You are on page 1of 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KENCUR 2.1.1 Karakteristik Tanaman Kencur Kencur (Kaempferiagalanga L.) adalah salah satu jenis tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan dengan klasifikasi sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Species : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Zingiberales : Zingiberaceae : Kaempferia : Kaempferia galanga L.

Kencur (Kaempferia galangaL.) termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae dan digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka. Kencur adalah tumbuhan liar di tepi-tepi kebun, namun sekarang sudah banyak yang dibudidayakan, bahkan secara monokultur. Tumbuh subur di daerah tropis, di daerah yang banyak turun hujan, di dataran rendah sampai pegunungan. Tumbuh subur pada tanah yang berwarna hitam dan berpasir, ditempat yang sedikit terlindung. Banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Selain itu juga banyak ditanam di India, Malaysia, Taiwan, dan Cina karena manfaatnya bagi kesehatan. Bagian yang sering digunakan adalah rimpang dan daunnya.

1. Akar

Bergerombol,bercabang-cabang,serabut putih,cokelat gelap,berkesan mengkilap.

2. Batang Lunak,berpelepah,membentuk rimpang,hitam keabu-abuan.

3. Daun

Tunggal,lanset,ujung runcing,pangkal berpelepah,tulang menonjol,panjang kirakira 70cm,hijau muda,jumlah helaian daun tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan,bulat,melebar,ujung mengecil,berwana hijau gelap.

4. Bunga

Majemuk,berbentuk tabung,kelopak lanset,panjang kira-kira 4cm, lebar 23,5cm,mahkota panjang 10-19cm,benang sari,putik kecil,putih,tersusun dengan

setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah antara 4-12 buah,bibir bunga berwarna lembayung dengan warna putih dominan.

5. Daging buah

Mempunyai daging buah paling lunak,tidak berserat,berwarna putih,kulit luar berwarna coklat.

2.1.2

Kandungan Kimia Kencur

Komposisi kimia yang terkandung dalam rimpang kencur antara lain pati (4,14 %), mineral (13,73 %), minyak atsiri (0,02 %). Minyak atsiri dalam rimpang kunyit dapat berupa sineol, asam metil kanil dan pentadekaan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat, etil p-metoksi sinamat, alkaloid dan gom.

2.1.3

Manfaat Kencur

Rimpang digunakan sebagai obat gosok pada bengkak yang disebabkan oleh terkilir (keseleo) atau terpukul benda tumpul, serta untuk encok atau rematik. Selain itu juga digunakan untuk mengobati masuk angin (sebagai flatulens), radang lambung, kejang perut, mual, diare, penawar racun, serta sebagai obat batuk. Juga dipakai untuk mengobati infeksi telinga, sakit kulit, bisul, dan sebagai roboransia. Kencur kadang-kadang juga dipakai sebagai bioinsektisida. Salah satu kandungan kimia dari rimpang kencur adalah Etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur. Senyawa tersebut banyak digunakan didalam industri kosmetika yaitu

sebagai bahan dasar senyawa tabir surya (pelindung kulit dari sengatan sinar matahari) dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur.

2.2 ANTIJAMUR Zat antijamur merupakan bahan yangdapat membasmi jamur pada umumnya, khususnya yang bersifat patogenbagi manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, senyawa antifungi dibagiatas fungisida dan fungistatik. Fungisida yaitu senyawa antijamur yangmempunyai kemampuan untuk membunuh jamur sehingga dinding sel jamurmenjadi hancur karena lisis, akibatnya jamur tidak dapat bereproduksikembali, meskipun kontak dengan obat telah dihentikan. Fungistatik yaitusenyawa antijamur yang mempunyai kemampuan untuk menghambatpertumbuhan jamur sehingga jumlah sel jamur yang hidup relatif tetap.Pertumbuhan jamur akan berlangsung kembali bila kontak dengan obatdihentikan. Berdasarkan cara kerjanya, obat antijamurdibedakan menjadi 4 yaitu : 1. Berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur.Ikatan ini mengakibatkan kebocoran membran sel, sehingga terjadikehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan kerusakanyang tetap pada sel jamur. Contoh: nistatin dan amfoterisin. 2. Masuk kedalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminasi dandalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalamideaminase menjadi 5-fluorourasil. Sintesis protein sel jamurterganggu akibat

penghambatan langsung sintetis DNA olehmetabolit fluorourasil. Contoh : flusitosin. 3. Menghambat mitosis jamur dengan mengikat protein mikrotubulerdalam sel. Contoh : griseofulvin. 4. Menimbulkan gangguan terhadap sintesis asam nukleat ataupenimbunan peroksida dalam sel jamur sehingga terjadi kerusakandinding sel yang mengakibatkan permeabilitas terhadap berbagai zatintrasel meningkat. Contoh : imidazol (mikonazol, klotrimazol).

2.3 SALEP Salep adalah gel dengan perubahan bentuk plastis yang ditentukan untuk penerapan pada kulit sehat, sakit atau terluka atau pada selaput lendir (hidung, mata). Salep pada pokoknya berlaku untuk terapi lokal. Salep biasanya mengandung obat-obatan yang dipakai di luar tubuh dan memiliki konsistensi yang kuat yang jika dioleskan pada kulit akan melunak dan membentuk lapisan di ataskulit. Proporsi bahan dalam sediaan salep dapat berubah-ubah untukmempertahankan konsistensi, sedangkan proporsi bahan aktif di dalamnya tidak berubah. Pemakaian salep adalah untuk daerah topikal yang diperuntukkan sebagaiprotektan, antiseptik, emolien, antipruritik, keratolitik, dan astringents. Pemilihan dasar salep yang tepat sangat penting untuk efektivitas fungsi yang diinginkan. Untuk salep yang berfungsi sebagai protektan, maka dasar salep harus bersifat melindungi kulit dari kelembaban, udara, sinar matahari, dan faktor eksternal lainnya. Salep antiseptik digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Seringkali infeksi oleh bakteri terjadi jauh di dalam lapisan kulit, sehingga dasar salep untuk pembuatan salep antiseptik harus memiliki kemampuan untuk meresap ke dalam kulit dan melepaskan bahan aktif yang berfungsi sebagai obat. Menurut jenis distribusi bahan obat dalam medium penyangganya, makasalep dibedakan atas salep larutan, salep suspensi, dan salep emulsi. Saleplarutan dan salep suspensi berbeda, tergantung pada sifat kelarutan dari bahanobat terlarut atau tersuspensi dalam dasar salep. Salep mengandung air denganpenambahan emulgator secara umum dinyatakan sebagai salep emulsi. Salep emulsi terdiri atas dua jenis yaitu jenis minyak dalam air (o/w) danjenis air dalam minyak (w/o). Dasar salep o/w memiliki keuntungan yaitudapat dicuci dengan air sehingga tidak meninggalkan kesan lengket yang tidakdisukai, lebih dapat diterima sebagai dasar sediaan kosmetika, dan umumnyacocok untuk sediaan salep obat. Dasar salep w/omemiliki keuntungan yaitu stabilitas emulsinya yang tinggi. Salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu pencampuran danpeleburan. Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama sama

sampai sediaan yang homogen tercapai. Pencampurandicampur dalam sebuah lumpang dengan sebuah alu untuk menggerus bahanbersama-sama. Dalam metode peleburan, semua atau beberapa komponen darisalep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan denganpengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yangtidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengentalsetelah didinginkan dan diaduk. Bahanbahan yang mudah menguapditambahkan terakhir bila temperatur dari campuran telah cukup rendah tidakmenyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen. Dalam skala kecil,peleburan dapat dilakukan pada cawan porselen atau gelas piala.

2.4 Isolasi Etilp-metoksisinamat Khusus untuk etil p-metoksi sinamat, kadar etil p-metoksi sinamat dalam kencur cukup tinggi (tergantung spesiesnya) bisa sampai 10%, karena itu bisa diisolasi dari bagian umbinya menggunakan pelarut petroleum eter atau etanol. Biasanya, ekstraksi digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa organik dari campurannya. Ragam ekstraksi ini bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang diisolasi. Dalam etil-p-metoksi sinamat proses pemisahan dengan cara ekstraksi, zat-zat yang dipisahkan terbagi dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur. Air sering digunakan sebagai pelarut pertama, sedangkan pelarut kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air, maka senyawa organik tersebut terdapat dalam fase organik. Sedangkan senyawa lainnya akan berada dalam fase air. Terhadap etil-p-metoksi sinamat yang merupakan komponen utama memiliki pusat-pusat reaktif yang potensial untuk reaksi kimia, antara lain ikatan rangkap terkonjugasi, cincin aromatik yang diaktifkan oleh gugus metoksi dan gugus fungsi ester. Karenanya dapat dilakukan beberapa reaksi antara lain hidrolisa ester, demetilasi, transformasi ester menjadi gugus lain.

2.5 Ekstraksi Kencur Zat antijamur dari kencur diperoleh dengan proses ekstraksi. Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan komponen yang diinginkan dari suatu bahan. Gaya yang bekerja dalam proses ekstraksi adalah akibat dari adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan cairan ekstraksi di luar sel. Bahan pelarut yang mengalir ke dalam ruang sel akan menyebabkan protoplasma membengkak, dan bahan kandungan sel akan terlarut sesuai dengan kelarutannya. Proses ekstraksi yang dilakukan adalah dengan maserasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana karena bahan yang akan diekstrak cukup dilarutkan di dalam pelarut pada perbandingan tertentu. Lamanya maserasi berbeda-beda tergantung pada sifat bahan dan pelarut. Lamanya harus cukup agar pelarut dapat memasuki protoplasma dengan sempurna sehingga mampu melarutkan semua zat yang diinginkan untuk terekstrak. Pada penelitian ini digunakan perbandingan bahan dengan pelarut yaitu 1 : 3, sedangkan lama maserasi adalah tiga hari. Keberhasilan proses ekstraksi ditentukan oleh jenis pelarut yang digunakan. Jenis pelarut yang digunakan harus dipilih berdasarkan kemampuan dalam melarutkan zat-zat aktif yang diinginkan tanpa mengikutsertakan unsur-unsur yang tidak diinginkan. Pelarut yang digunakan dalam penelitian adalah etanol 96%. Hal ini karena etanol dapat mengekstrak seluruh bahan aktif yang terkandung dalam kencur, terutama yang memiliki sifat antijamur. Etanol sering menghasilkan suatu hasil bahan aktif yang optimal, dimana bahan pengotor hanya dalam skala kecil turut dalam cairan pengekstraksi.

You might also like