You are on page 1of 17

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Problematika Pendidikan Bidang Studi yang dibimbing oleh Dr. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed.

Oleh Dwi Retno Wahyuni Reny Eka Evi Susanti 120331540720 120331540725

UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA Oktober 2013

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Strategi pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru agar seorang siswa dapat maksimal dalam memahami materi pelajaran, sehingga setelah melakukan pembelajaran siswa akan memiliki kompetensi sebagaimana tuntutan dari materi pelajaran yang dipelajari. Berbagai macam strategi pembelajaran yang diimplementasikan mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu strategi mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Pembelajaran yang hanya menggunakan komunikasi satu arah dapat mengurangi kreativitas siswa dalam mengkonstruk pengetahuan dalam dirinya. Banyak siswa yang merasa bingung dan sulit mendalami dengan materi yang telah disampaikan guru, akibatnya siswa cenderung malas untuk mencari informasi dari luar atau dari berbagai sumber referensi. Hal ini bisa mempengaruhi pada kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan. Perkembangan dalam kegiatan proses belajar mengajar diharapkan siswa mengalami perubahan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penerapan kurikulum 2013 menuntut adanya perubahan strategi pembelajaran di kelas ke arah Student Centered Learning. Salah satu model pembelajaran yang merupakan model pembelajaran student centered adalah Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah. PBL membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. PBL memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain. Penerapan PBL dalam pembelajaran layaknya dua sisi mata uang yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Gallagher et al. (1995) melihat PBL sebagai meniru situasi kehidupan nyata dan menjadi inheren interdisipliner, yang

memungkinkan siswa untuk memahami bagaimana berbagai disiplin ilmu berinteraksi ketika pemecahan masalah. Melalui proses pembelajaran di kelas, guru memberdayakan siswa untuk menjadi mandiri dan mampu mendekati jenis masalah kompleks yang akan mereka hadapi. Sehingga melalui makalah ini penulis mengharapkan dapat mengulas secara rinci implementasi PBL dalam kelas dan kendala-kendala apa saja yang terjadi selama penerapan PBL berlangsung serta menemukan solusi yang tepat.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Apakah Problem Based Learning (PBL) itu? 2. Bagaimana mengimplementasikan PBL dalam pembelajaran? 3. Apa saja Problematika dari implikasi PBL dalam pembelajaran?

C. Tujuan Makalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dalam makalah ini adalah: 1. Mengetahui teori yang melandasi PBL, pengertian PBL dan alasan menggunakan PBL 2. Mengetahui implementasikan PBL dalam pembelajaran 3. Mengetahui problematika dari implementasi Problem Based Learning dalam pembelajaran

BAB II PEMBAHASAN

A. Poblem-Based Learning (PBL) 1. Teori Belajar yang Melandasi Poblem-Based Learning (PBL) Pada student centered learning siswa bertanggung jawab dalam proses belajarnya sendiri, sehingga siswa menjadi pusat dari proses belajar mengajar. Terdapat dua teori pendidikan yang mendasari konsep student centered learning, yaitu instruktivisme dan kontruktivisme. Teori instruktivisme yang diperkenalkan oleh Skinner menekankan peranan instruksi dalam proses pembelajaran, yang menyatakan bahwa belajar merupakan hasi linstruksi yang diberikan kepada siswa sehingga siswa akan belajar melalui proses yang sudah terstruktur, sedangkan guru akan memberikan umpanbalik, review dan praktik. PBL merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme menekakan pentingnya proses aktif dan reflektif dalam pembelajaran. Piagget dan Vygotsky dalam teori kontruktivisme kognitif mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Mereka berpendapat bahwa, pembelajaran yang baik melibatkan siswa pada situasi yang memberi kesempatan pada mereka untuk melakukan percobaan sendiri, mencoba memanipulasi tanda-tanda, memanipulasi simbol-simbol, bertanya dan menemukan sendiri jawabannya, mencocokkan apa yang mereka lihat pada saat lain dan membandingkan temuannya dengan temuan anak lain. Dalam hal ini, guru bertindak hanya sebagai fasilitator yang akan mengarahkan siswa dalam proses belajart ersebut. Strategi PBL mengharuskan siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang diberikanoleh guru. Menurut Brunner pembelajaran menekankan penalaran induktif dan proses inkuiri. Dalam teori tersebut dikenal adanya Scaffolding sebagai suatu proses dimana seseorang siswa dibantu guru atau orang lain yang memilki kemampuan lebih dalam menuntaskan masalah tertentu sehingga dapat melampaui kapasitasperkembangannya.Hal inimemungkinkan siswa memiliki kemampuan untuk mendefinisikan masalah, mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah, memperoleh dan mengintrepetasi data, serta membuat perencanaan. Implementasi PBL dalampembelajaran di kelas diharapkan dapat mendukung penerapan kurikulum 2013 di sekolah. Kurikulum 2013 berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

2. Pengertian Poblem-Based Learning (PBL) Pembelajaran berbasis masalah (Poblem-Based Learning) selanjutnya disingkat dengan PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Lebih lanjut Hatta dan Marsigit (2013) menyatakan bahwa PBL merupakan metode pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata yang tidak terstruktur dengan baik sebagai konteks untuk peserta didik belajar berfikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan. Sedangkan menurut Sudarman (2007: 69) menyatakan bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Menurut Dasna dan sutrisno (2007: 76) mengemukakan bahwa, karakteristik PBL antara lain: (1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata peserta didik, (3) mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada peserta didik dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, (6) menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

Berdasarkan uraian diatas bahwa pembelajaran dengan menggunakan model PBL dapat meningkatkan pemahaman peserta didik tentang apa yang dipelajari sehingga diharapkan dapat diterapkan dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari. Kegiatan dalam model PBL yaitu: 1. Dimulai adanya masalah yang dapat dimunculkan dari peserta didik atau guru 2. Siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah diketahui dan yang perlu mereka ketahui untuk memecahkan masalah tersebut 3. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan, sehingga mereka terorong berperan aktif dalam belajar 4. Siswa bekerja dalam menyelesaikan masalah secara berkelompok 5. Kegiatan pemecahan masalah meliputi membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, presentasi, berdiskusi, dan membuat laporan

2. Alasan Menggunakan Poblem-Based Learning (PBL) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran menyarankan menggunakan pembelajaran yang berbasis konstruktivistik. Hal ini diutarakan mengingat beberapa fakta yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar antara lain: (1) tingkat pemahaman materi ajar yang masih rendah (tingkat ingatan dan pemahaman (C1; C2); tingkat aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi masih kurang. (dalam belajar siswa cenderung menghafal dibanding berpikir), (2) atmosfir belajar siswa masih rendah (belajar untuk ulangan) bukan untuk menguasai kompetensi tertentu. (3) alat evaluasi di tingkat sekolah masih belum standar. (Hasil belajar baik belum tentu kompeten/menguasai materi dengan baik), (4) siswa malas/kurang motivasi. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan bahwa PBL sebaiknya digunakan sebagai model pembelajaran karena: a) Terjadi pembelajaran bermakna karena adanya peserta didik menerapkan pengetahuan yang dimiliknya dan berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan

b) Peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan c) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar d) Mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok

B. Implementasi PBL dalam Pembelajaran Dalam melakukan pembelajaran dengan metode PBL ada tiga komponen yang saling terlibat yaitu: 1. Institusi Institusi dalam hal ini adalah sekolah, yang akan mendukung pelaksanaan pembelajaran PBL yaitu mempersiapkan sarana pembelajaran, perpustakaan, dan alat-alat laboratorium, mempersiapkan sarana jaringan komputer. 2. Pengajar Peran pengajar yaitu (1) menyiapkan RPP, materi pelajaran, (2) memberikan sumber berupa buku referensi dan link website, (3) fasilitator pembelajaran dan membangun komunitas pembelajaran (4) sebagai evaluator. 3. Peserta didik Peran peserta didik secara umum adalah mempersiapkan diri untuk belajar dan bekerja secara berkelompok serta berperan aktif dalam pembelajaran. Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam pembelajaran di kelas, secara umum penerapan PBL ini dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Masalah tersebut berasal dari peserta didik atau disiapkan oleh pengajar. Langkah-langkah pemecahan masalah dengan menggunakan PBL antara lain menurut Panen(dalam Dasna & Sutrisno, 2007), yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2)mengumpulkan data, (3) menganalisis data, (4) memecahkan masalah, (5) memilih cara untuk memecahkan masalah, (6) merencanakan penerapan pemecahan masalah, (7) melakukan uji coba terhadap rencana yang ditetapkan, (8) melakukan tidakan untuk memecahkan masalah. Lebih lanjut Sintaks Problem Based Learning menurut Arends (dalam Dasna & Sutrisno, 2007) adalah sebagai berikut:

Fase Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Aktivitas Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan

Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.

Tabel. 2.1 Sintaks Problem Based Lerning (PBL)

Tema

: Penggunaan bahan kimia berbahaya pada makanan (formalin dan boraks)

Sumber : sindonews.com, Penggunaan bahan berbahaya pada jajanan masih marak Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu : mengidentifikasi makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya menayangkan video/foto tentang kondisi makanan yang menggunakan bahan kimia berbahaya

menyampaikan fakta/artikel tentang penggunaan bahan kimia berbahaya pada makanan Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar mengarahkan masalah bagaimana mengidentifikasi bahwa makanan tersebut menggunakan bahan kimia berbahaya atau tidak meminta siswa membentuk kelompok dan mendiskusikan untuk memecahkan masalah meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Meminta siswa/kelompok mempresentasikan langkahlangkah yang akan dilakukan dalam rangka memecahkan masalah (jadwal, kegiatan, produk/target) Menyampaikan saran/mengarahkan siswa tentang prosedur kerja yang dibuat Membimbing siswa melakukan percobaan/ mengumpulkan data (melakukan penilaian kinerja) Mengarahkan/mendampingi siswa melakukan pengelompokan data, analisis data, pengujian hipotesis Mengarahkan siswa menelaah teori/merekomendasikan bahan pustaka Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya Meminta siswa/kelompok membuat laporan hasil pemecahan masalah Memberikan masukan/koreksi format/struktur bahasa laporan Meminta siswa melakukan presentasi Mendiskusikan presentasi laporan/tanya jawab Memberikan masukan untuk revisi Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Meminta siswa/kelompok melakukan refleksi: Apa yang mereka rasakan telah dilakukan secara optimal ,apa yang belum, bagaimana memperbaiki. Apa tindaklanjutnya Melakukan evaluasi (tes) soal pemecahan masalah- disamping penilaian laporan dan unjuk kerja

Memberikan masukan hasil evaluasi Merencanakan pemecahan masalah berikutnya (tema berbeda)

Tabel. 2.2 Contoh penerapan Sintaks Problem Based Lerning (PBL)

C. Problematika Penerapan PBL 1. Kelebihan dan Kekurangan Implementasi PBL PBL memiliki kelebihan sebagai berikut (Halonen, 2010): a. Kemampuan retensi dan pemanggilan kembali (recall) pengetahuan lebih besar b. Mengembangkan keterampilan interdisipliner: Mengakses dan menggunakan informasi dari aneka domain subjek Mengintegrasikan pengetahuan dengan lebih baik Mengintegrasikan belajar di kelas dan lapangan

c. Mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup: Cara meneliti Cara berkomuniasi dalam kelompok Cara mengatasi masalah

d. Menciptakan lingkungan belajar yang aktif, kooperatif, penilaian diri dan kelompok (peer assessment), berpusat pada siswa,dan memiliki efektivitas tinggi. e. Menciptakan lingkungan belajar yang memberikan Umpan balik segera Kesempatan untuk mempelajari aneka sasaran belajar yang disukai Kesempatan untuk belajar pada berbagai tingkat pembelajaran (taksonomi Bloom) f. Menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah g. Meningkatkaan motivasi dan kepuasan siswa, interaksi siswa-siswa, dan interaksi siswa-guru Seperti model pembelajaran yang lain selain mempunyai kelebihan PBL memiliki kekurangan sebagai berikut (Halonen, 2010):

10

a. Membutuhkan perencanaan dan sumber daya yang sangat besar: Pembuatan skenario, meliputi masalah, kasus, situasi Penyediaan sumberdaya untuk siswa, misalnya, ruang diskusi, literatur, perpustakaan tradisional maupun e-library, narasumber, tenaga profesional di bidangnya b. Membutuhkan komitmen untuk menjalankan PBL, dan kesediaan guru untuk menghargai pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran c. Memerlukan perubahan paradigma: Pergeseran dari fokus dari apa yang diajarkan guru (teacher-centered) menjadi apa yang dipelajari siswa (student-centered) Perubahan pandangan guru sebagai pakar yang berperan sebagai bank pengetahuan melalui pembelajaran dan peragaan di kelas, menjadi guru sebagai fasilitator atau tutor pembelajaran d. Hasil penerapan PBL sulit untuk ditafsirkan, maksudnya guru sulit mengukur kemampuan pemecahan masalah serta mengingat pengetahuan serta memakan waktu lebih banyak karena butuh analisa mendalam (Feletti et. al, 1997) e. Berdasarkan analisis RPP dengan menggunakan PBL oleh Hasni (2011) diperoleh: Fase 1 : Orientasi siswa terhadap masalah. Pada fase ini guru sudah menjelaskan tujuan pembelajaran, namun belum ada penjelasan tentang aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan serta tidak ada narasi untuk membangun motivasi siswa. Selain itu masalah yang diajukan tidak berasal dari video/ artikel kejadian yang ada disekitar siswa yang terkait dengan materi laju reaksi. Fase 2:Mengorganisasikan siswa untuk belajar Pada fase ini guru sudah membagi kelompok dan guru sudah membatasi pokok bahasan dengan memberikan LKS, namun guru belum membagi subtopik kepada masing-masing kelompok secara spesifik.

11

Fase 3: Membimbing penyelidikan idividu dan kelompok Pada fase ini guru sudah mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan permasalahan, namun seharusnya guru meminta siswa memperoleh informasi tidak hanya berasal dari LKS saja. Fase 4:Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru sudah meminta siswa mengumpulkan laporan hasil diskusi Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses Guru sudah meminta siswa melakukan refleksi terhadap hasil diskusi

2. Solusi dalam Menangani Kendala Penerapan PBL a. Guru harus dibekali mengenai strategi pembelajaran PBL melalui pelatihan terlebih dahulu, meliputi bagaimana prosedur pelaksanaan PBL, skenario, hingga pembuatan instrument penilaian. Sumber daya pendukung seperti buku dapat di peroleh dari e-book yang disediakan dalam kurikulum 2013, dan siswa dapat mencari fakta atau masalah yang terkait dalam internet yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai sebagai tugas rumah. b. Komitmen guru dalam implementasi PBL memang harus ditumbuhkan secara personal sebagai dedikasi guru terhadap peserta didiknya. Guru setidaknya dapat melihat keberhasilan dalam mendidik siswa sebagai motivasi. c. Mengubah paradigma menjadi Student-Centered Learning dapat melalui evaluasi yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan bukan merupakan evaluasi standar yang berlaku untuk seluruh siswa, tetapi lebih bersifat individu sepanjang proses pembelajarannya. Pembuatan portfolio bagi siswa merupakan salah satu bentuk evaluasi siswa sepanjang proses belajar. Peran serta guru dalam menyusun evaluasi dapat mendukung perubahan paradigma guru menjadi seorang fasilitator yang dapat mengukur sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi yang telah mereka peroleh sendiri tanpa langsung diberikan oleh guru. d. Instrumen yang digunakan dalam penilaian ini berupa lembar observasi yang berfungsi untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar berlangsung dan lembar soal tes tiap siklusnya yang berfungsi untuk

12

mengukur prestasi belajar siswa. Sedangkan validitas instrument menggunakan validitas Ahli seperti teman sejawat. Refleksi dapat berupa evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan, melakukan diskusi untuk membahas hasil evalusi tentang rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa dan memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi f. Berdasarkan hasil analisis RPP dengan menggunakan PBL oleh Hasni (2011) terdapat beberapa kekurangan dalam penerapan PBL dalam pembelajaran, maka dapat diberikan beberapa solusi : fase 1: Guru memberikan video atau artikel yang berhubungan dengan materi laju reaksi misalnya reaksi pembentukan korosi dan peledakan bom fase 2: Guru membagi subtopik secara spesifik, maksudnya setiap kelompok mendapatkan subtopik yang berbeda sehingga diskusi kelas dapat hidup Fase 3: guru sebaiknya meminta siswa untuk study literature dan tidak hanya terpaku pada LKS bisa dari internet, atau buku bacaan lain yang relevan. Fase 5: sebaiknya guru memberikan penegasan konsep laju reaksi serta mengulas hal yang baru dan berbeda pada tiap kelompok.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. PBL merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Siswa diberikan permasalahan pada awal pelaksanaan pembelajaran oleh guru, selanjutnya selama pelaksanaan pembelajaran siswa memecahkannya yang akhirnya mengintegrasikan pengetahuan kedalam bentuk laporan. 2. Alasan PBL digunakan karena beberapa fakta yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar antara lain tingkat pemahaman materi ajar yang masih rendah,atmosfir belajar siswa masih rendah, alat evaluasi di tingkat sekolah masih belum standar, siswa malas/kurang motivasi. 3. Dalam penerapan PBL meliputi lima fase antara lain: (1) Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah, (2) Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, (4) Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 4. Masalah utama dalam mengevaluasi penerapan PBL adalah hasil penerapan PBL sulit untuk ditafsirkan, sehingga guru harus membuat instrumentasi yang tepat serta sering melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang dilakukan

B. Saran Dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan PBL terlebih dulu guru harus mempersiapkan tema umum yang akan didiskusikan sehingga siswa dapat mengajukan beberapa permaslahan dan dapat diselesaikan secara berkelompok. Selain itu guru harus mempersiapkan instrumen baik instrumen perlakuan maupun instrumen pengukuran.

13

Daftar Pustaka

Boud, David and Grahame I Feletti (eds). 1997. The Challenge of Problem-Based Learning. 2ndEdition. Bolton : Northen Phototypcsetting. Dasna, I. W., & Sutrisno. 2007. Pembelajarn Berbasis Masalah (Problem-Based Learning). Dalam Waras Kamdi (Ed), Model-Model Pembelajaran Inovatif (hlm.76-95).Malang: UM Press. Fairuz. 2010. Pendidikan Konsep SCL (Student-Centered Learning). (Online). (http://fairuzelsaid.wordpress.com/2010/08/28/pendidikan-konsep-sclstudent-centered-learning/), diakses 29 September 2013. Gallagher, Shelagh A & Stepien. William J. 1995. Implementing Problem Based Learning in Science Classroom. School Science and Mathemathic. Halonen D (2010). Problem based learning: A case study. University fo Manitoba. auspace.(athabascau.ca:8080/.../Problem%20Based%20Learning.ppt). Diakses 29 September 2013
Hasni, D. R. 2011. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Program S1 Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Hatta, & Marsigit. 2013. Berbagai Metode Pembelajaran yang Cocok untuk Kurikulum 2013. Jakarta Sudarman. 2007 . Problem Based Leaarning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendididkan Inovatif, 2 (2): 68-73.

14

Lampiran RPP Hasni (2011)

15

16

You might also like