You are on page 1of 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

Di susun oleh : 1.) Rizariya Ulfa 2.) Ita Novita Sari 3.) Desi Dwi Astuti 4.) Dita Murti Febriani 5.) Andi Aziz 6.) Nyoman Ewish Wisnu Wardani

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013

SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok bahasan Sub pokok bahasan : Mencegah kekambuhan pada pasien gangguan jiwa dengan halusinasi dengar : Peran keluarga dalam mencegah Kekambuhan gangguan jiwa dengan Halusinasi dengar
: Keluarga pengunjung Ruang mawar RSJ Dr.

Sasaran
Hari / Tanggal Waktu Tempat :

Radjiman Wediodiningrat Lawang : 15 menit : Ruang tunggu RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

A. TUJUAN 1. Tujuan Umum : Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan keluarga yang berkunjung ke Ruang rawat mawar RSJ. dr. Radjiman Wediodiningrat mampu memahami apa perannya dalam mencegah kekambuhan penderita gangguan jiwa di rumah dengan halusinasi. 2. Tujuan Khusus: Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 X 15 menit diharapkan keluarga yang berkunjung ke Ruang rawat mawar jiwa RSJ. dr.Radjiman Wediodiningrat dapat: a. Menyebutkan Pengertian halusinasi b. Menyebutkan rentang respon halusinasi c. Menyebutkan sebab orang mengalami halusinasi d. Menyebutkan tanda dan gejala orang yang mengalami halusinasi e. Menyebutkan tipe halusinasi f. Menyebutkan fase halusinasi g. Menyebutkan apa saja peran keluarga dalam mencegah kekambuhan penderita gangguan jiwa dengan halusinasi.

B. GARIS BESAR MATERI a. Pengertian halusinasi b. Menyebutkan rentang respon halusinasi c. Penyebab penderita mengalami halusinasi d. Tanda dan gejala halusinasi e. Tipe halusinasi f. Fase halusinasi g. Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan penderita gangguan jiwa dengan rencana halusinasi. C. PELAKSANAAN KEGIATAN No 1 Kegiatan Pembukaan dan salam Penyuluh Menyampaikan salam Menjelaskan tujuan Apersepsi Menyampaikan materi: Pengertian halusinasi Menyebutkan rentang respon halusinasi Penyebab penderita mengalami halusinasi Tanda dan gejala halusiasi Tipe halusinasi Fase-fase halusinasi Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan penderita ganggua jiwa dengan halusinasi Tanya jawab Menyimpulkan hasil materi Menyampaikan salam. Peserta Menjawab salam Waktu 3 menit

Penyampaian materi

Mendengarkan Memberi respon Mendengarkan dan memperhatikan

10 menit

Penutup dan salam

Menjawab Mendengarkan Menjawab salam

2 menit

D. METODE Prolog Ceramah Tanya jawab D. MEDIA Leaflet Naskah dialog E. SETTING TEMPAT Peserta duduk di kursi tunggu Penyaji didepannya F. PENGORGASIAN 1. Moderator 2. Penyaji 3. Observer 4. Fasilitator 5. Notulen G. EVALUASI 1. Kegiatan : Jadwal, alat bantu atau media, pengorganisasian, proses penyuluhan 2. Hasil penyuluhan : Memberi pertanyaan pada pasien dan keluarga yang mengikuti penyuluhan di Ruang ............... RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat tentang : a. Apa pengertian halusinasi b. Menyebutkan rentang respon halusinasi c. Apa penyebab penderita mengalami halusinasi d. Apa tanda dan gejala halusinasi e. Apa tipe-tipe halusinasi : Dita Murti Febriani : Andi aziz : Desi Dwi Astuti : Rizyaria Ulfa, Nyoman Wisnu Wardani : Ita Novita

f. Apa saja fase halusinasi g. Apa peran keluarga dalam mencegah kekambuhan penderita gangguan jiwa dengan rencana halusinasi. H. 1. 2. 3. 4. SUSUNAN ACARA NO WAKTU 10.00 10.02 10.03 10.04 10.04 10.14 10.14 10.15 Prolog Penyampaian materi Diskusi dan penutup Andi Aziz Rizyaria ulfa Nyoman Wisnu Wardani Desi Dwi Astuti ACARA Pembukaan PETUGAS Dita Murti Febriani

Lampiran materi PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI DENGAR DI RUMAH A. Pengertian halusinasi Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus atau rangsangan dari luar. (Maramis, 1980). Halusinasi merupakan reaksi terhadap stress dan usaha dari alam tak sadar untuk melindungi egonya atau pernyataan simbolik dari gangguan psikotik individu. Halusinasi adalah gejala sekunder dari skizofrenia dan klien dengan skizofrenia 70% mengalami halusinasi pendengaran dan 205 mengalami campuran halusinasi pendengaran dan penglihatan (Stuart dan sundeen, 1995). B. Menyebutkan rentang respon halusinasi Respon adaptif respon maladaptif

- Pikiran logis - Persepsi aktual - Emosi konsisten dengan pengalaman - Prilaku sesuai - Berhubungan sosial

Distorsi pikiran Ilusi Reaksi emosi Prilaku yang tak biasa

- Gangguan pikir - Halusinasi - Kesukaran proses pikir - Prilaku disorganisasi - Isolasi sosial

C. Penyebab penderita mengalami halusinasi o Faktor predisposisi 1. Biologis Gangguan perkembangan dan factor otak/ssp

Gejala yang mungkin timbul : hambatan dalam belajar, bicara, daya ingat, mungkin perilaku kekerasan 2. Psikologis Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan Pola asuh pada usia anak-anak 3. Sosial budaya Kemiskinan, konflik social budaya Kebudayaan yang terisolir disertai stress yang menumpuk o Faktor prepitasi Kurang sumberdaya/dukungan sosial yang dimiliki Respon koping yang maladaptif Komunikasi keluarga yang kurang/kemampuan financial keluarga

D. Tanda dan gejala halusinasi Berbicara, senyum dan tertawa sendirian. Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu yang tidak nyata. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak mampu melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi, berganti pakaian dan berhias yang rapi. Sikap curiga, bermusuhan, menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan, mudah tersinggung, jengkel, mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal, banyak keringat (Towsend & Mary, 1995)

E. Tipe halusinasi 1. Halusinasi Pendengaran Mendengar suara-suara, sering mendengar suara-suara orang berbicara atau membicarakannya, suara-suara tersebut biasanya familiar.Halusinasi ini paling sering dialami klien dibandingkan dengan halusinasi yang lain. 2. Halusinasi Penglihatan Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada, seperti cahaya atau seseorang yang telah mati. 3. Halusinasi Penciuman Mencium bau-bau padahal di tempat tersebut tidak ada bau. Tipe ini sering ditemukan pada klien dengan dimensia seizure atau mengalami gangguan cerebrovaskuler. 4. Halusinasi Sentuhan Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada. 5. Halusinasi Pengecapan Termasuk rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa makanan dan berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan klien (Cancro & Lehman, 2000). 6. Fase-fase halusinasi 1. Fase pertama/conforting (ansietas sedang) Fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik : Klien mengalami stress, cemas, perasaan, perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien : menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang, cepat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya.

2. Fase kedua/comdemning (ansietas berat) Fase condemming atau ansietas berat merupakan fase pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang diekspresikan. Fase ini bersifat psikotik ringan. Karakteristik : Kecemasan meningkat, melamun, berfikir sendiri Mulai diresahkan oleh bisikan yang tidak jelas Klien tidak ingin orang lain tahu, klien masih bisa mengontrol Perilaku klien : meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah. 3. Fase ketiga/controling (ansietas sangat berat) Fase controlling merupakan ansietas sangat berat dimana pengalaman sensorik pada klien menjadi berkuasa. Klien berhenti menghentikan perlawanan kesepian jika sensori halusinasi berhenti. Fase ini bersifat psikotik. Karakteristik : Bisikan suara, isi halusinasi makin menonjol dan mengontrol klien Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasi Perilaku klien : kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti, kesukaran berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit. 4. Fase keempat/conguering (panik) Disebut juga fase conquering. Klien mengalami panik dan umumnya menjadi melebur dalam halusinasi. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Karakteristik : Halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.

Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, menarik diri. 7. Peran keluarga dalam mencegah ke kambuhan penderita gangguan jiwa 1. Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang dan penghargaan social kepada penderita 2. Mengawasi kepatuhan penderita dalam minum obat. Alasan penderita gangguan jiwa harus minum obat secara teratur: Untuk memacu atau mengahambat fungsi mental yang terganggu Memperbaiki kondisi penderita Kiat pada pasien yang menolak minum obat: Buat kesepakatan dengan penderita (membuat jadwal minum obat) Menjelaskan manfaat pengobatan bagi penderita, serta akibat jika lupa atau menolak minum obat Modifikasi pemberian obat, bersama sama saat makan buah atau dicampur dengan makanan. Berikan pujian langsung pada penderita saat mempunyai keinginan sendiri untuk minum obat 3. Bantu penderita untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan 4. Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu penderita dirumah. 5. Jangan biarkan penderita menyendiri, libatkan dalam kegiatan sehari-hari. 6. Memberikan pujian jika penderita melakukan hal yang positif. 7. Jangan mengkritik penderita jika penderita melakukan kesalahan. 8. Menjauhkan penderita dari pengalaman atau keadaan yang menyebabkan penderita merasa tidak berdaya dan tidak berarti 9. Membawa penderita untuk control rutin kepelayanan kesehatan.

10

DAFTAR PUSTAKA Shives, L.R. 1998. Basic Concept Of Psyciatric Mental Health Nursing. Philadelphia. Lippincott Razali, M.S dkk. 1997. Health Education and Drug Counseling for Schizophrenia. IMJ. Vol. 4 No. 3, pp 187-189 Tim Penyusun buku pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa I. 2000. Keperawatan Jiwa :Teori dan tindakan keperawatan. Jakarta: DepKes RI

You might also like