You are on page 1of 4

PP No. 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3 PP No.

50 tahun 2012 merupakan peraturan Pemerintah yang mewajibkan penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) pada perusahaan yang memiliki risiko tinggi maupun yang memiliki jumlah karyawan sedikitnya 100 orang (pasal 5). PP ini memperbarui Keputusan Pemerintah No. 05 tahun 1996 yang mengatur tentang SMK3. Menurut PP No. 50 tahun 2012, Sistem Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Penerapan SMK3 bertujuan untuk: Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, dan terintegrasi. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.

Pada pasal 4, dijelaskan bahwa perusahaan dapat mengembangkan pedoman penerapan SMK3 sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu perusahaan juga dapat memperhatikan standar internasional. A. Prinsip Dasar Penerapan SMK3 SMK3 meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. Penetapan kebijakan K3 Perencanaan K3 Pelaksanaan rencana K3 Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

1. Penetapan kebijakan Kebijakan K3 paling sedikit memuat visi, tujuan perusahaan, komitmen, dan program kerja. kebijakan ini harus disebarluaskna kepada seluruh pekerja dan pihak terkait.(pasal 8) Dalam menyusun kebijakan, pengusaha paling sedikit harus: a Melakukan tinjauan awal kondisi k3 yang meliputi: (pasal 7) Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan b Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus menerus c Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh

2. Perencanaan K3 Dalam menyusun rencana K3 harus melibatkan ahli K3, Panitia Pembina K3, wakil pekerja, dan pihak lain yang terkait K3, dengan mempertimbangkan: hasil penelaahan awal; identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko; Peraturan perundang-undangan dan persyaratan; serta sumber daya yang dimiliki. Rencana ini paling sedikit memuat: Tujuan dan sasaran Skala prioritas Upaya pengendalian bahaya Penetapan sumber daya Jangka waktu pelaksanaan Indikator pencapaian Sistem pertanggungjawaban 3. Pelaksanaan rencana K3 Pelaksanaan rencana K3 didukung oleh sumber daya manusia dan sarana prasarana. SDM harus memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat serta kewenangan yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang. Sedangkan sarana dan prasarana paling sedikit terdiri dari: Organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3 Anggaran yang memadai Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian. Instruksi kerja Pelaksanaan rencana K3 meliputi: pengendalian, desain dan rekayasa, prosedur dan instruksi kerja, penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan, pembelian/pengadaan barang dan jasa, serta produk akhir, yang dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko. Disamping itu juga meliputi upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri serta rencana dan pemulihan keadaaan darurat, yang dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya, investigasi, dan analisa kecelakaan. Berdasarkan pasal 12, dalam melaksanakan kegiatan rencana K3, pengusaha harus: Menunjuk SDM yang mempunyai kompetensi kerja dan kewenangan dibidang K3 Melibatkan seluruh pekerja Membuat petunjuk K3 Membuat prosedur informasi Membuat prosedur pelaporan Mendokumentasikan seluruh kegiatan Semua ini harus dintegrasikan dengan kegiatan manajemen perusahaan. Pelaporan terdiri dari: (pasal 13) Terjadinya kecelakaan ditempat kerja Ketidaksesuaian terhadap peraturan perundang-undangan maupun standar Kinerja K3 Identifikasi sumber bahaya Dan yang diwajibakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan Sedangkan pendokumentasian paling sedikit dilakukan terhadap: Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar di bidang K3

Indikator kinerja K3 Izin kerja Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko Pelatihan K3 Inspeksi, kalibrasi, dan pemeliharaan Catatan pemantauan data Hasil pengkajian kecelakaan di tempat keja dan tindak lanjutnya Identifikasi produk termasuk komposisisnya Informasi mengenai pemasok dan kontraktor Audit dan peninjauan SMK3 4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 (pasal 14) Pemantauan dan evaluasi K3 dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3. Hasil pemantauan digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan. 5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 Peninjauan kinerja SMK3 dilakukan terhadap kebijakan, prencanaa, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi, untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3. Hail peninjauan ini akan digunakan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja. Perbaikan dan peningkatan kinerja dapat dilaksanakan dalam hal: Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan Adanya tuntutan dari pihak terkait dan pasar Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi Adanya hasil kaian kecelakaan di tempat kerja Adanya pelaporan Adanya masukan dari pekerja B. Penilaian penerapan SMK3 Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh lembaga audit independen yang ditunjuk oleh menteri atas permohonan perusahaan, yang meliputi: Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen Pembuatan dan pendokumentasian rencana K3 Pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak Pengendalian dokumen Pembelian dan pengendalian produk Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 Standar pemantauan Pelaporan dan perbaikan kekurangan Pengelolaan material dan perpindahannya Pengumpulan dan penggunaan data Pemeriksaan SMK3 Pengembangan keterampilan dan kemampuan

C. Pengawasan Penerapan SMK3 Pengawasan SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi maupun kabupaten/kota, meliputi: Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen Organisasi Sumber daya manusia Pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3 Keamanan bekerja Pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3 Pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri Pelaporan dan perbaikan kekurangan Tindak lanjut audit

Penerapan SMK3 di Perusahaan Manufaktur Berdasarkan pada PP No. 50 th 2012, setiap perusahaan yang memiliki karyawan sedikitnya 100 orang dan mempunyai risiko tinggi, maka diwajibkan menerapkan SMK3. Selain itu, Undang-undang No. 13 tahun 2003 ayat 1 juga menyatakan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Begitu juga dengan Perusahaan Manufaktur. Namun pihak ESDM menyatakan bahwa industri Migas dan Tambang tidak wajib menerapkan SMK3. Hal ini mungkin disebabkan karena industri Migas dan Tambang telah menerapkan OHSAS 18001:2007. Beberapa Perusahaan Manufaktur memiliki tingkat risiko yang tinggi, seperti Perusahaan pembuatan Pupuk Kimia, obat-obatan, pestisida, dan lain sebagainya. Sehingga memerlukan adanya sistem yang dapat mengelola bahaya dan risiko yang ditimbulkan dalam kegiatan industri tersebut, salah satunya adalah dengan menerapkan SMK3 dalam setiap aktivitas proses dan manajemen organisasi industri. SMK3 mulai berkembang ketika terjadi beberapa kejadian bencana industri yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan dan kerugian perusahaan. Misalnya pada bencana di Bhopal India yang mengakibatkan korban jiwa lebih dari 2500 orang akibat kebocoran gas methyl isocyanat yang sangat beracun yang menyebar ke area pemukiman yang dekat dengan perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tersebut menjadi bangkrut.

You might also like