You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.Bakteri TBC merupakan bakteri yang berbahaya sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru (Novie, 2012). Berdasarkan data WHO pada tahun1993 didapatkan bahwa sepertiga penduduk dunia telah diserang oleh penyakit TBC yaitu sekitar 8 juta orang dengan kematian 3 juta orang pertahun. Diperkirakan dalam tahun 2002 sampai 2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi TBC. Di Indonesia penyakit TBC merupakan masalah kesehatan yang cukup serius dan menempati urutan ke-3 dalam jumlah penderita TBC terbesar di dunia.Setiap tahunnya di Indonesia bertambah sebesar seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya akibat penyakit ini.Bahkan setiap 4 menit sekali 1 orang meninggal akibat TBC.Sehingga di Indonesia penyakit TBC ini dapat dikatakan sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan (DepKes RI, 2012). Penyakit TBC, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2000 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua golongan usia dan terbesar pertama dari golongan penyakit infeksi. Antara tahun 2000-2002 telah dilakukan survei prevalensi di 15 propinsi dengan hasil 200-400 penderita tiap 100.000 penduduk.Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TBC dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan kesehatan.Sedangkan kematian karena TBC diperkirakan 175.000 per tahun. Tahun 2009, di Indonesia ditemukan 566.000 orang (224 per 100.000 penduduk) penderita TBC(WHO, 2009).Setiap tahunnya diperkirakan ditemukan suspek TBC sebanyak 528.000 orang (228 per 100.000 penduduk), dan pada 1

setiap tahunnya diperkirakan ditemukan 102 per 100.000 penderita TBC, sedangkan kematian TBC sebanyak 90.000 orang per tahunnya. Tahun 2010, ditemukan 1.718.193 suspek TBC, 181.125 kasus TBC BTA positif (+), dan 3250 pasien meninggal akibat TBC (Subdit TBC, 2010). Penyakit TBC ini menyerang sebagian besar kelompok usiaproduktif, penderita TBC kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah. Dari tahun 1995-1998, upaya yang telah dilakukan untuk mengobati penderita TBC dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourseatau pengobatan dengan pengawas langsung) yaitu suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar dunia yang terdiri dari empat komponen diantaranya tersedianya mikroskop, pengawas minum obat, pencatatan dan pelaporan. Hasil dari salah satu dari kelima komponen dalam strategi DOTS yang telah diterapkan yaitu pengawasan langsung meminum obat secara berkala baru mencapai 36% dengan angka kesembuhan 87%.Sebelum strategi DOTS (1969-1994) cakupannya sebesar 56% dengan angka kesembuhan yang dapat dicapai hanya 40-60%.Karena pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak cukup dimasa lalu kemungkinan telah timbul kekebalan bakteri TBC terhadap OAT (obat anti Tuberculosis) secara meluas atau Multi Drug Resistance (MDR). Obat yang digunakan untuk mengobati penderita TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu, obat primer dan obat sekunder.Obat primer adalah obat yang utama diberikan untuk penderita TBC, dikarenakan disamping obat antibiotic ini memiliki aktivitas yang tinggi, memiliki efek samping yang tidak terlalu berbahaya, seperti gatal dibandingkan dengan obat sekunder.Salah satu contoh dari obat primer adalah isoniazida.Isoniazida ini merupakan obat TBC yang sangat penting saat ini karena aktivitasnya yang tinggi melampaui banyak antituberkulostatik lainnya dan efek sampingnya yang tidak terlalu berbahaya(Tan Hoan & Kirana, 2002).

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis ingin

mendeskripsikanmekanisme kerja antibiotik Isoniazida terhadap Mycobacterium tuberculosis 2

1.3

Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan

mekanisme kerja antibiotik Isoniazida terhadap Mycobacterium tuberculosis.

1.4

Manfaat Dengan adanya penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

tentang pengobatan penyakit TBC yang lebih efektifjika diobati dengan antibiotik isoniazida.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Penyakit TBC Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh bakteri TBC (Mycobacterium tuberculosis), sebagian besar bakteri TBC menyerang Paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Tan Hoan & Kirana, 2002). Ketika seseorang yang mengidap TBC batuk atau bersin, udara yang disemburkan mengandung titik air yang tercemar bakteri tersebut. Biasanya orang tertular TBC karena menghirup udara yang mengandung titik air terinfeksi ini. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan bakteri TBC.Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat bakteri TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru-paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru-paru, saluran limfa akan membawa bakteri TBC ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 - 6 minggu (Volk & Wheeler, 1990). Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung bakteri yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler).Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan bakteri TBC. Meskipun demikian, ada beberapa bakteri akan menetap sebagai bakteri persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan bakteri, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TBC) : Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, 4

misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura. 2.1.1 Cara Penularan Penyakit TBC Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Gambar 2.1 Penyebaran Bakteri TBC Sumber :www.medicastore.com Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk 5

dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. 2.1.2 Gejala Penyakit TBC Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. 2.1.2.1 Gejala sistemik/umum

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah. Gejala khusus

2.1.2.2

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya

adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejangkejang. 2.2 Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab penyakit tuberkulosa Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 Maret1882 oleh Robert Koch.Bakteri ini juga disebut abasilus Koch.

Gambar.2.2Mycobacterium tuberculosis Sumber: www.wikipedia.org 2.2.1 Klasifikasi Mycobacterium tuberculosis Klasifikasi Mycobacterium tuberculosis secara ilmiah adalah sebagai berikut. Kerajaan Filum Ordo SubOrdo Famili Genus Spesies Nama binomial : Bacteria : Actinobacteria : Actinomycetales : Corynebacterineae : Mycobacteriaceae : Mycobacterium : M. tuberculosis : Mycobacterium tuberculosis

Sumber: www.wikipedia.com 2.2.2 Ciri-ciri Mycobacterium tuberculosis Mycobacteria adalah bakteri anaerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang merupakan golongan organisme patogen yang

menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksiosa. Bakteri ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam, dimana sifat tahan asam ini berkaitan dengan kandungan lemak dan lilin yang sangat tinggi.Telah banyak penelitian untuk menentukan struktur dari patofisiologi komponen lemak dan lilin yang mungkin, tetapi masih banyak yang belum diketahui.Satu kelas besar asam lemak kompleks yang terdapat di dalam mikobakteria ini ialah asam mikolat. Oleh karena sifatnya yang tahan asam inilahbakteri tersebut disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), bakteri TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. 2.2.3 Patogenitas Mycobacterium tuberculosis Terdapat perbedaan yang jelas tentang kemampuan berbagai mikobacteria untuk menyebabkan lesi pada berbagai spesies tuan rumah. Mycobacterium tuberculosis patogenik terhadap manusia.Perjalanan infeksi (melalui saluran pernapasan diandingkan melalui saluran pencernaan) menentukan pola lesi. Mikobakteria tidak menghasilkan toksin yang dikenal. Organisme dalam tetesan dari 1,5 mikrometer terhirup dan mencapai alveoli. Penyakit timbul akibat menetap dan berproliferasinya organisme virulen dan adanya interaksi dengan tuan rumah. Resistensi dan hipersesitivitas tuan rumah sangat mempengaruhi perkembangan penyakit. 2.3 Uji Tuberculin (Mantoux) Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan dalam Screening TBC.Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 12 tahun 92%, 24 tahun 78%, 46 tahun 75%, dan umur 612 tahun 51%. Dari persentase

tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit).

Gambar.2.3 Uji Mantoux Sumber :www.medicastore.com Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi. 1. Pembengkakan (Indurasi) : 04 Arti mm,uji klinis : mantoux tidak ada negatif. infeksi

Mikobakterium tuberkulosa. 2. Pembengkakan (Indurasi) : 39 mm,uji mantoux meragukan.

Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mikobakterium atipik atau setelah vaksinasi BCG.

3.

pembengkakan 10mm,uji>9mm,ujimantoux : (Indurasi)

positif

Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa. 9

Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih 95% infeksi primer terjadi di paru-paru maka secara rutin foto thorax harus dilakukan. Ditemukannya kuman Mikobakterium tuberkulosa dari kultur merupakan diagnostik TBC yang positif, namun tidak mudah untuk

menemukannya. 2.4 Antibiotik Isoniazida 2.4.1 Pengertian Antibiotik Isoniazida Isoniazida atau asam isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH.Isoniazida secara in vitro bersifat tuberculostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberculosid (membunuh bakteri). Isoniazida ini berupa kristal hampir tidak berwarna sangat larut dalam air. Hidrazid dibuat langsung dengan merefluk ester metil atau etil dengan hidrazin. Isoniazida mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun

parenteral.Kadar puncak diperoleh dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral. Dihati, isoniazida mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma. Namun, perbedaan ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan atau toksisitas isoniazida bila obat ini diberikan setiap hari. Isoniazida merupakan obat yang sangat efektif dan sekarang dianggap sebagai salah satu obat utama (bersama rifampin dan streptomycin) untuk kemoterapi tuberculosis.Tetapi, walaupun demikian, tidak efektif sempurna untuk segala jenis penyakit. Isoniazida didistribusi mudah kesemua jaringan dan cairan tubuh, termasuk cairan serebrosinal dan cairan plasenta pada wanita hamil. 2.4.2 Struktur Kimia Antibiotik Isoniazida Isoniazida atau asam isonikotinil hidrazida atau isonikotinil hidrazida memiliki struktur kimia sebagai berikut.

Gambar 2.4 Struktur Isoniazida Sumber :www.wikipedia.org

10

Pemindahan fungsi hidrazid ke posisi 2 atau 3 mengurangi aktivitas, dan konversi hidrazid menjadi gugus karbonil lain, seperti misalnya, asam hidroksamat atau amida, juga menghasilkan senyawa yang tidak aktif. Subtitusi alkil pada gugus hidrazid menghasilkan berbagai efek : hidrazid teralkilasi tidak aktif , sedangkan hidrazid 2,2-dialkil menunjukkan aktivitas yang baik. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa nitrogen terminal pada hidrazid harus dalam keadaan basa agar aktivitas tetap ada.Suatu hidrazid tersubtitusi yang menunjukkan aktivitas tuberkulostatik yang baik adalah iproniazida.Zat ini menunjukkan efek simptomatik yang lebih berbahaya dibandingkan dengan isoniazid karena ada aktivitas tambahannya yaitu sebagai pendorong psikis.

Gambar 2.5 Struktur Iproniazida Sumber :www.wikipedia.org 2.4.3 Farmakologi Antibiotik Isoniazida Isoniazida menunjukkan aktivitas tuberkulostatik maupun

tuberkulosid.Senyawa ini hanya mempengaruhi sel yang sedang membelah, dan sel-sel tersebut harus menjalani satu atau dua pembelahan sebelum terlihat adanya penghambatan.Resistensi primer terhadap isoniazida tidaklah umum, tetapi setelah terapi beberapa minggu, kebanyakan sel bakteri menjadi resisten. Inilah yang menjadi penyebab pemberian kombinasi isoniazida dengan zat lain. Dosis harian rata-rata adalah 5-10 mg/kg.Efek samping yang terjadi pada sekitar 10% pasien adalah gangguan sistem saraf pusat dan perifer (misalnya pusing, sakit kepala, bingung, hiperefleksia, neutritis), dan pada sekitar 5% pasien gangguan pencernaan.Reaksi alergi, leucopenia dan kerusakan hati jarang terjadi. Gejala neuritis dapat dicegah dengan baik jika diberikan bersama piridoksin (100 mg per hari), sedangkan gangguan sistem saraf pusat dikurangi dengan pemberian asam glutamate.Pada psikosis, epilepsi serta neuritis dan hepatitis akut, isoniazida merupakan kontra indikasi. 11

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Mekanisme Kerja Antibotik Isoniazida Menghambat Biosintesis Asam Mikolat Pada Dinding Sel Mycobacterium tuberculosis Pada Mycobacterium tuberculosis terkandung asam lemak yang kompleks yaitu asam mikolat, sehingga penggunaan antibiotik isoniazida yang tergolong ke dalam kelompok obat primer untuk penyakit TBC ini paling efektif digunakan untuk mengobati penderita TBC, dikarenakan Isoniazida dapat bereaksi dengan lemak sehingga dapat menghambat biosintesis dari asam mikolat yang merupakan unsur terpenting dalam membangun dinding bakteri. Dinding sel mikobakterium terdiri dari membran sitoplasma, peptidoglikan, arabinogalaktan, asam mikolat, dan lipoarabinomannan. Berikut merupakan struktur dari asam mikolat.

Gambar 3.1 Struktur Asam Mikolat Sumber :Asselineau, 1950 Mekanisme kerja isoniazid (INH) adalah dengan menghambat enzim esensial yang penting untuk sintesis asam mikolat dan dinding sel mikobakteri. INH dapat menghambat hampir semua basil tuberkel dan bersifat bakterisida terutama untuk basil tuberkel yang tumbuh aktif. Mekanisme kerja INH ini menghambat enoyl-protein pembawa asil (enoyl-ACP) dalam bentuk (Inh A). Inh A merupakan komponen enzim penting dari sintesis asam lemak kompleks II (FAS II). FAS (fatty acid synthesis) II yang terlihat dalam sintesis rantai panjang asam mikolat. Asam mikolat merupakan komponen struktural penting dari dinding sel mikobakterium dan melekat ke lapisan arabinogalaktan. Adapun skema dari mekanisme kerja antibiotik dalam menghambat biosintesis asam mikolat pada dinding sel Mycobacterium tuberculosis pada Gambar 3.2 (a) dan

12

proses penghambatan pembentukan asam mikolat oleh isoniazida ditunjukkan pada Gambar 3.2 (b).

NADP

Gambar 3.2 (a) Skema mekanisme kerja antibiotik pada dinding sel M.tuberculosis Sumber :Raman k, 2005 13

Gambar 3.2 (b) Proses penghambatan pembentukan asam mikolat oleh isoniazida Sumber :Raman k, 2005 Proses biosintesis asam mikolat dapat melalui empat tahap (Gambar 3.2 (a)) : (A) pembentukan malonil CoA, (B) FAS I ( fatty acid synthase I ), (C) FAS II (fatty acid synthase II), (D) kondensasi dari FAS I dan FAS II untuk menghasilkan produk pada (D1), (D2), dan (D3). Pada tahap awal yaitu pembentukan malonil CoA dari reaksi karboksilasi asetil CoA menjadi malonil CoA yang dikatalisis oleh asetil CoA karboksilase yang mengandung gugus prostetik dengan menggunakan ATP. Kemudian malonil CoA yang terbentuk digunakan untuk tahap reaksi selanjutnya yaitu FAS I, dimana reaksi yang terjadi malonyl CoA dengan melepas koenzim A membentuk malonyl-Cn-acyl-ACPFAS seperti yang terlihat pada skema (B), sedangkan pada FAS II, malonyl CoA diubah menjadi malonyl ACP dengan menambahkan pada reaksi tersebut ACP dan ATP sehingga melepas koenzim A. Setelah malonil-ACP terbentuk, dengan dilepaskannya koenzim A dan karbon dioksida terbentuk senyawa baru yaitu keto-Cn-Acyl-ACP. Senyawa -keto-Cn-Acyl-ACP ditambahkan dengan NADPH akan melepaskan NADP sehingga membentuk senyawa D-3-hidroksi-Cn-AcylACP. Senyawa D-3-hidroksi-Cn-Acyl-ACP dalam reaksi ini akan melepaskan air sehingga terbentuk senyawa trans-2-enoyl-Cn-Acyl-ACP-FAS.

14

Dengan bantuan enzim enoil-ACP dan NADH, senyawa trans-2-enoyl-CnAcyl-ACP-FAS akan diubah menjadi Cn-Acyl-ACP dan selanjutnya senyawa ini akan diubah menjadi asam mikolat yang merupakan komponen struktural penting dari dinding sel mikobakteri dan melekat ke lapisan arabinogalaktan. trans -2-enoyl-Cn-Acyl-ACP NADH Inh A (enzim enoil-ACP) NAD Cn-Acyl-ACP Gambar 3.3 Pembentukan Cn-Acyl-ACP dari trans-2-enoyl-Cn-Acyl-ACP-FAS dengan bantuan NADH dan enzim enoyl acyl carrier protein (ACP) reductase Sumber: Raman k, 2005 Dengan adanya senyawa Isoniazida, pembentukan Cn-Acyl-ACP akan dihambat dengan mengganggu kerja dari Inh A atau enzim enoyl acyl carrier protein (ACP) reductase melalui adanya ikatan hidrogen antara isoniazida (INH) dengan NADH.

H H

O C H N H H
Ikatan hidrogen

H N N H

N R
NADH

Isoniazida

R = Ribosa-P-P-Ribosa-Adenin Gambar 3.4 Pembentukan ikatan hidrogen antara Isoniazid dan NADH Sumber: Raman k, 2005

15

Dengan adanya ikatan hidrogen yang terbentuk antara NADH dan isoniazida maka enzim enoyl-ACP tidak akan dapat bekerja untuk menghasilkan Cn-AcylACP karena NADH yang dibutuhkan untuk mengubah senyawa trans-2-enoylCn-acyl-ACP-FAS menjadi Cn-Acyl-ACP sudah diikat oleh isoniazid. Dengan tidak terbentuknya Cn-Acyl-ACP maka asam mikolat yang merupakan komponen struktural penting dari dinding sel mikobakteri dan melekat ke lapisan arabinogalaktan juga tidak akan berhasil disintesis, akibatnya proses biosintesis akan terganggu, maka pada dinding sel akan terjadi lisis, sehingga bakteri tidak akan dapat berkembang biak dan akhirnya bakteri tersebut akan mati.

16

BAB IV PENUTUP

4.1

Simpulan Antibiotik isoniazida digunakan sebagai obat TBC yang paling penting

karena aktivitasnya yang tinggi melampaui banyak antituberkulotika lain dan efek sampingnya yang tidak terlalu berbahaya yaitu dapat menimbulkan rasa gatal. Antibiotik isoniazida ini berperan sebagai inhibitor (penghambat) biosintesis asam mikolat pada dinding sel Mycobacterium tubrculosis.Akibatnya pembentukan dinding sel dari bakteri tersebut akan terganggu, sehingga menyebabkan perkembangbiakan dari bakteri tersebut akan terhambat dan akhirnya bakteri tersebut akan mati.

4.2

Saran Sebaiknya penggunaan antibiotik isoniazida ini dikombinasikan dengan obat

primer lainnya yaitu rifampisin atau pirazinamida agar efektifitas lebih tinggi lagi dan cara pemakaiannya harus kontinu agar bakteri tidak resisten (kebal)

17

You might also like