You are on page 1of 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang

Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik, seperti pembunuhan, penganiayaan, perkosaan, dan lain-lain, mungkin ditemukan darah, cairan mani, air liur, urin, rambut dan jaringan tubuh lain di tempat kejadian perkara (TKP). Bahan-bahan tersebut mungkin berasal dari korban atau pelaku kejahatan atau dari keduanya, dan dapat digunakan untuk membantu mengungkapkan peristiwa kejahatan tersebut secara ilmiah. Bahan-bahan sepeti ini umumnya dijumpai dalam jumlah yang sangat sedikit, tetapi semakin cermat dan terampil seorang ahli, semakin banyaklah yang dapat diungkapkan. 1 Di antara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada obyek-obyek tertentu (lantai, meja, kursi, karpet, senjata dan sebagainya), manusia dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan.2

Saat tindak kekerasan kriminal terjadi, bukan sebuah hal yang tidak biasa jika pelakunya terluka. Jika luka ini disertai aliran darah, pola bercak darah tertentu dapat terbentuk dan digunakan untuk memberi informasi dalam investigasi mengenai kegiatan yang terjadi selama tindakan kriminal tersebut. Pola bercak darah tersebut timbul karena adanya properti fisik pada darah dan bagaimana darah akan bereaksi terhadap gaya yang diberikan.3 Darah adalah bahan yang paling penting untuk bukti pada peristiwa kriminal dewasa ini. Di antara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara) pada obyek-obyek tertentu (lantai, meja, kursi, karpet, senjata, dan sebagainya), manusia dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan.4 Darah sangat penting untuk tersangka maupun korban dari suatu kejahatan. Pewarnaan darah akan dapat menceritakan mengenai posisi dan tindak suatu peristiwa kejahatan/pembunuhan. Siapa yang membunuh dan siapa yang memulai. Pelaku tindak

kriminal berusaha menutupi dengan jalan menghilangkan tanda bukti yaitu dengan membersihkan darah dan menghilangkan jejak.1 Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminal.4 Bercak darah yang terdapat pada objek-objek di sekitar korban sering kali disamarkan oleh pelaku. Objek yang paling sering adalah baju korban, seringkali pelaku kejahatan menghilangkan barang bukti berupa darah tersebut dengan berbagai cara antara lain : membuang baju korban, mencuci baju korban dengan tujuan untuk menghilangkan bercak darah yang ada, sehingga pada saat dilihat tidak akan diketahui adanya darah.3 1.2. Batasan Masalah Penulisan referat ini membahas tentang teknik pemeriksaan bercak darah dan aspek medikolegalnya. 1.3. Tujuan Penulisan Referat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang teknik pemeriksaan bercak darah dan aspek medikolegalnya. 1.4. Metode Penulisan Referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan dari berbagai literatur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Darah adalah cairan serologis yang terdiri dari beberapa jenis sel disuspensikan dalam larutan berair asin yang disebut plasma. Warna darah berasal dari sel-sel darah merah (RBC) atau eritrosit (partikel berbentuk disk ditampilkan di atas). Sel darah merah memuat sekitar 40% dari darah (berdasarkan volume). Hal ini mudah terlihat dalam tes sentrifugal sederhana. Setiap sel darah merah diisi dengan protein hemoglobin yang membawa oksigen ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan.5 Hemoglobin mengangkut oksigen dengan menggunakan heme, sebuah cincin dengan 4 molekul yang memiliki pusat atom tunggal dari besi (Fe), dan inilah yang sebenarnya mengikat oksigen untuk membentuk besi (hydr) kompleks oksida, yang berperan dalam ikatan kovalen ganda yang membentuk cincin. Ikatan ganda ini dapat digeser ke dalam banyak konfigurasi berbeda. Hal ini memungkinkan lebih banyaknya oksigen yang diikat dibanding bila hanya sekedar larut dalam darah.5 Ada berbagai sel ditemukan dalam darah. Sel darah putih berperan dalam sistem kekebalan tubuh dengan memproduksi antibodi untuk melawan antigen berbahaya pembawa penyakit seperti bakteri, virus, atau jamur. Trombosit adalah fragmen sel darah putih yang bertugas membantu pembekuan darah dan menumpuk serta membentuk serat dalam luka yang terbuka dan memerangkap sel-sel darah merah untuk membentuk padatan.5 Darah sedikit bersifat (alkali) terdiri dari 55% cairan (plasma, serum) dan 45% padatan (sel, fibrin). Darah mengandung air, sel, enzim protein dan substansi organic yang bersirkulasi keseluruh sistem vaskuler (pembuluh drah), membawa bahan mutrisi dan menyalurkan oksigen serta bahan sisa untuk dibuang. Cairan darah terdiri dari plasma yang sebagian besar adalah air dan serum yang berwarna kekuningan yang merupakan cairan mengandung zat beku darah. Bahan padatan terdiri dari sel darah merah dan sel darah putih. Di mana seorang ilmuwan (imunolog) tertarik untuk mempelajari sel darah putih, sedangkan seorang ahli forensik tertarik pada sel darah merah. Pada serum, seorang analisis dapat membedakan antara darah yang segar dan darah yang sudah beberapa menit kontak dengan udara luar. Dalam serum juga ditemukan antibodi, yang penting untuk pemeriksan forensik. Pada sel darah merah, analis dapat memeriksa suatu substansi yang terdapat pada permukaan sel yaitu antigen yang sangat penting untuk pemeriksaan forensik.2,5 Pada hukum forensik, darah selalu dijadikan sebagai barang bukti, tetapi kekuatan barang bukti adalah tipe golongan darah individu. Sampai sekarang serologik forensik dapat 3

dijadikan barang bukti yang kuat untuk memperkirakan hubungan antara orang tertentu dengan orang lain. Bahkan pada kembar identik mungkin mempunyai DNA profil yang sama, tetapi profil antibodinya berbeda.5,6 2.1 Manfaat Pemeriksan Darah untuk Kasus Kriminal Darah segar mempunyai nilai yang lebih penting daripada darah kering, karena uji darah segar dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Darah akan mengering setelah kontak dengan udara luar dalam waktu 3-5 menit. Begitu darah mengering maka darah akan berubah warna dari merah menjadai coklat kehitaman. Darah pada kasus kriminal dapat berbentuk genangan darah, tetesan, usapan atau bentuk kerak. Dari genangan darah akan diperoleh nilai yang lebih baik untuk mendapatkan darah segar. Tetesan darah akan dapat diperkirakan jatuhnya darah dari ketinggian seberapa dan sudut seberapa. Ilmu forensik mengenai analisis percikan darah dapat menduga bahwa jatuhnya darah tegak lurus ke lantai dan dalam jarak 02 kaki akan membentuk percikan bulat dengan pinggir bergerigi. Usapan darah pada lantai atau dinding akan dapat menunjukkan arah usapan, biasanya pada awal usapan adalah bentuk yang besar dan kemudian mengecil pada akhir usapan. Kerak darah yang kering harus diuji dengan tes kristalin untuk menentukan darah tersebut benar darah atau bukan.8 Pemeriksaan darah di tempat kejadian perkara kasus kriminal dapat memberikan informasi yang berguna bagi proses penyidikan. Pemeriksaan yang sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap penyidik adalah:7 a. Dari bentuk dan sifat bercak dapat diketahui: Perkiraan jarak antara lantai dengan sumber perdarahan Arah pergerakan dari sumber perdarahan baik dari korban maupun dari pelaku kejahatan Sumber perdarahan, darah yang berasal dari pembuluh balik (pada luka yang dangkal), akan berwarna merah gelap sedangkan yang berasal dari pembuluh nadi (pada luka yang dalam) akan berwarna merah terang. Darah yang berasal dari saluran pernapasan atau paru-paru berwarna merah terang dan berbuih (jika telah mengering tampak seperti gambaran sarang tawon). Darah yang berasal dari saluran pencernaan akan berwarna merah coklat sebagai akibat dari bercampurnya darah dengan asam lambung. Darah dari pembuluh nadi akan memberikan bercak kecil-kecil menyemprot pada daerah yang lebih jauh dari daerah perdarahan; sedangkan yang berasal dari 4

pembuluh balik biasanya membentuk genangan (ini karena tekanan dalam pembuluh nadi lebih tinggi dari tekanan atmosfer sedangkan tekanan dalam pembuluh balik lebih rendah hingga tidak mungkin dapat menyemprot) Perkiraan umur/tuanya bercak darah. Darah yang masih baru bentuknya cair dengan bau amis, dalam waktu 12-36 jam akan mengering sedangkan warna darah akan berubah menjadi coklat dalam waktu 10-12 hari. b. Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi korban sewaktu terjadinya perdarahan. Pada orang yang bunuh diri dengan memotong leher pada posisi tegak atau pada kasus pembunuhan di mana korbannya sedang berdiri, maka bercak/aliran darah akan tampak berjalan dari atas ke bawah. c. Dari distribusi darah yang terdapat di lantai dapat diduga apakah kasusnya kasus bunuh diri (tergenang, setempat), ataukah pembunuhan (bercak dan genangan darah tidak beraturan, sering tampak tanda-tanda bahwa korban tampak berusaha menghindar atau tampak bekas diseret). d. Pada kasus tabrak lari, pemeriksaan bercak darah dalam hal ini golongan darahnya yang terdapat pada kendaraan yang diduga sebagai penabrak dibandingkan dengan golongan darah korban akan bermakna dan memudahkan proses penyidik. e. Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi korban sewaktu terjadinya perdarahan. Pada orang yang bunuh diri dengan memotong leher pada posisi tegak atau pada kasus pembunuhan di mana korbannya sedang berdiri, maka bercak/aliran darah akan tampak berjalan dari atas ke bawah. 2.3 Analisis Pola Bercak Darah Analisis pola bercak darah adalah pemeriksaan bentuk, lokasi,dan distribusi pola bercak darah dalam rangka memberikan penafsiran peristiwa fisik yang memunculkan bercak darah tersebut.3,4,8

Informasi yang dapat diperoleh dari analisis pola bercak darah yang tepat:8 1. Jarak dari sumber darah ke target 2. Arah sudut jalan dan dampaknya 3. Sifat gaya digunakan untuk menyebabkan tertumpahnya darah 4. Urutan peristiwa tertumpahnya darah 5. Interpretasi pola kontak dan transfer Jika didokumentasikan dengan benar, pola bercak darah yang ditemukan di TKP, atau pada pakaian orang tertentu, dapat digunakan untuk :2 1. Mengkonfirmasi atau menyangkal posisi korban, saksi, tersangka atau terdakwa. 2. Menunjukkan adakah bukti perlawanan atau serangan tersebut berasal dari satu arah. 2.3.1 Penggolongan dari Bentuk/Pola Bercak Darah4,8 1. Bercak darah yang dihasilkan dari Extravasation Drops (Tetesan), Gushes & Spur (Tetesan & semburan arteri; Pool (Genangan). a. Drops (Tetesan) Bercak tetesan terbentuk sebagai akibat gaya gravitasi. Darah yg keluar dari luka memiliki massa tertentu dan akan terjatuh sebagai bulatan berbentuk elips karena gaya gravitasi. Besarnya bercak darah tetesan tergantung pada volume arah yang menetes dan sifat-seifat permuaan dimana darah menetes. b. Pool (Genangan) Aliran darah dari luka (tampa tekanan) yan tergenang di TKP karena faktor media dan gaya gravitasi. c. Aliran (flows) Bentuk bercak darah yang seringkali ditemukan ditempat kejadian perkara adalah pola aliran. Pola bercak darah ini sering ditemukan pada tubuh korban, pada objekobjek tertentu di TKP atau pada permukaan tertentu di TKP. Terbentuknya pola bercak darah tersebut diakibatkan oleh pengaruh gravitasi.

d. Drip (percikan cairan) Bercak darah terbentuk ketika genangan darah terkena tetesan darah. e. Saturation Stain (Serapan) Bercak yang terjadi bila benda tertentu (yang dapat) menyerap menyentuh darah dengan kuantitas yang besar (Genangan atau aliran darah). f. Serum Separation (Pemisahan serum) Bercak darah yang terbentuk dari pemisahan antara cairan darah (Serum) dengan komponen padatan darah (sel/Pellet). 2. Pola/bentuk bercak darah yang terlembar dari suatu benda a. Pattern Transfer (Bercak salinan bentuk) Adalah Bercak darah yang dihasilkan bila objek yg membawa darah cair bersentuhan dengan permukaan objek lain.

Gambar 1. Pola transfer4

b. Swipe (Bercak Gesekan/Polesan) Transfer darah membawa darah. pada permukaan target (Benda tertentu) diakibatkan oleh

pergesekan antara permukaan target (Diam) dengan benda yang bergerak

Gambar 2. Pola swipe8 3. Bercak yang dihasilkan dari perpindahan/gerakan darah a. Bercak Saputan (Wipes) Bercak darah saputan terbentuk ketika suatu objek (diam) yang membawa darah tergesek oleh suatu permukaan yang bergerak. Gerakan objek diperkirakan sebagai gerakan Lateral.

Gambar 3. Pola saputan8

b. Cast off (Lontaran) Bercak darah ini terbentuk bila benda membawa darah dikibaskan dan darah yang terlontar dari objek menyentuk suatu permukaan. Umumnya Bercak lontaran ditemukan sebagai serentetan bercak yang berurut sesuai dengan arah kibasan benda.

Gambar 4. Pola lontaran4 c. Spatter (Percikan) Bercak darah percikan terbagi menjadi 2, Forward spatter (percikan kedepan) dan Back spatter (percikan kebelakang). Benturan yang terjadi pada suatu genangan darah akan mengakibatkan pecahnya kumpulan darah menjadi butiran butiran yang lebih kecil dan terpercik kearah menjauhi pusat gaya.

Gambar 5. Pola spatter4

d. Bercak Expiratory (Bercak darah pernafasan) Bercak darah ini merupakan bercak darah yang disemburkan dari mulut, hidung atau sistem pernapasan lainnya. Karena pengaruh tekanan pada saat pernapasan. Hal ini menyebabkan pemecahan kumpulan darah menjadi bagian bagian yang lebih kecil. Sehingga bercak darah pernafasan disamping ditemukan bercak besar juga dijumpai bintik bintik kecil bercak darah disekitarnya.

Gambar 6. Bercak ekspiratori8 Jenis paling sederhana dari analisis darah menentukan percikan atau transfer. Percikan tercipta ketika darah dihasilkan dari suatu gaya dan berjalan melalui udara sebelum mendarat di permukaan target. Pola transfer terjadi ketika darah dari sumber darah datang dalam kontak langsung dengan luas permukaan target. 2.3.2 Karakteristik Jalur Terbangnya Darah3,4,8 1. Tegangan Permukaan Darah tidak akan terputus kecuali bila ada gaya yang mempengaruhi. Gaya yang diperlukan cukup besar untuk mengatasi tegangan permukaan darah. Darah membentuk seperti bola (bentuk melingkar sempurna) hampir segera setelah memisahkan diri dari sumber darah, Bentuk bulat tersebut disebabkan oleh tegangan permukaan darah. Tegangan permukaan menyebabkan darah yang jatuh untuk menarik dirinya baik secara horizontal maupun vertikal. Jatuhnya darah akan tetap menjadi bentuk bola sebagai akibat tegangan permukaan. Tegangan permukaan akan mempertahankan darah berbentuk bola hingga darah jatuh dan menetes ke permukaan.

10

Gambar 7. Tegangan Permukaan Darah7 2. Angle of Impact (Sudut Dampak ) Bentuk bercak darah ditentukan oleh sudut antara jalur terbangnya dengan permukaan yang dikenai.3 Tetesan darah yang membentur suatu permukaan pada sudut 90 o akan menghasilkan bercak darah yang pada dasarnya bulat dalam bentuk. Tetesan darah yang membentur permukaan pada sudut kurang dari 90o akan lebih panjang atau berbentuk oval.4 Dengan berkurangnya sudut antara tetesan darah dengan permukaan target, panjang bercak darah yang terbentuk akan bertambah dan lebarnya berkurang. Dengan kata lain bercak darah akan menjadi lebih panjang dan sempit seiring berkurangnya besar sudut.3

Gambar 8. Angle of impact bercak darah terhadap target permukaan3

11

Gambar 9. Angle of Impact (Sudut Dampak)4 2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Bercak Darah4,8 1. Permukaan tekstur target : a. Bercak darah dapat terjadi pada berbagai permukaan. Jenis permukaan tempat darah jatuh/menetes mempengaruhi tampilan dari percikan darah yang dihasilkan. Jika permukaan licin atau tidak kasar darah yang jatuh akan berbentuk melingkar biasa. b. Darah yang jatuh pada permukaan yang kasar dan tidak teratur akan membuat sebuah bentuk bercak dengan bentuk kasar atau bergerigi.

Gambar 10. Permukaan tekstur target8

12

2. Kecepatan bercak darah Bercak darah pasif / bercak darah dengan kecepatan rendah: a. Darah jatuh pada kecepatan atau gaya gravitasi yang normal b. Bercak / percikan biasanya berasal dari luka terbuka atau dari permukaan yang jenuh dengan darah. c. Bercak darah yang dihasilkan sebagian besar berukuran besar, berbentuk lingkaran, dengan diameter percikan 4mm atau lebih. d. Bercak darah akan bertambah ukurannya sesuai dengan jarak jatuh yang meningkat pula. Namun ukuran percikan akan tetap konstan bila jarak jatuh sekitar 4 kaki.

Gambar 11. Bercak darah kecepatan rendah4 3. Bercak darah dengan kecepatan sedang : a. b. c. Dihasilkan dengan kecepatan dan energi yang melebihi gaya gravitasi, Jenis percikan ini biasanya terlihat pada penusukan,cedera benda tumpul dan percikan sekunder. Dihasilkan ketika banyak darah yang lebih besar terpecah menjadi percikan yang lebih kecil dengan diameter 2-4 mm.

13

Gambar 12. Bercak darah kecepatan sedang4 4. Bercak darah dengan kecepatan tinggi : a. Bercak percikan darah memiliki ukuran diameter kurang dari 2 mm. b. Gaya yang diperlukan untuk menghasilkan percikan darah ini lebih besar dari 100 kaki per detik. c. Jenis percikan ini biasanya berhubungan dengan tembakan, ledakan dan tabrakan dengan kecepatan tinggi.

Gambar 13. Bercak darah kecepatan tinggi4 14

2.4 Pemeriksaan Laboratorium Darah A. Persiapan Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam dalam larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila menempel pada pakaian.6,9 B. Pemeriksaan Penyaringan (presumptive test) Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.6 Prinsip pemeriksaan penyaringan: H2O2 > H2O + On Reagen -> perubahan warna (teroksidasi) Pemeriksaan penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan reaksi benzidine dan reaksi fenoftalin. Reagen dalam reaksi benzidine adalah larutan jenuh Kristal Benzidin dalam asetat glacial, sedangkan pada reaksi fenoftalin digunakan reagen yang dibuat dari Fenolftalein 2g + 100 ml NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji biji zinc sehingga terbentuk fenolftalein yang tidak berwarna. Hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil negative pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah.6 1. Reaksi Benzidine (Test Adler) Dulu Benzidine test pada forensik banyak dilakukan oleh Adlers (1904). Tes Benzidine atau Test Adlerlebih sering digunakan dibandingkan dengan tes tunggal pada identifikasi darah lainnya. Karena merupakan pemeriksaan yang paling baik yang telah lama dilakukan. Pemeriksaan ini sederhana, sangat sensitif dan cukup bermakna. Jika ternyata hasilnya negatif maka dianggap tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan lainnya. Cara pemeriksaan reaksi Benzidin: Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian diteteskan 1 tetes H202 20% dan 1 tetes reagen Benzidin.

15

Hasil: Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap pada kertas saring. 2. Reaksi Phenolphtalein (Kastle Meyer Test) Prosedur test identifikasi yang sekarang ini, mulai banyak menggunakan Phenolphtalein. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kastle (1901,1906), zat ini menghasilkan warna merah jambu terang saat digunakan pada test identifikasi darah. Cara Pemeriksaan reaksi Fenolftalein: Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung diteteskan reagen fenolftalein. Hasil: Hasil positif pada reaksi Fenoftalin adalah bila timbul warna merah muda pada kertas saring. 3.Tes Luminol Tujuan : Melihat bercak bersinar Bahan yang diperiksa : Bercak darah yang kering Metode : Test Luminol a. Pakaian atau bahan yang mengandung bercak disemprot dengan reagensia Luminol b. Pemeriksaan dilakukan dalam ruang yang gelap Hasil yang diharapkan : Bercak darah kering tampak bersinar (Luminesence), Test Luminol merupakan test yang paling sensitive untuk mendeteksi bercak darah. Pembuatan reagensia : 100 mg 3 amino-phtalhydrazide dicampur dengan 5 gram sodium carbonate dalam 100 ml aquadest; sebelum digunakan larutan tersebut ditambah 700 mg sodium perborate.6

16

Gambar 14. Test Luminol pada bercak darah kering di karpet C. Pemeriksaan Meyakinkan/Test Konfirmasi PadaDarah Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah darah maka dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan meyakinkan darah berdasarkan terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen. Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan bercak darah tersebut benar berasal dari manusia, yaitu :6 1. Cara kimiawi Terdapat dua macam tes yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristal-kristal hemoglobin yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan mikroskopik. Tes tersebut antara lain tes Teichmann dan tes Takayama. a. Test Teichman (Tes kristal haemin) Pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Test diawali dengan memanaskan darah yang kering dengan asam asetat glacial dan chloride untuk membentuk derivate hematin. Kristal yang terbentuk kemudian diamati di bawah mikroskop, biasanya kristal muncul dalam bentuk belah-belah ketupat dan berwarna coklat. Cara pemeriksaan: Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan 1 butir kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan. 17

Hasil: Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik. Kesulitan : Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada sampel.6 b. Test Takayama (Tes kristal B Hemokromogen) Apabila heme sudah dipanaskan dengan seksama dengan menggunakan pyridine dibawah kondisi basa dengan tambahan sedikit gula seperti glukosa, Kristal pyridine ferroprotoporphyrin atau hemokromogen akan terbentuk. Cara kerja: Tempatkan sejumlah kecil sampel yang berasal dari bercak pada gelas objek dan biarkan reagen takayama mengalir dan bercampur dengan sampel. Setelah fase dipanaskan, lihat di bawah mikroskop.6 Hasil : Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus berwarna merah jambu yang terlihat dengan mikroskopik. Kelebihan: Test dapat dilakukan dan efektif dilakukan pada sampel atau bercak yang sudah lama dan juga dapat memunculkan bercak darah yang menempel pada baju. Selain itu test ini juga memunculkan hasil positif pada sampel yang mempunyai hasil negative pada test Teichmann. Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk memastikan bercak tersebut berasal dari darah, yaitu :6,9 c. Pemeriksaan Wagenaar Cara pemeriksaan: Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Kemudian pada satu sisi diteteskan aseton dan pada sisi lain di tetes kan HCL encer, kemudian dipanaskan.

18

Hasil: Hasil positif bila terlihat Kristal aseton hemin berbentuk batang berwarna coklat. Hasil negative selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur kimiawinya telah rusak, misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan sebagainya. 2. Cara serologik Pemeriksaan serologik berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah. Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin) serta terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu.6 Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibody (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.6 a. Test Presipitin Cincin Test Presipitin Cincin menggunakan metode pemusingan sederhana antara dua cairan didalam tube. Dua cairan tersebut adalah antiserum dan ekstrak dari bercak darah yang diminta untuk diperiksa. Cara pemeriksaan : Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi antiserum. Biarkan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan antara antigen dan antibody akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada perbatasan kedua cairan. Hasil: Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada bagian antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun.6 b. Reaksi presipitasi dalam agar. Cara pemeriksaan : Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan 19

diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis. Masukkan serum anti-globulin manusia ke lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber) pada temperature ruang selama satu malam.6 Hasil : Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang tepi. Pembuatan agar buffer : 1 gram agar; 50 ml larutan buffer Veronal pH 8.6; 50 ml aqua dest; 100 mg. Sodium Azide. Kesemuanya dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tempatkan dalam penangas air mendidih sampai terbentuk agar cair. Larutan ini disimpan dalam lemari es, yang bila akan digunakan dapat dicairkan kembali dengan menempatkan labu di dalam air mendidih. Untuk melapisi gelas obyek, diperlukan kurang lebih 3 ml agar cair yang dituangkan ke atasnya dengan menggunakan pipet.6,9 Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk

mengkonfirmasi bercak darahtersebut, yaitu :6,9 3. Pemeriksaan Mikroskopik Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel darah merah. Cara pemeriksaan : Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca obyek kemudian ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, dan ditutup dengan kaca penutup, lihat dibawah mikroskop. Cara lain, dengan membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Hasil : Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut hanya dapat menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau elips dan tidak berinti Bila terlihat adanya drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapat dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita. 20

Kelebihan: Dapat terlihatnya sel sel leukosit berinti banyak. Dapat terlihat adanya drum stick pada pemeriksaan darah seorang wanita. Golongan darah5,6 Tipe golongan darah yang disebut sistem A-B-O, telah ditemukan pada tahun 1901. Beberapa tahun kemudian dimulai pada tahun 1937, reaksi antigen-antibodi dalam darah ditemukan, dimana yang sering ditemukan adalah factor ABH, Mn, Rh dan Gm (diantara lebih dari 100 antigen yang ada).Kebanyakan orang hanya mengenal factor Rh (Rhesus factor), yang secara teknis disebut D-antigen. Ada lebih dari 256 antigen dan 23 sistem penggolongan darah yang didasarkan pada antigen tersebut. Antigen adalah struktur kimia yang melekat pada permukaan sel darah merah. Sedangkan antibody adalah protein yang mengambang pada cairan darah (terutama serum yang berhubungan dengan factor kloting/pembeku darah). Karena suatu individu kadang mengamai alergi atau infeksi oleh agen penyakit (TB, smallpox dan hepatitis), sehingga substansi tersebut aktif melawannya. Prinsip dasar dari serologi adalah setiap ada antigen akan terbentuk terbentuk antibody yang spesifik. Sehingga dengan demikian semua golongan darah didefinisikan sebagai antigen pada sel darah merahnya dan ada antibody terhadap antigen tersebut didalam serumnya. Tabel 1. Golongan darah, antigen dan antibodinya Golongan darah A B AB O Antigen pada sel darah merah A B AB O Antibody dalam serum Anti-B Anti-A Bukan anti-A/anti-B Anti-A/anti-B

Pada tabel diatas terlihat bahwa darah golongan A akan teraglutinasi oleh serum anti A, golongan B teraglutinasi serum anti B, golongan AB oleh anti-A/anti-B. Persentase jumlah populasi penduduk dunia sangat berpengaruh terhadap ras dan variasi geographis. Secara normal jumlah persentase tersebut sebagai berikut (Tabel2): Tabel 2. Persentase jumlah penduduk yang mempunyai golongan darah A, B, AB dan O. 21

O 43-45% O+ 39% O- 6%

A 40-42% A+ 35% A- 5%

B 10-12% B+ 8% B- 2%

AB 3-5% AB+ 4% AB- 1%

Diantara ras/suku bangsa golongan A adalah paling banyak ditemukan pada ras kaukasia, golongan B paling banyak pada ras Asia dan Afrika. Tetapi yang paling sering dijadikan pegangan adalah distribusi dari komponen Rhesus (Rh), yang diekspresikan dalam bentuk (+) dan (-) yang ada pada setiap golongan darah dalam bentuk angka. Tabel 3. Jumlah komponen Rh dalam setiap golongan darah Golongan O+ OA+ AB+ BAB+ Jumlah 1 diantara 3 orang 1 diantar 15 orang 1 diantara 3 orang 1 diantara 16 orang 1 diantara 12 orang 1 diantara 67 orang 1 diantara 29 orang

AB1 diantara 167 orang Sub kelompok juga terjadi diantara sistem ABO, Bebeberapa ekstrak dapat disintesis dari tanaman atau biji-bijian untuk mendapatkan antiserum yang dapat mengkoagulasi golongan darah O dan seterusnya. Hampir kebanyakan golongan darah paling tidak mempinyai dua sub kelompok, misalnya O1, O2; A1, A2 dansebagainya. Antigen yang paling banyak digunakan untuk penggolongan ini adalah lectins. Penggolongan darah tersebut mungkin berdasarkan atas tipe protein dan enzim. Serologi forensik hampir semuanya dilakukan pada nilai tiping dari komponen tersebut. Protein darah dan enzim mempunyai karakteristik polymorphisme atau iso enzim, yang artinya mereka selalu hadior dalam beberapa bentuk dan varian, sehingga setiap kelompok mempunyai sub-tipe. Kebanyakan orang paling mengenal paling tidak satu bentuk polymorphisme dalam darah: yaitu Hb, yang menyebabkan sickle-cell anemia. Beberapa bentuk polymorfisme yang sering dijumpai adalah sebagai berikut: PGM2-1 EAP Phosphoglucomutase Erytrocyt acid phosphatase 22

EsD AK ADA GPT G-PGD G-6-PD Tf

Esterase D Adenyl kinase Adenosin deaminase Glutamic pyruvat transaminase 6- phosphoglucoronat dehydrogenase Glucosa -6- phosphat dehydrogenase Transferin

Setiap protein atau enzim variant begitu juga sub-tipe darah telah diketahui distribusinya dalam suatu populasi. Dengan demikian kemungkinan batasan tipe darah untuk setiap individu dapat diperkirakan. Misalnya: Seseorang diduga melakukan tindak kriminal dan pada pemeriksaan darahnya mempunyai tipe golongan darah A (42%), sub tipe A2 (25%), Protein AK (15%) dan enzim PGM2-1(6%). Kemungkinan untuk menemukan dua orang dalam satu populasi dengan tipe darah yang tepat adalah sekitar 0,000945 (0,42x0,25x0,15x0,06). Semakin dekat anda mendapatkan angka dibawah 6 desimal, akan lebih sulit menentukan siapa yang bertindak kriminal tersebut.

23

BAB III PENUTUP Pemeriksaan darah guna kepentingan peradilan, pada umumnya ditujukan untuk mencari kejelasan perihal masalah yang berkaitan dengan kasus-kasus : exclusion of paternity, penculikan,kasus bayi tertukar dan lain-lain. Selain itu pemeriksaan darah berguna untuk membuktikan apakah suatu tindak pidana itu telah terjadi, misalnya pada kasus tabrak lari, perkosaan dan pembunuhan; dimana yang terakhir yaitu kasus pembunuhan, dikaitkan dengan bercak darah yang ada pada senjata, pada tubuh korban dan pada pakaian tersangka pelaku kejahatan serta pola bercak darahnya. Pemeriksaan darah terdiri dari analisis pola bercak darah dan pemeriksaan laboratorium. Analisis pola bercak darah diperlukan dalam membantu penafsiran rentetan kejadian di TKP. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan pada forensik bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut dengan cara memastikan apakah bercak tersebut adalah darah, apakah bercak darah tersebut berasal dari manusia dan apa golongan darahnya.

24

DAFTAR PUSTAKA 1. Budiyanto, Arif, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2. PV Guharaj,M R Chandran. Semen and other Biological Materials.Dalam: Forensic Medicine. Blood, India: Himayatnagar, Hyderabad, 2003 3. Wolson, TL. Bloodstain Pattern Analysis. Dalam : Siegel, Jay, penyunting. Encyclopedia of Forensic Sciences. USA : Elsevier, 2000. h. 1338-49. 4. James, Stuart H., Edel, Charles F. Bloodstain Pattern Interpretation. Dalam : Eckert, William G, penyunting. Introduction to Forensic Sciences. New York : Elsevier, 2000. h.176-209. 5. Darmono. Serologi Forensik. www.geocities.ws/kuliah_farm/farmasi_forensik/Serologi_forensik.doc. 6. Idris, Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta : Binarupa Aksara. 7. Tjiptomartono AL. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara. Dalam : Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan edisi revisi. Jakarta : Sagung Seto. 2008. 8. Interpreting Bloodstain Patterns. Diunduh dari http://www.crimescene-

forensics.com/Blood_Stains.html 9. Rustyadi, Dudut. 2009. Laboratorium Kedokteran Forensik Sederhana. Catatan Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI. 10. James, Stuart H. Journal of Bloodstain Pattern Analysis.Tucson.Arizona.2012.

25

You might also like