You are on page 1of 9

RANCANGAN OBAT

MODIFIKASI IBUPROFEN TERHADAP PENURUNAN EFEK SAMPING YANG DITIMBULKAN

Kelas FST B Disusun Oleh : Vincentia Adelina Hariyanto Sisilia Mirsya Anastasia Eric Antonius Theresia Nindyati Krissantini Is Sumitro Agnes Mutiara Kurniawan

(098114083) (098114102) (098114108) (098114110) (098114127) (098114131)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

MODIFIKASI IBUPROFEN SEBAGAI ANTI INFLAMASI INHIBITOR COX-2


1. Pendahuluan Ibuprofen merupakan obat dengan efek farmakologi sebagai analgetik, antiperik, dan anti inflamasi yang termasuk golongan NSAID (non steroid anti inflammatory drug). Seperti obat golongan NSAID lainnya, ibuprofen merupakan inhibitor siklooksigenase (COX). COX merupakan enzim yang memproduksi prostaglandin dengan menjadi katalis konversi perubahan asam arahkidonat menjadi prostaglandin. Enzim COX dibedakan menjadi dua bentuk isoform, yaitu : 1. COX 1, bersifat konstitutif, prostaglandin yang dihasilkan berperan dalam proteksi mukosa lambung, regulasi asam lambung, haemostasis dan ekskresi air pada ginjal . 2. COX 2, bersifat induced, memiliki peran dalam menghasilkan prostaglandin mediator inflamasi dan rasa sakit. Perbedaan dari kedua enzim tersebut terletak pada strukturnya, yang menyebabkan perbedaan peranan kedua enzim tersebut. Mekanisme penghambatan COX 1 dengan obat obatan analgetik diketahui lebih dapat meningkatkan toksisitas pada lambung dibandingkan dengan

penghambatan pada COX 2. Hal ini terkait peranan COX 1 dalam proteksi mukosa lambung (Anonim,2012). Ibuprofen merupakan antagonis enzim COX, dimana berikatan dengan substrat asam arahkidonat sehingga dapat mencegah proses sintesis prostaglandin. Efek analgetik, antipiretik, dan anti inflamasi dari ibuprofen terjadi sebagai hasil penurunan sintesis prostaglandin dari COX 2. Namun, penghambatan sintesis prostaglandin dari COX 1 menyebabkan kerusakan dinding lambung karena penghambatan proteksi mukosa lambung (Anonim,2012).
CH3 O CH3 OH H3C

Gambar 1.1 Struktur Ibuprofen dan farmakofornya

Ibuprofen memiliki farmakofor pada cincin benzena yang ditempeli sebuah gugus asam karboksilat (Hsia, 2009). Akan tetapi, gugus karboksilat ini juga bertanggung jawab terhadap terjadinya efek samping pada penggunaan ibuprofen, yaitu menyebabkan iritasi lambung. Hal ini disebabkan karena adanya ikatan antara gugus karboksilat bebas dari ibuprofen dengan sisi aktif enzim COX. Reseptor dari sisi aktif COX yang dapat berikatan dengan gugus karboksilat bebas dari ibuprofen adalah Arg-120, Glu-524, dan Try 355 (Kumar,2010). Ikatan yang terjadi antara reseptor COX dengan gugus karboksilat bebas dari ibuprofen, merupakan interaksi hidrogen. Interaksi antara gugus karboksilat bebas dari ibuprofen dengan Try-355 adalah sebesar 2.78 . Sedangkan Interaksi antara gugus karboksilat bebas dari ibuprofen dengan Arg-120 adalah sebesar 2.83. Akibat terjadinya interaksi ini, menyebabkan ibuprofen menutup sisi aktif dari COX (Hirner, 2012).

Gambar 1.2 Interaksi Hidrogen antara gugus karboksilat bebas dari Ibuprofen dengan Try-355 dan Arg-120 (Hirner, 2012).

Untuk meminimalkan terjadinya efek samping iritasi lambung akibat penggunaan ibuprofen sebagai obat analgetik, dapat membuat ibuprofen lebih spesifik terhadap enzim COX 2 dibandingkan dengan enzim COX 1. Hal ini dapat ditempuh dengan menghilangkan sisi asam karboksilat bebas menjadi turunan asam karboksilatnya, atau sebatas mengurangi afinitas terhadap COX 1. Modifikasi spesifitas ibuprofen terhadap enzim COX 2, dapat dilakukan dengan menutup atau mengganti gugus karboksilat bebas dari ibuprofen yang berikatan dengan reseptor COX 1 (Arg-120, Glu-524, dan Try 355), dengan gugus lain yang lebih spesifik dengan COX 2. Contohnya adalah dengan menambah gugus sulfon. Namun, selektivitas terhadap COX 2 dapat
3

meningkatkan resiko penyakit jantung. Hal ini dapat diatasi dengan menurunkan afinitas senyawa modifikasi terhadap COX 2 dengan mengganti gugus karboksilat menjadi gugus derivat amida seperti amina alifatis maupun aromatik (Kumar,2010).

Gambar 1.3 Perbandingan binding site COX 1 dan COX 2

Pada COX 1 terdapat asam amino Ile 523, His 513, and Ile 434 yang menyebabkan pada COX 1 tidak terdapat hidrofilik poket. Sedangkan pada COX 2 terdapat Val 523, Arg 513, and Val 434 sehingga dapat terbentuk hidrofilik poket pada COX 2 karena asam amino pada COX 2 less bulky daripada Ile523 (Chhajed et al, 2010).

2. Senyawa Penuntun dan Modifikasi Ibuprofen Nama IUPAC : 2-(4-isobutylphenyl)propanoic acid


OH

Rumus molekul C13H18O2 BM = 206,28 Log P = 3,502 (Anonim,2012). Log P = 3,7448 (dari Marvin) G = -85,258 kcal/mol

Dari senyawa ibuprofen diatas, dilakukan modifikasi menjadi derivat amidanya ditambah penambahan gugus R-SO2-CH3 untuk meningkatan selektivitasnya, kemudian dianalisis interaksi antara ligan (ibuprofen) terhadap proteinnya (prostaglandin H2). Dengan adanya penambahan gugus R-SO2-CH3 ini dapat meningkatkan selektifitas senyawa modifikasi terhadap COX 2, karena gugus R-SO2-CH3 akan menambah ukuran senyawa modifikasi menjadi lebih besar, dan berinteraksi dengan asam amino yang ada di pocket hidrofil dari COX 2, yang tidak terdapat pada COX 1. Protein didapatkan dari Protein Data Bank dengan kode 1EQG, analisisnya menggunakan software PLANTS. Sebelumnya perlu dilakukan terlebih dahulu validasi metode terhadap posisi interaksi ligan (ibuprofen) terhadap protein (reseptornya), dari 10 konformasi ibuprofen yang dihasilkan. Output PLANTS merangking nilai G terbaik, yaitu 85,258 kcal/mol. Setelah itu dilakukan analisis RMSD (Root Mean Square Deviation) antara ref_ligand (ibuprofen bawaan dari PDB) dengan ligand (ibuprofen copian) dengan bantuan software Yasara v.12.2.22 (licensed to Eric Antonius-registration key 765849123), metode dinyatakan tervalidasi dengan nilai RMSD = 1,7610 Angstroms. Terlihat dari comment box Yasara sebagai berikut :

Hasil validasi pendockingan dengan menggunakan software PLANTS dari struktur ibuprofen (ungu) beserta copian ibuprofen (orange).

Selain itu, dilakukan pula perbandingan terhadap nilai log P (koefisien partisi) antara senyawa induk terhadap senyawa modifikasi. Perhitungan nilai log P menggunakan software Marvin Sketch 5.3.8. Disediakan 3 metode perhitungan nilai log P dan hasil perhitungan yang relatif berbeda, sebagai pertimbangan untuk meningkatan keakuratan dilakukan perbandingan

perhitungan nilai log P dengan 3 metode pada senyawa ibuprofen terhadap log P teoritis yang didapat.

Gambar 2.2 Hasil Perhitungan log P ibuprofen dengan Gambar 2.3 Hasil Perhitungan log P ibuprofen dengan metode VP metode KLOP

Gambar 2.4 Hasil Perhitungan log P ibuprofen dengan metode PHYS

Dengan metode VG didapatkan log P = 3,8302(Gambar 2.2), dengan metode KLOP didapatkan log P = 3,9557(Gambar 2.3), dan dengan metode PHYS didapatkan log P = 3,7448 (Gambar 2.4). Dibandingkan dengan hasil teoritis, log P=3,502. Yang mendekati nilai log P hitung dan log P teoritis ialah metode PHYS, dengan demikian, perhitungan terhadap senyawa modifikasi akan digunakan dengan metode PHYS.

Penulis mengusulkan suatu senyawa modifikasi dari ibuprofen. Dimana struktur tersebut adalah :

Nama Rumus molekul BM Log P G Hidrogen pendonor Hidrogen akseptor

: N-isopropyl-2-(4(methylsulfonyl)biphenyl-4-yl) propanamide : C19H23NO3S : 345,14 : 2,9388 : -10,9042 kcal/mol :1 :3

Setelah dilakukan penentuan nilai log P dan mendapatkan konformasi 3D yang stabil dari senyawa modifikasi, akan dilakukan pendockingan terhadap senyawa tersebut. Tetapi dipandang dari sisi log P, maka menurut Lipinskis Law dengan rule of five dapat memprediksi senyawa dengan absorpsi yang kecil jika pada senyawa tersebut terdapat : 1. Lebih dari 5 Hidrogen pendonor 2. Lebih dari 10 Hidrogen aseptor 3. Mempunyai BM lebih dari 500 4. Nilai log P yang dikalkulasikan lebih besar dari 5 (Lipinski, 2001).

Berdasarkan keterangan Lipinski (2001), maka senyawa hasil modifikasi penulis tidak sesuai dengan parameter Lipinski. Dengan demikian, senyawa hasil modifikasi memiliki absorpsi yang besar, kemudian dapat dilakukan docking lebih lanjut. Dilakukan visualisasai letak ligan asli pada reseptor menggunakan software Pymol 1.3. Pada Ibuprofen, lokasi terdapat ikatan interaksi

hidrogen pada posisi gugus COOHnya. Selain itu di daerah benzene terdapat Yang interaksi dengan hidrophobik. interaksi

Pymol,

tersebut tidak dapat terlihat, karena Pymol hanya mampu

memvisualisasi interaksi polar. Bila dibandingkan modifikasi. modifikasi kemampuan COX 2. Terlihat disamping, pada pada gambar senyawa dengan Diharapkan senyawa senyawa

mempunyai spresifik terhadap

modifikasi dapat mengikat Val 434 yang ada pada hidrofilik pocket pada COX-2. Sehingga dari dapat ditarik modifikasi kesimpulan, penulis G senyawa mempunyai

spesifitas terhadap COX2, walau dengan yang kecil dibandingkan dengan Ibuprofen. G melambangkan seberapa lama interaksi obat dengan reseptor terjadi, sehingga dari perbandingan antara G ibuprofen dan G senyawa modifikasi, senyawa modifikasi akan lebih mudah lepas dari reseptornya.

Catatan : Gambar struktur 2D dan penentuan nama senyawa, rumus molekul, dan BM menggunakan software ChemDraw Ultra versi 11.0 Gambar struktur 3D menggunakan software Marvin Sketch 5.3.8

Daftar Pustaka : Anonim, 2012, ChemSpider, The free chemical database, http://www.chemspider.com/C hemical-Structu re.36498.html, diakses tanggal 23 Maret 2012 Anonim, 2012, Ibuprofen Pathway, http://pathman.smpdb.ca/pathways/SMP00086/pa

thway?level=3 , diakses tanggal 5 Maret 2012 Chhajed, SS., 2010, Structure Based Design and Silico Molecular Docking Analysis of Some Novel Benzimidazoles, International Journal of ChemTech Research Vol.2 (2), pp.11351137. Hirner, S., Jennifer Ewan. Part B. http://faculty.missouri.edu/~glaserr/3700s1

0/A06_Sample3.pdf, diakses tanggal 5 Maret 2012. Hsia E., 2009, The Next Generation of Ibuprofen: a COX 2 Selective Inhibitor, UCDC COSMOS Cluster 8, pp.1-11. Kumar dkk., 2010, Synthesis, Pharmacological, and Toxicological Evaluation of Amide Derivatives of Ibuprofen, International Journal of ChemTech Research Vol.2, pp.233-238. Lipinski, A. et.al. 2001. Advanced Drug Delivery Reviews. Experimental and computational approaches to estimate solubility and permeability in drug discovery and development settings. www.elsevier.com/locate/drugdeliv.

You might also like