You are on page 1of 11

I. II. III.

Nomor Percobaan Nama Percobaan Tujuan Percobaan :

: :

2 Reaksi Sistin, Reaksi Sisteina dan konversi sistin ke sistein dan kebalikkannya Untuk mengetahui adanya gugus sulfuhidril dengan menggunakan kristal Sisteina hydroklorida dan Natrium nitroprussida 1%. Untuk mengetahui adanya gugus Sistine dengan menggunakan Sistine.

IV.

Dasar Teori Asam amino yang merupakan monomer (satuan pembentuk) protein adalah suatu

senyawa yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus karboksil. Pada asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang berdekatan dengan gugus karboksil (C-) atau dapat dikatakan juga bahwa gugus amina dan gugus karboksil dalam asam amino terikat pada atom karbon yang sama. Rumus asam amino dapat ditunjukkan pada gambar (Tim Dosen Kimia, 2007): R H2N C COOH H Asam amino adalah senyawa yang memiliki gugus amino (-NH2) dan asam karboksilat (-CO2H) pada molekul yang sama. Ada dua puluh asam amino alami yang lazim. Keduapuluh asam amino alami yang lazim, memiliki rangka yang terdiri dari gugus asam karboksilat dan gugus yang terikat secara kovalen pada atom pusat (karbon alfa). Dua gugus lainnya pada karbon alfa ialah hydrogen dan gugus R yang merupakan rantai samping asam amino. Sifat kimia gugus rantai sampinglah yang menyebabkan perbedaan sifat asam amino. Dua puluh asam amino alfa alami ini dibagi menjadi tujuh golongan berdasarkan struktur rantai sampingnya, yaitu (Sultanry, 1985) :
Praktikum Biokimia I 1

1.

Rantai samping alifatik. Golongan ini terdiri dari asam amino yang memiliki rantai samping hidrokarbon. Asam amino golongan ini ialah glisina, alanina, valina, lesina, isolesina, dan prolina.

2.

Rantai samping hidrosilik Asam amino dalam golongan ini ialah serina dan treonina. Keduanya mempunyai rantai samping alifatik yang mengandung fungsi hidroksi.

3.

Rantai samping aromatik Ada tiga asam amino yang mempunyai cincin aromatik pada rantai sampingnya yaitu fenilalanina, tirosina, dan triptofan.

4.

Rantai samping asam Asam aspartat dan glutamat mempunyai rantai samping yang berakhir dengan asam karboksilat. Pada pH faal yang lazim, yaitu sedikit di atas pH 7, gugus asam karboksilat ini mengion. Karena alasan ini, maka asam aspartat dan asam glutamat sering disebut sebagai ion karboksilatnya, yaitu aspartat dan glutamat.

5.

Rantai samping amida Asparagina dan glutamine masing-masing adalah amida dari aspartat dan glutamat. Rantai sampingnya bermuatan netral pada pH 7,0.

6.

Rantai samping basa Dalam golongan ini dijumpai tiga asam amino yang mengandung nitrogen yang bersifat basa lemah. Nitrogen dari lisina dan arginina adalah basa yang cukup kuat sehingga dapat mengambil proton dari air pada pH netral. Nitrogen pada rantai samping histidina sifat basanya lebih lemah dibanding pada lisina dan arginina.

7.

Rantai samping mengandung belerang Metionina dan sisteina adalah dua asam amino biasa. Sisteina sering terdapat berhubungan dengan sisteina lain dengan membentuk ikatan disulfida (-S-S-) dan menghasilkan asam amino sistina. Terdapat empat buah struktur rangkaian asam amino yang membentuk protein,

yaitu (Pine, 1988) : 1. Struktur primer, struktur ini merupakan rantai pendek dari asam amino dan dianggap lurus. 2. Struktur sekunder, struktur ini merupakan rangkaian lurus (struktur primer) dari rantai asam amino, dimana masing-masing gugus mengadakan ikatan hidrogen sehingga rantai asam amino membentuk heliks, seperti per.
Praktikum Biokimia I 2

3. Struktur tersier, struktur ini terbentuk jika rangkaian heliks (struktur sekunder) menggulung karena adanya tarik-menarik antar bagian polipeptida sehingga membentuk satu sub unit protein yang disebut struktur tersier. 4. Struktur kuaterner, struktur ini terbentuk jika antar sub unit protein (dari struktur tersier) mengadakan suatu interaksi membentuk struktur kuaterner. Protein adalah segolongan besar senyawa organik yang dijumpai dalam semua makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan kebanyakan juga mengandung sulfur. Bobot molekulnya berkisar dari 6000 sampai beberapa juta. Molekul protein terdiri dari satu atau beberapa panjang polipeptida dari asam-asam amino yang terikat dengan urutan yang khas. Urutan ini dinamakan struktur primer dari protein. Polipeptida ini dapat melipat atau menggulung. Sifat dan banyaknya pelipatan menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Bentuk tiga dimensi dari polipeptida yang menggulung atau melipat ini dinamakan struktur tersier. Struktur kuartener muncul dari hubungan struktural beberapa polipeptida yang terlibat. Jika dipanaskan di atas 50 oC atau dikenai asam atau basa kuat, protein kehilangan struktur tersiernya yang khas dan dapat membentuk koagulat yang tak larut (misalnya putih telur). menonaktifkan sifat hayatinya (Daintith, 2005). Protein merupakan polimer dari asam amino dan merupakan sebagian besar dari tubuh manusia dan hewan tingkat tinggi. Sebagian protein merupakan penyusun tubuh (daging, kulit, rambut, dan lain-lain), sebagian mempunyai fungsi katalis (enzim), yang menyebabkan reaksi-reaksi tertentu dapat berlangsung baik pada kondisi tubuh. Protein disusun oleh asam amino dengan melalui ikatan amida yang disebut ikatan peptida (Isnain, 2008). Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam molekul protein. Oleh karena ikatan antara asam amino ialah ikatan peptida, maka struktur primer protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya diketahui. Untuk mengetahui jenis, jumlah dan urutan asam amino dalam protein dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap yaitu (Poedjiadi, 1994): 1. Penentuan jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri. 2. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut. 3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan
Praktikum Biokimia I 3

Proses ini biasanya

4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida. Asam amino yang pertama kali ditemukan adalah asparagin pada tahun 1806. Yang paling akhir adalah treonin, yang belum teridentifikasi sampai tahun 1928. Semua asam amino mempunyai nama atau nama umum yang kadang-kadang diturunkan dari sumber pertama-tama molekul ini diisolasi. Seperti dapat diduga asparagin pertama-tama ditemukan pada asparagus, asam glutamat ditemukan dalam gluten gandum, dan glisin (bahasa yunani, glycos, manis) dinamakan karena rasanya yang manis (Lehninger, 1997). Corak umum dari semua asam amino ialah adanya paling sedikit satu gugus asam amino dan satu gugus asam karboksilat. Baik interaksi antarmolekul atau intermolekul antara fungsi basa dan asam memainkan peranan penting dalam sifat fisika dan kimia dari senyawa dan berdwifungsi ini. Banyak dari perhatian pada molekul ini ditunjukkan pada suatu pemahaman mengenai peranannya sebagai balok pembangun dari peptida dan protein (Pine dkk., 1980). Gugus karboksil dan gugus amino memperlihatkan semua reaksi yang dapat diharapkan dari fungsi-fungsi ini, misalnya pembentukan garam, pengesteran, dan asilasi. Disamping itu gugus yang terdapat pada rantai samping (R) juga dapat memberikan reaksi yang khas asam amino (Tim Dosen Kimia, 2007). Nitroprussida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah dengan protein yang mempunyai gugus SH bebas. Jadi protein yang mengandung sistein dapat memberikan hasil positif. Gugus S-S- pada sistein apabila direduksi terlebih dahulu dapat juga memberikan hasil positif. (Poedjiadi, 1994). V. Alat dan Bahan A. ALAT 1. Pipet Tetes 2. Gelas Ukur 3. Beker gelas 4. Neraca Analitik 5. Bunsen B. BAHAN 1. Sistin 2. NaOH 1N
Praktikum Biokimia I

6. Tabung reaksi 7. Rak tabung reaksi 8. Batang pengaduk 9. Penjepit tabung

3. Timbal Asetat 4. Kristal Sistein Hidroklorida


4

5. Larutan Natrium Nitroprussida 6. NH4OH 7. H2O VI. Prosedur Percobaan A. SISTIN

8. HCl 0,5N 9. Seng 10. Larutan ferriklorida

Larutkan sedikit sistin ke dalam 5 ml NaOH 1N. Tambahkan beberapa kristal Pb asetat. Panaskan hingga mendidih. B. SISTEIN Beberapa kristal sistein hidroklorida dilarutkan ke dalam 5 mL aquadest, diamati perubahan yang terjadi. Kemudian ditambahkan 0,5 mL natrium nitroprussida 1 %, diamati kembali, selanjutnya ditambahkan 0,5 ml larutan NH4OH, diamati perubahan yang terjadi. C. KONVERSI SISTIN KE SISTEIN Larutkan sedikit sistin ke dalam HCl 0,5 N pada tabung. Tambahkan sekeping seng dan biarkan bereaksi selama 5 menit. Panaskan perlahan-lahan bila perlu. Saring dan selidiki seperti reaksi uji untuk sistein (dengan nitroprussida). D. KONVERSI SISTEIN KE SISTIN Larutkan sedikit sistein hidroklorida dalam 5 ml air. Tambahkan beberapa tetes larutan ferri. Selidiki perubahan warna. Tambahkan berlebih larutan ferri sehingga selanjutnya tidak berubah. VII. Hasil Pengamatan Prosedur Hasil Pengamatan Saat larutan sistin & NaOH dicampurkan larutan tetap bening 0,1gr sistin + 5ml NaOH 1N + Timbal Asetat 0,05 gr lalu dipanaskan lalu setelah ditambahkan timbal asetat proses berubah
Praktikum Biokimia I

No. Nama Uji 1. Reaksi Sistin dan Sisteina a. Sistin

warna larutan menjadi pemanasan menjadi larutan dan


5

bening dan setelah dilakukakn hijau

terdapat endapat hitam. b. Sistein 01gr sistein + 10 tetes HCl 0,1M + 5ml air + 0,5ml Natrium Nitropusida 1% + 10 tetes amoni hidroksida. Saat larutan sistein dan HCl dicampurkan dengan air larutan tetap bening, lalu setelah Natrium larutan berubah ditambahkan Nitroprusida

warna sedikit kecoklatan dan setelah ditambahkan 10 tetes amonium hidroksida terjadi perubahan, yaitu terdapat 2 fase, fase atas berwarna merah dan fase bawah tidak berwarna. 2. Konversi Sistin ke Sistein dan Kebalikannya a. Konversi Sistin ke Sistein 0,1gr Sistin + 5ml HCl 0,5N + Sekeping seng (tunggu 5 mnt) dan dipanaskan ditutup dengan kertas saring yang dibasahi dengan PbSO4 Setelah larutan dicampurkan seng larutan tetap bening, lalu saat dimasukkan larutan sekeping terbentuk gelembung-

gelembung kecil disekeliling seng dan saat dipanaskan sedikit lama penutup mulut tabung reaksi tersebut terbentuk warna hitam pada kertas saring tersebut.

b. Konversi Sistein ke Sistin

0,1gr sistein hidroklorida + 10 tetes HCl + 2 tetses larutan ferriklorida

Setelah

larutan

sistein

hidroklorida dimasukkan kedalam air larutan tetap bening dan setelah diberi 2 tetes larutan ferriklorida terjadi perubahan warna yaitu menjadi biru.

Praktikum Biokimia I

VIII. REAKSI 1. SISTIN S S l l H2C CH2 l l H2NHC CHNH2 + 2 NaOH + Pb (CH3COO)2 l l O=C C=O l l HO OH Pb S l H2C l H2N HC l O=C l HO 2. SISTEIN O ll H-S-CH2-CH-C-OH + NH4OH + Fe3+ (CN)5 NO2- Na l NH2 O ll NH4+ Fe (CN)5 NO2--S-CH2-CH-C-OH + NaOH l NH2 S l CH2 l CH N H2 + 2 CH3COONa + 2 OHl C=O l OH

3. Konversi Sistin ke Sistein

Praktikum Biokimia I

4. Konversi Sistein ke Sistin

IX. X. XI. XII.

Pembahasan Kesimpulan Daftar Pustaka LAMPIRAN A. JAWABAN DAN PERTANYAAN SISTIN 1. Warna endapan ?

Jawaban : warna hitam 2. Apa yang mengendap ? Jawaban : yang mengendap adalah Timbal

Praktikum Biokimia I

SISTEIN 1. Apakah warnanya,apakah warna stabil ?

Jawaban : berwarna merah,warna tersebut tetap stabil 2. Apakah sistein memberikan warna uji positif ? Jawaban : pada uji sistein,sitein memberikan warna uji positif karna menghasilkan warna merah dan terdapat gugus sulfuhidril 3. Petida dari sistein yang mana akan memberikan uji nitroprusida yang positif ? Jawaban :

KONVERSI SISTEIN KE SISTIN 1. Tuliskan reaksi konversi sistin dan sistein ? Jawaban : a. Konversi sistin ke sistein

b. Konversi sistein ke sistin

Praktikum Biokimia I

2. Apakah gunanya kemampuan garam-garam ferri untuk mengoksidasi gugusgugus sulfudril dari sistein ? Jawaban :

B. GAMBAR
Praktikum Biokimia I 10

SISTIN

SISTEIN

Konversi sistin ke sistein

Konversi sistein ke sistin

Praktikum Biokimia I

11

You might also like