You are on page 1of 14

TUGAS ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI

PROFESI NOTARIS/PPAT

Tugas Individu Nama : Yustin Verina Irmaputri NIM :11/321352/DHK/00571

Kelas : A2

SEKOLAH VOKASI DIPLOMA 3 HUKUM UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB I PENDAHULUAN
Mata kuliah Etika Profesi merupakan mata kuliah yang akan membekali mahasiswa tentang materi konsep dasar etika, tanggungjawab, profesi hukum. Secara umum tujuan dari mata kuliah ini diarahkan agar mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan wawasan tentang konsep etika profesi hukum dengan berbagai komponen yang berhubungan dengan profesi hukum, sehingga dapat dijadikan dasar untuk penerapan di lapangan dalam rangka melaksanakan profesi hukum dengan baik. Secara khusus tujuan mata kuliah ini, yaitu agar mahasiswa mampu mengetahui keterampilan hukum dan

mengaplikasikan kemampuan analitis, argumentatif dan solutif terhadap permasalahan profesi hukum. Notaris merupakan salah satu profesi yang dapat dibidangi oleh sarjana lulusan Fakultas Hukum, lulus strata 2 kenotariatan dan harus melalui beberapa proses yang telah ditentukan dalam Undang-Undang. Dalam Pasal 1 angka 1 jo Pasal 15 UU No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dijelaskan bahwa notaris adalah setipa orang yang emangku dan menjalankan tugas jabatan sebagai jabatan umum. Notaris merupakan salah satu pejabat negara yang kedudukannya sangat dibutuhkan pada masa sekarang ini. Seperti pejabat negara yang lain, notaris juga memiliki kewenangan tersendiri yang tidak dimiliki oleh pejabat negara lainnya. Selain kewenangannya, para notaris juga memiliki kewajiban dan larangan yang wajib mereka patuhi dalam pelaksanaan tugas jabatannya, dengan mendasarkan pada UU No 30 Tahun 2004.

BAB II RUMUSAN MASALAH

1. Apakah minuta akta yang berada di kantor notaris boleh dipinjam dan/atau dibawa pulang ? 2. Apakah Ny Sunarmi berwenang memberikan minuta akta jual beli tanah yang terdapat di kantor notaris tersebut ? 3. Menurut kasus posisi di atas, siapakah yang harus bertangungjawab ? Apakah notaris tempat Ny sunarmi bekerja dapat dipersalahkan ? 4. Bagaimanakah konsekuensi yang diterima pihak yang terbukti bersalah dalam kasus posisi diatas ?

BAB III TUJUAN PEMBELAJARAN

Dengan adanya pembelajaran mata kuliah Etika dan tanggungjawab Profesi Hukum ini, diharapkan mahasiswa Diploma 3 Hukum untuk dapat mengerti dan memahami etika, tanggungjawab profesi notaris atau pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang secara khusus dan mengaplikasikannya dibidang profesi hukum yang lain. Disamping pembekalan pengetahuan, keterampilan hukum juga diperlukan untuk mengaplikasikan kemampuan menganalisis, berargumentasi terhadap permasalahan profesi hukum, serta mengetahui serangkaian norma-norma etik yang memuat hak dan kewajiban yang bersumber pada nilainilai etik yang dijadikan sebagai pedoman berfikir, bersikap, dan bertindak dalam aktivitasaktivitas yang menuntut tanggung jawab profesi notaris. Selain itu kita juga dapat mengetahui siapa sebenarnya yang berwenang menyimpan minuta akta dan bagaimana peruntukan minuta akta itu sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Pembahasan : 1. Penjelasan Mengenai Minuta Akta Dalam undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (8) dijelaskan bahwa Minuta Akta adalah asli Akta Notaris, berdasarkan pasal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa akta asli adalah akta yang dibuat oleh notaris. Sehingga minuta akta yang berada di kantor notaris tidak boleh dipinjam dan/atau dibawa pulang karena berdasarkan Pasal 16 ayat (1) huruf b yang berbunyi membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris; dan Pasal 16 ayat (1) huruf e yang berbunyi merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain;. Sehingga dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang notaris harus menyimpan dan merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya sesuai dengan sumpah/janji jabatan kecuali undang-undang menentukan lain. Berdasarkan dari narasumber yang kami peroleh yaitu dari Bapak Sumendro, bahwa notaris tidak diperbolehkan memberikan dan/atau meminjamkan minuta akta kepada siapapun, baik kepada polisi, jaksa maupun hakim, kecuali telah mendapatkan persetujuan dari Majelis Pengawas Notaris. Sedangkan salinan akta dapat dicopy, diperbanyak, ataupun dapat diperlihatkan kepada siapapun.

Catatan :

Mengapa Majelis Pengawas Notaris merupakan pihak yang menentukan dikeluarkannya minuta akta adalah karena Minuta akta dikategorikan sebagai arsip Negara. Dalam hal ini diatur dalam Pasal 66 Undang-Undang Jabatan Notaris yang menentukan sebagai berikut :

PENGAMBILAN MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS Pasal 66 (1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang: a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris. (2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Huruf a, dibuat berita acara penyerahan.

Sedangkan menurut KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA. Nomor : M-01.Ht.03.01 Tahun 2003 TENTANG KENOTARISAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA Bab III Pasal 7 Tentang PENGANGKATAN, yang berisi bahwa : 1. Permohonan untuk diangkat menjadi Notaris diajukan oleh Calon Notaris secara tertulis kepada Menteri dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum dan Direktur Perdata. 2. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diserahkan langsung oleh pemohon atau dikirim melalui pos kepada Departenten Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris juga menentukan bahwa pengawasan bagi pelaksanaan jabatan notaris dilakukan oleh menteri yang membawahi bidang kenotariatan dan dalam pelaksanaan pengawasan tersebut menteri membentuk suatu lembaga tersendiri yang disebut Majelis Pengawasa Notaris. Sebagaimana halnya Dewan Kehormatan dalam organisasi notaris,

Majelis Pengawas Notaris dibentuk di tiga tingkat, yaitu : di tingkat pusat, wilayah (propinsi) dan daerah (kota/kabupaten).

Jumlah anggota Majelis Pengawas Notaris di tiap tingkat tersebut masing-masing berjumlah sembilan orang yang terdiri dari tiga unsur, yaitu unsur pemerintah, unsur akademisi/ahli dan unsur organisasi notaris.

2. Perihal Ny Sunarmi Memberikan Minuta Akta Jual Beli Dari penjelasan pembahasan rumusan masalah no 1 diatas dapat disimpulkan bahwa Ny Sunarmi tidak berwenang memberikan minuta akta jual beli tanah yang terdapat di kantor notaris tersebut apalagi tanpa sepengetahuan notaris yang bersangkutan. Dalam hal ini Ny. Sunarmi juga telah melakukan kesalahan besar. Apalagi Ny. Sunarmi menerima uang suap dari Suryo sebesar satu juta rupiah dalam pemberian minuta akta tersebut.

Ny. Sunarmi dapat dikenakan sanksi pidana karena telah memberikan minuta akta tersebut untuk dibawa pulang oleh Suryo yang merupakan orang luar yang tidak berkepentingan dengan keberadaan akta tersebut dan bukan merupakan orang yang berwenang seperti polisi, jaksa, hakim serta tindakan tersebut belum mendapat persetujuan atau tanpa sepengetahuan dari Majelis Pengawas Notaris. Seperti terdapat dalam Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.03.Ht.03.10 Tahun 2007 Tentang Pengambilan Minuta Akta Dan Pemanggilan Notaris, Bab II Syarat Dan Tata Cara Pengambilan Fotokopi Minuta Akta Dan/Atau Surat-Surat Yang Dilekatkan Pada Minuta Akta Atau Protokol Notaris Dalam Penyimpanan Notaris. Pasal 2 yang berisi : (1) Penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim untuk kepentingan proses peradilan dapat mengambil fotokopi Minuta Akta dan/ atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Majelis Pengawas Daerah.

Bab III Syarat Dan Tata Cara Pengambilan Minuta Akta Dan/ Atau Surat-Surat Yang Dilekatkan Pada Minuta Akta Atau Protokol Notaris Dalam Penyimpanan Notaris . Pasal 8 yang berisi :

(1) Penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim untuk kepentingan proses peradilan dapat mengambil Minuta Akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris, dengan meminta kepada Notaris yang bersangkutan untuk membawa Minuta Akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Majelis Pengawas Daerah. Adapun sebenarnya tugas Majelis Pengawas Notaris sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang terhadap sidang Jabatan Notaris jabatan sanksi antar notaris, bagi lain adalah melakukan melakukan melakukan Notaris pengawasan pemeriksaan, pelanggaran. meliputi juga

pelaksanaan dan penjatuhan yang

termasuk yang

notaris

Pengawasan pengawasan langsung

dilakukan

oleh

Majelis kode

Pengawas etik

terhadap

pelanggaran atau Dalam

notaris

yang

berakibat yang

terhadap jasa

masyarakat notaris.

dianggap

merugikan

orang-orang

menggunakan

melaksanakan

pengawasan

tersebut,

Majelis Pengawas Notaris pun berwenang untuk menerima laporan langsung dari masyarakat atas dugaan terjadinya pelanggaran jabatan maupun kode

etik yang dilakukan oleh notaris.

3. Pihak Yang Harus Bertangungjawab Menurut kasus posisi diatas, yang dapat dipersalahkan adalah Ny. Sunarmi dan Suryo. Ny. Sunarmi telah memberikan akta tersebut kepada Suryo untuk dibawa pulang tanpa sepengetahuan notaris yang bersangkutan. Menurut narasumber yang kami dapatkan, peraturan mengenai kode etik notaris hanya berlaku bagi notaris saja, sehingga dalam hal kasus posisi diatas Ny Sunarmi yang bertindak sebagai kepercayaan dan tangan kanan notaris ditempat ia bekerja, tidak dikenakan sanksi berdasar kode etik notaris, namun tetap pada konsekuensi awal yang telah ditetapkan sebelumnya yang diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana mengenai perbuatan yang telah dilakukan oleh Ny Sunarmi. Sedangkan Suryo, dalam hal ini juga telah melakukan kesalahan besar karna telah menyuap Ny. Sunarmi untuk membawa pulang minuta akta tersebut terlebih dengan memalsukan dengan mengganti beberapa kalimat dalam akta tersebut, selain itu terdapat dugaan pula bahwa Suryo telah men-tipex minuta akta tersebut. Sehingga

Suryo dapat dikenakan sanksi pidana dalam hal ini. Suryo dapat dikenakan sanksi pidana yang lebih berat karena melakukan beberapa jenis tindakan pidana. Sedangkan jika dilihat dalam kasus diatas, dimana notaris tersebut tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan Pasal 16 ayat (1e) UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, maka notaris tersebut juga merupakan pihak yang harus bertanggungjawab karena atas kelalaiannya terjadi tindakan yang tidak terduga oleh orang kepercayaannya sendiri.

4. Konsekuensi Yang Diterima Pihak Yang Terbukti Bersalah Menurut kasus posisi diatas pihak-pihak yang terbukti bersalah adalah Ny. Sunarmi dan Suryo. Dalam kasus tersebut : 1. Suryo telah melakukan pemalsuan surat atau dokumen minuta akta atau akta otentik yang dibuat oleh notaris dengan menggantikan serta mentep-ex beberapa kalimat didalamnya, perbuatan Suryo yang demikian tentunya adalah perbuatan yang melanggar Undang-Undang positif yang berlaku dinegara kita, yang telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, maka dari itu konsekuensi yang akan diterima oleh Suryo menurut Pasal 264 ayat (1) KUHP yang berbunyi Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun, jika dilakukan terhadap 1.akta otentik,..... dan Pasal 264 ayat (2) yang berbunyi Diancam dengan pidana yang sama barangsiapa dengan sengaja memakai surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak benar atau yang dipalsu seolaholah benar dan tidak dipalsu, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian. 2. Sedangkan mengenai perbuatan suap menyuap yang dilakukan antara Suryo dengan Ny. Sunarmi, konsekuensi hukum yang akan dikenakan Suryo berdasarkan Pasal 2 Undang-undang No 11 tahun 1980 yang berbunyi barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk membujuk supaya orang itu berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan dan kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena memberi suap dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun dan denda sebanyak-banyaknya lima belas juta rupiah.

Sementara konsekuensi yang akan dikenakan Ny Sunarmi berdasarkan Pasal 3 Undang-undang No 11 tahun 1980 yang berbunyi barangsiapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan dan kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena menerima suap dengan pidan penjara selama-lamanya tiga tahun atau denda sebanyakbanyaknya lima belas juta rupiah

3. Dalam hal perbuatan Suryo melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan yang telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, seperti terdapat dalam point (1dan2), maka secara tidak langsung perbuatan Suryo merupakan perbuatan yang dapat merusak nama baik notaris beserta kantor notaris ditempat Ny.Sunarmi bekerja, maka dari itu konsekuensi yang akan diterima oleh Suryo menurut Pasal 310 ayat (1) Bab XVI Tentang Penghinaan, Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah, dimana bunyi pasal tersebut adalah Barangsiapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang, dengan menuduh sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam, karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah

4. Mengenai konsekuensi yang akan dikenakan oleh notaris jika dilihat dalam kasus diatas, dimana notaris tersebut tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan Pasal 16 ayat (1e) UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang berbunyi Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain sehingga akta tersebut dapat dilihat oleh karyawan yang bersangkutan bahkan diberikan kepada pihak lain yang tidak berkepentingan dan pada akhirnya malah disalahgunakan oleh pihak yang bertanggungjawab, maka konsekuensi yang akan diperoleh adalah, berdasarkan Pasal 85 UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang mungkin diterima adalah :

Pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 16 ayat (1) huruf a, Pasal 16 ayat (1). huruf b, Pasal 16 ayat (1) huruf c, Pasal 16 ayat (1) huruf d, Pasal 16 ayat (1) huruf e, Pasal 16 ayat (1) huruf f, Pasal 16 ayat (1) huruf g, Pasal 16 ayat (1) huruf h, Pasal 16 ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat (1) huruf j, Pasal 16 ayat (1) huruf k, Pasal 17, Pasal 20, Pasal 27, Pasal 32, Pasal 37, Pasal 54, Pasal 58, Pasal 59, dan/atau Pasal 63, dapat dikenai sanksi berupa: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; c. pemberhentian sementara; d. pemberhentian dengan hormat; atau e. pemberhentian dengan tidak hormat. Karena notaris tersebut juga tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan Pasal 4 UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang sumpah jabatan notaris, bahwa notaris tersebut tidak dapat merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan notaris, dan tidak mengindahkan profesinya sebagai notaris.

PENUTUP
a. Kesimpulan 1. Minuta akta yang berada di kantor notaris tidak boleh dipinjam dan/atau dibawa pulang karena berdasarkan Pasal 16 ayat (1) huruf b dan e, notaris tidak diperbolehkan memberikan dan/atau meminjamkan minuta akta kepada siapapun, baik kepada polisi, jaksa maupun hakim, kecuali telah mendapatkan persetujuan dari Majelis Pengawas Notaris. Sedangkan salinan akta dapat dicopy, diperbanyak, ataupun dapat diperlihatkan kepada siapapun. 2. Ny Sunarmi tidak berwenang memberikan minuta akta jual beli tanah yang terdapat di kantor notaris tersebut apalagi tanpa sepengetahuan notaris yang bersangkutan. Ny. Sunarmi dapat dikenakan sanksi pidana karena telah memberikan minutra akta tersebut untuk dibawa pulang oleh Suryo yang merupakan orang luar yang tidak berkepentingan dan bukan merupakan orang yang berwenang seperti polisi, jaksa, hakim serta tidak mendapat persetujuan dari Majelis Pengawas Notaris. 3. Peraturan mengenai kode etik notaris hanya berlaku bagi notaris saja, sehingga dalam hal kasus posisi diatas Ny Sunarmi yang bertindak sebagai kepercayaan dan tangan kanan notaris ditempat ia bekerja, tidak dikenakan sanksi berdasar kode etik notaris, namun tetap pada konsekuensi awal yang telah ditetapkan sebelumnya yang diatur didalam Kitab Undangundang Hukum Pidana. Sedangkan Suryo, dalam hal ini juga telah melakukan kesalahan besar karna telah menyuap Ny. Sunarmi untuk membawa pulang minuta akta tersebut. Dan jika dilihat dalam kasus diatas, dimana notaris tersebut tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan Pasal 16 ayat (1e) UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 4. Konsekuensi yang akan diterima oleh Suryo menurut : Pasal 264 ayat (1) dan ayat (2) KUHP , Tentang Pemalsuan Akta Otentik.

Pasal 2 Undang-undang No 11 tahun 1980, Tentang Tindak Pidana Suap.

Pasal 310 ayat (1) Bab XVI Tentang Penghinaan

Konsekuensi yang akan diterima oleh Ny.Sunarmi : Pasal 3 Undang-undang No 11 tahun 1980, Tentang Tindak Pidana Suap. Pasal 310 ayat (1) Bab XVI Tentang Penghinaan/Pencemaran Nama Baik Konsekuensi yang akan diterima notaris adalah : Pasal 85 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

b. Saran Saran yang penulis berikan terhadap skenario kasus tersebut adalah : 1. Sebagai seorang notaris seharusnya notaris bekerja dengan berkewajiban mentaati kode etik notaris dan Peraturan Perundang-undangan yang telah ditetapkan, sehingga tidak terjadi kasus eror in persona atau karena kelalaian dari notaris itu sendiri sehingga menyebabkan minuta akta yang seharusnya dirahasiakan dan disimpan dalam protokol, namun malah dapat dipinjam bahkan dibawa pulang oleh pihak yang tidak berkepentingan, dan sebaiknya notaris tidak terlalu percaya terhadap seseorang pegawai yang bekerja di kantornya, untuk menghindari penyalahgunaan kepercayaan seperti kasus diatas; 2. Akan lebih baik jika notaris memberikan honorarium yang pantas dan uang kesejahteraan untuk Ny.Sunarmi agar tidak terjadi hal hal yang demikian; 3. Atas tindakan Ny. Sunarmi yang telah merugikan banyak orang tersebut diberikan hukuman yang sesuai karena jika juga telah merugikan banyak pihak, tidak hanya kerugian secara materiil namun juga kerugian secara immateriil yaitu secara tidak langsung dia telah mencoret nama baik notaris tempat dia bekerja;

4. Atas tindakan Suryo dalam kasus tersebut harusnya diberikan hukuman yang sepadan atas tindakan suap dan memalsukan dokumen dan juga perusakan nama baik.

Daftar Pustaka
1. UU No.30 Tahun 2004 Tentang Peraturan Jabatan Notaris 2. UU No.11 Tahun 1980 Tentang Tindak Pidana Suap 3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) 4. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.03.Ht.03.10 Tahun 2007 Tentang Pengambilan Minuta Akta Dan Pemanggilan Notaris 5. Kode Etik Notaris 6. https://www.google.com/#q=majelis+pengawas+notaris+menentukan+dikelua rkannya+minuta+akta 7. http://id.wikisource.org/wiki/Keputusan_Menteri_Kehakiman_dan_Hak_Asasi _Manusia_Republik_Indonesia_Nomor_M%E2%80%9101.HT.03.01_Tahun_ 2003 8. https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=159609803913&id=14 4559728756 Narasumber : Bapak Sumendro, S.H.

You might also like