfaat juga

berpengaruh terhadap variabel keinginan untuk menggunakan, dimana variabel keinginan untuk menggunakan ini dipengaruhi oleh sikap dalam penggunaan sesungguhnya. dan berpengaruh terhadap variabel pemakaian sistem

2.3 Technology Acceptance Model (TAM) 2 Venkatesh dan Davis (2000) memperkenalkan model TAM 2, seperti yang terlihat pada gambar 2.3 di bawah ini.

Gambar 2. 3 TAM 2 (Venkatesh and Davis, 2000)

Venkatesh dan Davis mengemukakan bahwa TAM memiliki beberapa keterbatasan dalam menjelaskan penyebab di mana seseorang akan menerima sebuah sistem yang diberikan tersebut berguna. Keduanya memperkenalkan bahwa variabel tambahan dapat ditambahkan sebagai variabel yang memberikan pengaruh terhadap variabel persepsi pada kegunaan/manfaat (perceived usefulness) yang terdapat dalam model TAM. Pada model TAM 2, variabel yang memberikan pengaruh terhadap variabel persepsi pada kegunaan/manfaat (perceived usefulness), yaitu:

Universitas Indonesia

15

1.

Pengaruh sosial: 1.1. Norma subyektif (subjective norm), persepsi orang bahwa

kebanyakan orang merasa penting baginya untuk berfikir apa yang seharusnya dan tidak seharusnya sesuai dengan lingkungan. 1.2. Sukarela (voluntariness), sejauh mana pengadopsi potensial

menganggap keputusan adopsi untuk menjadi tidak wajib. 1.3. Anggapan (image), persepsi untuk meningkatkan suatu status ke dalam suatu sistem sosial. 2. Proses instrumental kognitif: 2.1. Relevansi pekerjaan (job relevance), persepsi individu bahwa sistem relevan dengan pekerjaannya. 2.2. Kualitas output (output quality), derajat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem meningkatkan penyelesaian tugasnya dengan baik. 2.3. Demonstrasi hasil (result demonstrability), hasil yang terukur dari penggunaan inovasi.

2.4 Penelitian Sebelumnya Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan yang relevan dengan penelitian ini.

Analisa Penerimaan Penerapan E-Procurement: Studi Kasus pada Kementerian Perhubungan Penelitian dengan judul Analisa Penerimaan Penerapan E-Procurement: Studi Kasus pada Kementerian Perhubungan ini dilakukan oleh Rusli Yanto, mahasiswa Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia (2010). Penulis melakukan penelitian pada Kementerian Perhubungan sebagai salah satu instansi pemerintah yang menggunakan sistem e-procurement. Penelitian dilakukan untuk menguji model penerimaan penerapan sistem e-procurement dengan menggunakan metode Technology Acceptance Model (TAM). Variabel yang digunakan hanya dibatasi pada empat variabel utama dari TAM, yaitu perceived ease of use (persepsi kemudahan penggunaan),

Universitas Indonesia

16

perceived usefulness (persepsi pada kegunaan/manfaat), attitude toward using (sikap pengguna saat menggunakan), dan actual system usage (penggunaan sesungguhnya) yang ditambahkan dengan beberapa variabel dari luar (external variables). Penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk menganalisis hubungan antar variabel. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka didapat kesimpulan, yaitu: a) Terdapat variabel yang tidak memberikan pengaruh terhadap variabel perceived usefulness (persepsi pengguna terhadap kemudahan), yaitu computer self-efficacy (kemampuan pengguna terhadap komputer); b) Terdapat beberapa variabel yang memberikan pengaruh terhadap variabel lain, antara lain: (i) kemampuan pengguna terhadap komputer memberikan pengaruh terhadap persepsi pengguna terhadap kemudahan, (ii) persepsi pengguna terhadap kemudahan memberikan pengaruh terhadap persepsi pengguna terhadap kegunaan, (iii) persepsi pengguna terhadap kemudahan memberikan pengaruh terhadap sikap pengguna saat menggunakan, (iv) persepsi pengguna terhadap kegunaan memberikan pengaruh terhadap sikap pengguna saat menggunakan, dan (v) sikap pengguna saat menggunakan memberikan pengaruh terhadap penggunaan sesunggunnya. Penelitian ini hanya dilakukan terhadap pelaksana pengadaan barang/jasa (Panitia Pengadaan Barang/Jasa), tidak kepada penyedia barang/jasa. Masih terdapat variabel lain yang belum digunakan dalam penelitian ini, antara lain faktor sosial.

Analisis Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan E-Procurement Berdasarkan Konsep Technology Acceptance Model (TAM) - (Studi Kasus: Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Undip) Penelitian dengan judul Analisis Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan E-Procurement Berdasarkan Konsep Technology Acceptance Model (TAM) - (Studi Kasus: Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Undip) ini dilakukan oleh Adhien Meutia Merdeka Putri, mahasiswa Departemen Teknologi Industri Universitas Diponegoro (2011). Putri

Universitas Indonesia

17

melakukan penelitian dengan mengambil studi kasus pada LPSE Universitas Dipenogoro. Putri menggunakan model TAM untuk menganalisis penerimaan pengguna terhadap penerapan e-procurement di LPSE Undip dan Structural Equation Modelling (SEM) sebagai alat statistiknya. Variabel yang dilibatkan pada penelitian ini sesuai dengan apa yang terdapat pada model TAM. Penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Rusli Yanto, di mana sama-sama menggunakan variabel standar yang terdapat pada model TAM. Penelitian ini mengambil Panitia Pengadaan Barang/Jasa sebagai responden. Berdasarkan 8 hipotesis yang diuji, 6 hipotesis diterima dan 2 hipotesis ditolak. Peneliti juga menggunakan calon Panitia Pengadaan Barang/Jasa sebagai responden dan memperoleh kesimpulan 4 hipotesis diterima dari 8 hipotesis yang diujikan. Responden dari Penyedia Barang/Jasa menghasilkan kesimpulan 7 hipotesis diterima dari 8 hipotesis yang diujikan. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model TAM tidak cocok digunakan kepada responden dengan status sebagai calon pengguna, karena banyak menghasilkan hipotesis yang ditolak.

E-Procurement for the Public Sector: Determinants of Attitude Towards Adoption Penelitian dengan judul E-Procurement for the Public Sector: Determinants of Attitude Towards Adoption ini dilakukan oleh: 1. Maniam Kaliannan, dari Fakultas Ilmu Administrasi dan Kebijakan, Universitas Teknologi MARA, Shah Alam, Malaysia; 2. Halimah Awang, dari Fakultas Ekonomi dan Administrasi, Universitas Malaya, Malaysia; dan 3. Murali Raman dan Magiswary Dorasamy, dari Fakultas Manajemen, Universitas Multimedia Malaysia, Malaysia. Kaliannan et al., mengambil studi kasus inisiatif e-procurement di Malaysia, yang merupakan salah satu proyek di bawah e-Government

Universitas Indonesia

18

Flagship. Penelitian dilakukan untuk melihat tingkat penerimaan penyedia barang/jasa terhadap e-Perolehan system (e-procurement system). Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rusli Yanto dan Adhien Meutia Merdeka Putri yang menggunakan empat variabel, konsep Technology Acceptance Model (TAM) yang digunakan pada penelitian hanya menggunakan dua variabel pengukuran utama yaitu perceived usefulness (persepsi akan manfaat/kegunaan) dan perceived ease of use (persepsi kemudahan penggunaan). Metode penelitian dilakukan dengan mengadakan survey kepada penyedia barang/jasa (responden) yang merupakan rekanan dari pemerintah Malaysia. Setelah melakukan survey dengan mengirimkan 3000 kuesioner secara random kepada responden, kemudian analisis dilakukan terhadap 502 kuesioner yang terkumpul dari responden. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan, yaitu: a) Responden secara umum setuju bahwa perceived usefulness (persepsi manfaat) memainkan peranan penting dalam penerimaan e-Perolehan system. Responden mendukung penerapan e-Perolehan system karena dapat mendorong banyak manfaat. b) Responden secara umum memandang e-Perolehan system mudah untuk digunakan, mudah untuk dipelajari dan user friendly. Penelitian yang dilakukan oleh Kaliannan et al. hanya melakukan analisis terhadap penerimaan sistem e-procurement dari sudut pandang penyedia barang/jasa, belum terhadap pelaksana pengadaan barang/jasa itu sendiri (misalnya Panitia Pengadaan Barang/Jasa). Masih terdapat variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini, seperti computer self-efficacy (kemampuan pengguna terhadap komputer) dan organizational factors (faktor-faktor organisasi).

Universitas Indonesia

19

Tabel 2. 1 Perbandingan Penelitian Terdahulu yang Relevan

Rusli Yanto Analisa Penerimaan E-Procurement Judul Penelitian Studi Kasus Variabel TAM yang digunakan Analisis Statistik Kementerian Perhubungan Perceived Ease of Use Perceived Usefulness Attitude Toward Using Actual System Usage Partial Least Square (PLS)

Adhien Meutia Merdeka Putri Analisis Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan E-Procurement Berdasarkan Konsep Technology Acceptance Model (TAM) LPSE Undip Perceived Ease of Use Perceived Usefulness Attitude Toward Using Actual System Usage Structural Equation Modelling (SEM) Kuesioner Panitia pengadaan, penyedia, dan calon penyedia barang/jasa

Kaliannan, Awang, Raman & Dorasamy E-Procurement for the Public Sector: Determinants of attitude toward Adoption Pemerintahan Malaysia Perceived Ease of Use Perceived Usefulness

Perhitungan p-value Kuesioner Penyedia barang/jasa Variabel perceived usefulness (persepsi manfaat/kegunaan) memiliki peranan penting dalam penerimaan e-Perolehan system.

Pengumpulan Kuesioner Data Primer Responden Pelaksana (panitia) pengadaan barang/jasa

Hasil Penelitian

Variabel computer self-efficacy Panitia pengadaan: Dari 8 hipotesis (kemampuan pengguna terhadap yang diuji, 6 hipotesis diterima dan komputer) tidak memberikan 2 hipotesis ditolak. pengaruh terhadap variabel perceived Calon panitia pengadaan: 4 hipotesis usefulness (persepsi pengguna diterima dari 8 hipotesis yang

20

Rusli Yanto

Adhien Meutia Merdeka Putri

Kaliannan, Awang, Raman & Dorasamy

terhadap kemudahan); diujikan. Terdapat beberapa variabel yang Penyedia barang/jasa: 7 hipotesis memberikan pengaruh terhadap diterima dari 8 hipotesis yang variabel lain, yaitu: (i) kemampuan diujikan. pengguna terhadap komputer Kesimpulan: Model TAM tidak memberikan pengaruh terhadap cocok digunakan kepada responden persepsi pengguna terhadap dengan status sebagai calon kemudahan, (ii) persepsi pengguna pengguna karena banyak terhadap kemudahan memberikan menghasilkan hipotesis yang pengaruh terhadap persepsi pengguna ditolak. terhadap kegunaan, (iii) persepsi pengguna terhadap kemudahan memberikan pengaruh terhadap sikap pengguna saat menggunakan, (iv) persepsi pengguna terhadap kegunaan memberikan pengaruh terhadap sikap pengguna saat menggunakan, dan (v) sikap pengguna saat menggunakan memberikan pengaruh terhadap penggunaan sesunggunnya.

Universitas Indonesia

21

2.5 Kerangka Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh penerimaan sistem e-Procurement Kementerian Keuangan oleh Lembaga Pemerintah Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan model TAM 2 sebagai perluasan dari model TAM dan hanya menggunakan dua variabel yang berpengaruh terhadap variabel persepsi pada kegunaan/manfaat, yaitu relevansi pekerjaan (job relevance) dan kualitas output (output quality). Tiga variabel lain yang terdapat pada model TAM 2, yaitu: 1. Norma subyektif (subjective norm), tidak digunakan karena tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Penggunaan sistem e-procurement merupakan amanat dari Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah. 2. Sukarela (voluntariness), tidak digunakan karena variabel ini tidak lagi relevan dengan adanya amanat untuk menggunakan sistem e-procurement pada Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 3. Anggapan (image), tidak digunakan karena tidak ada kaitannya dengan status sosial. Penggunaan sistem e-procurement tidak berpengaruh terhadap suatu status. Gambar 2.4 berikut menampilkan kerangka penelitian yang digunakan.
Job Relevance Perceived Usefulness

Output Quality

Attitude Toward Using

Behavioral Intention to Use

Actual System Usage

Result Demonstrability

Perceived Ease of Use

Additional Variable

Model TAM

Gambar 2. 4 Kerangka Penelitian

22

Gambar 2.3 memberikan gambaran mengenai metode dalam mencari faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap penerimaan sistem e-Procurement di lembaga Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan. Variabel tambahan digunakan untuk meneliti apakah dua variabel tersebut memberikan pengaruh terhadap Perceived Usefulness. Selanjutnya, akan diteliti apakah: 1. variabel Job Relevance, Output Quality, dan Result Demonstrability memberikan pengaruh terhadap variabel Perceived Usefulness. 2. variabel Perceived Ease of Use memberikan pengaruh terhadap variabel Perceived Usefulness dan variabel Attitude Toward Using. 3. variabel Perceived Usefulness memberikan pengaruh terhadap variabel Attitude Toward Using dan variabel Behavioral Intention to Use. 4. variabel Attitude Toward Using memberikan pengaruh terhadap variabel Behavioral Intention to Use. 5. variabel Behavioral Intention to Use memberikan pengaruh terhadap variabel Actual System Usage.

Universitas Indonesia

23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini berisi metode penelitian dan pengumpulan data, serta alur penelitian yang akan digunakan. 3.1 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Data Primer. Data Primer diperoleh dari hasil survey kuesioner yang dilakukan secara online dan offline terhadap pengguna sistem e-procurement. Pengguna, yang dalam hal ini sebagai responden, terdiri dari: 1. Panitia pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian Keuangan dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan yang sudah mengadakan kerjasama (MoU) dengan Kementerian Keuangan selama lebih dari satu tahun. 2. Penyedia barang/jasa yang terdaftar di Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kementerian Keuangan.

3.2 Alur Penelitian Rencana alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.
Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah Penyusunan kuesioner

Tinjauan pustaka

Pengujian kuesioner Tidak

Pembuatan kesimpulan dan saran

Pengembangan kerangka penelitian

Layak ?

Hasil analisis

Ya Penyebaran dan pengumpulan kuesioner

Melakukan analisis data

Gambar 3. 1 Rencana Alur Penelitian

Universitas Indonesia

24

Berdasarkan alur penelitian di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah adalah kegiatan

melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan berdasarkan dokumen Rencana Strategis Kementerian Keuangan,

melakukan pemilihan topik permasalahan dan merumuskan permasalahan yang ingin diteliti untuk dicari solusinya. 2. Tinjauan pustaka adalah kegiatan mengumpulkan atau memperoleh referensi berupa teori-teori maupun penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, sehingga dapat disusun sebuah kerangka pemikiran. 3. Pengembangan kerangka pemikiran merupakan rangkuman dari referensi yang telah dikumpulkan atau diperoleh sebelumnya yang menjadi dasar penelitian ini. 4. Penyusunan kuesioner adalah kegiatan menyusun atau mendesain alat ukur yang akan digunakan dalam pengumpulan data primer. 5. Pengujian kuesioner adalah kegiatan menguji kuesioner yang telah disusun sebelumnya untuk memastikan bahwa alat ukur tersebut valid untuk digunakan. 6. Penyebaran dan pengumpulan kuesioner adalah menyebarkan atau mendistribusikan alat ukur kepada seluruh responden yang sudah ditentukan, kemudian setelah batas waktu yang ditentukan alat ukur tersebut dikumpulkan kembali untuk dilakukan analisis. 7. Melakukan analisis data adalah melakukan analisis hubungan antar variabel dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) sebagai alat bantu. Penggunaan metode SEM dikarenakan jumlah responden yang ingin digunakan adalah lebih dari 100 responden. 8. Hasil analisis adalah mendapatkan faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap penerimaan sistem e-procurement yang dikelola oleh Kementerian Keuangan.
9. Pembuatan kesimpulan dan saran adalah menyusun kesimpulan yang

sesuai dengan hasil penelitian termasuk apabila terdapat kemungkinan dilakukan penelitian selanjutnya, serta saran-saran terkait hasil penelitian yang telah dilakukan.

Universitas Indonesia

25

LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA SINGKAT

Pewawancara: Apakah bapak tahu mengenai indikator kinerja yang terdapat pada dokumen Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2010-2014 yang terkait dengan Pusat LPSE? Narasumber: Iya, saya tahu. Disana kalau tidak salah ada 2 buah indikator yang menjadi tanggung jawab Pusat LPSE. Pewawancara: Kebetulan saya sedang membuat proposal penelitian untuk mencari analisis penerimaan sistem e-procurement di Kementerian Keuangan. Di situ tertulis bahwa target implementasi e-Procurement pada Lembaga Pemerintah Non Kementerian adalah 100% pada tahun 2014, namun tidak disebutkan target per tahunnya. Menurut bapak, bagaimana pembagian target capaian per tahun sejak 2010 sampai dengan 2014? Narasumber: Memang tidak disebutkan secara detail mengenai capaian per tahun. Target tersebut merupakan target kumulatif yang harus dipenuhi pada tahun 2014. Namun, kita bisa membagi capaian pada tahun 2014 menjadi 5, yaitu 20% pada tiap tahunnya. Sehingga target yang harus dicapai pada tahun 2012 yaitu 60%. Pewawancara: Baik pak, terima kasih atas informasinya. Narasumber: Sama-sama.

Universitas Indonesia

26

LAMPIRAN PETIKAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KEUANGAN 2010-2014

27

DAFTAR PUSTAKA

Chen, S., Li, S., Li, C. 2011. Recent Related Research in Technology Acceptance Model: A Literature Review, Australian Journal of Business and Management Research, Vol. 1 No. 9. Chuttur, M.Y. 2009. Overview of the Technology Acceptance Model: Origins, Developments and Future Directions, Indiana University, USA. Sprouts: Working Papers on Information Systems, 9(37). http://sprouts.aisnet.org/9-37. Kaliannan, M., Awang, H., Raman, M., Dorasamy, M. E-Procurement for the Public Sector: Determinants of attitude towards Adoption. Putri, A.M.M. 2011. Analisis Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan EProcurement Berdasarkan Konsep Technology Acceptance Model (TAM) - (Studi Kasus: Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Undip). Departemen Teknologi Industri Universitas Diponegoro. Neef, D. 2001. E-Procurement From Strategy to Implementation, Prentice Hall. Tang, D., Chen, L. 2011. A Review of the Evolution of Research on Information Technology Acceptance Model, IEEE. Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan 2009-2014. UN Procurement Practitioner's Handbook. www.ungm.org/pph/ch04s02.html). June 4, 2013. http://

Yanto, R. 2010. Analisa Penerimaan Penerapan E-Procurement: Studi Kasus pada Kementerian Perhubungan. Program Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia.

You might also like